• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sedangkan menurut Kadarsan dalam Shinta (2011), menjelaskan bahwa usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal.Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen (Shinta, 2011).

Ilmu usahatani (farm management), yaitu bagian dari ilmu ekonomi pertanian yang mempelajari cara-cara petani menyelenggarakan usahatani (Isaskar,2014).

2.4 Analisis Penerimaan Dan Pendapatan

1. Penerimaan

Menurut Soedarsono (2009) menjelaskan bahwa mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima petani dari suatu hasil produksi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan yaitu Analisis parsial usahatani dan analisis keseluruhan usahatani.

26

Penerimaan atau pendapatan kotor usahatani di definisikan sebagai nilaiproduk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Nisbah seperti pendapatan kotor per hektar atau per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukkan intensitas operasi usahatani yang merupakan keseluruhan uang yang diperoleh petani dari hasil penjualan jagung yang diukur dengan satuan rupiah. Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahataninya (Soekartawi, 2006).

2. Pendapatan

Menurut Soekartawi (2006) menjelaskan bahwa selisih antara penerimaan dan sama biaya eksotik. Dan pendapatan dapat di gunakan sebagai ukuran untuk melihatb apabila suatu usaha menguntungkan atau merugikan pendapatan dapat di sederhanakan menggunakan rumus sebagai berikut.

Menurut Gustiyana (2003) menjelaskan bahwa pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung

27

dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dll.

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004) menjelaskan bahwa dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu, (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001).

Menurut Nugraha, (2011) menjelaskan bahwa Modal faktor yang sangat

penting dalam usaha tani yaitu untukmembeli bibit, peralatan untuk

berproduksi.Suatu usaha akan membutuhkan modalsecara terus-menerus untuk mengembangkan usaha yang menjadi penghubung alat,bahan dan jasa yang digunakan dalam produksi untukmemperoleh hasil penjualan.

28

Menurut Ardika, (2017) menjelaskan bahwa Meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan setiap masyarakat, dengan peningkatan pendapatan yang terjadi, maka kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya menjadi lebih baik.Jam kerja merupakan waktu yang dicurahkan untuk bekerja. Jam kerja seluruhpekerja adalah jumlah jam kerja yang dilakukan oleh seseorang dengan ketentuanseminggu yang lalu.

Menurut Ejaz, (2015) menjelaskan bahwa petani rumput laut di Kecamatan biasanya bekerja mulai dari pagi hari hingga sore hari, mulai dari pukul 03.00 pagi tergantung pasang surutnya air laut.

Menurut Eng, (2009) menjelaskan bahwa Faktor penting lainnya dalam usaha tani adalah pengalaman kerja ataupengetahuan tentang teknik budidaya rumput lautjuga sangat diperlukan, umumnya di peroleh secara turun temurun dari orang tua atau pendahulu mereka berdasarkan pengalaman.

Dengan pertambahan usia, selalu akan diikuti oleh meningkatnya pengalaman kerja yang ditekuni. Akibat bertambahnya pengalaman didalam mengerjakan suatu pekerjaan atau memproduksikan suatu barang, dapat menurunkan rata-rata ongkos persatuan barang (Putri, 2017). Sehingga semakin tinggipengalaman seorang petani rumput laut diasumsikan bahwa semakin efisien dan efektifdalam proses budidaya sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani rumput laut.

Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan dari budidaya laut yang ekonomis, mudah di budidayakan dan mempunyai prospek pasar yang baik serta dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Rumput laut merupakan bahan baku

29

dari berbagai jenis produk olahan bernilai ekonomi tinggi, rumput laut digunakan sebagai pewarna makanan dan dapat digunakan sebagai produk pangan maupun non pangan, seperti: agar-agar, karaginan, dan alginate.

Pengembangan industri rumput laut dari hilir sampai hulu mempunyai nilai strategis, dimulai dari industri budidaya, industri pengolahan maupun kegiatan riset dan pengembangan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia saat ini menunjukkan bahwa industri yang berbasis bahan baku lokal dalam negeri ternyata lebih menunjukkan eksistensinya dibandingkan dengan industri yang berbasis bahan baku impor. Di samping itu, untuk pemulihan ekonomi dapat diciptakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berbasis keunggulan komparatif sumberdaya kelautan dan perikanan yang dimiliki oleh negara kita (Ya’la, 2008).

Pemeliharaan rumput laut secara teknis tidak memerlukan teknologi dan keterampilan yang khusus. Oleh karena itu, usaha ini dapat dilakukan masyarakat dengan mudah. Penyediaan bibit juga tidak menjadi masalah dikarenakan bibit rumput laut tersebar di banyak tempat.Jenis yang memungkinkan untuk dibudidayakan saat ini diantaranya jenis Eucheuma cottonii dan Gracilaria. Kedua jenis rumput laut ini banyak diminati pasar terutama untuk bahan karaginan dan bahan agar-agar. Rumput laut tersebut kebanyakan diekspordalam bentuk powder, mash, atau chips (Yudi, 2002).

30 2.5 Break Even Point (BEP)

Menurut Rangkuti (2005) menjelaskan bahwa analisis break even point (BEP) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mempelajari keterkaitan antara biaya tetap, biaya variabel, tingkat pendapatan pada berbagai tingkat operasional dan volume produksi. BEP dapat dihitung dengan tiga cara adalah sebagai berikut:

a). Break Even Point Volume Produksi

Total Biaya Produksi (Rp) BEP Produksi =

Total Harga Penjualan (Rp/Kg)

b). Break Even Point Harga Produksi

Total Biaya Produksi (Rp) BEP Harga =

Jumlah Total Produksi (Kg)

Dimana:

BEP Produksi = Break Even Point atau titik impas produksi (kg) BEP Harga = Break Even Point atau titik impas harga (kg)

FC = Biaya Tetap (Fixed Cost) perkg

VC = Biaya Variabel (Variabel Cost) perkg

P = Harga jual per unit (kg)

TC = Total Cost (kg)

31

Usahatani rumput laut di katakan layak apabila berada di titik impas (break even point) dan sebelumnya di katakana tidak layak apabila usahatani rumput laut berada di bawah titik impas (break even point), baik Produksi, maupun harga.

b). Penerimaan dan Pendapatan 1. Penerimaan

TR = Y. Py

(Rahmi, dan Hastuti, 2007) Keterangan:

TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang di perintah dari suatu usaha PY = Harga Produksi

2. Pendapatan

(Soekartawi, 2006)

Keterangan:

Pendapatan Usahatani Rumput Laut (kg)

TR = Total Penerimaan Produksi Rumput Laut (kg) TC = Total Biaya Produksi Rumput Laut (kg)

32 2.6. Kerangka Berfikir

Petani adalah orang yang melakukan usaha tani dengan memanfaatkan segala sumber daya hayati seperti bercocok tanam dan bertenak untuk keberlangsungan hidup rumah tangga petani.

Rumput laut merupakan tanaman laut yang sangat populer dibudidayakan di laut.Ciri-ciri rumput laut adalah tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus.

Proses Produksi adalah proses penggabungan masukan dan mengubahnya menjadi keluaran, teknologi produksi menghubungkan masukan dengan keluaran, kuantitas masukan tertentu diperlukan untuk memproduksi setiap jasa atau barang tertentu.

Biaya usahatani dibedakan menjadi yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.

Penerimaan atau pendapatan kotor usahatani didefenisikan sebagai nilai sproduk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau pemakaian kembali (Rp).

Break Even Point adalah waktu dan tingkat biaya penjualan yang dilakukan tidak menempatkan usaha tersebut menjadi rugi atau mampu menentukan penjualan

33

dengan harga pasar tanpa melupakan laba yang ditentukan. Dari kajian teoritis terdapat hubungan antara variabel yang dapat dilihat dalam kerangka pemikiran pada Gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii)

Proses Produksi

Biaya Penerimaan

Pendapatan

Break Even Point Petani

Dokumen terkait