• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA BAITUL MAAL WA TAMWIL BERDASARKAN MAQASID SYARIAH INDEX (STUDI PADA BMT MEKAR DA WAH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KINERJA BAITUL MAAL WA TAMWIL BERDASARKAN MAQASID SYARIAH INDEX (STUDI PADA BMT MEKAR DA WAH)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

BMT MEKAR DA’WAH)

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Oleh:

Rian Syaputra Lubis NIM : 11150850000006

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H / 2020 M

(2)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rian Syaputra Lubis NIM : 11150850000006 Jurusan : Perbankan Syariah Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bahwa saya melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Maret 2020 Yang Menyatakan,

Rian Syaputra Lubis

(3)

3 Nama : Rian Syaputra Lubis No. Induk Mahasiswa : 11150850000006 Jurusan : Perbankan Syariah

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Baitul Mal wa Tamwil Berdasarkan Maqashid Syariah Index (Studi Pada BMT Mekar Da’wah) Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Maret 2020

1. Yuke Rahmawati, S.Ag., M.A (………..………) NIP. 197509032007012023 Ketua

TTD

2. Dr. Erika Amelia, SE., M.SI (………..………) NIP. 19771109200912201 Sekretaris

TTD

3. Dr. Erika Amelia, SE., M.SI (………..………) NIP. 19771109200912201 Pembimbing

TTD

4. Riris Aishah Prasetyowati, SE., MM (………..………) NIDN. 0421046805 Penguji Ahli

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANALISIS KINERJA BAITUL MAL WA TAMWIL BERDASARKAN MAQASHID SYARIAH INDEX (STUDI PADA BMT MEKAR DA’WAH).

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

Oleh:

Rian Syaputra Lubis NIM: 11150850000006

Di Bawah Bimbingan : Pembimbing I

Dr. Erika Amelia, S.E., M.Si NIDN : 2019117701

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M

(5)

5

Hari ini, Selasa 01 Oktober 2019 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa:

Nama : Rian Syaputra Lubis No. Induk Mahasiswa : 11150850000006 Jurusan : Perbankan Syariah

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Baitul Mal Wa Tamwil Berdasarkan Maqasid Syariah Index (Studi pada BMT Mekar Da’wah).

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 01 Oktober 2019

Aini Masruroh, S.E., M.Si

NIDN. 9920112690

(………..………) Penguji I

Riris Aisyah Prasetyowati,SE., MM.

NIDN. 0421046805

(………..………) Penguji II

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Rian Syaputra Lubis

Alamat Asal : Jalan Pemuda asli I No.16 RT.001 RW.003, Kelurahan Rawamangun, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur.

Alamat Sekarang : Jalan Pemuda asli I No.16 RT.001 RW.003, Kelurahan Rawamangun, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur.

Email : riansyaputral@gmail.com Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 14 Desember 1997

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

B. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah

Nama : Y. Erwando lubis Pendidikan Terakhir : Diploma 3

2. Ibu

Nama : Amila

Pendidikan Terakhir : SMP C. PENDIDIKAN FORMAL

Pendidikan Nama Lembaga

Wilayah Tahun Masuk

Tahun Keluar

SD SDN 01

Gunung besar

Lampung Utara

2002 2008

SMP MTS AL-

FATAH

Lampung Selatan

2008 20011

(7)

7

S1 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Tangerang Selatan

2015 2020

D. PENGALAMAN ORGANISASI

Lembaga / Institusi Tahun

MA AL-FATAH sebagai Anggota ISMA

2011 – 2012

MA AL-FATAH sebagai Ketua Divisi HUJROH

2012 – 2013

KOPMA UIN JAKARTA sebagai anggota Divisi Marketing

2015 – 2016 Federasi Olahraga Mahasiswa

(FORSA) sebagai anggota divisi Tapak Suci

2015 – 2016

Federasi Olahraga Mahasiswa

(FORSA) sebagai Ketua divisi Tapak Suci

2016 – 2017

(8)

ABSTRAK Rian Syaputra Lubis

Analisis Kinerja Baitul Mal wa Tamwil Berdasarkan Maqashid Syariah Index (studi pada BMT Mekar Da’wah)

Baitul Maal wa Tamwil memiliki tujuan utama yang harus dicapai secara bersamaan, yaitu komersial dan pengembangan masyarakat. Baitul Maal wa Tamwil harus selalu meningkatkan kinerjanya sehingga memperoleh kepercayaan dari pemilik dana dan dapat menyalurkannya untuk membantu produktivitas UMKM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kinerja BMT Mekar Da’wah dilihat dari aspek maqashid syariah menggunakan metode Maqashid Syariah Index. Penelitian ini menggunakan tiga indikator kinerja yaitu tahzib al- fard, iqamah al-adl dan jalb al-maslahah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yang menjadi objek penelitian ini yaitu BMT Mekar Da’wah.

Data yang dipakai penelitian ini merupakan data skunder dari laporan keuangan tahunan BMT Mekar Da’wah Periode 2016-2017. Rasio kinerja yang dipakai yaitu 10 rasio kinerja maqashid syariah index. Penelitian menunjukan keseluruhan kinerja maqashid syariah index pada tahun 2016 dengan nilai 0.32251 dan pada tahun 2017 dengan nilai 0.34083, artinya nilai maqashid syariah index mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya.

Kata Kunci : BMT Mekar Da’wah, Kinerja, Maqashid Syariah Index.

(9)

9

(10)
(11)

i

Segala puja dan puji syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat nikmat serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Kinerja Baitul Maal wa Tamwil Berdasarkan Maqashid Syariah Index (Studi pada : Bmt Mekar Da’wah)”. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu memberi syafaat kepada umatnya dari setiap lafal shalawat yang terucap.

Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari dukungan, arahan dan bantuan banyak pihak, dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penulis bisa mengerjakan penelitian akhir ini.

2. Kepada Ibunda Amila yang senantiasa selalu memberikan doa,semangat dan bantuan baik secara moril maupun materil sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah ibunda berikan kepada penulis selama ini.

Aamiin yaa rabbal’alamin.

3. Kepada Keluarga Besar Ruslan bin Munzir (Alm) yang telah memberikan doa, semangat dan bantuan secara moril dan materil.

4. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA., Selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Cut Erika Ananda, SE.,MBA Selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an Dan Tafsir dan Ibu Yuke Rahmawati, M.A., Selaku Sekertaris Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Selaku Umiyati, SE. I., M.Si. Dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak nasihat dan kemudahan bagi penulis dalam mengurus administrasi dan penyelesaian skripsi.

(12)

8. Ibu Dr. Erika Amelia,SE,. M.Si. Selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan serta mengkoreksi dalam penulisan skripsi ini.

9. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan serta pengalaman kepada penulis. Serta para staf dan para karyawan Ekonomi dan Bisnis yang sudah memberikan kemudahan dalam mengurus administrasi dan berkaitan dengan skripsi penulis.

10. Untuk diri saya sendiri, terimakasih banyak telah mau berjuang hingga titik akhir perkuliahan. Semoga semakin giat belajar kembali mendalami apa yang sudah dipelajari selama perkuliahan.

11. Untuk teman seperjuangan penulis dibangku kuliah Angkatan 2015 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih telah berbagi canda, tawa, suka maupun duka kepada penulis selama ini. Dan terimakasih juga kepada Kholishoh Qothrunnada atas segala bantuannya dalam merampungkan penulisan ini.

12. Untuk Komando intelegent yang telah berbagi Semangat serta Sharing terkait hal pencapai gelar sarjana selama penulisan skripsi ini.

Besar harapan penulis, semoga skripsi yang penulis susun ini dapat bermanfaat baik bagi penulis, para akademisi, maupun masyarakat umum.

Wassalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh.

Ciputat, 13 Februari 2020

Penulis

(13)

iii

buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam buku Pedoman Akademik Program Strata 1 Tahun 2017 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

a. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan

ب B Be

ت T Te

ث Ts te dan es

ج J Je

ح h dengan garis bawah

خ Kh ka dan ha

د D De

ذ Dz de dan zet

ر R Er

ز Z Zet

س S Es

ش Sy es da ye

ص S es dengan garis di bawah

ض de dengan garis di bawah

ط te dengan garis di bawah

ظ zet dengan garis di bawah

ع koma terbali di atas hadap

kanan

غ Gh ge da ha

ف F Ef

ق Q Ki

ك K Ka

ل L El

م M Em

(14)

ن N En

و W We

ه H Ha

ء ՚ Apostrof

ي Y Ye

b. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti dalam bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap

Fathah : a أ : â ى...´ : ai

Kasrah : i ى : î و....´ : au

Dhammah : u و : û

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي َ Ai a dan i

و َ Au a dan i

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

آى Â a dengan topi di atas

يِى Î i dengan topi di atas

وُى Û u dengan topi di atas

huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijal, bukan ar- rijal, al-diwân bukan ad-diwân.

(15)

v

sebuah tanda ( َ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi syaddah itu. Akan tetapi hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruh-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ةرور ضلا tidak ditulis aḏ-darûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya.

e. Ta Marbûṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah ini). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh datkata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah diikuti kata benda), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Tanda Vokal Latin Keterangan

1 ةقيرط ṯarîqah

2 ة ّمامسللإا ةعماجلا al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah

3 دوجولا ةدحو waẖdat al-wujûd

f. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid Al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dari EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

(16)

katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak

‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin alRaniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

g. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l) , kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat- kalimat dalam Bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan di atas.

Kata Arab Alih Aksara

ذاتسللأا بهذ dzahaba al-ustâdzu جلأا تبث

ر tsabata al-ajru

ة يرصعلا ةكرحلا al-ẖarakah al-‘asriyyah الله لاإ هلإ لا نا دهشأ asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

حلاصلا كلم انلاوم maulâna Malik al-sâliẖ الله مكرثؤي yu’atstsirukum Allâh ةّلقعلا رهاظملا Al-maẕâhir al-‘aqliyyah

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu dialihaksarakan. Contoh:

Nurcholish Madjid, bukan Nûr Khâlis Majîd; Mohamad Roem, bukan Muhammad Rûm; Fazlur Rahman, bukan Fadl al-Rahmân.

(17)

vii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ... i

PEDOMAN TRANSLITERASI ... iii

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah... 8

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 9

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Terkait Variable Penelitian ... 20

1. Lembaga Keuangan Mikro Syariah ... 20

2. Kinerja Lembaga Keuangan Syariah ... 28

3. Laporan Keuangan ... 30

4. Maqashid Syariah Index ... 31

B. Kerangka Pemikiran ... 37

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Objek dan Tempat Penelitian ... 38

C. Tenik Pengumpulan Data ... 38

D. Sumber Data ... 39

E. Teknik Analisis Data ... 39

F. Definisi Operasional Variabel ... 40

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Temuan Hasil Penelitian ... 50

1. Gambaran Umum Baitul Maal wa Tamwil ... 50

2. Produk Baitul Maal wa Tamwil Mekar Da’wah ... 51

(18)

B. Analisis Pengukuran Kinerja Maqashid Syariah Index (MSI)... 52 1. Rasio Kinerja Maqashid Syariah Index ... 52 2. Indikator Kinerja Baitul Maal wa Tamwil ... 56 3. Maqashid Syariah Index (MSI) BMT Mekar

Da’wah Tahun 2016 - 2017 ... 58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 60 Daftar Pustaka ... 61 Lampiran ...

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Agama Islam yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW sudah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk ekonomi. Kegiatan ekonomi adalah salah satu bentuk ibadah yang mengaitkan hubungan antar sesama manusia, oleh karena itu kegiatan ekonomi tidak dapat terlepas dari aspek aqidah dan akhlak (Azhar, 2015).

Lembaga Keuangan Syariah, sudah seharusnya memiliki pengukuran Kinerja yang berbasis Syariah dan berdasarkan paradigma ekonomi Islam, terbebas dari hal-hal yang bersifat haram dan larangan Riba (bunga), Maysir (permainan kesempatan atau spekulasi) dan juga Gharar (tidak kepastian),hal-hal tersebut harus dihilangkan demi terbentuk Lembaga Keuangan Syariah (Nikmah, 2016).

Keuangan Syariah di Indonesia telah berkembang sejak beroperasinya Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia.

Perkembangan keuangan syariah tentunya telah menghasilkan berbagai prestasi.

Salah satunya, Indonesia berada diurutan ketiga Top Countries in Islamic Finance Events 2017 sebagaimana terlihat dalam grafik (Thomson Reuters Islamic Finance Development Report, 2017).

(20)

Sebagai negara yang berada pada urutan ketiga dalam hal Negara Teratas perihal Peristiwa Keuangan Islam sudah selayaknya Indonesia dapat menjadi pelopor dan kiblat pengembangan keuangan syariah di dunia. Bukan tidak mungkin dengan mayoritas penduduk muslim, pengelolaan keuangan yang dewasa dan pemanfaatan teknologi yang optimal hal tersebut dapat terwujud.

Aset 2017 2018

Perbankan Syariah 435,02 489,69

IKNB Syariah 99,13 97,12

Pasar Modal Syariah 595,61 700,84

Total 1.129,77 1.287,65

Total aset keuangan syariah di tahun 2018 tercatat sebesar 1.287,65 triliun rupiah. Aset keuangan syariah Indonesia mampu tumbuh 13,97% menjadi Rp1.287,65 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp1.129,77 triliun. Pasar Modal Syariah yang memiliki porsi terbesar aset keuangan syariah (54,43%) mengalami pertumbuhan tertinggi di antara sektor lainnya dengan laju 17,67% . Perbankan Syariah dengan porsi sebesar 38,03% dari total aset keuangan syariah mampu tumbuh positif dengan laju 12,57%. Sementara itu, IKNB Syariah yang memiliki porsi sebesar 7,54% dari total aset keuangan syariah mengalami penurunan aset sebesar 2,13% . (LPKSI OJK, 2018).

0 100 200 300 400 500 600 700 800

2017 2018

Dalam Triliun Rupiah

Aset Keuangan Syariah

Perbankan Syariah IKNB Syariah Pasar Modal Syariah

(21)

3

Sektor UMKM merupakan sektor yang penting dalam menggerakan perekonomian nasional. Terlihat dari sumbangannya terhadap PDB nasional yang telah mencapai 56,5%. Keunggulan UMKM sebagai sektor domestik yang mampu menggerakan perekonomian nasional adalah karena ketergantungannya yang kuat terhadap muatan lokal. Unit usaha UMKM menggunakan sumber daya dalam negeri baik sumber daya manusia,bahan baku dan peralatan sehingga UMKM tidak tergantung pada ekspor. Selain itu, hasil produksi sektor UMKM lebih ditunjukan untuk memenuhi pangsa pasar dalam negeri, sehingga tidak tergantung kepada kondisi perekonomian negara lain. Oleh karena itu, sektor inilah yang paling tahan terhadap ancaman krisis global. (Bank Indonesia:

Outlook Perbankan Syariah 2013)

Koperasi Syariah atau Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dibawah Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga termasuk Lembaga Keuangan Non-Bank Syariah (LKNBS) yang turut menyumbang dalam pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia. Di tahun 2015, jumlah koperasi di Indonesia mencapai 150.223 unit (BPS, 2016). Banyaknya unit koperasi tersebut dapat membantu mengembangkan usaha dan pemberdayaan masyarakat kecil, baik melakukan pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro, mengelola simpanan maupun pemberian jasa konsultasi.

Baitul Mal wa Tamwil secara fungsi mediasi mempunyai kemiripan dengan bank syariah (BPRS/BUS) dibandingkan dengan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) non-bank lainnya (Syamsuddin, 2011). Untuk pemberdayaan ekonomi, BMT telah berkonsentrasi kepada pembinaan dan pengembangan usaha kecil dengan sistem syariah yang berbagi hasil dan merupakan lembaga komersial.

Secara umum Baitul Mal wa Tamwil memiliki tujuan utama yang harus dicapai sekaligus, yaitu komersial dan pengembangan masyarakat. Komersial artinya BMT dalam menjalankan usahanya harus memperoleh keuntungan agar aktiva dapat terjaga (sustainable) dan kemampuan melayani nasabah semakin meningkat (outreach) (Muhari & Hosen, 2014).Untuk dapat tetap menjalankan tujuan dan perannya dengan baik, maka BMT harus selalu meningkatkan

(22)

kinerjanya. Sehingga dapat memperoleh kepercayaan dari pemilik dana dan dapat menyalurkannya untuk membantu produktivitas usaha mikro,kecil dan menengah.

Berkembangnya lembaga keuangan mikro syariah seperti Baitul Maal wa Tamwil ini juga meningkatkan pengawasan terhadapnya bukan tidak mungkin jika BMT lepas dari pengawasan akan menimbulkan permasalahan. Maka dari itu, semua lembaga keuangan syariah baik bank maupun non-bank diwajibkan memiliki Dewan Pengawas Syariah dalam struktur kelembagaanya (Syamsuddin,2011).

Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh lembaga keuangan mikro syariah, maka audit kepatuhan syariah menjadi sangat penting untuk dilakukan.

(Suhada dan Pramono, 2014). mengusulkan prosedur audit kepatuhan syariah melalui lima pendekatan, yaitu pendekatan halal-haram, pendekatan akad, pendekatan dokumentasi hukum, pendekatan Maqashid Syariah, dan pendekatan laporan keuangan.

Lebih khusus mengenai audit kepatuhan syariah dengan pendekatan Maqashid Syariah para peneliti telah membuat indeks terkait pendekatan tersebut (Suhada dan Pramono, 2014). Indeks ini lebih dikenal dengan Maqashid Syariah Index (MSI). Dengan adanya maqashid indeks ini dapat dilihat sudah sejauh mana peran LKS bank ataupun non-bank dalam menciptakan kemaslahatan, sehingga dengan indeks ini pihak regulator dapat mengontrol kegiatan lembaga keuangan syariah agar tidak hanya mengejar profit tetapi juga memperhatikan unsur kemaslahatan di dalamnya. Tidak hanya itu, melalui maqashid indeks ini masyarakat juga memiliki acuan untuk memutuskan dimana mereka akan menempatkan dananya.

