• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHATANIRUMPUT LAUT KappapycusalvareziTERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA ELA-ELA KECAMATAN UJUNG BULU KABUPATEN BULUKUMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHATANIRUMPUT LAUT KappapycusalvareziTERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA ELA-ELA KECAMATAN UJUNG BULU KABUPATEN BULUKUMBA"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHATANIRUMPUT LAUT

KappapycusalvareziTERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA ELA-ELA

KECAMATAN UJUNG BULU KABUPATEN BULUKUMBA

WAHYUNI 105960189515

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIAYAH MAKASSAR 2019

(2)

2 ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHATANIRUMPUT LAUT

KappaphycusalvareziTERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA ELA-ELA

KECAMATANUJUNG BULU KABUPATEN BULUKUMBA

WAHYUNI 105960189515

SKRIPSI

Sebagai Salah SatuSyaratUntukMemperolehGelarSarjanaPertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIAYAH MAKASSAR

2019

(3)
(4)
(5)

5 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Break Even Point

Usahatani Rumput Laut Kappaphycus alvarezi Terhadap Pendapatan Petani di Desa Ela-Ela, Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba. Adalah benar

merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentu kapa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah di sebutkan dalam teks dan di cantumkan dalam daftar pustaka di bagiana khirs kripsi ini.

Makassar, juli 2019

Wahyuni 105960189515

(6)

6 ABSTRAK

WAHYUNI, 105960189515.Analisis Break Even Point Usahatani Rumput Laut Kappapycus alvarezi Terhadap Pendapatan Petani Di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung

Bulu Kabupaten Bulukumba. Dibimbing oleh Bapak Muh Afirin Fattah dan Bapak

Andi Amran Asriadi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan break even point pada usahatani rumput laut Kappaphycus alverezi di DesaEla-Ela, Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba.

Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah petani Rumputlaut sebanyak 236 orang yang berada di Kecamatan Ujung bulu. Pengambilan sampel dengan metode (acak sederhana), dari jumlah populasi tersebut diambil 10% sehingga jumlah petani responden adalah 20 orang di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

Hasil penelitian menunjukkan total produksi rumput laut sebesar 5.107 kg dengan rata-rata per petani sebesar 255.35kg. Dengan rata-rata pengeluaran dari petani di dapat sebesar Rp. 6.209390,6 Untuk penerimaan yakni sebesar Rp. 6.124.200, dan rata-rata keuntungan yang di peroleh sebesar Rp. 1.313.396,75. Sedangkan analisis titiki mpas (BEP) usaha rumput laut dalam satu musim di dapat BEP volume produksi sebesar 0,942 kg, dan BEP harga produksi sebesar Rp. 240.391 Hal ini berarti bahwa selama petani memproduksi diatas 0,942kg dan menjual rumput laut dengan harga diatas Rp240.391 tiap Kg.

(7)

7 KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Illahi Rabbi yang telah malimpahkan rahmat dan karunia serta waktu dan tenaga sehingga atas Ridho-nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Analisis Break Even Point Usahatani Rumput Laut Kappaphycus alvarezi Terhadap Pendapatan Petani di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang di ajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang terhormat :

1. Dr.Ir. MuhArifin Fattah, M.Si. Selaku pembimbing I dan Andi Amran

Asriadi,S.P.M.Pd.,M.P selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

2. Bapak H. Burhanuddin,S.Pi.,M.P selaku Dekan FakultaS Pertanian Universitas Muhammdiyah Makassar

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati,S.P.,M.P selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammdiyah Makassar

(8)

8

4. Kedua orang tua saya Ayahanda Arwink dan Ibunda Jumalia, dan adek-adekku tercinta Harmawati, Maslang, Nirma dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat saya terselesaikan.

5. Kepada tante saya Nur haena dan juga OM saya Tahiruddin yang

selalumembantusayadanmemberidukungandalammenulisskripsiini.

6. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammdiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

7. Kepada pihak pemerintah Bupati Bulukumba serta semua jajarannya yang telah membantu dan menyetujui untuk melakukan peneletian dilokasi tersebut.

8. Kepada pihak pemerintah Kepala Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten

Bulukumba beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.

