• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS SYARIAH PADA PELAYANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) (Studi Kasus: BMT Al-Hijrah Kota Bukittinggi) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS SYARIAH PADA PELAYANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) (Studi Kasus: BMT Al-Hijrah Kota Bukittinggi) SKRIPSI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS SYARIAH PADA PELAYANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT)

(Studi Kasus: BMT Al-Hijrah Kota Bukittinggi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

ACC PBB

Untuk Munaqasah

29 Juni 2020 Oleh :

REVI DESMA FITRI 3216.162 Pembimbing : RAHMI, MA NIP. 197605152009012002

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

2020

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing skripsi atas nama Revi Desma Fitri, Nim 3216.162, dengan judul”Implementasi Etika Bisnis Syariah Pada Pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) (Studi Kasus: BMT Al-Hijrah Kota Bukittinggi)” memandang bahwa skripsi yang bersangkutan telah memenuhi syarat dalam karya ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang Munaqasah.

Demikian persetujuan pembimbing ini diberikan agar dapat dipergunakan seperlunya.

Bukittinggi, Juni 2020 Pembimbing

Rahmi, MA

NIP.197605152009012002

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis telah dapat menyeselaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Implementasi Etika Bisnis Syariah Pada Pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) (Studi Kasus: BMT Al-Hijrah Kota Bukittinggi)” Kemudian shalawat beriringan salam senantiasa kita mohonkan kepada-Nya agar selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah-Nya kepada kita sehingga menjadikan kita menjadi manusia beradab dan berilmu pengetahuan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai macam halangan dan rintangan. Namun, penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan bimbingan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan dari beberapa pihak. Maka, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, pertama sekali kepada orang tua tercinta. Ayahanda Dasril dan Ibunda Lema yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan, beserta Adik-adik saya tercinta, Jeki Afrijal dan Arini Aprilia yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta do’a bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai.

Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa ada dukungan

(4)

iv

dan bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan rasa syukur kepada orang-orang yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini diantaranya:

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Bapak Dr. Iiz Izmuddin, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam serta Ibu Rini Elvira, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Islam yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk menuntut ilmu di IAIN Bukittinggi.

2. Ibu Rahmi, MA selaku pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan buah pikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak DR. Miswardi, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA) yang telah memberikan nasehatnya demi kelancaran proses belajar penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Bukittinggi yang telah memberikan ilmu selama proses belajar dan menuntut ilmu di IAIN Bukittinggi.

5. Bapak kepala beserta staf perpustakaan IAIN Bukittinggi yang telah menyediakan fasilitas peminjaman buku yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Pengelola Baitul Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah Bukittinggi yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan

(5)

v

penelitian dalam rangka menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga tercinta, yang selalu memberikan semangat dan dukungan beserta doa dalam pembuatan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa di dalamnya masih belum terlepas dari kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun penyampaiannya. Untuk itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang konstruktif dari segenap pembaca untuk lebih sempurnanya skripsi ini. Atas kritik dan saran yang disampaikan, penulis ucapkan terima kasih.

Bukittinggi, Juni 2020 Penulis

Revi Desma Fitri Nim : 3216.162

(6)

vi ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Implementasi Etika Bisnis Syariah Pada Pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) (Studi kasus: BMT Al-Hijrah Kota Bukittinggi)”.

Disusun oleh REVI DESMA FITRI NIM 3216.162. Skripsi mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bukittinggi.

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi karena adanya informasi yang peneliti peroleh bahwa pelayanan yang diberikan pengelola/karyawan di Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah kepada nasabah berbeda-beda, atau terjadinya ketidakadilan sehingga pengaplikasiannya perlu diteliti apakah sudah sesuai dengan etika bisnis syariah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk mengumpulkan data, peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada nasabah dan pengelola/karyawan Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, pelayanan yang diberikan pengelola/karyawan Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah belum sesuai dengan etika bisnis syariah. Karena Karyawan cenderung membedakan pelayanan kepada nasabah yang datang seperti jika nasabah datang dengan pakaian bagus dan rapi nasabah melayanai dengan ramah dan baik sementara jika yang datang adalah orang yang sederhana seperti berpakaian lusuh karyawan cenderung sedikit sombong, lengah, berwajah masam dan lebih suka sibuk sendiri, melayani jika nasabah bertanya saja dan suka mengulur-ulur waktu sehingga nasabah merasa dirugikan dalam segi waktu.

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAK... iv

DAFTAR ISI... vii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Batasan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Penjelasan Judul ... 8

H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II: LANDASAN TEORI A. Etika Umum ... 12

(8)

viii

B. Etika Syariah ... 15

C. Pelayanan (Service) ... 27

D. Pelayanan Dalam Pandangan Islam... 31

E. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)... 34

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. JenisPenelitian ... 39

B. Lokasi Penelitian ... 39

C. Sumber Data ... 40

D. Informan Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisa Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil KSPP Syariah Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah... 43

B. Implementasi Etika Bisnis Syariah pada Pelayanan di Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah Bukittinggi... 48

C. Analisis Peneliti tentang Implementasi Etika Bisnis Syariah pada Pelayanan Di Baitul Maal Wa Tamwil (Studi Kasus: BMT Al-Hijrah Kota Bukittinggi)... 59

BAB V PENUTUP

(9)

ix

A. Kesimpulan... 64 B. Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)
(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan oleh Allah Swt kepada manusia melalui Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul, yang pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Agama Islam sendiri dalam kitab rujukannya yakni Al-Qur’an dan Hadist tidak lepas dari aturan mengenai etika atau norma dalam berusaha serta bekerja. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw yang tidak lain juga merupakan pelaku ekonomi ulung yang kejujuran dan keadilannya tidak terbantahkan oleh masyarakat Mekkah dan seluruh relasi bisnisnya baik pada kalangan muslim atau non-muslim sekalipun.1

Ekonomi Islam dimaknai sebagai ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari bagi individu, kelompok, masyarakat maupun pemerintah dalam rangka pengorganisasian faktor-faktor produksi, distribusi dan pemanfaatan barang atau jasa yang di hasilkan dan tunduk dalam peraturan ekonomi Islam. Secara normatif ekonomi Islam juga terikat dengan

1Muthamainnah,Dkk, Landasan Hukum Islam:Etika Bisnis Syariah dan Faktor Pengembangannya, Jurnal SyariahVol. V, No. 1 April 2017

(12)

2

norma yang telah ada dalam ajaran dan sejarah masyarakat Islam, dan telah menjadi panutan masyarakat Islam.2

Dalam transaksi bisnis Islam, embrio kepercayaan dimulai dengan pelaksanaan transaksi (akad/aqd) yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadits.

Segala pelaksanaan transaksi tersebut bertujuan untuk meniadakan angka penipuan, persengketaan, ataupun segala macam dampak negatif yang timbul dari suatu transaksi. Akad adalah salah satu awal mula terjadinya suatu transaksi bisnis, yang ketika akad dijalani dengan fair, Maka akan menghasilkan profit dan benefit yang halal dan berkah.3

Selain keharusan bersikap jujur dalam berbisnis, menurut Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula dalam bukunya syariah marketing setidaknya ada 9 (sembilan) etika yang harus menjadi prinsip-prinsip dasar bagi para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya, yakni sebagai berikut:

1. Memiliki kepribadian yang spiritual (taqwa) 2. Berprilaku baik dan simpatik (shiddiq) 3. Berlaku adil dalam berbisnis (Al-Adl)

4. Bersikap melayani dan rendah hati (Khidmah) 5. Menepati janji dan tidak curang

6. Jujur dan terpercaya (Al-Amanah)

2Havis Aravik, Ekonomi Islam, (Malang: empatdua, 2016), hal. 1

3Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta:Kencana, 2013), hal. 15

(13)

3

7. Tidak suka berburuk sangka (Suuzh-zhann) 8. Tidak suka menjelek-jelekkan (Ghibah) 9. Tidak melakukan suap (risywah).4

Dalam Islam bisnis merupakan bagian dari ibadah (Ghairu mahdah/Muamallah). Berbisnis bukan hanya sekedar mencari untung namun juga mengejar keberkahan, karenanya ia harus mengikuti aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang ditetapkan syariah. Prinsip-prinsip tersebut tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw. Seperti prinsip tauhid, keseimbangan dan keadilan, kehendak bebas, pertanggungjawaban, kebenaran, ihsan, jujur, ramah- tamah, menghindari sumpah palsu, dll. Prinsip inilah yang membedakan bisnis dalam Islam dengan Kapitalis. Karena Islam mengedepankan nilai-nilai moral sementara Kapitalis mengabaikannya.5

Etika berhubungan dengan akhlak perilaku manusia (moral) baik dan buruk, benar dan salah, bahkan etis dan tidak etis dunia bisnis. Etika bisnis yang sesuai syariah berlandaskan kepada Allah dan Rasul-Nya atau menjalankan segala perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala larangannya. Dengan demikian perilaku dalam bisnis hendaknya sesuai dengan yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Strategi bisnis yang sesuai

4Havis Aravik, Ekonomi Islam,...hal.68-72

5Muthamainnah,Dkk, Landasan Hukum Islam:Etika Bisnis Syariah dan Faktor Pengembangannya, Jurnal Syariah Vol. V, No. 1 April 2017

(14)

4

Syariah adalah berupaya dengan sungguh-sungguh di jalan Allah dengan mengelola sumberdaya secara optimal untuk mencapai tujuan yang terbaik di sisi Allah, baik di dunia maupun di akhirat.

Etika bisnis Islam bertujuan mengajarkan manusia untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip syariah. Etika bisnis Islam berfungsi sebagai controling (pengatur) terhadap aktivitas ekonomi. Etika bisnis Islam merupakan kombinasi dengan nilai etika ditambah dengan nilai spiritual (agama) Menurut Muhammad, dalam etika bisnis Islam terdapat beberapa prinsip yang menjadi acuan dalam melakukan bisnis yang sesuai dengan ajaran Islam, yaitu kesatuan dan integrasi, kesamaan, intelektualitas, kehendak bebas, tanggung jawab dan akuntabilitas, penyerahan total, kejujuran, keadilan, keterbukaan, kebaikan bagi orang lain, dan kebersamaan.6

Lembaga keuangan syariah (LKS) merupakan industri keuangan yang harus menjalankan amanah secara profesional dan bankir dengan keterampilan layanan yang dapat memperkuat citra bisnis berbasis syariah yang menjadi diferensiasinya. Hal itu sangat penting guna memperoleh ridho Allah Swt. Memenuhi kebutuhan nasabah, menyikapi perilaku pesaing, serta memenuhi ekspektasi masyarakat yang tinggi terhadap peran dan keberadaan lembaga keuangan syariah. Layanan yang diberikan harus berdasarkan etika

6M.Suyanto, Etika dan Strategi Bisnis Nabi Muhammad Saw, ((Yogyakarta:CV Andi Offset, 2008), hal. 183

(15)

5

dan keuangan syariah. Layanan yang dilakukan harus berlandaskan etika dan bertujuan ibadah (worship) dengan niat untuk mendapatkan ridho Allah Swt.7

Secara hukum Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) berpayung pada koperasi tetapi sistem operasionalnya tidak jauh berbeda dengan Bank Syariah sehingga produk-produk yang berkembang dalam Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) seperti apa yang ada di Bank Syariah. Oleh karena itu berbadan hukum koperasi, maka Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) harus tunduk pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi.8 Juga dipertegas oleh KEP.MEN Nomor 91 Tahun 2004 tentang Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Undang-Undang tersebut sebagai payung berdirinya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) atau Lembaga Keuangan Syariah.

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro non- bank. Koperasi Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al- Hijrah memiliki fasilitas simpan pinjam (pengumpulan dana dan maupun penyaluran dana) dengan berbagai macam produk yang ditawarkan kepada calon anggota. Sebagai lembaga keuangan Bank Syariah, Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah.

7Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta:Kencana, 2005), hal.233-234

8Baihaqi Abd. Dkk, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah:Perjalanan dan Gerakan BMT, (Jakarta:PINBUK,2006), hal. 85

(16)

6

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah merupakan koperasi syariah pertama di Bukittinggi. Yang berdiri pada tanggal 31 Januari 2006 dengan jumlah karyawan 5 orang. dimana Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) ini di pimpin oleh H. Damuar, S.sos dan empat orang karyawannya. Model akad penyimpanan dana di Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah ini adalah akad Mudharabah dan akad Murabahah.

Dalam observasi yang dilakukan pada tanggal 16 Januari 2020 peneliti menemukan beberapa fenomena yang terjadi di Baitul Maal Wa tamwil (BMT) Al-Hijrah. Adapun informasi yang peneliti peroleh seperti adanya calon anggota yang tidak berpakaian bagus datang ke sebuah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) tersebut dilayani dengan muka yang kurang baik dan tidak ramah. Sementara jika ada calon nasabah yang datang dengan pakaian bagus akan dilayani dengan baik, karyawan lebih suka sibuk sendiri dan hanya akan melayani apabila calon anggota atau yang menjadi anggota bertanya terlebih dahulu. Apabila ada anggota yang mengalami tunggakan pada angsurannya karyawan cenderung menunjukkan wajah yang cemberut atau muka masam.

jelas saja kejadian itu sudah bertentangan dengan etika bisnis yang sesuai dengan syariat Islam. Berangkat dari pentingnya menumbuhkan pemahaman yang baik terhadap praktik keuangan syariah yang merupakan model pengelolaan ekonomi yang lebih sesuai dengan tuntunan Islam, maka Berdasarkan masalah di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang

(17)

7

berjudul: Implementasi Etika Bisnis Syariah pada Pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) (Studi Kasus:BMT Al-Hijrah Kota Bukittinggi)

B. Identifikasi Masalah

1. Adanya keluhan yang dirasakan nasabah bahwa terjadi ketidakadilan yang diberikan karyawan dalam melayani anggota dalam Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al Hijrah kota Bukittinggi

2. Adanya ketidakramahan karyawan dalam melayani anggota yang bermasalah dalam Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah tersebut.

3. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah tersebut sudah menerapkan etika bisnis syariah namun mereka masih ragu apakah semua sudah benar- benar sesuai dengan etika bisnis syariah atau belum.

C. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan masalah

Berdasarakan latar belakang masalah di atas maka penulis dapat merumuskan masalahnya yaitu” bagaimana Implementasi etika bisnis syariah pada Pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah Kota Bukittinggi”.

2. Batasan Masalah

Agar masalah penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang peneliti teliti maka peneliti membatasi pada masalah “Implementasi Etika

(18)

8

Bisnis Syariah pada Pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)Al-Hijrah Kota Bukittinggi.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami Implementasi Etika Bisnis Syariah pada baitul maal wa tamwil (BMT) Al-Hijrah Kota Bukittinggi.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi penulis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN Bukittinggi.

b. Bagi Akademik

Untuk menambah ilmu pengetahuan baik bagi akademisi dan masyarakat dalam kajian ekonomi Islam.

c. Bagi Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

Agar dapat menumbuhkan kesadaran dan memberikan masukan yang positif terhadap Implementasi Etika Bisnis Syariah pada Baitul Maal Wa tamwil (BMT) tersebut.

E. Penjelasan Judul

Untuk lebih memudahkan dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang terdapat di dalamnya.

(19)

9

Implementasi :Pelaksanaan, penerapan atau suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci (matang).9

Etika Bisnis Syariah :Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia sesuai dengan Al-Quran dan Hadist. 10

BMT Al-Hijrah :Balai usaha Mandiri Terpadu yang isinya berintikan bayt Al-Maal Wa Tamwil dengan kegiatan pengembangan usaha-usaha produkif dan investasi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha bawah dan kecil yang terletak di Kota Bukittinggi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa” Implementasi Etika Bisnis Syariah pada Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah” adalah suatu pelaksanaan yang berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk manusia yang sesuai dengan etika bisnis Syariah yang diterapkan dalam balai usaha mandiri untuk meningkatkan perekonomian pengusaha bawah.

9http:// Alihamdani, Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses tanggal 29 November 2019, 16.49

10Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media grup, 2006), hal. 4

(20)

10 F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan penulisan dan mendapatkan gambaran yang utuh dan terpadu mengenai kajian ini, maka penulis menyusun sistematika penelitian sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

Yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, sistematika penelitian.

BAB II: Landasan Teori

Yang berisikan tentang pengertian etika umum, Faktor Pembentuk Etika, Urgensi Etika dalam Bisnis, pengertian etika bisnis syariah, aksioma/prinsip dasar etika bisnis syariah, tujuan etika bisnis syariah, pengertian pelayanan, pengertian kualiats pelayanan, konsep kualitas pelayanan, teknik karyawan dalam melayani nasabah, konsep kualitas pelayanan dalam islam, pengertian Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), peran Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) di Masyarakat dan ciri-ciri Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).

(21)

11 BAB III:Metodologi Penelitian

Yang berisikan jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, jenis dan sumber data, teknik analisis data.

G. Kajian Terdahulu

Penelitian yang pernah teliti jumpai yang berjudul “Pengaruh Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap Customer Retention pada BMT Tumang Boyolali”yang diteliti oleh Zahrotul Wakhidah, Nim 154011014 tujuannya yaitu untuk mengetahui apakah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) sudah mengikuti aturan bisnis sesuai dengan prinsip syariah atau bahkan sebaliknya. Selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ade Mitra Prayitno yang berjudul:

”Dampak Penerapan Etika Kerja Islam pada Loyalitas Karyawan di Baitul Maal Wa Tamwil (Studi Kasus: BMT La Tahzan Indonesia” dengan tujuan untuk mengetahui apakah etika kerja Islam di Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) La Tahzan Indonesia tersebut disiplin terhadap waktu. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Henti Nurhayati yang berjudul:”Pengaruh Penerapan Etika Bisnis Islam dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasaan Anggota pada BMT Al-Ishlah Cabang Rajagaluh” dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana etika bisnis Islam dan kualitas pelayanan memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan anggota.

(22)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Etika

1. Etika Umum

a. Pengertian Etika

Etika berasal dari kata ethos dalam bahasa yunani yang berati kebiasaan (custom) atau karakter (character). Dalam kata lain seperti dalam pemaknaan dan kamus Websterberarti ” the distinguishing character, sentiment, moral nature, or guiding beliefs of a person”,(karakter istimewa, sentimen, tabiat moral, atau keyakinan yang membimbing seseorang, kelompok atau institusi).

Etika dalam bahasa inggris berasal dari kata ethics yang berarti tata susila pula. Jadi etika adalah perilaku dalam arti yang lebih praktis atau praktiknya moral.11

Dalam makna yang lebih tegas, yaitu kutipan dalam buku kuliah etika mendefinisikan etika secara terminologis sebagai berikut “The systematic study of the nature of value concept, good, bad, ought, right, wrong, etc and of the general principles which justify us in applying them to anything also called moral philosopy”. Disini etika dapat dimaknai

11: Alfabeta Hasan Aedy, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, (Bandung, 2011), hal. 24

(23)

13

sebagai dasar moralitas seseorang dan disaaat bersamaan juga sebagai filsufnya dalam berperilaku.12

b. Faktor Pembentuk Etika

Rafiq Issa beekun mengungkapkan bahwa perilaku etika individu dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

Faktor pertama adalah interpretasi terhadap hukum. Secara filosofis, sistem hukum dibentuk dengan tujuan untuk melindungi segenap jiwa dan raga manusia dari berbagai faktor yang dapat menghilangkan eksistensi manusia. Faktor kedua adalah lingkungan atau organisasi dimana ia hidup. Tanpa masyarakat (lingkungan, orang tua, teman guru, saudara, dan lainnya) kepribadian seorang individu tidak dapat berkembang, demikian pula halnya dengan aspek moral pada anak. Faktor ketiga adalah faktor individu. Hal-hal yang masuk ke dalam kategori ini antara lain: pengalaman batin seseorang yang juga merupakan faktor bagi terbentuknya perilaku etik bagi seseorang, misalkan seorang anak yang terbiasa dengan suasana keluarga yang harmonis akan membentuk perilakunya kelak menjadi seorang yang mencintai, peduli akan sesama, dan saling menghormati karena empatinya terbentuk oleh pengalaman hidupnya tersebut.13

12Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam,...hal. 4-5

13Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam,...hal. 59-63

(24)

14 c. Konsep Dasar Etika

Ada beberapa konsep dasar yang berhubungan dengan etika. masing- masing konsep tersebut memiliki arti berbeda, yaitu:

1) Etiket adalah norma manusia harus berjalan, bersikap sesuai nilai/norma yang ada.

2) Moral merupakan aturan dan

3) Etiket adalah tata krama/sopan santun yang dianut oleh suatu masyarakat dalam kehidupannya.

4) Nilai adalah penetapan harga sesuatu sehingga sesuatu itu memiliki nilai yang terukur.14

5) Moralitas adalah aturan yang berhubungan dengan moral.

6) Hukum adalah ketentuan tentang apakah kegiatan yang tidak dilarang oleh hukum selalu sesuai dengan moral.

d. Urgensi Etika dalam Bisnis

Bagaimanapun perilaku mencerminkan (akhlak) etika seseorang.

Atau dengan kata lain, perilaku ber-relasi dengan etika apabila seseorang taat pada etika, berkecenderungan akan menghasilkan perilaku yang baik dalam setiap aktivitas atau tindakannya, tanpa kecuali dalam aktivitas bisnis. Secara konkrit bisa diilustrasikan jika seorang pelaku bisnis yang peduli pada etika, bisa diprediksi ia akan bersikap jujur, amanah, adil,

14Muhammad, Etika Bisnis Islami, ((Yogyakarta:Akademi Manajemen Perusahaan YKPN ,2002), hal. 37

(25)

15

selalu melihat kepentingan orang lain (moral altruistik) dan sebagainya.

Sebaliknya bagi mereka yang tidak mempunyai kesadaran akan etika, dimana pun dan kapan pun saja tipe kelompok orang kedua ini akan menampakkan sikap kontra produktif dengan sikap tipe kelompok orang pertama dalam mengendalikan bisnis.15

2. Etika Syariah

a. Pengertian Etika Bisnis Syariah

Kajian etika bisnis terkadang merujuk kepada managementethics atau organizational ethics. Etika bisnis dapat berarti pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Kemudian dalam kajian etika bisnis islam susunan adjectivee di atas ditambah dengan halal- haram (degrees of lawful and lawful), sebagaimana yang disinyalir oleh Husein Sahatah, dimana beliau memaparkan sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq al Islamiyah) yang dibungkus dengan dhawabith syariah (batasan syariah) atau general guideline menurut Rafik Issa Beekun.16

Istilah yang paling dekat yang berhubungan dengan etika dengan istilah etika di dalam Al-Quran adalah khuluq, yang berarti budi pekerti, tabi’at, dan kebiasaan.

Etika bisnis syariah merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan salah yang selanjutnya tentu

15Muhammad Djakfar, Anatomi Perilaku Bisnis, (malang: UIN-Malang Press, 2009), hal.70

16Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam,...hal. 70-71

(26)

16

melakukan hal yang benar berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan tuntutan perusahaan. Artinya etika bisnis syariah merupakan suatu kebiasaan atau budaya moral yang berkaitan dengan bisnis suatu perusahaan.17

b. Landasan Hukum Islam Terhadap Etika Berbisnis Syariah

Hukum syara’ atau hukum Islam menurut istilah para ahli ilmu ushul fiqih ialah kitab syari’ yang bersangkutan dengan orang mukallaf, baik dalam bentuk tuntunan, Pilihan atau ketetapan. Dan menurut istilah ahli fiqh adalah efek yang dikehendaki ilmu syari’ pada Perbuatan seperti:

kewajiban, keharaman dan kebolehan. Jika dikaitkan dengan Islam, hukum Islam dapat diartikan sebagai seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam.

Adapun yang menjadi sumber syariat adalah Al-Quran dan Sunnah.

Adapun hukum, merupakan implementasi dari penerapan syariah dan fikih itu sendiri yang tidak lain akan melahirkan etika.

Perilaku seorang muslim dalam berbisnis sangat diperlukan sebagai investasi yang dapat menguntungkan dan menjamin kehidupannya di dunia dan di akhirat. Al-Quran maupun Al-Hadis adalah panduan bagi perilaku seseorang untuk menyelaraskan perilakunya dengan perilaku

17Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 35-36

(27)

17

Rasulullah Saw. Terdapat beberapa hukum etika bisnis Islam yang tertuang dalam Al-Quran maupun Al-Hadist.

1) Al-Quran

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 282:







































































































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari pada hutangnya.

(28)

18

Ayat tersebut menjelaskan bagaimana etika ketika berhutang. Baik orang yang berhutang maupun yang memberi hutang.18

Bisnis Islami adalah bisnis yang santun, bisnis yang penuh kebersamaan dan penghormatan atas hak masing-masing. menjalankan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Allah Swt berfirman dalam Qs. An-Nissa:29

















































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa jika seseorang dipaksa melakukan bisnis, maka bisnis itu tidak sah. Hanya saja jika ada kerelaan setelah terjadinya paksaan, maka bisnis tersebut sah.19

2) Sunnah

18Muthamainnah,Dkk, Landasan Hukum Islam:Etika Bisnis Syariah dan Faktor Pengembangannya, Jurnal Syariah Vol. V, No. 1 April 2017

19Idri, Hadis Ekonomi (Ekonomi dalam Perspektif Hadits Nabi), (Jakarta:KENCANA, 2015), hal.341

(29)

19

Selanjutnya etika bisnis Islam selain merujuk Al-Quran al- Karim juga pada sunnah yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah Saw diantaranya:

a) Kejujuran, merupakan prinsip esensi dalam kegiatan bisnis Islam.

b) Kesadaran sosial dalam kegiatan bisnis yaitu ta’awun (tolong-menolong).

c) Tidak melakukan sumpah palsu.

d) Ramah-tamah.

e) Bersepakat untuk kerja sama yang merugikan orang lain.

f) Tidak menjelek-jelekkan bisnis atau usaha orang lain.

g) Tidak melakukan Ikhtikar atau menimbun barang.

h) Takaran, ukuran dan timbangan yang benar.

i) Bisnis tidak menggangu kegiatan Ibadah kepada Allah Swt j) Membayar upah sebelum kering keringat karyawan

k) Tidak monopoli dan komoditi bisnis bukanlah barang yang haram.

l) Segera melunasi kredit yang menjadi kewajiban.

m) Aktifitas bisnis terbebas dari unsur riba (surah Al- Baqarah(2) 275 dan 278.

(30)

20

Oleh karena itu titik sentra dari etika Islam adalah menentukan kebebasan manusia untuk bertindak dan bertanggungjawab karena kepercayaannya terhadap kemahakuasaan Tuhan. Karena sepenuhnya amal perbuatan manusia baik perbuatan baik maupun buruk, akan dipertanggungjawabkan sendiri di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa.20

c. Aksioma / Prinsip Dasar Etika Bisnis Syariah 1) Unity (Persatuan)

Alam semesta, termasuk manusia, adalah milik Allah yang memiliki kemahakuasaan (kedaulatan) sempurna atas makhluk-makluk-Nya.

Konsep tauhid (dimensi vertikal) berarti Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa menetapkan batas-batas tertentu atas perilaku manusia sebagai khalifah, untuk memberikan manfaat pada individu tanpa mengorbankan hak-hak individu.

Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai manusia. Diskriminasi tidak bisa diterapkan atau dituntut hanya berdasarkan warna kulit, ras, kebangsaan, agama, jenis kelamin, atau umur. Islam tidak mengakui adanya kelas-kelas sosial-ekonomis

20Muthamainnah,Dkk, Landasan Hukum Islam:Etika Bisnis Syariah dan Faktor Pengembangannya, Jurnal Syariah Vol. V, No. 1 April 2017

(31)

21

sebagai sesuatu yang bertentangan dengan prinsip persamaan maupun dengan prinsip persaudaraan (ukhuwah). Karena mematuhi ajaran- ajaran islam dalam semua aspeknya, dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan ridha Allah.21 Prakteknya dalam bisnis:

4. Tidak ada diskriminasi baik terhadap pekerja, penjual, pembeli, serta mitra kerja lainnya.

5. Terpaksa atau dipaksa untuk menaati Allah SWT.

6. Meninggalkan perbuatan yang tidak beretika dan mendorong setiap individu untuk bersikap amanah karena kekayaan yang ada merupakan amanah Allah

2) Equilibrium (Keseimbangan)

Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil, tak terkecuali kepada pihak yang tidak disukai.

Berlaku adil akan dekat dengan dengan takwa, karena itu dalam perniagaan (tijarah), Islam melarang untuk menipu walaupun hanya

“sekedar” membawa sesuatu pada kondisi yang menimbulkan keraguan sekalipun.

Konsep ekuilibrium juga dapat dipahami bahwa keseimbangan hidup di dunia dan akhirat harus diusung oleh seorang pebisnis

21Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam,...hal. 89-91

(32)

22

muslim. Oleh karenanya, konsep keseimbangan berarti menyerukan kepada para penguasa muslim untuk bisa merealisasikan tindakan- tindakan (dalam bsinis) yang dapat menempatkan dirinya dan orang lain dalam kesejahteraan duniawi dan keselamatan akhirat. Prakteknya dalam bisnis:

a) Tidak ada kecurangan dalam takaran dan timbangan

b) Penentuan harga berdasarkan mekanisme pasar yang normal 3) Free Will (Kehendak Bebas)

Konsep Islam memahami bahwa institusi ekonomi seperti pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan ekonomi. Hal ini dapat berlaku bila prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif, dimana pasar tidak mengharapkan adanya intervensi dari pihak manapun, tak terkecuali negara dengan otoritas penentuan harga atau private sektor dengan kegiatan monopolistik.

Manusia memiliki kecenderungan untuk berkompetisi dalam segala hal, tak terkecuali kebebasan dalam melakukan kontrak di pasar.22 Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis syariah, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolekif. Kepentingan individu dibuka lebar tidak ada batasan pendapatan bagi seseorang

22Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam,...hal. 91-94

(33)

23

mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terus- menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infaq, dan sedeqah.23 Prakteknya dalam bisnis:

a) Konsep kebebasan dalam islam lebih mengarah pada kerja sama, bukan persaingan apalagi sampai mematikan usaha satu sama lain. Kalaupun ada persaingan dalam usaha maka, itu berarti persaingan dalam berbuat kebaikan atau fastabiq al khairat (berlomba-lomba dalam kebajikan).

b) Menempati kontrak, baik kontrak kerja dengan pekerja.

4) Responsibility

Aksioma tanggungjawab individu begitu mendasar dalam ajaran- ajaran Islam. Terutama jika dikaitkan dengan kebebasan ekonomi.

Penerimaan pada prinsip tanggungjawab individu ini berarti setiap orang akan diadili secara personal di hari kiamat kelak, tidak ada satu cara pun bagi seseorang untuk melenyapkan perbuatan-perbuatan jahatnya kecuali dengan memohon ampunan Allah dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik (amal saleh). Setiap individu

23Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam,...hal. 44

(34)

24

mempunyai hak penuh untuk berkonsultasi dengan sumber-sumber islam (Al-Quran dan Sunnah) untuk kepentingannya sendiri.

Tanggungjawab muslim yang sempurna ini tentu saja didasarkan atas cakupan kebebasan yang luas, yang dimulai dari kebebasan untuk memilih keyakinan dan berakhir dengan keputusan yang paling tegas yang perlu diambilnya. Karena kebebasan itu merupakan kembaran dan tanggungjawab, maka bila yang disebut belakangan itu semakin ditekankan berarti pada saat yang sama yang disebut pertama pun mesti mendapatkan tekanan lebih besar. Prakteknya dalam bisnis:

a) Upah harus disesuaikan dengan UMR (upah minimum regional)

b) Economic return bagi pemberi pinjaman modal harus dihitung berdasarkan perolehan keuntungan yang tidak dapat dipastikan jumlahnya dan tidak bisa ditetapkan terlebih dahulu seperti dalam sistem bunga.

c) Islam melarang semua transaksi alegotoris seperti gharar, system ijon, dan sebagainya.

5) Benevolence

Ihsan (benevolence), artinya melaksanakan perbuatan yang baik yang dapat memberikan kemanfaatan kepada orang lain, tanpa adanya

(35)

25

kewajiban tertentu yang mengharuskan perbuatan tersebut atau dengan kata lain beribadah dan berbuat baik seakan-akan melihat Allah, jika tidak mampu, maka yakinlah Allah melihat.

Dalam sebuah kerajaan bisnis, Ahmad menggaris-bawahi sejumlah perbuatan yang dapat mensupport pelaksanaan aksioma ihsan dalam bisnis, yaitu:

a) Kemurahan hati (leniency)

b) Motif pelayanan (service motives)

c) Kesadaran akan adanya Allah dan aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan yang menjadi prioritas (consciousness of Allah and of His prescribed priorities).24 prakteknya dalam bisnis:

(1) Memberikan zakat dan sedekah

(2) Memberikan kelonggaran waktu pada pihak terutang dan bila perlu mengurangi beban utangnya.

(3) Menerima pengembalian barang yang telah dibeli.

(4) Membayar utang sebelum penagihan utang.

(5) Adanya sikap kesukarelaan antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian bisnis.

(6) Adanya sikap ramah, toleransi, baik dalam menjual, membeli dan menagih utang.

24Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam,...hal.100-102

(36)

26

(7) Jujur dalam setiap proses transaksi bisnis.

(8) Memenuhi perjanjian atau transaksi bisnis.25 d) Tujuan umum Etika Bisnis Syariah

Pada dasarnya sebuah etika bisnis ini digalakkan karena memiliki maksud dan tujuan tertentu dalam dunia bisnis. Adapun tujuan etika bisnis adalah untuk menjalankan dan menciptakan sebuah bisnis seadil mungkin serta menyesuaikan hukum yang sudah dibuat. Selain itu juga dimaksud untuk menghilangkan ketergantungan pada sebuah kedudukan individu maupun perusahaan.

Dalam hal ini etika bisnis Islam adalah merupakan hal penting dalam perjalanan sebuah aktivitas bisnis profesional sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Syahata, bahwa etika bisnis syariah mempunyai fungsi substansial yang membekali para pelaku bisnis, beberapa hal sebagai berikut:

3. Membangun kode etik Islami yang mengatur, mengembangkan metode berbisnis dalam kerangka ajaran agama. Kode etika ini juga menjadi simbol arahan negara melindungi pelaku bisnis dari risiko.

25Sri Nawatmi, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, Jurnal Fokus Ekonomi Vol.9 N0. 01.

April 2010

(37)

27

4. Kode ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggung jawab para pelaku bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis, masyarakat, dan diatas segalanya adalah tanggung jawab dihadapan Allah swt.

5. Kode etik dapat ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan persoalan yang muncul, dari pada harus diserahkan kepada pihak peradilan.

6. Kode etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang terjadi antara sesama pelaku bisnis dan masyarakat tempat mereka bekerja.

7. Sebuah hal yang dapat membangun persaudaraan (ukhwah) dan kerjasama antara mereka semua.26

B. Pelayanan Umum

1. Pengertian Pelayanan (service)

a. Pelayanan (service) menurut Kotler adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. 27 b. Pelayanan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau

organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah.28

26Muslich, etika Bisnis Islami;landasan filosofis, normatif, dan substansi implementatif, (Yogyakarta:Ekonisia Fakultas UII, 2004), hal. 144

27Fajar Laksana, Manajemen Pemasaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hal. 85

(38)

28

c. Menurut Drs. H. Malayu S.P Hasibuan pelayanan adalah kegiatan pemberian jasa dari satu pihak kepada pihak lainnya. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah, adil, cepat, tepat, dan dengan etika baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerimanya.

3. ramah tamah dimaksudkan bahwa bahwa pelayanan dilakukan dengan wajah ceria, wajar, dan dengan etika yang baik serta tidak menyinggung perasaan. Misalnya dengan berkata ‘’apa yang bisa saya bantu?”Adil artinya pelayanan diberikan berdasarkan urutan antrian.

4. Cepat dan tepat dimaksudkan pelayanan yang diberikan tidak bertele-tele dan harus baik dan benar.

5. Etika adalah suatu sistem moral perilaku yang berdasarkan peraturan dan norma-norma sosial, budaya dan agama yang berlaku dalam suatu masyarakat.

6. Etika adalah cabang dari filsafat ilmu yang membicarakan manusia dalam menjalankan kegiatan perbankan, terutama tingkah laku dan perbuatannya, yang dilakukan dengan sadar dilihat dari kacamata baik atau tidak.29

28Kasmir, Etika Customer Service, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 15

29Malayu S.P Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hal. 152

(39)

29

Pengertian lain, pelayanan adalah kegiatan atau manfaat yang ditawarkan suatu pihak pada pihak lain yang tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi layanan bisa berhubungan dengan produksi fisik maupun tidak. Jadi dapat disimpulkan pelayanan atau service adalah kegiatan pemberian kepuasan dari satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak pula berakibat kepemilikan. Dimana pemberian jasa dilakukan dengan ramah tamah, adil, cepat dan tepat serta dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerimanya.

2. Pengertian Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuanya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat. Kualitas pelayanan dapat didefenisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan para pelanggan atas layanan yang mereka terima.

Kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para pelanggan atas layanan yang benar-benar mereka terima.30

3. Konsep Kualitas Pelayanan

30Noviana Hidayatin, dkk, Kualitas Pelayanan dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kepuasan Nasabah di BMT UGT Sidogiri Capes Waru, Jurnal ISSN vol. 04 No.01 April 2014

(40)

30

Modernitas dengan kemajuan teknologi akan mengakibatkan persaingan yang sangat ketat untuk memperoleh dan mempertahankan pelanggan. Kualiats pelayanan menjadi suatu keharusan dikembangkan suatu alat ukur kualitas layanan yang disebut servqual (service Quality). Servquel merupakan skala multi yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan atas kualitas yang meliputi lima dimensi, yaitu:bukti langsung, keandalan, tanggapan, jaminan dan empati.

Service Quality adalah seberapa jauh perbedaan antara harapan dan kenyataan para pelanggan atas layanan yang mereka terima. Service Quality dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi pelanggan atas layanan yang benar-benar mereka terima dengan layanan sesungguhnya yang mereka harapkan.

Total Quality Service merupakan sitem manajemen strategis dan integratis yang melibatkan semua manajer dan karyawan serta menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan atas proses-proses organisasi agar dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan.31

4. Pelayanan yang diberikan Karyawan kepada Anggota a. Nama

31Noviana Hidayatin, dkk, Kualitas Pelayanan dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kepuasan Nasabah di BMT UGT Sidogiri Capes Waru, Jurnal ISSN vol. 04 No.01 April 2014

(41)

31

Menyebutkan nama seseorang dengan betul dan tulus merupakan suatu penghargaan atas orang yang bersangkutan.

b. Senyum

Senyum tulus seorang karyawan menunjukkan bahwa karyawan memiliki sikap yang ramah.

c. Simpati

Rasa simpati menunjukkan spontanitas perasaan yang dalam.

Dengan menumbuhkan rasa simpati kepada calon nasabah maka karyawan akan dengan mudah mengajaknya bekerja sama.

d. Rendah Hati

Rendah hati bukan berarti pemalu. Tetapi rendah hati merupakan tindakan yang disadari, yang dilakukan untuk menghargai orang lain.32 C. Pelayanan dalam Islam

1. Kualitas Pelayanan Islami

Konsep kualitas pelayanan dalam perspektif Islam adalah bentuk evaluasi yang kognitif dari konsumen atas penyajian jasa-jasa oleh organisasi jasa yang menyadarkan setiap aktivitasnya kepada nila-nilai moral dan sesuai kepatuhan yang telah dijelaskan oleh syariat Islam.33 2. Pelayanan dalam Pandangan Islam

32Lili M. Sadeli dan Maman Ukas, Pengantar Bisnis Ilmu Menjual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 69

33Rizky Pratama Putra, Pengaruh Kualitas Pelayanan Islam Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah Bank BRI Syariah Surabaya, Jurnal JESTT Vol. 1 No. 9 Desember 2014

(42)

32

Memberikan pelayanan yang terbaik kepada manusia adalah pekerjaan yang sangat mulia dan merupakan pintu kebaikan bagi siapa saja yang melakukannya. Sebagian kecil dari ayat Al-Quran dan hadits- hadits yang mendorong umat manusia untuk memberikan pelayanan terbaik kepada sesama.

Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha yang baik berupa barang maupun pelayanan hendaknya memberikan yang berkualitas, jangan memberikan yang buruk atau yang tidak berkualitas kepada orang lain.

Dalam ekonomi konvensional pilihan didasarkan atas selera pribadi masing-masing. Manusia boleh mempertimbangkan tuntunan agama, boleh juga mengabaikan. Sedangkan dalam ekonomi Islam, keputusan pilihan ini tidak dapat dilakukan semaunya saja, semua prilaku harus dipandu oleh Allah lewat Al-Quran dan Hadits. Fasilitas dalam Islam dan konvensional juga tidak mengalami perbedaan yang signifikan, perbedaannya hanya terletak pada proses penggunaannya yang mana ketika pelaku bisnis memberikan pelayanan dalam Islam bentuk fisik hendaknya tidak menonjolkan kemewahan.

Ada enam karakteristik pelayanan dalam pandangan Islam yang dapat digunakan sebagai panduan, antara lain:

(43)

33

a. Jujur yaitu sikap yang tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ngada fakta, tidak berkhianat serta tidak pernah ingkar janji.

b. Bertanggungjawab dan terpercaya (Al-Amanah) yaitu suatu sikap dalam menjalankan bisnisnya selalu bertanggung jawab dan dapat dipercaya

c. Tidak menipu (Al-Kadzib) yaitu suatu sikap yang sangat mulia dalam menjalankan bisnisnya adalah tidak pernah menipu.

d. Menepati janji dan tidak curang yaitu sikap pebisnis yang selalu menepati janji baik kepada para pembeli maupun diantara sesama pebisnis.

e. Melayani dengan rendah hati (khidmah) yaitu sikap ramah tamah, sopan santu, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggungjawab.

f. Tidak melupakan akhirat yaitu ketika sedang menjalankan bisnisnya tidak boleh terlalu menyibukkan dirinya semata-mata untuk mencari keuntungan materi dengan meninggalkan keuntungan akhirat.

Sedangkan menurut Abdalla Hanafy dan Hamid Salam, masing- masing guru besar marketing dan Iinternational Business di St. Cloud State University dan guru besar Administration di Mankata state University, merumuskan etika pelayanan Islami sebagai berikut:

1) Etika untuk selalu menyampaikan yang benar

(44)

34

2) Etika untuk selalu dapat dipercaya

3) Etika untuk selalu mengerjakan sesuatu dengan ikhlas 4) Etika persaudaraan

5) Penguasa ilmu pengetahuan dan 6) Etika keadailan

Jadi dapat dismpulkan bahwa, siapa pun dia, bila melaksanakan etika bisnis niscaya akan meraih sukses dalam bisnis. Sebaliknya, walaupun ia seorang muslim dan berbisnis berlabelkan Islam, tapi meninggalkan etika bisnis Islami, niscaya ia sulit mengembangkan bisnisnya.34

3. Pengaruh Kualitas Pelayanan Islami Terhadap Kepuasan Konsumen Pemberian pelayanan yang berkualitas dan sesuai syariat Islami yang dilakukan secara terus-menerus akan mengantarkan pada konsumen yang puas, khususnya bagi konsumen Muslim. Konsumen muslim cenderung lebih puas apabila kebutuhan syariah yang mereka butuhkan terpenuhi.35

D. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

1. Pengertian Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

34Rafidah, Kualitas Pelayanan Islam pada Perbankan Syariah, Jurnal Nalar Fiqh Vol.10 No.

2 Desember 2014

35Rizky Pratama Putra, Pengaruh Kualitas Pelayanan Islam Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah Bank BRI Syariah Surabaya, Jurnal JESTT Vol. 1 No. 9 Desember 2014

(45)

35

Secara bahasa Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dibentuk dengan meng-idhafah kata bait yang artinya “rumah” kepada Al-Mal yang artinya

“harta”. Dengan demikian secara harfiah baitul maal artinya “rumah harta”, yaitu rumah untuk menyimpan harta berupa semua jenis benda berharga yang dikumpulkan dan dimiliki. Namun baitul maal juga dapat diartikan secara fisik sebagai tempat untuk menyimpan dan mengelola segala macam harta yang menjadi pendapatan negara.36

Sedangkan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) menurut bahasa yaitu rumah dana dan rumah usaha, sedangkan pengertian yang menyeluruh bahwa Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan organisasi bisnis yang berperan sosial, atau sebuah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan usaha bisnis mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan. Dari defenisi di atas Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) mengandung dua karakteristik yaitu sebagai lembaga bisnis yang bertujuan meningkatkan kualitas usaha ekonomi, dan kesejahteraan anggota dan masyarakat, juga sebagai lembaga sosial yang menggalang dana menyalurkan ZISWAF.37

36Nurul Huda dkk, Baitul Mal Wa Tamwil, (Jakarta:Amzah, 2016), hal. 20-21

37Sapudin A, Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Vol.5 No.01 2017

(46)

36

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) kependekan dari kata balai usaha mandiri terpadu atau Baitul Mal Wa Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Yang kegiatannya sebagai pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan pembiayaan kegiatan ekonominya.38

2. Ciri-Ciri Baitul Maal Wa Tamwil

8. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling bawah untuk anggota dan lingkunganya.

9. Bukan lembaga sosial tapi dimanfaatkan untuk mengaktifkan penggunaan dan sumbangan sosial zakat, infaq, dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak secara berkelanjutan.

10. Ditumbuhkan dari bawah berdasarkan peran partisipasi dari masyarakat sekitar.

11. Milik bersama masyarakat setempat dari lingkungan LKMS BMT itu sendiri, bukan milik orang lain dari msayarakat itu.

3. Peran Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) di Masyarakat a. Motor penggerak ekonomi dan masyarakat sosial

38Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2009), hal. 492

(47)

37

b. Ujumg tombak pelaksanaan sistem ekonomi syariah

c. Penghubung antara kaum aghina (kaya) dan kaum dhu’afa (miskin) d. Saran pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup berkah.39

4. Operasional Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

Dalam operasional kegiatannya, Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) pada prinsipmya melaksanakan fungsi dan kegiatan dalam bidang jasa keuangannya, sektor riil dan sosial. Kegiatan dalam aspek jasa keuangan ini pada prinsipnya sama dengan yang dikembangkan oleh lembaga ekonomi dan keuangan lain berupa penghimpunan dan penyaluran dana dari dan kepada masyrakat. Prinsip-prinsip operasional Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) tersebut antara lain:

a. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengimplementasikanan prinsip-prinsip syariah dan muamallah dalam kehidupan nyata.

b. Keterpaduan (kaffah) dimana nilai-nilai spiritual berfungsi mengarahakan dan menggerakkan etika dan moral yang dinamis, proaktif, progresif, adil, dan berakhlak mulia.

c. Kekeluargaan (proaktif)

39Mamudatus Sa’diyah, Pengembangan Produk-Produk Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Vol 2No.1 Juni 2014

(48)

38 d. Kebersamaan

e. Kemandirian

f. Profesionalimse dan

g. Istiqomah, konsisten, kontiniutas/berkelanjutan tanpa henti dan tanpa pernah putus asa. Setelah mencapai suatu tahap berikutnya, dan hanya kepada Allah berharap.40

40Mamudatus Sa’diyah, Pengembangan Produk-Produk Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Vol 2No.1 Juni 2014

(49)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menggambarkan kejadian yang terjadi dilapangan atau penelitian yang mencoba menggambarkan, menunjukkan, menafsirkan suatu fenomena yang berkembang pada masa sekarang.41 Melihat bagaimana Implementasi Etika Bisnis Syariah pada Pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah Kota Bukittinggi.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al- Hijrah yang beralamat di Jalan Pemuda No.33, Aur Tajungkang Tangah Sawah , kec. Guguak Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 16 Januari 2020 sampai dengan penelitian ini selesai dilakukan. Adapun alasan penulis mengambil lokasi ini sebagai tempat penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa terindikasi bahwa adanya pelayanan yang kurang baik.

Baik itu kepada anggota maupun calon anggota. Selain itu penulis memilih

41Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Grafindo, 2004), hal. 22

(50)

40

lokasi ini agar Baitul Maal Wa Tamwil mampu menerapkan pelayanan yang baik kepada anggota dalam transaksi kehidupan sehari-hari.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yang diperoleh melalui pengamatan, dan wawancara dengan pihak- pihak yang terlibat di dalam perusahaan yang dapat memberikan data yang penulis butuhkan. Data primer dalam penelitian ini berupa wawancara yang di lakukan penulis dengan nasabah serta informasi yang diperoleh dari Kepala Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah Kota Bukittinggi tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh instansi terkait dan / atau pihak lain). Termasuk majalah, jurnal, dan lembaga lainnya yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti.42Data sekunder dalam penelitian ini adalah berupa literatur dan dokumentasi dari Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah Kota Bukittinggi.

D. Informan Penelitian

42Nur Asnawi, dkk, Metodologi Riset Manajemen Pemasaran, (Malang: Uin-Maliki Press, 2011), hal. 153-156.

(51)

41

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.43 Jadi ia banyak mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang penelitian yang dilakukan. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim dengan kebaikan dan kerelaannya. Ia dapat memberikan pandangan tentang nilai-nilai, sikap, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat. Adapun yang menjadi informasi kunci dalam penelitian ini adalah anggota/nasabah dalam Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah. Sedangkan yang menjadi informan pendukung adalah kepala /manajer beserta karyawan dalam Baitul Maal Wa Tamwil Al- Hijrah, yang diambil dengan menggunakan teknik bola salju (snowball sampling) yaitu yang awalnya sedikit lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena jumlah sumber data yang sedikit sehingga tidak mampu memberikan informasi yang memuaskan, maka menambah informan yang dapat digunakan sebagai sumber data yang diberikan oleh informan kunci.

Alasan penulis mengambil implementasi etika bisnis syariah pada pelayanan di Baitul Maal Wa Tamwil karena anggota lebih mengetahui informasi yang akan penulis cari.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi (Pengamatan)

43 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 1995, Cet. Ke-5, hal. 3

(52)

42

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis.44 Dengan teknik ini penulis akan mengamati secara langsung etika pelayanan bisnis yang sesuai dengan prinsip syariah.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.45 Yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah nasabah Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah serta kepala atau pengurus Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Hijrah Kota Bukittnggi.

Penulis menggunakan wawancara tidak terstruktur, yang mana penulis tidak menyediakan alternatif jawaban tetapi menggunakan pedoman wawancara yang hanya menanyakan garis besar permasalahan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan bukti dan keterangan-keterangan, pengumpulan, pengolahan dan penyimpangan dalam hal ilmu pengetahuan.

F. Teknik Analisis Data

44Nur Asnawi, dkk, Metodologi Riset Manajemen Pemasaran,...hal. 153-156.

45Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek, (Jakarta:Bumi Aksara, 2014), hal. 143-160.

(53)

43

Setelah data terkumpul, kemudian penulis mengolah data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, maksudnya data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk angka bilangan atau statistik, melainkan tetap dalam bentuk uraian penjelasan. Penulis melakukan analisa data dengan memberikan pemaparan gambaran situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil KSPP Syariah Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah

1. Sejarah Berdirinya KSPP Syariah Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah Koperasi ini didirikan dengan nama KJKS Baitul Maal Wa Tamwil Al-Hijrah pada tanggal 16 januari 2006 bertepatan dengan 1 Muharram 1428 H, oleh 23 orang anggota dengan latar belakang ulama sebanyak 5 orang, pemerhati kemiskinan sebanyak 10 orang, profesi kedokteran sebanyak 2 orang dan dari majelis taklim sebanyak 8 orang serta pengurus masjid sebanyak 3 orang yang memiliki satu tujuan ingin meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat melalui koperasi dan berpartisipasi dalam menggerakkan ekonomi masyarakat miskin yang berusaha di sektor

46Mardalis, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), cet. Ke-12 hal. 64.

Referensi

Dokumen terkait

102 Atas Pembiayaan Murabahah Pada BMT ( Baitul Maal Wa Tamwil) (Studi Kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Nur Indah Abadi, KJKS BMT Bina Tanjung dan

Penelitian tentang efisiensi Baitul Maal wat Tamwil di Indonesia masih sangat terbatas, disamping itu, kebanyakan studi efisiensi hanya fokus pada pengukuran

(Studi Kasus pada Nasabah Baitul Maal Wa Tamwil KUBE Sejahtera Kota

Problematika yang ditemui pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Amin Kelurahan Simpang Tiga Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru dalam menerapkan konsep syariah pada

PERAN BAITUL MAL WA TAMWIL DALAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (Studi Kasus Nasabah Baitul Mal wa Tamwil Universitas Muhammadiyah Jakarta) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah

Skripsi dengan judul “Kontribusi Sumber Daya Insani Lulusan Perguruan Tinggi Keilmuan Ekonomi Syariah terhadap Stakeholder Baitul Maal wa Tamwil di Tulungagung” yang ditulis

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISA PERSEPSI PELAKU USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH TERHADAP MODAL SOSIAL PADA BMT (BAITUL MAAL WA TAMWIL) (Studi

Skripsi dengan judul “Kesenjangan Antara Harapan Dan Persepsi Nasabah Terhadap Pembiayaan Musyarakah di BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) Ummatan Wasathan Tulungagung Dan BTM