Usaha-usaha untuk mengembangkan evaluasi kinerja yang sejalan dengan konsep maqashid syariah pernah dilakukan oleh Mohammed, Dzuljastri, dan Taib (2008), Afrinaldi (2013), Ali Rama dan Herni Ali (2016). Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa praktek pengukuran kinerja dengan pendekatan maqashid syariah merupakan solusi atas permasalahan yang ada mengenai pengukuran kinerja bagi bank syariah.

(23)

5

Berbeda halnya dengan studi efisiensi perbankan syariah yang telah banyak menghasilkan laporan penelitian atau paper yang dipublikasikan di jurnal internasional dan nasional. Penelitian tentang efisiensi Baitul Maal wat Tamwil di Indonesia masih sangat terbatas, disamping itu, kebanyakan studi efisiensi hanya fokus pada pengukuran kinerja efisiensi dengan menggunakan pendekatan parametric atau non parametrik Stochastic Frontier Approach (SFA) dan Data Envelopment Analysis (DEA) sementara penelitian yang melakukan analisis kinerja lembaga keuangan syariah dengan pendekatan maqashid syariah (Sharia Maqasid Index) masih sangat jarang dilakukan.

Sampai saat ini, pengukuran kinerja lembaga keuangan syariah umumnya dilakukan dengan menggunakan alat ukur konvensional, diantara alat ukur tersebut adalah metode FRA (Financial Ratio Analysis), metode EVA (Economic Value Added), analisis CAMELS (Capital, Assets, Management, Equity, Liability, Sensitivity), metode DEA (Data Envelope Analysis) dan lainnya.

Karena bank syariah memiliki sistem yang jelas berbeda dengan bank konvensional. Maka perbedaan ini yang sifatnya mendasar akan membedakan formulasi atau kreasi produk perbankan syariah termasuk pendekatan evaluasi kinerjanya (Antonio, Sanrego, dan Taufiq, 2012). Pengukuran kinerja perbankan syariah menggunakan metode-metode konvensional menunjukkan hasil yang kurang memuaskan dan menunjukkan kesan bahwa kinerja perbankan syariah masih jauh tertinggal dibandingkan bank konvensional (Kuppusamy, Saleh, dan Samudhram, 2010).

Ketidak syariah suatu lembaga keuangan syariah akan menimbulkan ketidak percayaan masyarakat terhadap konsep Islam. Maka dari itu, sumber daya yang ada harus digunakan secara optimal sehinnga mampu bersaing dengan perusahaan lainnya ataupun menjawab tantangan kedepannya. Jika perusahaan punya tanggung jawab sosial dan moral berarti perusahaan tersebut secara moral dituntut dan menuntut diri untuk bertanggung jawab atas hak dan kepentingan pihak-pihak terkait yang mempunyai kepentingan, seperti konsumen, buruh, investor, kreditor, pemasok, penyalur, masyarakat setempat, pemerintah dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan sebuah alat analisis untuk mengetahui kinerja perusahaan seperti lembaga keuangan syariah di Indonesia terutama

(24)

untuk menilai kinerja dari sudut pandang nilai-nilai syariah yang diterapkan dalam operasional sehari-hari.

Penelitian yang dilakukan Fidiana (2017), studi menemukan ketidak syariahan Koperasi Syariah (KOPSYAH) di sisi substansinya. Walaupun secara form atau kemasan telah tampak syariah. Ketidak syariahan tampak dari ruang lingkup simpan pinjam dan pembiayaan, kesiapan menanggung kerugian, serta substansi akad-akadnya. Hal tersebut yang dapat membuat masyarakat memandang sebelah mata terhadap sistem keuangan syariah dan akhirnya ragu untuk menempatkan dananya pada LKS atau Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti Baitul Maal wa Tamwil karena diketahui jauh dari tujuan yang sesuai syariat yaitu menjunjung kemaslahatan (Maqashid Syariah).

Laporan keuangan dapat menjadi tolak ukur untuk mengoreksi atau meningkatkan usaha yang dilakukan perusahaan dalam periode tertentu. Sebab dari laporan tahunan kita dapat melihat gambaran keuangan perusahaan secara menyeluruh pada masa tertentu dan juga dapat dinilai kinerja perusahaan melalui laporan ini. Penilaian kinerja perusahaan diukur sebagai dasar penentu keputusan bagi perusahaan baik dari pihak internal maupun eksternal.

Cara mengetahui baik buruknya kinerja perusahaan maka alat analisis keuangan yang digunakan harus yang sesuai dengan karakter perusahaan atau lembaga itu sendiri. Metode indeksasi digunakan untuk mengukur kinerja LKS mencapai tujuannya yang sesuai syariah. Pelaksanaan Maqashid Syariah telah menjadi perhatian beberapa peneliti ekonomi syariah meskipun jumlahnya masih terbatas. Mohammed, Djulzastri, dan Taib (2008) melalui penelitiannya, telah membuat pengukuran kinerja maqashid perbankan syariah dalam bentuk Maqashid Index (MI). Mohammed, Djulzastri, dan Taib pada 2008 dengan Maqasid Index, dan Kuppusamy, Saleha, dan Samudhram (2010).

Khusus mengenai audit kepatuhan syariah dengan pendekatan Maqashid Syariah para peneliti telah membuat indeks terkait pendekatan tersebut (Suhada dan Pramono, 2014). Maqashid index juga mempertimbangkan aspek sustainability yang berarti memperhatikan kesejahteraan bank dengan rasio

(25)

7

pengukuran laba. Hal ini dikarenakan bank juga membutuhkan dana untuk keberlangsungan aktivitas operasi dan usaha perbankan.

Maqashid Syariah yang diukur pada penelitian kali ini berdasarkan konsep Maqashid Syariah yang dijelaskan oleh Muhammad Abu Zahrah dalam karyanya kitab “Ushul Fiqh” menjelaskan konsep Maqashid Syariah secara lebih luas dan umum, bahwa ada tiga tujuan dari keberadaan syariah Islam yaitu:

Tahzib al-Fard (Mendidik Manusia), Iqamah al-’adl (Menegakkan Keadilan) dan Jalb al-maslahah (Kepentingan Publik) yang diukur melalui beberapa parameter berdasarkan ketiga aspek tersebut (Zahrah, 1997).konsep Maqashid Syariah ketiga itu menjadi model untuk mengukur kinerja lembaga keuangan syariah.

Baitul Maal wa Tamwil Mekar Da’wah merupakan Baitul Maal wa Tamwil yang turut hadir dimasyarkat dengan berbagai produk syariah seperti produk simpanan amanah,pendidikan,walimah, hari raya, umroh dan haji.produk pembiayaan seperti pembiayaan al-murabahah,al-mudharabah, al-musyarakah, al-ijarah dan al-qodhrul hasan. Kemudian produk jasa lainya.

Penelitian ini mengambil studi pada BMT Mekar Da’wah karena peneliti ingin mencoba menerapkan metode Maqashid syariah Index yang umumnya para peneliti terdahulu menerapkan pada instansi perbankan syariah. Namun adanya kekurangan beberapa rasio kinerja yang tidak tersedia pada laporan keuangan BMT seperti Education Grant, Research dan Publicity.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan peneletian dalam bentuk skripsi yang berjudul “ANALISIS KINERJA BAITUL MAL WA TAMWIL BERDASARKAN MAQASHID SYARIAH INDEX (STUDI PADA BMT MEKAR DA’WAH)”.

(26)

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bank syariah sebagai salah satu jenis lembaga keuangan syariah pada kenyataan nya masih belum mampu menjangkau Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

2. Sampai saat ini pengukuran kinerja lembaga keuangan syariah umumnya dilakukan dengan menggunakan alat ukur konvensional C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah digunakan untuk menghindari adanya suatu penyimpangan atau perluasan topik yang dibahas agar penelitian lebih terarah dan dapat memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan dari penelitian akan tercapai. Penelitian ini dibatasi pada:

1. Sampel pada penelitian ini berfokus pada laporan keuangan Baitul Mal wat tamwil (BMT) Mekar Da’wah tahun 2016 -2017.

2. Objek penelitian ini adalah Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Mekar Da’wah.

3. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan Maqashid Syariah Index yang terpusat pada teori Abu Zahra Sebagai Indikator pengukur kinerja Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Mekar Da’wah.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana kinerja Baitul Maal wa Tamwil Mekar Dakwah berdasarkan Maqashid Syariah Index (MSI) ?

(27)

9

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Untuk Mengumpulkan bukti empiris mengenai kinerja Baitul Maal wa Tamwil Mekar Da’wah ditinjau dari aspek maqasid syariah mengunakan pendekatan Maqashid Syariah Index (MSI).

2. Manfaat Penelitian a) Bagi Praktisi

1) Perbankan

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan acuan untuk membuat keputusan ekonomi terkait Perbankan.

2) Pemerintah

Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk membuat kebijakan khususnya yang terkait dengan Stabilitas Keuangan dan Perbankan.

b) Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat menjadi kontribusi institusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya kinerja BMT Mekar Da’wah. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

c) Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai objek penelitian dan pembuatan karya ilmiah serta dapat mengembangkan ilmu yang di dapat selama kuliah.

d) Bagi masyarakat

Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai baitul mal wattamwil di Indonesia berdasar aspek maqashid syariah, serta dapat dijadikan refrensi dalam memilih baitul maal wa Tamwil sebagai penyedia jasa keuangan.

(28)

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti (tahun)

Judul Penelitian

Metodelogi Penelitian Kesimpulan Persamaan Perbedaan

1. Muhammad Syafii Antonio,Yuli zar

D.Sanrego &

Muhammad Taufiq (2012)

“An Analysis of Islamic Banking Performance:

Maqashid Index

Implementatio n in Indonesia and Jordania”

Maqashid Syariah index, simple additive weighting (SAW)

Obyek penelitian : bank di Indonesia dan jordania

Kinerja perbankan syariah

indonesia lebih baik dari keinerja perbankan sariah di jordan 2. Mustafa

Omar Mohammed

& Fauziah Md Taib (2015)

“Developing Islamic Banking Performance Measures Based on Maqashid Al- Shariah Framework:

Cases Of 24 Selescted Banks”

Maqashid Syariah index, simple additive weighting (SAW)

Mann- Whitney U-test

Kinerja Bank Syariah lebih baik diukur dengan model PMMS.

Kinerja Bank Konvensional lebih unggul diukur dengan CBPM

3. Evi mutia &

nastha musfiroh (2017)

“Pendekatan Maqashid Shariah Index Sebagai Pengukuran Kinerja Perbankan Syariah di Asia Tenggara”

Maqashid Syariah index, simple additive weighting (SAW)

Obyek penelitian : Perbankan Syariah di Asia Tenggara

perbankan syariah di Negara indonesia mendapatkan nilai terbaik diantara empat perbankan syariah lainnya dengan nilai rata-rata 46,22%, pada posisi kedua

(29)

11

adalah negara Malaysia dengan nilai rata-rata 43,15%, disusul dengan Negara Brunei Darusalam dan Thailand sebesar 37,54 dan 17,51%

dan yang mendapat nilai terendah adalah Negara Filipina yaitu sebesar 1,12%

4. Lia Anggraeni Prasetyowati

& Luqman Hakim Handoko (2016)

“PENGUKU RAN KINERJA BANK UMUM SYARIAH DENGAN MAQASID INDEX DAN SHARIA CONFORMI TY AND PROFITABIL ITY (SCNP)”

Maqashid Syariah index, simple additive weighting (SAW)

sharia conformity and profitabilty (SCnP)

Kinerja terbaik dicapai oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang konsisten memperthanka n kinerja dengan total Maqashid Index berada pada rentang 0,29403 – 0,34031 dan berhasil menduduki peringkat 1

(30)

atau 2 selama empat tahun berturut-turut.

Adapun dengan pendekatan SCnP hasil menunjuk BMI sebagai BUS terbaik karena konsisten berada pada kuadran URQ 5. Mustafa

Omar Mohammed, Dzul jastri Abdul Razak, dan Fauziah Md Taib (2008)

“The

Perfor mance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid Framework”

Maqashid Syariah index, simple additive weighting (SAW)

Obyek penelitian : Perbankan syariah

Hasil dari penelitian menunjukan semua bank yang dijadikan objek penelitian tidak memenuhi ketujuh rasio kinerja,

alternative, dan indikator kinerja.