9. Ucapan terimah kasih kepada teman-teman saya kelas B Agribisnis angkatan 2015 yang telah menyemangati saya dan selalu mendorong saya untuk bimbingan dan membantu mengerjakan skripsi ini sehingga saya mampu menyelesaikannya. 10.Kepada sepupu saya Irmayani yang juga ikut serta membantu dalam penyusunan

skripsi ini terimah kasih banyak terhadap bantuannya selama ini.

11.Kepada teman-teman kost saya Skarda N Lorong 1 Kompleks Mangasa Permai yang ikut membantu dalam pengetikan skripsi ini.

12.Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

(9)

9

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbagan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga Kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Aamiin.

Makassar, 30 Juni 2019

Wahyuni 105960189515

(10)

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL……...i HALAMANJUDUL...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN KOMISI PENGUJI……...iv

KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI...ix I. PENDAHULUAN……...………....…….………...……...1 1.1 Latar Belakang……….…….………....…....…….1 1.2 Rumusan Masalah……….……….……….…...3 1.3 Tujuandan Kegunaan……….………..………...3

II. TINJAUAN PUSTAKA………...7

2.1 Rumput Laut Kappaphycus Alvarezi………...………...7

2.2 Sejarah Rumput Laut………...………..…...8

2.3 Usahatani Rumput Laut………...……..…….…10

2.4 Break Even Point………14

2.5 Karangka Berfikir………..……….…...………….16

III. METODE PENELITIAN………...20

(11)

11

3.2 Teknik Pengumpulan Data………...………..20

3.3 Jenis dan Sumber Data………..………...21

3.4 Teknik Pengumpulan Data………...………....22

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN………...23

4.1 Letak Geografis………..24

4.2 Kondisi Demografis………26

V. HASIL DAN PEMBAHASAN……….27

VI. KESIMPULAN DAN SARAN………32 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN (berisi)  KuesionerPenelitian  PetaLokasiPenelitian  IdentitasResponden  Rekapitulasi Data  DokumentasiPenelitian  SuratIzinPenelitian

(12)

12

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Volume Produksi Dan Nilai Produksi Rumput Laut…….………..……...3

2. Jumlah penduduk………..…..…...19

3.Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Desa…….………...20

4.Jumlah Penduduk berdasarkan mata pencaharian……….…...21

5.Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan………....22

6. Umur Usahatani Rumput Laut………...23

7. Pendidikan Usahatani Rumput Laut Responden………...24

8. Pengalaman Berusahatani Rumput Laut………25

9. Jumlah Tanggungan Keluarga………...……….26

10. Rata-Rata Biaya Tetap Petani Rumput Laut………...27

11. Rata-Rata BiayaVariabel Petani Rumput Laut………...28

12. Rata-Rata Penerimaan Petani Rumput Laut……….29

13. Analisis Biaya Dan Pendapatan Usahatani Rumput Laut………...30

(13)

13

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

(14)

14

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman Teks 1. kuisioner...46 2. Nama Responden………...50

3. Jumlah Hasil Produksi dan Penerimaan………....51

4. Biaya Tetap Tenaga Kerja...52

3. Biaya Tetap (Penyusutan Alat Talinilon 1mm)………....53

4. Biaya Tetap (Penyusutan Alat Talinilon 10mm)...54

5. Biaya Tetap (Penyusutan Alat Pisau)………...……...………...55

5. Biaya Tetap (Penyusutan Alat Terpal)………...56

6. Biaya Tetap (Penyusutan Alat Sampang)……….57

7. Biaya Tetap (Penyusutan Alat Talinilon 4mm)...58

8. Biaya Variabel jangkar...59

9. Biaya Variabel pelampung Aqua...60

10.Biaya Variabel bibit...61

9. Biaya Variabel Jaring bagang...62

12. Biaya Variabel Ember...63

13.Biaya Variabel Bensin...64

14. Biaya Variabel Solar...65

15. Biaya Variabel Mesin gensek...66

17. Lampiran rekapitulasi...67

(15)

15

19.Dokumentasi…….……….…...71 20. PetaLokasiPenelitian.…..………...72 RIWAYAT HIDUP...73

(16)

16 I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Rumput laut merupakan penelitian yang banyak dan mudah di budidaya di berbagai budaya wilayah Indonesia. Budidaya rumput laut perlu memperhatikan lokasi, tekniknya akan di pakai, penguasaan dan pasca panen. Lokasi yang di pilih lokasi budidaya rumput laut di pilih harus di kaji dari syarat basis: kejernian, salintas, tamparatur, nutrisi, kecepata narus, dan gangguan dari hewan aktifitas manusia.

