• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Kondisi Aktual Kebayoran Baru .1 Wilayah Administratif

4.2.4 Kebijakan Yang Berlaku

Berdasarkan sejarah, aset dan potensi Kebayoran Baru dapat dikategorikan sebagai kawasan cagar budaya. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya SK Gubernur DKI Jakarta No. D.IV-6099/d/33/1975 tentang penetapan daerah Kebayoran sebagai kawasan pemugaran. SK Gubernur ini kemudian ditindak lanjuti dengan diberlakukannya Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta dan Perda No. 9 Tahun 1999 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya.

Dalam SK Gubernur DKI Jakarta No. D.IV-6099/d/33/1975, pengelolaan benda cagar budaya yang terdapat di Kota Taman Kebayoran Baru digolongkan menjadi empat golongan pemugaran yaitu kelas A, B, C dan D. Golongan kelas A merupakan situs yang harus dipertahankan sesuai bentuk aslinya dengan tindakan preservasi. Golongan kelas B merupakan situs yang dapat dipugar dengan cara rekonstruksi atau rehabilitasi. Golongan kelas C merupakan situs yang dapat dipugar dengan cara adaptasi atau revitalisasi dengan tetap mempertahankan tampak bangunan (fasad) utamanya. Sedangkan golongan kelas D merupakan situs yang dapat dibongkar karena kondisinya dianggap dapat membahayakan pengguna atau lingkungannya.

Peta golongan pemugaran bangunan dapat dilihat pada Gambar 18. Sedangkan luas lahan berdasarkan golongan pemugaran bangunan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Luas Lahan Berdasarkan Golongan Pemugaran

Golongan Pemugaran Luas (m2)

Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D

Ruang Terbuka Hijau (RTH)

3,359.55 719,705.13 3,339,729.55 1,149,038.85 626,566.05 Sumber: Pusat Dokumentasi Arsitektur

Sedangkan dalam Perda No. 9 Tahun 1999, lingkungan cagar budaya Kebayoran Baru terbagi atas tiga golongan, yaitu:

1. Golongan I merupakan lingkungan dan bangunan yang tidak dapat diubah dari aslinya. Tujuannya ialah mempertahankan karakter lingkungan. Jenis tindakan pelestarian yang dapat dilakukan adalah rehabilitasi dan restorasi.

2. Golongan II merupakan lingkungan yang ditata dengan tetap mempertahankan keaslian unsur lingkungan yang menjadi ciri khas kawasan. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan karakter lingkungan. Jenis tindakan yang dapat dilakukan adalah rehabilitasi dan rekonstruksi.

3. Golongan III merupakan lingkungan yang ditata dengan penyesuaian terhadap rencana kota tanpa mengurangi unsur keaslian yang menjadi ciri khas kawasan. Tujuannya ialah untuk menata ulang secara optimal unsur-unsur karakter lingkungan yang masih ada. Jenis tindakan yang dapat dilakukan adalah rekonstruksi dan revitalisasi.

Akan tetapi dalam pelaksanaannya di lapangan, kebijakan yang diterapkan adalah SK Gubernur DKI Jakarta No. D.IV-6099/d/33/1975 serta Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang berlaku. SK Gubernur DKI Jakarta No. D.IV-6099/d/33/1975 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Dalam RTRW DKI Jakarta Tahun 2005-2010, untuk memudahkan penyusunan manajemen pemanfaatan kawasan, maka setiap kecamatan dibagi dalam empat tipologi kawasan dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Kawasan Mantap (KM)

Perkembangan Kawasan : Sudah terbangun Perkembangan Fungsi : Tidak berubah Struktur Fisik : Umumnya baik Tingkat Pelayanan : Memadai

b. Kawasan Peralihan Menuju Mantap (KPM) Perkembangan Kawasan : Sudah terbangun Perkembangan Fungsi : Sedikit sekali berubah Struktur Fisik : Sebagian besar cukup baik Tingkat Pelayanan : Kurang memadai

Penataan Kawasan : Umumnya terencana c. Kawasan Peralihan Menuju Dinamis (KPD)

Perkembangan Kawasan : Sebagian terbangun Perkembangan Fungsi : Kurang berkembang/statis Struktur Fisik : Umumnya kurang baik Tingkat Pelayanan : Tidak memadai Penataan Kawasan : Kurang terencana d. Kawasan Dinamis (KD)

Perkembangan Kawasan : Sebagian terbangun, sebagian belum Perkembangan Fungsi : Berubah dan berkembang dengan cepat Struktur Fisik : Sebagian baik, sebagian belum

Tingkat Pelayanan : Sebagian memadai, sebagian belum Penataan Kawasan : Sebagian terencana, sebagian belum

Kawasan Kotabaru Kebayoran saat ini yang merupakan bagian dari Kecamatan Kebayoran Baru hanya termasuk dalam tiga kriteria yaitu Kawasan Mantap (KM), Kawasan Peralihan Menuju Mantap (KPM) dan Kawasan Peralihan Menuju Dinamis (KPD). Pembagian tipologi kawasan berdasarkan RTRW DKI Jakarta Tahun 2005-2010 ini dapat dilihat pada Gambar 19.

Bagian Kotabaru Kebayoran yang termasuk ke dalam Kawasan Mantap (KM) adalah bagian yang kini termasuk ke dalam Kelurahan Gunung, Kelurahan Selong, Kelurahan Rawa Barat, Kelurahan Petogogan, Kelurahan Melawai, Kelurahan Pulo dan Kelurahan Kramat Pela. Area-area yang termasuk ke dalam Kawasan Mantap ini pada umumnya adalah kawasan perumahan atau kawasan pemugaran. Kawasan ini mempunyai nilai arsitektur sehingga akan dipertahankan fungsinya sebagai kawasan perumahan. Kawasan ini juga dibangun secara terencana, dinilai memenuhi kriteria perencanaan kota, perancangan bangunan dan lingkungan.

Gambar 20. Pemukiman di Kawasan Mantap

Bagian Kotabaru Kebayoran yang termasuk ke dalam Kawasan Peralihan Menuju Mantap (KPM) merupakan kawasan yang mengalami perubahan intensitas bangunan dengan fungsi tetap. Kawasan ini dibangun secara terencana, dinilai memenuhi kriteria perencanaan kota, perancangan bangunan dan lingkungan. Kawasan Peralihan Menuju Mantap (KPM) yang berupa kawasan perkantoran pemerintah berada pada:

1. sebagian wilayah Kelurahan Selong yaitu Kantor Walikota lama, MABAK, Kantor Sekretariat ASEAN, Kantor BPN, Gedung Telkom serta Kantor Departemen Pekerjaan Umum.

2. Sebagian wilayah Kelurahan Melawai yaitu gedung PLN dan PTIK 3. Sebagian wilayah Kelurahan Kramat Pela yaitu Kejaksaan Agung RI

dan bekas Percetakan Negara.

Gambar 21. Kawasan Peralihan Menuju Mantap; Gedung PTIK (kiri atas), Gedung PLN Bulungan (kanan atas), Gedung ASEAN (kiri bawah), Gedung TELKOM (kanan bawah)

Kawasan Peralihan Menuju Mantap (KPM) yang berupa kawasan perdagangan dan jasa yaitu sepanjang Jl. Panglima Polim dan Jl. Fatmawati serta sebagian Kelurahan Melawai yaitu kawasan Blok M dan sekitarnya. Sedangkan Kawasan Peralihan Menuju Mantap (KPM) yang berupa kawasan perumahan dan kuburan berada di antara Jl. Wijaya Timur dan Kali Krukut, sekitar Pasar Santa dan kuburan Blok P.

Sedangkan bagian Kotabaru Kebayoran yang termasuk ke dalam Kawasan Peralihan Menuju Dinamis (KPD) berada pada Kelurahan Kramat Pela dan Kelurahan Gunung yaitu di sepanjang Kali Grogol hingga Kompleks Pertamina. Kawasan ini kini didominasi oleh pemukiman.

Gambar 22. Pemukiman di Kawasan Menuju Dinamis

Area Kecamatan Kebayoran Baru yang digolongkan ke dalam Kawasan Dinamis dalam RTRW 2005-2010 umumnya adalah area yang tidak direncanakan dalam pembangunan Kotabaru Kebayoran dan umumnya merupakan area yang mengalami konurbasi. Area yang dimaksud diantaranya adalah area SCBD, Kelurahan Gandaria dan Kelurahan Cipete Utara.

4.3 Analisis

Dokumen terkait