Hal tersebut dianggap sebagai ketidak

konsistenan pada masing-masing bank syariah untuk fokus pada tujuan syariah secara

keseluruhan.

Namun Jordan Islamic International Arab Bank (JJIAB) menempati peringkat pertama.

6. Aam Slamet Rusydiana dan Yulizar Djamaluddin

“Measuring the

Performance of

Maqashid Syariah index, simple

Maslahah- Efficiency Quadrant (MEQ)

Penelitian

melibatkan Bank, yang

menghasilkan MI

(31)

13 Sanrego

(2018)

Islamic Banking in Indonesia: An Application of Maslahah- Efficiency Quadrant (MEQ)”

additive weighting (SAW)

dengan nilai rata- rata efisiensi 75%

dan MSI 0.224, selain itu Bank Panin Shariah dengan nilai rata- rata efisiensi 84%

dan MSI 0.254, sebagai 2 bank teratas

meninggalkan bank-bank yang memiliki nilai kecil menurut MEQ

7. Thuba Jazil dan

Syahrudin(20 13)

“The

Performance Measures of Selected Malaysian and Indonesia Islamic Banks based on the Maqasid al- Shari’ah Approach”

Maqashid Syariah index, simple additive weighting (SAW)

Obyek penelitian:

3 bank Indonesia dan 3 bank Malaysia

Penelitian ini mencoba melihat kinerja 3 Bank Islam Indonesia dan 3 Bank Islam Malaysia, dengan pengkuran menggunakan Maqasid Sharia. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada bank yang memiliki kinerja tinggi di 10 rasio kinerja, kecuali dibeberapa rasio hamper semua bank memiliki nilai tinggi yaitu

(32)

rasio pendapatan bebasbunga, dan indikator kinerja.

8. Mustafa Omar Mohammed, Kazi Md.

Tarique, dan Rafikul Islam (2015)

“Measuring the

Performance of Islamic banks using Maqasid- based Model”

Pendekatan Maqashid syariah

Maqāṣid Based Performanc e

Evaluation Model (MPEM) Konsep maqashid syariah:

al-Imām al- Ghazālī

Penelitian ini melihat bahwa bank Islam terkadang belum

melaksanakan prinsip syariah dengan maksimal.

Maka dari itu upaya yang dilakukan oleh bank Islam dalam pelaksanaan prinsip syariah dapat diukur dengan pegukuran Maqasid Shariah.

Penelitian ini menjadi salah satu penggagas ide untuk mengoperasion alkan lima dimensi almaqasih

(33)

15

milik al- Ghazali.

9. Herni Ali H.T. dan Ali Rama (2016)

“The Ranking Performance on Sharia Financial Institution Based on Maqashid al- Sharia”

Maqashid Syariah Index

Obyek penelitian : Lembaga Keuangan Syariah

Penelitian ditujukan untuk melihat kesesuaian lembaga keuangan syariah dengan tujuan utama yang ingin dicapai dengan prinsip-prinsip syariah.

Terdapat tiga aspek utama dalam

penelitian ini, yaitu

pendidikan, mewujudkan keadilan, dan mendorong kesejahteraan.

Hasil yang ditemukan bahwa berdasarkan tiga aspek tersebut tidak setiap lembaga keuangan syariah memiliki skor indeks yang

(34)

relative merata di masing- masing aspek penilaian.

10. Mustafa Omar Mohammad dan

Syahidawati Shahwan (2013)

“The Objective of Islamic Economic and Islamc

Banking in Light of Maqashid AlShariah: A Critical Review”

Maqashid Syariah index, simple additive weighting (SAW)

Obyek penelitian:

Perbankan Syariah

Penelitian ini bertujuan menunjukan korelati antara dua disiplin ekonomi yaitu bank Islam dan ekonomi Islam. Sifat bank yang secara alamiah merupakan entitas bisnis tidak dapat dilepaskan, namun ketika masuk kedalam pembahasan Syariah, bukan lagi hanya membahas profit seeking.

Bank diharapkan dapat memenuhi aspek-aspek yang terdapat dalam Maqashid

(35)

17

shariah yang mana terdapat prinsip-prinsip syariah di dalamnya.

11. Adinda Fakhrunnisa dan Sudirman Suparmin (2017)

“Analisi Perbandingan Kinerja PT.

BPRS Puduarta Insani dan PT.

BPRS

Amanah Insan Cita Ditinjau dari Maqashid Sharia Index”

Pendekatan Maqashid Syariah

Konsep Maqashi d Syariah (dharuri yat, hajiyat dan tahsiniy at)

Dari dua objek penelitian yang dilibatkan yaitu PT.

BPRS Puduarta Insani dan PT.

BPRS Amanah Insan Cita menunjukan hasil bahwa kedua lembaga tersebut tidak mengimpleme ntasikan semua indikator yang ada di

Maqashid Shariah Index, keduanya memiliki perolehan nilai cenderung fluktuatif di semua sektor.

PT. BPRS Amanah Insan Cita

mendapatkan nilai lebih baik

(36)

dalam menjalankan prinsip-prinsip syariah dalam Maqashid Sharia Index sebagai ukuran kinerja

perusahaan.

12. Suhada dan Sigit Pramono (2014)

“Analisis Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia dengan Pendekatan Maqashid Indeks (Periode 2009- 2011)

Maqashid Syariah index, simple additive weighting (SAW)

Obyek penelitian:

Perbankan Syariah di Indonesia

Penelitian ini melibatkan enam lembaga keuangan syariah dengan rentang waktu 2009-2010 yang mana hasil dari penelitian yaitu Bank

Muamalat Indonesia menjadi bank dengan kinerja terbaik dengan nilai rasio terbaik yaitu 13,67% dan 13,64%

sedangkan pada tahun 2011 BSM menjadi bank syariah dengan kinerja terbaik

(37)

19

dengan rasio nilai 13,85%

13. Zainil Ghulam (2016)

“Implementas i Maqashid dalam Syariah”

Syariah Koperasi

Pendekatan Maqashid Syariah

Konsep maqashi d Syariah (dharuri yat, hajiyat dan tahsiniy at).

Penelitian hanya membahas anjuran yang seharusnya dilakukan koperasi syariah sebagai lembaga keuangan yang menjalankna prinsipprinsip syariah yang sudah

seharusnya dapat menjalankan segala aspek yang terdapat dalam shariah.

selain itu, juga berisi anjuran agar koperasi syaraih dapat menghindari unsur riba, gharar, maysir, dan sejenisnya.

(38)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Terkait Variable Penelitian

1. Lembaga keuangan Mikro Syariah

Lembaga keuangan mikro (LKM) di Indonesia saat ini berkembang pesat dan mempunyai peran penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Pesatnya perkembangan LKM ini karena hampir 51,2 juta unit atau 99,9% pelaku usaha dalam perekonomian Indonesia didominasi oleh unit usaha mikro dan kecil (Ali Sakti: 2013).

LKM bisa dikatakan sebagai salah satu pilar penting dalam proses intermediasi keuangan yang dibutuhkan oleh masyarakat kecil dan menengah guna untuk konsumsi maupun produksi serta juga menyimpan hasil usaha mereka (Abdul Rasyid,2017).

Di Indonesia, LKM diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro. Menurut Pasal 1 (1) Undang- undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro, yang dimaksud dengan LKM adalah: lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.

Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa LKM merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai lembaga intermediary yang bertujuan tidak hanya semata-mata mencari keuntungan (profit motive) saja, tetapi mempunyai tujuan lain yakni tujuan sosial (social motive) yang kegiatannya lebih bersifat community development (I Gede Kajeng Baskara: 2013).

Selain menjalankan aktivitas secara konvensional, LKM juga bisa beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Khusus untuk lembaga keuangan mikro syariah (LKMS), kegiatan yang dilakukannya dalam bentuk

(39)

21

pembiayaan, bukan simpanan. Pembiayaan di sini diartikan sebagai penyediaan dana kepada masyarakat yang harus dikembalikan sesuai dengan yang diperjanjikan menurut prinsip syariah (Pasal 1 (4) UU-LKM).

LKMS dalam menjalankan usahanya harus merujuk kepada fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Di samping itu, LKMS juga wajib membentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas memberi nasihat dan saran kepada direksi atau pengurus, dan mengawasi kegiatan LKM sesuai dengan prinsip syariah (Pasal 12 & 13 UU-LKM).

LKM sebelum beroperasi harus mendapat izin terlebih dahulu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (Pasal 9 UU-LKM). Bentuk badan hukumnya bisa berbentuk koperasi dan Perseroan terbatas (Pasal 5 UU- LKM). Kegiatan usaha LKM bisa meliputi jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha (Pasal 11 UU- LKM). LKM yang akan beroperasi harus mengajukan permohonan untuk mendapat izin usaha dari OJK semenjak diberlakukannya UU-LKM pada tanggal 8 januari 2015. Adapun bagi LKM yang selama ini telah beroperasi sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro wajib memperoleh izin usaha dengan pengukuhan sebagai LKM oleh OJK selambat-lambatnya 8 Januari 2016 (Pasal 29 ayat 1 POJK nomor 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro). Saat ini, berdasarkan data OJK per 31 Januari 2017, terdapat 138 Lembaga Keuangan Mikro yang telah terdapat di OJK.

LKMS dalam menjalankan usahanya berada dalam satu wilayah desa/kelurahan, kecamatan, atau kabuapen/kota. Jika LKMS melakukan kegiatan usaha melebihi 1 (satu) wilayah kabupaten/kota maka ia wajib merubah bentuknya menjadi bank (Pasal 16 & 27 UU-LKM). Dalam hal pembinaan, pengaturan, dan pengawasan LKM, baik yang berbadan hukum koperasi dan perseroan terbatas, dilakukan oleh Otoritas Jasa

(40)

Keuangan (OJK). Terkait dengan pembinaan terhadap LKM berbadan hukum koperasi, OJK akan melakukan koordinasi dengan kementerian yang menyelenggarakan urusan koperasi.

Sebelum lahirnya Undang-undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro, LKMS di Indonesia dikenal dengan nama Baitul Mal wa Tamwil (BMT) atau Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS). Lembaga tersebut di atas pada umumnya berbadan hukum koperasi. Berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasion yang secara spesifik diatur dalam Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 16/Per/M.KUM/IX/2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Koperasi, perihal perizinan, pendirian, pengawasan dan pembinaan badan koperasi jenis KSPPS harus dilakukan oleh Pemerintah. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa BMT/KSPSS merupakan lembaga keuangan mikro yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah yang berbadan hukum koperasi di bawah pegawasan kementerian koperasi dan usaha kecil dan menengah.(abdul rasyid, 2017).

a. Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

BMT merupakan lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dana dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infak, dan sedekah. sedangkan baitut tamwil sebagai usha pengumpulan dana dan penyaluran dana secara komersia. Usaha -usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bmt sevagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan Syari’at islam. (Heri Sudarsono,2013).

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu adalah lembaga keuagan mikro yang beroperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh-kembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan

(41)

23

kaum faqir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh mayarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan. (Sumar’in, 2012).

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) tersusun atas dua kata golongan yang masing-masing mempunyai makna sendiri, yakni Baitul Mal dan Baituttamwil. Baitul Mal adalah lembaga keuangan yang berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS), sesuai dengan ketentuan prinsip syariah.

Sedangkan baitul tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (Ahmad Syaiful Anam, 2012).

Menurut M. Nur Rianto Al Arif (2012), Baitul Mal wa Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum faqir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal dari tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan sistem ekonomi yang salam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan. BMT sesuai namanya terdiri atas dua fungsi utama, yaitu sebagai berikut:

1. Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil, antara lain dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.

2. Baitul mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infaq, dan shodaqoh serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

(42)

BMT menjalankan tugas sosialnya dengan cara menghimpun dan membagikan dana masyarakat dalam bentuk zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) tanpa mengambil keuntungan.

Disisi lain ia mencari dan memperoleh keuntungan melalui kegiatan kemitraan dengan nasabah baik dalam bentuk penghimpunan, pembiayaan, maupun layanan-layanan pelengkapnya sebagai suatu lembaga keuangan Islam.

