• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN

B. Analisis Data

Hipotesis kerja (Ha) yang diajukan ialah terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Analisis yang digunakan untuk dua variabel dengan skala kategorikal (nominal) untuk menguji hipotesis tersebut ialah Uji Chi Square.

Berdasarkan output data Uji Chi Square menggunakan SPSS 17.0 for

signifikansi p < 0,05, maka hipotesis nol (Ho) dito lak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (hasil penghitungan SPSS 17.0 for Windows terlampir).

Untuk melengkapi hasil perhitungan uji tersebut diperlukan analisis pada tabel 4.8 untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan jumlah dukungan keluarga berdasarkan karakteristik responden menggunakan uji Two-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test untuk distribusi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan hubungan responden dengan pasien, sedangkan Uji Chi Square

untuk distribusi jenis kelamin (hasil penghitungan SPSS 17.0 for Windows

terlampir).

Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga pada kelompok masing-masing distribusi karakteristik menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dan Uji Chi

Square tersebut, karena didapatkan hasil bahwa nilai p masing-masing > 0,05,

sehingga disimpulkan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan dukungan keluarga pada tiap kelompok, dijelaskan sebagai berikut.

1. p = 0,491 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga pada masing-masing kelompok umur. 2. p = 0,298 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat

perbedaan dukungan keluarga antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

3. p = 0,491 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga pada masing-masing kelompok tingkat pendidikan.

4. p = 0,057 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga antara masing-masing pekerjaan.

5. p = 0,766 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga berdasarkan hubungan keluarga.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa distribusi karakteristik responden pada penelitian ini terdistribusi normal/setara artinya tidak terdapat perbedaan antara kelompok karakteristik responden dengan dukungan keluarga sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga pada penelitian ini secara statistik tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelam in, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan hubungan responden dengan pasien.

Analisis data selanjutnya menggunakan tabel 2x2 seperti pada tabel 4.13 dan diperoleh nilai Odds Ratio sebesar 4,375 (hasil penghitungan SPSS 17.0 for Windows terlampir).

Nilai Odds Ratio (OR) adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko)

dengan kejadian penyakit; dihitung dengan membandingkan yang

terpajan/sakit (a) dan yang tidak terpajan/tidak sakit (d) dengan yang tidak terpajan/sakit (c) dan yang terpajan/tidak sakit (b) (Timmreck TC, 2004).

keluarga rendah memiliki risiko 4,375 kali lebih besar untuk kambuh dibandingkan dengan pasien dengan dukungan keluarga tinggi.

Analisis data selanjutnya menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan dua variabel atau lebih berskala kategorikan (ordinal) (non-parametrik). Skor dukungan keluarga diranking berdasarkan skor tertinggi hingga terendah, begitu pula kekambuhan diranking berdasarkan frekuensi tertinggi hingga terendah (data primer terlampir). Uji Spearman pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui adakah hubungan peringkat skor dukungan keluarga dengan peringkat frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia (hasil penghitungan SPSS 17.0 for Windows terlampir).

Berdasarkan hasil analisis didapatkan angka probabilitas ialah sebesar 0,002 (p < 0,01) sehingga hubungan kedua variabel ini signifikan dan Ho ditolak. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara variabel dukungan keluarga dengan kekambuhan.

Hasil Uji Spearman menunjukkan angka sebesar -0,506. Angka ini menunjukkan korelasi yang kuat (angka korelasi >0,5 – 0,75) dan tidak searah. Ini berarti, jika variabel dukungan keluarga rendah, maka variabel kekambuhan tinggi, dan sebaliknya, jika dukungan keluarga tinggi, maka kekambuhan rendah.

BAB V

PEMBAHASAN

Hasil analisis data yang diperoleh pada penelitian ini diketahui bahwa hasil penelitian sesuai dengan hipotesis kerja penulis yakni terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (p = 0,040).

Berdasarkan kaidah statistika, nilai p hasil Uji Chi Square tersebut dinyatakan signifikan (bermakna) sebab nilai p < 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Tingkat kepercayaan 95% berarti jika 95 dari 100 sampel akan mempunyai nilai populasi yang sebenarnya dalam jangkauan ketepatan sebagaimana yang sudah ditentukan sebelumnya (Sarwono, 2009). Hal ini sesuai dengan teori bahwa keluarga memiliki peran yang terkait dengan aspek kehidupan masing-masing anggota keluarga di dalamnya. Dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien dapat membantunya untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi (Friedman, 2010). Hasil ini didukung pula oleh hasil penelitian yang d ilakukan oleh Ambari P (2010) bahwa terdapat hubungan sangat signifikan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit dengan nilai p = 0,00.

masing-masing nilai p > 0,05. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa pada penelitian in i, dukungan keluarga secara statistik tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, perkerjaan, dan hubungan dengan pasien, sehingga tidak terdapat karakteristik responden yang dapat menjadi perancu dalam pemberian dukungan keluarga.

Pada umumnya, jika seseorang mempunyai sistem dukungan mental yang kuat, maka kerentanan untuk mengalami gangguan jiwa lebih kecil, dan kemungkinan untuk pemulihan lebih tinggi (Kaplan, 2010). Sistem dukungan mental dibentuk oleh keluarga di mana keluarga mempunyai tanggung jawab dapat perawatan pasien dan membantu proses pemulihan kesehatan pasien. Dalam hal in i, dukungan keluarga dapat membantu pasien untuk mencegah/ meminimalkan terjadinya kambuh dengan mengingatkan keteraturan minum obat, kontrol ke dokter, menerima keadaan pasien, dan membimbingnya (Sullinger dalam Yosep, 2007).

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilaku kan Nurdiana (2007) mengenai hubungan peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia di Rumah Sakit Dr. Moch. Ansyari Saleh Banjarmasin. Hasil Chi Square Test menunjukkan signifikan dengan p = 0,006.

Diketahui berdasarkan teori bahwa pasien dengan dukungan keluarga rendah memiliki risiko untuk kambuh lebih besar daripada pasien dengan dukungan keluarga tinggi. Dalam penelitian ini dibuktikan dengan nilai Odds

rendah memiliki risiko 4,375 kali lebih besar untuk kambuh dibandingkan dengan pasien dengan dukungan keluarga tinggi (OR = 4,375). Dukungan keluarga rendah memberikan dampak yang kurang baik dalam perkembangan pasien (Pharoah et al., 2010). Jika keluarga yang diharapkan dapat menjadi tumpuan harapan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka besar kemungkinan justru akan menjadikan masalah/beban bagi pasien, sehingga risiko mengalami kekambuhan meningkat. Begitu pula sebaliknya, jika keluarga dapat memberikan dukungan meliputi dukungan emosional/afeksional sehingga pasien tidak merasa sendiri dalam menghadapi permasalahannya, dukungan fasilitas dan finansial dalam kelancaran dan rutinnya pasien menjalani pengobatan, serta dukungan informasi di mana keluarga berfungsi sebagai penghimpun dan pemberi informasi bagi pasien (mengenai penyakitnya, solusi permasalahannya, cara berkomunikasi, mengurangi ketegangan, dan meningkatkan strategi koping pasien), maka kekambuhan dapat dicegah/diminimalkan.

Keluarga sangat diperlukan dalam pemulihan pasien skizofrenia karena keluarga merupakan perawat utama (main caretakers) pasien (Varghese et. al., 2002). Keluarga yang mengawasi pasien untuk minum obat dan kontrol, memberikan ekspresi emosi, dukungan sosial dan finansial bagi pasien. Keluarga dapat meningkatkan adaptasi individu namun dapat pula menambah masalah bagi kesehatan individu apabila fungsi keluarga tidak berjalan dengan semestinya

(Prasetyawati, 2010). Dengan adanya dukungan keluarga, diharapkan

Hal tersebut didukung oleh hasil korelasi peringkat dukungan keluarga dengan peringkat frekuensi kekambuhan sebesar -0,506 dengan p = 0,002 yang dilakukan dengan Uji Rank Spearman pada penelitian ini. Data skor dukungan keluarga dan frekuensi kekambuhan sebelumnya diurutkan berdasarkan peringkat, sehingga peringkat itu lah yang dikorelasikan dan dilihat bagaimana korelasi peringkat kedua variabel tersebut. Nilai p pada korelasi ini dianggap signifikan bila < 0,01 (tingkat kepercayaan 99%), sehingga korelasi peringkat kedua variabel tersebut signifikan. Interpretasi nilai uji tersebut menurut kaidah ialah jika 0 = tidak ada korelasi antara dua variabel; >0 – 0,25 = korelasi sangat lemah; >0,25 – 0,5 = korelasi cukup; >0,5 – 0,75 = korelasi kuat; >0,75 – 0,99 = korelasi sangat kuat; dan 1 = korelasi sempurna (Sarwono, 2009). Korelasi peringkat pada penelitian ini tergolong memiliki korelasi kuat. Tanda negatif di depan nilai menunjukkan arah korelasi negatif, artinya jika dukungan keluarga tinggi, maka frekuensi kekambuhan rendah, dan sebaliknya, jika dukungan keluarga rendah, maka frekuensi kekambuhan tinggi.

Secara keseluruhan, berdasarkan teori dan uraian yang telah dikemukan, dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia. Dukungan keluarga rendah meningkatkan risiko pasien untuk kambuh, dan jika dukungan keluarga rendah, maka kekambuhan tinggi, dan sebaliknya, jika dukungan keluarga tinggi, maka kekambuhan rendah.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu jumlah sampel yang terbatas dan hanya dilakukan pada satu lokasi saja yakni Poliklinik Rawat Jalan

seluruh populasi pasien skizofrenia d i rumah sakit tersebut. Keterbatasan lain pada penelitian ini juga terdapat dalam pengambilan data yang dikarenakan karena terbatasnya waktu sehingga penulis hanya dapat menggali data melalui 1 sumber saja yakni anggota keluarga yang mengantar pasien untuk kontrol. Mengingat bahwa interaksi pasien melibatkan seluruh anggota keluarga sehingga akan lebih baik apabila data didapatkan dari seluruh anggota keluarga pasien sehingga data dukungan keluarga dapat didapatkan secara lengkap dari seluruh anggota.

Dari segi teknik sampling penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling di mana pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

hingga jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi. Kelemahan dari teknik in i ialah sampel yang didapatkan kurang acak. Semakin acak pemilihan sampel, maka akan semakin baik karena mengurangi unsur subjektivitas dalam memilih sampel.

Keterbatasan penelitian ini juga disebabkan karena tidak dapat dikendalikan variabel-variabel lain yang memungkinkan kekambuhan pada pasien skizofrenia, seperti sensitivitas individu maupun strategi pertahanan individu.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait