• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan Konsep Garden City Dalam Perencanaan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Kondisi Aktual Kebayoran Baru .1 Wilayah Administratif

4.3.1 Analisis Penerapan Konsep Garden City Dalam Perencanaan

Gambar 22. Pemukiman di Kawasan Menuju Dinamis

Area Kecamatan Kebayoran Baru yang digolongkan ke dalam Kawasan Dinamis dalam RTRW 2005-2010 umumnya adalah area yang tidak direncanakan dalam pembangunan Kotabaru Kebayoran dan umumnya merupakan area yang mengalami konurbasi. Area yang dimaksud diantaranya adalah area SCBD, Kelurahan Gandaria dan Kelurahan Cipete Utara.

4.3 Analisis

4.3.1 Analisis Penerapan Konsep Garden City Dalam Perencanaan

Berbeda dengan pembuatan kota taman Menteng, arsitek Ir. M. Soesilo tidak menerapkan secara utuh konsep Garden City milik Ebenezer Howard ke dalam perencanaan Kotabaru Kebayoran. Konsep Garden City hanya diterapkan sebagian karena disesuaikan dengan kebutuhan dan budaya masyarakat setempat.

Kotabaru Kebayoran dibangun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pemukiman dengan anggaran yang terbatas. Oleh karena itu konsep limitasi penduduk sebesar 32.000 jiwa per 1000 acre yang menjadi esensi konsep Garden City tidak dapat diterapkan. Ditambah lagi dengan adanya peristiwa pemindahan Ibukota Negara yang menyebabkan kebutuhan pemukiman semakin meningkat. Dalam konsep awalnya, Kotabaru Kebayoran direncanakan untuk menampung 50.000 penduduk dan pasca pemindahan Ibukota, Kotabaru Kebayoran dipersiapkan untuk menampung sekitar 65.000 penduduk.

Kotabaru Kebayoran memiliki pola jalan berbentuk radial namun tidak berbentuk lingkaran sempurna. Pada konsep awalnya, Kotabaru Kebayoran memiliki taman pusat kota berbentuk lingkaran namun luasannya tidak mencapai 2.2 Ha melainkan hanya berupa traffic island. Sedangkan konsep enam boulevard

yang memusat pada pusat kota juga tidak diterapkan dalam konsep. Menurut panulis, hal ini memiliki dua kemungkinan alasan. Yang pertama, arsitek M. Soesilo mencoba menyesuaikan dengan budaya lokal masyarakat Indonesia yang lebih berorientasi pada empat arah mata angin yaitu Utara, Selatan, Timur dan Barat. Kemungkinan yang kedua, Ir. M. Soesilo mengambil pelajaran dari pembangunan kota taman Menteng yang pola jalannya menuai banyak kritik karena dinilai tidak cocok dengan masyarakat Indonesia atau penduduk Jakarta pada umumnya. Pola kota taman Menteng mengadaptasi pola jalan Ebenezer Howard yang memiliki banyak pertigaan di pusat kota dan menghasilkan banyak sudut tajam dan tumpul dalam pola radial sehingga menciptakan masalah lalu lintas (Heuken dan Pemungkas, 2001) . Namun demikian, Kotabaru Kebayoran menerapkan standar lebar boulevard sebesar minimal 37 meter. Dalam perencanaannya, boulevard yang membelah Kebayoran dari utara ke selatan memiliki dua jalur dalam satu lajur yaitu jalur cepat dan jalur lambat. Perencanaan boulevard ini terbukti dapat mengakomodir kebutuhan lalu lintas yang padat hingga saat ini.

Gambar 23. Boulevard Utara - Selatan yang membelah Kebayoran

(Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum dan Tenaga Republik Indonesia)

Pada pusat kota terdapat bangunan-bangunan umum yang besar seperti gedung PLN, kantor walikota, gedung sekretariat ASEAN juga fasum dan fasos seperti terminal dan taman kota yang dapat diakses dengan mudah. Karena pusat kota tidak berbentuk radial maka Kotabaru Kebayoran juga tidak memiliki crystal

palace. Akan tetapi fungsi crystal palace diakomodir dalam sebuah sentra perdagangan di selatan pusat kota. Hal ini juga disesuaikan dengan budaya masyarakat Indonesia yang biasa melakukan aktivitas jual beli secara terpusat dalam satu tempat yang biasanya berupa pasar.

Pemisahan Zona 2 dan Zona 3 dengan grand avenue selebar 128 m juga tidak diterapkan dalam perencanaan Kotabaru Kebayoran. Arsitek M. Soesilo mengintegrasikan keberadaan rumah besar dan rumah kecil dalam satu blok. Yang besar di luar, di tepi jalan besar dan yang kecil di dalam, mengelilingi taman lingkungan (Hakim, 2002). Akan tetapi keberadaan taman lingkungan dan adanya pepohonan dan jalur hijau di jalan perkotaan diadopsi dalam konsep ini serta keberadaan tempat ibadah dan sekolah yang disekitarnya terdapat taman dan tempat bermain (Gambar 24).

Gambar 24. Sarana Ibadah; Geraja Katolik (kiri) dan Masjid (Kanan)

Dikarenakan peruntukkannya sebagai kawasan hunian, Kotabaru Kebayoran tidak direncanakan untuk mengakomodir kebutuhan industri. Oleh karena itu kawasan industri yang terdapat dalam Zona 4 yang terdapat dalam konsep Garden City tidak diterapkan dalam konsep perencanaannya. Begitu pula dengan keberadaan stasiun dan jalur kereta api yang dinilai cukup dekat dengan kawasan yaitu di Kebayoran Lama dan Senayan. Meskipun terdapat di luar kawasan, lokasi stasiun dan jalur kereta api dinilai cukup dekat dengan Kotabaru Kebayoran. Sedangkan area perdagangan di pinggir kota atau dalam Zona 4 yang terdapat dalam konsedp Garden City, kembali direalisasikan dalam bentuk pasar yang berskala lebih kecil daripada yang terdapat di pusat kota. Pasar-pasar ini

adalah Pasar Mayestik di sebelah barat (Gambar 25), Pasar Santa di sebelah timur dan Pasar Blok A di selatan kawasan.

Gambar 25. Pertokoan di Pasar Mayestik

Satu hal yang menonjol dalam konsep awal perencanaan Kotabaru Kebayoran adalah diadopsinya keberadaan permanent belt of agriculture. Meskipun tidak mengelilingi kota secara keseluruhan, greenbelt yang awalnya ditujukan sebagai area pertanian warga mendapat porsi yang cukup besar dan sekaligus berfungsi sebagai sempadan Kali Krukut dan Kali Grogol. Secara umum, penerapan konsep Garden City dalam perencanaan kawasan Kotabaru Kebayoran dapat dilihat dalam Tabel 9.

Tabel 9. Penerapan Konsep Garden City Dalam Perencanaan Kawasan Kotabaru Kebayoran

Zona

(Rings) Ukuran Struktur Elemen

Zona I

• Luas pusat kota kurang dari 405 Ha • Taman di pusat kota hanya berupa

traffic island

• Lebar boulevard 37 m

• Luas taman publik kurang dari 59 Ha

• Crystal Palace berupa pasar di pusat kota

• Pusat kota tidak berbentuk lingkaran

• Bangunan-bangunan publik yang besar berada di pusat kota namun tidak mengelilingi taman • Empat buah boulevard berbentuk

radial memusat pada satu titik (pusat kota) melintangi kota dari pusat ke wilayah sekitarnya

• Ruang terbuka berupa taman di pusat kota • Bangunan-bangunan publik yang besar terdapat

pada pusat kota

• Taman publik, terdiri atas lahan rekreasi dengan akses mudah

• Fungsi Crystal Palace diakomodir dalam bentuk pasar

Zona II

• Terdiri dari 7.000 bangunan perumahan

• Populasi 65.000 penduduk

Terdapat berbagai jalan masuk ke perumahan (berbentuk radial), atau terletak di depan boulevard dengan jalan menuju satu titik yaitu pusat kota.

• Pepohonan atau jalur hijau yang selalu hadir di berbagai jalan perkotaan

• Rumah mewah dan rumah sederhana diintegrasikan dalam satu blok dengan desain yang beragam.

Zona III

• Lebar jalan raya utama dan jalur hijau kurang dari 128 m • Panjang jalur hijau 4.827 m • Luas taman 47 Ha

• Luas sekolah dan gereja masing-masing 1.6 Ha

Terintegradi dengan Zona 2 • Pepohonan atau jalur hijau yang selalu hadir di berbagai jalan perkotaan

• Taman

• Sekolah yang dikelilingi oleh tempat bermain dan taman

• Tempat ibadah seperti masjid dan gereja

Zona IV

• Tidak terdapat jalur kereta api • Tidak terdapat jalur kereta api

• Pasar terdapt di Blok A (selatan), Mayestik (barat) dan Santa (timur).

Zona V • Terdapat Wilayah pertanian Peternakan yang luas, pemilik tanah kecil, allotments, penggembalaan sapi, dan sebagainya

Dokumen terkait