Wilayah Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu wilayah serta pengembangan rumput laut telah ditetapkan oleh pemerintah oleh pemerintah sebagai salah satu kabupaten yang masuk dalam kraster pilihan di provinsi Sulawesi selatan untuk pengembangan industry tahun 2000 sampai sekarang. Kegiatan budidaya rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii ini mudah di laksanakan, karena masih menggunakan teknologi sederhana atau alat tradisional dalam proses penanaman hingga panen. Sebagian besar masyarakat pesisir di Desa Ujung Bulu Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba, bekerja sebagai petani rumput laut.

Permasalahan utama dalam pengelolaan usaha budidaya rumput laut di wilayah pesisir Kabupaten Bulukumba adalah antusiasme masyarakat yang sangat tinggi. Hal ini menyebabkan pengembangan usaha budidaya rumput laut sangat pesat sehingga tidak terkendali akibatnya hampir semua wilayah pesisir telah ditanami rumput laut menjorok ke laut hingga 4-7 km. Dan yang mengkhawatirkan bagi

(17)

17

keberlanjutan usaha budidaya rumput laut ini adalah pengelolaan yang tidak memperhitungkan azas kesesuaian dan daya dukung kawasan budidaya.

Usaha budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu bentuk lapangan kerja alternatif bagi masyarakat pantai yang dapat menambah penghasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan juga dapat menyerap sumber devisa negara sehingga taraf hidup masyarakat meningkat. Sedangkan volume produksi dan nilai produksi rumput laut dapat diliat pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Volume Produksi Dan Nilai Produksi Rumput Laut di Kecamatan Ujung

Bulu Kabupaten Bulukumba

No Tahun Produksi

Volume (ton) Nilai (Rp)

1 2015 35.440 35,440,000

2 2016 35.506 35,506,000

3 2017 34.383 34,383,000

Jumlah 105,329 105,289,000

Sumber: Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Bulukumba, 2018

Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa data awal pada tahun 2015 produksi rumput laut meningkat sebesar 35.440 (ton) dan bernilai Rp. 35,440,000 sedangkan di tahun 2016 semakin meningkat produksinya sebesar 35.506 (ton) dan bernilai Rp. 35,506,000, kemudian dilihat pada tahun 2017 volume produksinya menurun sebesar 34.383 (ton) dan bernilai Rp. 34,383,000. Peningkatan yang fantastis ini karena banyak nelayan dan masyarakat lain non perikanan yang berpindah menjadi pembudidaya Rumput Laut sehingga terjadi ekstensifikasi dan intensifikasi budidaya. Peralihan pekerjaan ini terjadi karena berbudidaya rumput laut cukup mudah dengan modal dan resiko usaha yang terbilang kecil 34,383,000,

(18)

18

ditambah dengan arti penting komoditas ini sebagai komoditas Ekspor semakin menempatkannya.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Break Even Point Usahatani Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Terhadap Pendapatan Petani Di Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian rumusan masalah, rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Berapakah pendapatan usahatani rumput laut Kappaphycus alvarezi. di Desa Ela-ela, Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba?

2. Berapakah nilai break even point pada usahatani rumput laut Kappaphycus

alvarezi di Desa Ela-Ela, Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba?

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pendapatan pada usahatani rumput laut kappaphycus alverezi di Desa Ela-Ela, Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba.

2. Untuk mengetahui break even point pada usahatani rumput laut kappaphycus alverezi di Desa Ela-Ela, Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba.

(19)

19

1. Bagi petani setempat dapat memberikan wawasan dalam menyikapi

kemungkinan timbulnya permasalahan usahatani Rumput laut berkaitan dengan penentuan jumlah modal dan sekaligus lokasi serta mencari sumber modal yang berkaitan dengan usahatani berkaitan secara efisien sehingga memberikan keuntungan yang maksimal.

