HASIL PENELITIAN
C. Analisis Peneliti tentang Implementasi Etika Bisnis Syariah pada Pelayanan Di Baitul Maal Wa Tamwil (Studi Kasus: BMT Al-Hijrah Pelayanan Di Baitul Maal Wa Tamwil (Studi Kasus: BMT Al-Hijrah
Kota Bukittinggi)
Setelah dijelaskan tentang pelayanan yang diberikan pengelola/karyawan kepada nasabah. Dari praktiknya terdapat unsur ketidakadilan dan keseimbangan yang dilakukan pihak Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah kepada nasabah seperti karyawan melayani nasabah dengan cara berbeda tergantung siapa orang yang datang kesana. Jika ia memiliki hubungan keluarga dengan salah satu pihak karyawan maka akan dilayani dengan sangat baik namun jika yang datang hanya orang biasa saja maka pelayanananya hanya diberikan biasa saja. Begitupun dengan orang yang berpakaian bagus akan dilayani dengan ramah tamah namun jika nasabah yang datang adalah orang yang berpakaian sederhana/lusuh maka karyawan cenderung sombong dalam melayani.
60
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa ada beberapa prinsip dasar etika bisnis syariah yang dilanggar oleh pengelola baitul maal wa tamwil al-hijrah dalam melayani nasabah. Adapun prinsip pertama adalah kesatuan (Tauhid/Utility). Prinsip ini merupakan bahwa sumber utama etika bisnis syariah adalah kepercayaan total dan murni terhadap kesatuan (keesaan) Tuhan. Didalam menjalankan bisnis hendaknya kita selalu berpegangan teguh kepada ajaran islam sebagai perwujudan dari sikap taat hamba kepada sang khalik, namun jika pengelola/karyawan baitul maal wa tamwil al-hijrah melayani nasabah sesuka hatinya sehingga terjadinya ketidakadilan, maka hal ini bertentangan dengan tujuan prinsip tauhid yang membentuk suatu kesatuan yang utuh. Jika tujuan ini terlaksana maka tidak akan ada keluhan dari nasabah yang merasa di beda-bedakan.
Prinsip kedua yaitu keseimbangan. Prinsip keseimbangan bermakna terciptanya suatu situasi dimana tidak ada satu pihakpun yang merasa dirugikan atau kondisi saling ridho (an taradhin). Keadlilan dalam pemberian pelayanan belum dirasakan oleh nasabah karena antara nasabah yang datang diperlakukan dengan cara yang berbeda. Salah satu bentuknya yaitu jika nasabah adalah orang biasa maka akan dilayani secara biasa saja berbeda dengan nasabah yang mungkin sudah mereka kenal atau memiliki hubungan keluarga dengan salah satu pihak di baitul maal wa tamwil maka akan dilayani secara khusus. Maka pengelola/pimpinan disini belum bisa memenuhi rasa
61
keadilan tersebut. Keadilan merupakan salah satu prinsip dasar yang harus dipegang oleh siapapun dalam kehidupannya.
Prinsip ketiga adalah prinsip kehendak bebas. Berdasarkan prinsip ini, para pelaku bisnis mempunyai kebebasan untuk membuat perjanjian, termasuk dalam menepati atau mengingkari janji. Seorang muslim yang percaya pada kehendak Allah, akan memuliakan semua janji yang dibuatnya.
Namun sekali lagi perlu ditekankan bahwa kebebasan yang ada dalam siri manusia bersifat terbatas, sedangkan kebebasan yang tak terbatas hanyalah milik Allah semata.
Prinsip keempat adalah prinsip pertanggungjawaban. Islam sangat menekankan pada konsep tanggungjawab, walaupun tidaklah berarti mengabaikan kebebasan individu. Ini berarti bahwa yang dikehendaki ajaran islam adalah kehendak yang bertanggungjawab. Dan untuk memenuhi segala bentuk kesatuan dan juga keadilan, maka manusia harus bertanggungjawab atas semua perilaku yang diperbuatnya. Jika karyawan ikhlas dalam melayani nasabah dan merasa bertanggungjawab memberikan pelayanan maka seharusnya karyawan harus memberikan pelayanan yang sama pada setiap orang tanpa membeda-bedakan orang tersebut. Namun jika karyawan memberikan pelayanan yang berbeda kepada nasabah maka karyawan tidak sepenuhnya bertanggungjawab terhadap nasabah.
Prinsip kelima adalah prinsip kebenaran. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksud sebagai niat, sikap dan perilaku benar, yang meliputi
62
proses akad (transaksi), proses mencari atau memperoleh komoditas, proses pengembangan maupun dalam proses upaya meraih dan menetapkan keuntungan harus berlandaskan pada prinsip kebenaran. Dalam penelitian ini pengelola/karyawan di baitul maal wa tamwil tidak adil dalam memberikan pelayanan salah satu bentuk ketidakadilannya adalah apabila nasabah datang dengan berpakaian bagus maka akan dilayani dengan wajah baik namun jika nasabah adalah orang biasa saja karyawan melayani dengan wajah agak sedikit sombong. 62Dalam konsep etika bisnis islam seorang pedagang/pengusaha tidak boleh berlaku tidak adil baik sesama nasabah yang sudah lama menjadi anggota maupun terhadap nasabah baru karena disini terjadi ketidakseimbangan yang jelas sudah bertentangan dengan etika bisnis syariah. Disinilah manusia mempunyai tanggungjawab moral kepada Tuhan dan pelaku bisnis lainnya. Kegiatan bisnis seorang pedagang/pengusaha harus dijalankan sesuai dengan aturan yang berlaku dan kaidah-kaidah Islam dan mengamalkan aturan tersebut agar tercapainya kemaslahatan bagi seluruh umat dan terhindar dari kegiatan bisnis yang tidak sehat.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenal moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Bisnis harus dibangun berdasarkan kaidah-kaidah Al-Quran dan Hadist. Standar etika
62 Siti Nur Azizaturrohmah, Pemahaman Etika Berdagang pada Pedagang Muslim Pasar Wonokromo Surabaya, (Jurnal: JESTT Vol. 1, No. 4 April 2014), Hal. 281
63
perilaku bisnis syariah mendidik agar para pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya dengan takwa, aqsahid, khidmat, amanah.
Selain hal di atas, dalam menjalankan bisnis hendaknya setiap pengusaha muslim harus memperhatikan prinsip-prinsip etika bisnis Islam agar tidak mendatangkan kemudharatan atau keburukan. Adapun prinsip yang harus dijunjung dalam setiap melaksanakn transaksi dalam aktivitas bisnis adalah yang sesuai dengan nilai dan norma keadilan, kejujuran dan kebenaran, prinsip manfaat, prinsip suka sama suka dan prinsip tiadapaksaan.
Jadi dalam hal melaksanakan aktivitas bisnis masyarakat muslim diberi batasan-batasan dalam melakukan jual beli. Tidak hanya mementingkan kepuasannya sendiri namun juga harus memperhatikan kepuasan orang lain agar yang dilakukan mendapatkan manfaat yang besar. Islam sangat memperhatikan unsur-unsur keseimbangan diantara manusia. Al-Quran juga memberikan petunjuk dalam melaksanakan aktivitas bisnis syariah manusia terarah dengan baik serta tidak adanya kecurangan yang terjadi.
64 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis penelitian yang telah peneliti laksanakan di Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah kota Bukittinggi dapat peneliti simpulkan bahwa Implementasi Etika Bisnis Syariah pada Pelayanan di Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah Bukittinggi belum sesuai dengan etika bisnis syariah. Yaitu dalam pelayanan yang diberikan oleh pengelola/karyawan masih terdapat ketidakadilan dalam melayani nasabah.
Karyawan cenderung membedakan pelayanan kepada nasabah yang datang seperti jika nasabah datang dengan pakaian bagus dan rapi nasabah melayanai dengan baik, sopan, ramah dan ceria sementara jika yang datang adalah orang yang sederhana seperti berpakaian lusuh karyawan cenderung sedikit sombong, lengah, berwajah masam dan lebih suka sibuk sendiri, melayani jika nasabah bertanya saja dan suka mengulur-ulur waktu sehingga nasabah merasa dirugikan dalam segi waktu. Hal ini tentu akan merugikan salah satu pihak dimana nasabah merasakan ketidaknyamanannya sementara dalam
65
prinsip etika bisnis syariah dalam menjalankan bisnis harus berpedoman kepada ajaran Islam dan melaksanakan prinsip kesatuan (Tauhid/Utility), Keseimbangan (Equilibrium), Responsibility (Tanggungjawab), Kehendak Bebas ( Free Will) dan Ihsan.
B. Saran
Penulis menyarankan kepada pihak Baitul Maal Wa Tamwil Al-hijrah Bukittinggi:
1. Bagi pihak Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah diharapkan agar dapat benar-benar menjalankan etika bisnis syariah sehingga terciptanya transaksi bisnis yang adil dan di ridhoi oleh Allah swt.
2. Dalam melayani nasabah hendaklah karyawan melayani nasabah sesuai dengan etika bisnis syariah seperti bersikap jujur, baik, ramah-tamah, sopan dan santun tanpa membedakan pelayanan supaya nasabah merasa nyaman terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak Baitul Maal Wa Tamwil Al-hijrah Bukittinggi.
3. Untuk nasabah agar tetap menjalin komunikasi yang baik kepada pengelola/karyawan supaya terciptanya kerjasama yang baik
66
Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini berfungsi untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian yang berjudul: “Implementasi Etika Bisnis Syariah pada Pelayanan di Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Studi Kasus: BMT Al-Hijrah kota Bukittinggi”.
Berikut daftar wawancara yang akan di ajukan kepada kepala/karyawan di Baitul Maaal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah Kota Bukittinggi.
A. Indikator Unity (persatuan)
1. Menurut bapak apakah Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah selalu memberikan pelayanan yang baik bagi setiap nasabah dan bagaimana contohnya?
2. Bagaimana sistem pelayanan yang dilakukan perusahaan dalam melayani nasabah apakah ada perlakuan khusus diberikan kepada nasabah yang memiliki hubungan keluarga dengan karyawan?
B. Indikator Equilibrium (keseimbangan)
1. Apakah ada perbedaan pelayanan yang di berikan perusahaan kepada nasabah lama dengan nasabah yang baru?
2. Apakah fasilitas pelayanan yang diberikan perusahaan kepada nasabah yang menjadi anggota sama dengan nasabah yang hanya menabung saja?
C. Indikator Free Will (kehendak bebas)
67
1. Bagaimana penerapan norma kehendak bebas dalam pelayanan nasabah di Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah?
2. Apakah bapak pernah membatalkan akad secara sepihak tanpa mempertimbangkan keluhan nasabah?
D. Indikator Responsibilty (tanggungjawab)
1. Bagaimana tanggungjawab perusahaan terhadap pelayanan pada dokumen anggota yang sudah dijaminkan di Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah?
2. Bagaimana tindakan yang dilakukan perusahaan dalam melayani nasabah ketika masuk waktu sholat?
E. Benevolence (ihsan)
1. Bagaimana pelayanan yang bapak berikan kepada nasabah?
2. Apakah nasabah pernah complain terhadap pelayanan yang bapak berikan?
68
Pedoman Wawancara untuk Nasabah
1. Dari mana bapak/ibuk mengetahui Baitul Maal Wa Tamwil Al-hijrah ini?
2. Bagaimana pendapat bapak/ibuk dengan keberadaan Baitul Maal Wa Tamwil Al-hijrah ini?
3. Bagaimana pendapat bapak/ibuk tentang pelayanan yang diberikan karyawan Baitul Maal Wa Tamwil Al-hijrah kepada nasabah?
4. Apakah bapak/ibuk merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan pihak Baitul Maal Wa Tamwil Al-hijrah ini?
5. Bagaimana pendapat bapak/ibuk tentang pelayanan yang kurang baik itu?
6. Apakah bapak/ibuk pernah complain terhadap pelayanan yang diberikan Baitul Maal Wa Tamwil Al-hijrah kepada nasabah?
7. Apakah bapak/ibuk pernah merasa dirugikan dengan pelayanan yang diberikan pihak Baitul Maal Wa Tamwil Al-hijrah ini?
8. Apakah bapak/ibuk merasa pelayanan yang diberikan pihak Baitul Maal Wa Tamwil Al-hijrah sudah adil?
9. Apakah bapak/ibuk merasa perjanjian akad antara pihak Baitul Maal Wa Tamwil Al-hijrah dengan nasabah sudah sesuai dengan etika bisnis syariah?
10. Apakah dalam melakukan perjanjian akad ada unsur paksaan yang dilakukan Baitul Maal Wa Tamwil Al-hijrah kepada bapak/ibuk?
69
Daftar Pustaka
Aedy, Alfabeta Hasan. 2011. Teori Dan Aplikasi Etika Bisnis Islam. Bandung
Akhmad, Mustaq. 2001. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta Timur:Pustaka Al-Kausar Alihamdani. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Http:// Alihamdani.Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Diakses Tanggal 29 November 2019, 16.49
Aravik, Havis. 2016. Ekonomi Islam. Malang: Empatdua
A, Sapudin , 2017. “Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah”.
Vol.5 No.01
Asnawi, Nur Dkk,2011. Metodologi Riset Manajemen Pemasaran. Malang: Uin Maliki Press
Aziz, Abdul. 2013. Etika Bisnis Perspektif Islam. Bandung: Alfabeta
Badroen, Faisal. 2006. Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Djakfar, Muhammad. 2009. Anatomi Perilaku Bisnis. Malang: Uin-Malang Faisal, Sanafiah. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Grafindo Fauzia, Ika Yunia. 2013. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta:Kencana
Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktek.
Jakarta:Bumi Aksara
70
Hidayatin, Noviana Dkk. 2014. “Kualitas Pelayanan Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kepuasan Nasabah Di Bmt Ugt Sidogiri Capes Waru”. Jurnal Issn Vol. 04 No.01
Huda, Nurul Dkk. 2016. Baitul Mal Wa Tamwil. Jakarta:Amzah
Indri. 2015. Hadits Ekonomi (Ekonomi dalam Perspektif Hadits Nabi).
Jakarta:Kencana
Kasmir. 2002. Etika Customer Service. Jakarta: Pt.Raja Grafindo Persada Laksana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu
Lowes, Bryan Dan Chistopher Pass. 2008. Kamus Lengkap Bisnis. Jakarta: Erlangga
Mardalis. 2010. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Pt.
Bumi Aksara
Muhammad. 2002. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan
M. Sadeli, Lili Dan Maman Ukas. 2000 Pengantar Bisnis Ilmu Menjual. Jakarta:
Bumi Aksara
Muslich. 2004. Etika Bisnis Islami;Landasan Filosofis, Normatif, Dan Substansi Implementatif. Yogyakarta:Ekonisia Fakultas Uii
71
Muthamainnah, Dkk. 2017. “Landasan Hukum Islam:Etika Bisnis Syariah dan faktor Pengembangannya”. Jurnal SyariahVol. V, No. 1
Rafidah. 2014. “Kualitas Pelayanan Islam pada Perbankan syariah. Jurnal Nalar Fiqh Vol.10 No. 2
Pratama Putra, Rizky. 2014. “Pengaruh Kualitas Pelayanan Islam Terhadap
Kepuasan dan Loyalitas Nasabah Bank BRI Syariah Surabaya” Jurnal JESTT Vol. 1 No. 9
Sa’diyah, Mamudatus. 2014. Pengembangan Produk-Produk Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Vol 2 No.1
Soemitra, Andri. 2009. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:
Prenadamedia Group
S.P Hasibuan, Malayu. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara
Suyanto, M. 2008. Etika dan Strategi Bisnis Nabi Muhammad Saw. Yogyakarta: CV Andi Offset
Tika, Pabundu.2010. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta:Sinar Grafika Offset. Cet. 1.
72
73
74
75
76
77