Sumber dana BMT pada prinsipnya dikelompokkan menjadi 3 bagian, yakni dana pihak pertama (Modal), dana pihak kedua ( Pinjaman lain) ,dan dana pihak ketiga (tabungan atau simpanan). Adapun penjelasan nya sebagai berikut:

1. Dana Pihak Pertama

Adalah dana yang diperoleh dari modal penyertaan ( simpanan pokok khusus) yang dapat dimiliki oleh individu maupun instansi dengan jumlah penyimpanan tidak harus sama.

Kemudian dari simpanan pokok, yang merupakan simpanan yang harus dibayar saat menjadi anggota BMT dengan porsi yang sama.

selanjutnya dari dana simpanan wajib yang mana pada simpanan ini tidak ditentukan porsi nya seseuai kebutuhan permodalan dan anggotanya.

2. Dana Pihak Kedua

Yaitu dana yang bersumber dari pinjaman pihak luar. Nilai dana ini tidak terbatas, tergantung pada kemampuan BMT masing-masing dalam menanamkan kepercayaan pada investor.

3. Dana pihak Ketiga

Dana ini merupakan simpanan sukarela atau tabungan dari para anggota BMT. Jumlah dan sumber dana ini sangat luas dan tidak terbatas.

(43)

25

Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Namun kenyataanya bank syariah masih belum mampu menjangkau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Melihat pembiayaan untuk kelompok UMKM memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan pembiayaan untuk non-UMKM.

NPF untuk UMKM secara total maupun per kelompok BUS maupun UUS jauh lebih tinggi dibandingkan dengan NPF untuk non-UMKM (ISEO, 2018).

Adapun Fungsi Baitul Maal wa Tamwil (BMT) :

a. Mengidentifikasi, Memobilisasi, Mengorganisir, Mendorong dan Mengembangkan Potensi Serta Kemampuan Ekonomi Anggota , Kelompok, Usaha Anggota Muamalat (Pokusma) dan Kerjanya.

b. Mempertinggi kualitas SDM anggota dan Pokusma menjadi lebih profesional dan islami sehingga makin utuh dan tangguh menghadapi tantangan global.

c. Menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota. (Andri soemitra,2010)

selain itu Baitul Maal wa Tamwil juga memiliki beberapa peran:

a. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat non islam melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi islam. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang islami.

Misalnya ada bukti dalam bertransaksi, dilarang curang dalam menimbang barang, jujur terhadap konsumen, dan sebagainya.

(44)

b. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah.

c. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya.

d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan usaha dalam hal golongan nasabah dan juga jenis pembiayaan yang dilakukan.(Nurul Huda dan Muhammad Haykal, 2010).

(45)

27

Operasional BMT menurut Nita Prinswee (2014), kegiatan yang dikembangkan BMT meliputi:

a. Menggalang dan menghimpun dana (funding) yang dipergunakan untuk membiayai usaha-usaha anggotanya.

Sumber dana BMT terdiri dari dana masyarakat, simpanan biasa, simpanan berjangka atau deposito dan melalui kerjasama dengan lembaga lain.

b. Para penyimpan akan memperoleh bagi hasil dengan mekanisme yang sudah diatur dalam BMT. Memberikan pembiayaan kepada anggota sesuai dengan kelayakan yang dilakukan oleh pengelola BMT bersama anggota yang bersangkutan.

c. Mengelola usaha simpanan-pembiayaan (financial/lending) itu secara profesional sehingga kegiatan BMT bisa menghasilkan keuntungan yang dapat dipertanggung jawabkan.

d. Mengembangkan usaha-usaha di sektor riil yang bertujuan untuk mencari keuntungan dan menunjang usaha anggota.

(46)

Perbedaan antara Baitul Maal wa Tamwil dan Bank adalah sebagai berikut:

No Perbedaan Bank BMT

1 Insentif Bunga Bagi Hasil

2 Landasan hukum orientasi

Hukum positif Syariat dan hukum positif

3 Kelembagaan Dunia Dunia dan akhirat 4 Laporan

keuangan

Accrual basis Cash basis

5 Sumber ajaran Paham kapitalisme

Al-qur’an, sunnah, dan ijtihad ulama 6 Fungsi uang Sebagai

komoditas

Bukan komoditas

7 Sector moneter versus riil

Pengawasan komisaris

Pengawasan dps dan komisaris

2. Kinerja Lembaga Keuangan Syariah

Pengukuran kinerja lembaga keuangan syariah atau LKS, seperti bank syariah, takaful atau BMT, yang segaris dengan karakteristik Lembaga Keuangan Syariah itu sendiri belum dikembangkan, sehingga pengukuran kinerja lembaga keuangan syariah masih menggunakan pengukuran kinerja klasik yang sangat terfokus pada aspek keuangan suatu lembaga intermediasi, seperti Return Of Asset yang disingkat ROA dan Return Of Equity atau yang disingkat ROE, serta aspek teknisnya , seperti biaya operasi di bagi pendapatan operasional atau biasa disebut BOPO, Non-Performing Financing yang biasa disebut NPF dan juga Financing to Deposit Ratio atau biasa disebut FDR, termasuk pengukuran efisiensi, seperti teknis dan efisiensi biaya.

Referensi

Dokumen terkait

and P. berghei in vivo. Several isolated compounds from this plant exhibited antimalarial activity. One of the isolated compound identified as heteroflayon C,

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penanaman tumbuhan berbunga terhadap keragaman dan kelimpahan serangga polinator serta persentase pembentukan buah

[r]

Rofi’uddin dan Zuhdi (2001) menyebutkan, menulis dapat dipandang sebagai rangkaian ak- tivitas yang bersifat fleksibel. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan

Kelompok Ker ja Unit Layanan Pengadaan Jasa Lainnya Kegiatan Penyediaan Jasa Jaminan Bar ang M ilik Daer ah akan melaksanakan Pelelangan Seder hana Pascakualifikasi

Berdasarkan beberapa pengertian layanan bimbingan kelompok di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh

Kesimpulan penelitian ini adalah: Sistem pengendalian intern penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di