2. Bagi instansif terkait dapat menjadi tambahan masukan informasi dalam menyikapi bahan pertimbangan referensi dalam mengambil kebijakan sektor pertanian pada tanaman pangan.

3. Bagi mahasiswa atau peneliti, sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dapat di jadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

(20)

20 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumput Laut Kappaphycus alvarezi

Rumput laut merupakan tanaman laut yang sangat popular di budidayakan di laut.Ciri-ciri rumput laut adalah tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu, dan benda keras lainnya. Jenis rumput laut yang biasa digunakan sebagai bahan olahan pembuatan karaginan.Ciri fisik adalah mempunyai thallus silindris, permukaan licin (Prasetyowati, 2008).

Rumput laut merah ini dikenal sebagai sumber utama karaginan dan agar. Karakteristik thalli mengandung pigmen ficobilin dari ficoerithrin yang berwarna merah dan bersifat adaptasi kromatik. Dinding sel terdapat sellulose,agar, karaginan, profiran, dan furselaran. Rumput laut merah mempunyai kandungan koloid utama adalah karaginan dan agar. Karaginan lebih dikenal sebagai asam karagenik. Koloid karaginan dalam bentuk derivat garam dinamakan karagenat terdiri dari potasium karagenat dan kalsium karagenat (Kadi, 2004).

Dalam dunia pengetahuan rumput laut (seaweeds) dikenal dengan nama (algae). Tumbuhan yang sering disebut ganggang ini adalah salah satu komoditas hasil perikanan dan sebagai sumber utama penghasil agar-agar, alginat dan karaginan yang banyak dimanfaatkan dalam industri makanan,komestik, farmasi, dan industri lainnya. Berdasarkan manfaat tersebut dapat dilihat bahwa prospek

(21)

21

pengembangan rumput laut sebagai komoditas perdagangan sangat cerah, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri (Kordi, 2011).

Berdasarkan kandungan pigmennya ganggang (algae) dibagi dalam empat kelas yaitu Rhodophyceae (ganggang merah), (ganggang coklat), (ganggang hijau), dan (ganggang hijau-biru). Namun rumput laut yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, industri farmasi, kosmetik, tekstil, kulit dan lain-lain adalah jenis ganggang merah karena banyak mengandung agar-agar, karaginan, porpitan, maupun furcelaran. Jenis ganggang merah dan ganggang coklat merupakan jenis yang komersial dan potensial untuk di kembangkan (Indriani dan Suminarsih, 2003).

Divisi: Rhodophyta Kelas: Rhodophyceae Ordo: Bangiales Famili: Solieriaceae Genus: Eucheuma Species:Eucheuma cottonii

Rumput laut jenis Eucheuma pada umumnya diekspor karena rumput laut jenis ini mengandung karbohidrat dalam jumlah yang besar, sedikit protein dan vitamin serta kandungan kimiawi (algin dan carrageenan) dimanfaatkan sebagai bahan baku dan tambahan dalam industri makanan, obat-obatan dan kosmetik (Soegiarto et.al. 2009).

(22)

22

Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena factor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan. Beberapa jenis Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak karaginan (Prasetyowati, 2008).

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan jenis ini yaitucahaya, suhu, kadar garam, pH, dan faktor biologis seperti hama dan penyakit berpengaruh penting pada reproduksi rumput laut. Faktor cahaya rumput laut

Kappahycus Alvarezi tumbuh tidak lebih ada dikedalaman 20 cm. Suhu perairan

yang mendukung pertumbuhan rumput laut yaitu antara 26-28°C. Gerakan airyang terjadi tidak terlalu besar yaitu sekitar 50 cm/detik sehingga tidak mengganggu aktivitas budidaya.Salinitas pada pertumbuhan budidaya berkisar26-28‰.pH yang mendukung pertumbuhan rumput laut berkisar antara 7-7,5. (Melki, 2004).

2.2 Sejarah Rumput Laut Kappaphycus Alvarezi

Istilah rumput laut sudah lazim di kenal dalam dunia perdagangan.Istilah ini merupakan terjemahan dari kata (seaweed).Tumput laut sudah di kenal darimanfaat oleh manusia sejak zaman kekaisaran Shen Nung sekitar tahun 2700 sebelum masehi.Rumput laut pada masa itu di manfaatkan sebagai obat-obatan dan bahan makanan oleh masyarakat timur.Kemudian tahun 65 sebelum masehi rumput laut di manfaatkan sebagai bahan untuk alat-alat kecantikan pada masa kekaisaran

(23)

23

Romawi.Rumput laut di gunakan sebagai pupuk sejak abad ke 4 kemudian di gunakan secara besar-besaran setelah abad ke 12 oleh prancis, irlandia dan Skotlandia.Secara ekonomis, rumput laut baru di manfaatkan sekitar tahun 1670 di cina. Pemanfaatan rumput laut di Indonesia pertama kali di ketahui oleh orang-orang Eropa pada tahun 1292 yang melayani perairan Indonesia, mereka mencatat bahwa penduduk yang mendiami pulau-pulau di nusantara telah mengumpulkan alga laut sejak berabat-abat lamanya untuk sayuran, namun penggunaanya masih sedikit dan terbatas pada keluarga nelayan saja.

Pengembangan budidaya rumput laut merupakan salah satu alternatif pemberdayaan masyarakat pesisir yang mempunyai keunggulan dalam hal produk yang di hasilkan, mempunyai kegunaan yang beragam, terjadinya lahan untuk budidaya yang cukup luas serta mudahnya teknologi budaya yang di perlukan.

2.3 Usahatani Rumput Laut

Menurut Suratiyah (2006) menjelaskan bahwa usahatani adalah pengusaha tani yang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.

Menurut Rahim dan Hastuti (2007) menjelaskan bahwa pada dasarnya usahatani memiliki unsur-unsur yang memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan usahatani, yaitu lahan pertanian, tenaga kerja, modal dan manajemen.

(24)

24

Menurut Soekartawi dalam Shinta (2011) menjelaskan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.

Menurut Adiwilaga dalam Shinta (2011) menjelaskan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu.

Menurut Mosher dalam Shinta (2011) menjelaskan bahwa usahatani merupakan pertanian rakyat dari perkataan farm dalam bahasa Inggris. Dr. Mosher memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Usahatani juga dapat diartikan sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya

(25)

25

Sedangkan menurut Kadarsan dalam Shinta (2011), menjelaskan bahwa usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal.Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen (Shinta, 2011).

Ilmu usahatani (farm management), yaitu bagian dari ilmu ekonomi pertanian yang mempelajari cara-cara petani menyelenggarakan usahatani (Isaskar,2014).

2.4 Analisis Penerimaan Dan Pendapatan

1. Penerimaan

Menurut Soedarsono (2009) menjelaskan bahwa mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima petani dari suatu hasil produksi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan yaitu Analisis parsial usahatani dan analisis keseluruhan usahatani.

(26)

26

Penerimaan atau pendapatan kotor usahatani di definisikan sebagai nilaiproduk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Nisbah seperti pendapatan kotor per hektar atau per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukkan intensitas operasi usahatani yang merupakan keseluruhan uang yang diperoleh petani dari hasil penjualan jagung yang diukur dengan satuan rupiah. Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahataninya (Soekartawi, 2006).

2. Pendapatan

Menurut Soekartawi (2006) menjelaskan bahwa selisih antara penerimaan dan sama biaya eksotik. Dan pendapatan dapat di gunakan sebagai ukuran untuk melihatb apabila suatu usaha menguntungkan atau merugikan pendapatan dapat di sederhanakan menggunakan rumus sebagai berikut.

Menurut Gustiyana (2003) menjelaskan bahwa pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung

(27)

27

dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dll.

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004) menjelaskan bahwa dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu, (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001).

Menurut Nugraha, (2011) menjelaskan bahwa Modal faktor yang sangat

penting dalam usaha tani yaitu untukmembeli bibit, peralatan untuk

berproduksi.Suatu usaha akan membutuhkan modalsecara terus-menerus untuk mengembangkan usaha yang menjadi penghubung alat,bahan dan jasa yang digunakan dalam produksi untukmemperoleh hasil penjualan.

(28)

28

Menurut Ardika, (2017) menjelaskan bahwa Meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan setiap masyarakat, dengan peningkatan pendapatan yang terjadi, maka kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya menjadi lebih baik.Jam kerja merupakan waktu yang dicurahkan untuk bekerja. Jam kerja seluruhpekerja adalah jumlah jam kerja yang dilakukan oleh seseorang dengan ketentuanseminggu yang lalu.

Menurut Ejaz, (2015) menjelaskan bahwa petani rumput laut di Kecamatan biasanya bekerja mulai dari pagi hari hingga sore hari, mulai dari pukul 03.00 pagi tergantung pasang surutnya air laut.

Menurut Eng, (2009) menjelaskan bahwa Faktor penting lainnya dalam usaha tani adalah pengalaman kerja ataupengetahuan tentang teknik budidaya rumput lautjuga sangat diperlukan, umumnya di peroleh secara turun temurun dari orang tua atau pendahulu mereka berdasarkan pengalaman.

Dengan pertambahan usia, selalu akan diikuti oleh meningkatnya pengalaman kerja yang ditekuni. Akibat bertambahnya pengalaman didalam mengerjakan suatu pekerjaan atau memproduksikan suatu barang, dapat menurunkan rata-rata ongkos persatuan barang (Putri, 2017). Sehingga semakin tinggipengalaman seorang petani rumput laut diasumsikan bahwa semakin efisien dan efektifdalam proses budidaya sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani rumput laut.

Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan dari budidaya laut yang ekonomis, mudah di budidayakan dan mempunyai prospek pasar yang baik serta dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Rumput laut merupakan bahan baku

(29)

29

dari berbagai jenis produk olahan bernilai ekonomi tinggi, rumput laut digunakan sebagai pewarna makanan dan dapat digunakan sebagai produk pangan maupun non pangan, seperti: agar-agar, karaginan, dan alginate.

Pengembangan industri rumput laut dari hilir sampai hulu mempunyai nilai strategis, dimulai dari industri budidaya, industri pengolahan maupun kegiatan riset dan pengembangan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia saat ini menunjukkan bahwa industri yang berbasis bahan baku lokal dalam negeri ternyata lebih menunjukkan eksistensinya dibandingkan dengan industri yang berbasis bahan baku impor. Di samping itu, untuk pemulihan ekonomi dapat diciptakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berbasis keunggulan komparatif sumberdaya kelautan dan perikanan yang dimiliki oleh negara kita (Ya’la, 2008).

Pemeliharaan rumput laut secara teknis tidak memerlukan teknologi dan keterampilan yang khusus. Oleh karena itu, usaha ini dapat dilakukan masyarakat dengan mudah. Penyediaan bibit juga tidak menjadi masalah dikarenakan bibit rumput laut tersebar di banyak tempat.Jenis yang memungkinkan untuk dibudidayakan saat ini diantaranya jenis Eucheuma cottonii dan Gracilaria. Kedua jenis rumput laut ini banyak diminati pasar terutama untuk bahan karaginan dan bahan agar-agar. Rumput laut tersebut kebanyakan diekspordalam bentuk powder, mash, atau chips (Yudi, 2002).

(30)

30 2.5 Break Even Point (BEP)

Menurut Rangkuti (2005) menjelaskan bahwa analisis break even point (BEP) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mempelajari keterkaitan antara biaya tetap, biaya variabel, tingkat pendapatan pada berbagai tingkat operasional dan volume produksi. BEP dapat dihitung dengan tiga cara adalah sebagai berikut:

a). Break Even Point Volume Produksi

Total Biaya Produksi (Rp) BEP Produksi =

Total Harga Penjualan (Rp/Kg)

b). Break Even Point Harga Produksi

Total Biaya Produksi (Rp) BEP Harga =

Jumlah Total Produksi (Kg)

Dimana:

BEP Produksi = Break Even Point atau titik impas produksi (kg) BEP Harga = Break Even Point atau titik impas harga (kg)

FC = Biaya Tetap (Fixed Cost) perkg

VC = Biaya Variabel (Variabel Cost) perkg

P = Harga jual per unit (kg)

TC = Total Cost (kg)

(31)

31

Usahatani rumput laut di katakan layak apabila berada di titik impas (break even point) dan sebelumnya di katakana tidak layak apabila usahatani rumput laut berada di bawah titik impas (break even point), baik Produksi, maupun harga.

b). Penerimaan dan Pendapatan 1. Penerimaan

TR = Y. Py

(Rahmi, dan Hastuti, 2007) Keterangan:

TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang di perintah dari suatu usaha PY = Harga Produksi

2. Pendapatan

(Soekartawi, 2006)

Keterangan:

Pendapatan Usahatani Rumput Laut (kg)

TR = Total Penerimaan Produksi Rumput Laut (kg) TC = Total Biaya Produksi Rumput Laut (kg)

(32)

32 2.6. Kerangka Berfikir

Petani adalah orang yang melakukan usaha tani dengan memanfaatkan segala sumber daya hayati seperti bercocok tanam dan bertenak untuk keberlangsungan hidup rumah tangga petani.

Rumput laut merupakan tanaman laut yang sangat populer dibudidayakan di laut.Ciri-ciri rumput laut adalah tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus.

Proses Produksi adalah proses penggabungan masukan dan mengubahnya menjadi keluaran, teknologi produksi menghubungkan masukan dengan keluaran, kuantitas masukan tertentu diperlukan untuk memproduksi setiap jasa atau barang tertentu.

Biaya usahatani dibedakan menjadi yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.

Penerimaan atau pendapatan kotor usahatani didefenisikan sebagai nilai sproduk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau pemakaian kembali (Rp).

Break Even Point adalah waktu dan tingkat biaya penjualan yang dilakukan tidak menempatkan usaha tersebut menjadi rugi atau mampu menentukan penjualan

(33)

33

dengan harga pasar tanpa melupakan laba yang ditentukan. Dari kajian teoritis terdapat hubungan antara variabel yang dapat dilihat dalam kerangka pemikiran pada Gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii)

Proses Produksi

Biaya Penerimaan

Pendapatan

Break Even Point Petani

(34)

34 III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba dalam waktu kurang lebih 2 bulan mulai dari bulan Juli-September Tahun 2019. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba tepatnya di Kecamatan Ujung Bulu merupakan salah satu daerah penghasil Rumput Laut.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani Rumput laut sebanyak 236 orang yang berada di Kecamatan Ujung bulu. Pengambilan sampel dengan metode (acara sederhana), dari jumlah populasi tersebut diambil 10% sehingga jumlah petani responden adalah 20 orang. Jadi teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive (sengaja) di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

N n = 1 + Ne2 Keterangan: n = Ukuran sampel, N = Ukuran populasi,

= Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (misalnya, 10 %).

(35)

35 3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

1. Data primer adalah data diperoleh melalui survey lapangan dan wawancara terhadap responden (petani) di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba. 2. Data sekunder adalah data diperoleh melalui studi pustaka yaitu: dengan

membaca buku-buku yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, serta dari penelitian-penelitian sebelumnya. Data sekunder juga diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Bulukumba, Dinas Pertanian Kabupaten Bulukumba.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penulisan ini, maka dilakukan dengan cara adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah mengamati secara langsung obyek yang diteliti untuk melengkapi data yang diperoleh dari teknik wawancara dan teknik pencatatan.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung kepada responden yang berhubungan dengan masalah penelitian dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) yang telah disiapkan.

(36)

36

Dokumentasi dalam pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting yang terdapat baik dilokasi penelitian maupun di instansi yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif (deskriptif) adalah untuk menganalisis data dengan cara mendeskriftifkan data atau mengambarkan data. Yang dikumpulkan dilapangan dan ditabulasikan dalam bentuk tabelaris sesuai dengan kebutuhan analisis untuk kemudian analisis data menggunakan rumus sebagai berikut:

a. Biaya

b. Penerimaan

Penerimaan adalah perkalian antar produksi yang diperoleh harga jual (Rahim dan Hastuti, 2007). Secara Matematis dirumuskan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

TR = Total Penerimaan (Tota Revenue)

Y = Produksi Yang Diperoleh Dari Suatu Usaha

Py = Harga Produksi

c. Pendapatan

TC = TFC + TVC

(37)

37

Pendapatan atau laba, dihitung dengan cara mengurangi biaya keseluruhan yang meliputi biaya variable dan biaya tetap dari penerimaan. Menurut soekartawi (2002) menjelaskan bahwa pendapatan merupakan selisih dari penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan secara sistematis pendapatan bersih dirumuskan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

NR = