• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada

5.2.1 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem

sebagai penanggung jawab penanaman dan perawatan pembibitan dan nutrisi, persiapan pratanam, penanaman, pemeliharaan tanaman adalah Rp. 5.950.000,- dan tenaga kerja yang bertanggung jawab dalam tahap pemanenan dan sortasi hasil panen Rp.5.250.000,-

5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada

Usahatani hidroponik selada pada perusahaan Specta Farm dapat dianalisis berdasarkan besarnya penggunaan input-input produksi dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama proses usahatani berlangsung. Kegiatan usahatani ini bertujuan agar menghasilkan pendapatan yang optimal, sebagai imbalan atas usaha dan kerja yang dijalankan oleh perusahaan.

Beberapa input produksi yang dibutuhkan selama kegiatan usahatani hidroponik selada baik menggunakan Sistem Deep Flow Technique (DFT) maupun Sistem Nutrient Film Technique (NFT) meliputi; Listrik, benih, nutrisi AB mix, rocwool, tenaga kerja. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan sistem alat, pemakaian listrik serta penggunaan nutrisi. Kemudian dianalisis dan dilihat apakah penggunaan sistem tersebut akan berpengaruh pada penggunaan input serta besarnya biaya-biaya yang harus dikeluarkan.

5.2.1 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem DFT

Usahatani hidroponik selada pada Sistem Deep Flow Technique (DFT) memperoleh penerimaan total sebesar Rp 35.751.000,-. dengan perhitungan total produksi yang dihasilkan selama tujuh bulan dikalikan dengan harga jual selada itu sendiri. Produksi rata-rata selada untuk Sistem Deep Flow Technique (DFT)

58 dalam 7 bulan per 15 kali panen sebanyak 2.103 kg. Produksi rata-rata selada adalah sebanyak 20,03 kg.

Biaya yang harus dikeluarkan oleh Specta Farm terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terbagi atas dua jenis yaitu biaya pembuatan alat hidroponik dan biaya perlengkapan untuk kebutuhan penanaman selada. Untuk biaya pembuatan alat terdiri atas instalasi rak pembibitan, rak peremajaan dan rak pembesaran, sedangkan biaya perlengkapan terdiri atas box panen, baki bibit, tong pupuk, ember pupuk, gelas ukur, EC meter, dan timbangan digital.

Sedangkan biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel terdiri atas biaya listrik, benih, nutrisi AB Mix, Rockwool, pestisida serta biaya tenaga kerja. Hasil analisis pendapatan selada yang diperoleh dari Sistem Deep Flow Technique (DFT) disajikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 7. Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem Deep Flow

Technique (DFT) di Specta Farm

Uraian Jumlah Fisik Nilai (Rp) Nilai Setelah Penyusutan (1) (2) (3) (4) Penerimaan : Hasil Panen (Kg) 2.103 35.751.000,00 35.751.000,00 Total penerimaan (Kg) 2.103 35.751.000,00 35.751.000,00 Pengeluaran : Biaya tetap : Biaya Pembuatan Hidroponik :

Rak Pembibitan (Unit) 1 6.000.000,00 665.000,00 Rak Peremajaan (Unit) 1 8.000.000,00 886.667,00 Rak Pembesaran (Unit) 1 12.000.000,00 1.330.000,00 Biaya Perlengkapan :

Net pot (Pcs) 1440 1.152.000,00 127.680,00

Box Panen (Box) 4 400.000,00 44.333,00

Baki Bibit (Buah) 5 35.000,00 6.601,00

Tong Pupuk (Buah) 2 350.000,00 38.792,00

59

(1) (2) (3) (4)

Gelas Ukur (Buah) 2 100.000,00 11.083,00

EC Meter (Buah) 1 130.000,00 37.158,00

Timbangan Digital (Buah) 1 175.000,00 33.007,00 Total Biaya Tetap 28.968.000,00 3.185.863,00 Biaya Variabel :

Listrik (Jam x Hari) 6 x 120 346.500,00 346.500,00

Benih (Pack) 105 10.000,00 1.050.000,00

Nutrisi AB Mix (Liter) 5 2.9750.000,00 2.975.000,00

Rockwool (Slob) 5 2.275.000,00 2.275.000,00

Pestisida

Tenaga Kerja (Orang) 2 11.200.000,00 11.200.000,00

Total Biaya Variabel 17.846.500,00

Biaya Total 21.032.363,00

Pendapatan 14.718.637,00

R/C rasio 1,7

Sumber: Data Primer, diolah 2017

Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam produksi hidroponik selada untuk biaya tetap bagian biaya pembuatan alat hidroponik adalah pada pembuatan rak pembesaran yaitu sebesar Rp 12.000.000 setelah dikurangi dengan biaya penyusutan selama tujuh bulan menjadi sebesar Rp 1.330.000,- dengan ukuran 2 x 12 m2 yang berfungsi untuk membesarkan bibit selada. Biaya terbesar kedua adalah pembuatan rak peremajaan dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 8.000.000,- setelah dikurangi dengan biaya penyusutan tujuh bulan sebesar Rp 886.667,- dengan ukuran 2 x 8 m2 yang berfungsi untuk peremajaan dan biaya terbesar ketiga adalah pada pembuatan hidroponik untuk rak pembibitan dengan biaya sebesar Rp 6.000.000,- yang telah disusutkan dengan biaya penyusutan selama tujuh bulan menjadi Rp 665.000,- dengan ukuran sebesar 2 x 6 m2.

Sedangkan untuk biaya perlengkapan, alokasi biaya tebesar pertama adalah pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian net pot dengan total biaya Rp 1.152.000,- setelah di kurangi dengan penyusutan selama tujuh bulan Rp

60 127.680,- disusul oleh biaya box panen sebesar Rp 400.000,- biaya berubah setelah di susutkan selama tujuh bulan menjadi Rp 44.333,- biaya tong pupuk sebesar Rp 350.000,- setelah di sustkn selama tujuh bulan Rp 38.792,- timbangan digitang dengan jumlah Rp 175.000,- setelah di susut selama tujuh bulan biaya yang di keluarkan adalah Rp 33.007,- biaya Electrical Conductivity (EC meter) sebesar Rp 130.000,- disusut selama tujuh bulan biaya yang dikeluarkan Rp 37.158,- selanjutnya gelas ukur biaya yang dikeluarkan Rp 100.000,- setelah di susut selama tujuh bulan biayanya adalah Rp 11.083,- dan biaya perlengkapan selanjutnya yang di keluarkan ember pupuk dan baki bibit adalah Rp 50.000,- dan Rp 35.000,- total biaya penyusutan selama tujuh bulan adala Rp 5.542,- dan Rp 6.601,-. Biaya terbesar yang dikeluarkan untuk biaya variabel adalah pembelian nutrisi AB Mix dan Rockwool dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2.975.000,- dan Rp 2.275.000,- berturut-turut.

Pada Tabel 8, terlihat bahwa harga jual selada hidroponik sebesar Rp. 17.000,-/Kg dengan rata-rata produksi 2.103 Kg/tujuh bulan, jumlah penerimaan yang diperoleh hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) adalah Rp. 35.751.000,-. Hidroponik selada dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT) lebih banyak mendatangkan keuntungan dari segi ekonomi. Setiap rupiah yang dikeluarkan sebagai biaya imbalan atas penerimaan yang lebih besar jika dibandinkan dengan Sistem Nutrient Film Technique (NFT).

61 5.2.2 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem Nutrient Film

Technique (NFT)

Usahatani hidroponik selada pada Sistem Nutrient Film Technique (NFT) memperoleh penerimaan total sebesar Rp 33.847.000,-. dengan perhitungan total produksi yang dihasilkan selama tujuh bulan dikalikan dengan harga jual selada itu sendiri sama seperti pada perhitungan yang diterapkan untuk Sistem Deep Flow Technique (DFT). Produksi rata-rata selada untuk Sistem Nutrient Film Technique (NFT) dalam 7 bulan per 15 kali panen sebanyak 1.991 kg. Produksi rata-rata selada adalah sebanyak 18,96 kg.

Biaya yang harus dikeluarkan oleh Specta Farm masih sama dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT) terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terbagi atas dua jenis yaitu biaya pembuatan alat hidroponik dan biaya perlengkapan untuk kebutuhan penanaman selada. Untuk biaya pembuatan alat terdiri atas instalasi rak pembibitan, rak peremajaan dan rak pembesaran, sedangkan biaya perlengkapan terdiri atas box panen, baki bibit, tong pupuk, ember pupuk, gelas ukur, EC meter, dan timbangan digital.

Biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel terdiri atas biaya listrik, benih, nutrisi AB Mix, Rockwool, pestisida serta biaya tenaga kerja. Hasil analisis pendapatan selada yang diperoleh dari Sistem Nutrient Film Technique (NFT) disajikan dalam tabel 8.

62 Tabel 8. Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem Nutrient

Film Technique (NFT) di Specta Farm

Uraian Jumlah Fisik Nilai (Rp) Nilai Setelah Penyusutan Penerimaan : Hasil Panen (Kg) 1.991 33.847.000,00 33.847.000,00 Total penerimaan (Kg) 1.991 33.847.000,00 33.847.000,00 Pengeluaran : Biaya tetap : Biaya Pembuatan Hidroponik :

Rak Pembibitan (Unit) 1 6.000.000,00 665.000,00 Rak Peremajaan (Unit) 1 8.000.000,00 886.667,00 Rak Pembesaran (Unit) 1 12.000.000,00 1.330.000,00 Biaya Perlengkapan :

Net pot (Buah) 1440 1.152.000,00 127.680,00

Box Panen (Buah) 4 400.000,00 44.333,00

Baki Bibit (Buah) 5 35.000,00 6.601,00

Tong Pupuk (Buah) 2 350.000,00 38.792,00

Ember Pupuk (Buah) 2 50.000,00 5.542,00

Gelas Ukur (Buah) 2 100.000,00 11.083,00

EC Meter (Buah) 1 130.000,00 37.158,00

Timbangan Digital (Buah) 1 175.000,00 33.007,00 Total Biaya Tetap 28.968.000,00 3.185.863,00 Biaya Variabel :

Listrik (Jam x Hari) 9 x 210 519.750,00 519.750,00

Benih (Pack) 105 10.000,00 1.050.000,00

Nutrisi AB Mix (Liter) 7 4.165.000,00 4.165.000,00

Rockwool (Slob) 5 2.275.000,00 2.275.000,00

Pestisida

Tenaga Kerja (Orang) 2 11.200.000,00 11.200.000,00

Total Biaya Variabel 19.209.750,00

Biaya Total 22.395.613,00

Pendapatan 11.451.387,00

R/C rasio 1.5

Sumber: Data Primer, diolah 2017

Seperti halnya pada Sistem Deep Flow Technique (DFT), biaya terbesar yang dikeluarkan dalam produksi hidroponik selada untuk biaya tetap bagian biaya pembuatan alat hidroponik adalah pada pembuatan rak pembesaran yang

63 apabila setelah dihitung dengan biaya penyusutan selama tujuh bulan menjadi sebesar Rp 1.330.000,- dengan ukuran 2 x 12 m2 yang berfungsi untuk membesarkan bibit selada.

Biaya terbesar kedua adalah pembuatan rak peremajaan dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 886.667,- biaya tersebut merupakan biaya hasil dari penyusutan selama tujuh bulan dengan ukuran 2 x 8 m2, begitu pula dengan biaya terbesar ketiga adalah pada pembuatan hidroponik untuk rak pembibitan dengan biaya sebesar Rp 6.000.000,- yang setelah dihitung dengan penyusutan selama tujuh bulan menghasilkan biaya sebesar Rp 665.000,- dengan ukuran sebesar 2 x 6 m2.

Sedangkan untuk biaya perlengkapan, alokasi biaya tebesar pertama adalah pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian net pot dengan total biaya Rp 1.152.000,- setelah dihitung dengan penyusutannya berubah menjadi sebesar Rp 127.680,- dan disusul oleh biaya box panen dengan harga awal sebesar Rp 400.000,- dimana setelah disusutkan berubah menjadi sebesar Rp 44.333,- biaya tong pupuk sebesar Rp 350.000,- setelah di sustkn selama tujuh bulan Rp 38.792,- timbangan digitang dengan jumlah Rp 175.000,- setelah di susut selama tujuh bulan biaya yang di keluarkan adalah Rp 33.007,- biaya Electrical Conductivity (EC meter) sebesar Rp 130.000,- disusut selama tujuh bulan biaya yang dikeluarkan Rp 37.158,- selanjutnya gelas ukur biaya yang dikeluarkan Rp 100.000,- setelah di susut selama tujuh bulan biayanya adalah Rp 11.083,- dan biaya perlengkapan selanjutnya yang di keluarkan ember pupuk dan baki bibit adalah Rp 50.000,- dan Rp 35.000,- total biaya penyusutan selama tujuh bulan

64 adala Rp 5.542,- dan Rp 6.601,-. Biaya terbesar yang dikeluarkan untuk biaya variabel adalah pembelian nutrisi AB Mix dan Rockwool dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 4.165.000,- dan Rp 2.275.000,- berturut-turut.

Pada Tabel 9, terlihat bahwa harga jual selada hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) berbeda dengan Sistem Nutrient Film Technique (NFT), hasil analisis menunjukkan penerimaan yang di peroleh oleh Sistem Nutrient Film Technique (NFT) lebih kecil dibanding dengan penerimaan yang diperoleh oleh Sistem Deep Flow Technique (DFT), hal tersebut dikarenakan oleh faktor produksi yang rendah dengan rata-rata/tujuh bulan 1.991 Kg, jumlah penerimaan sebesar Rp. 33.847.000,- selain itu, dikarenakan oleh faktor penggunaan listrik yang lebih banyak dibanding Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan mengharuskan penambahan komposisi nutrisi yang perlu ditambahkan, maka dari itu biaya pengeluaran untuk Sistem Nutrient Film Technique (NFT) lebih besar dari pada Sistem Deep Flow Technique (DFT) yang mengakibatkan jumlah penerimaan yang diperoleh lebih rendah

Dokumen terkait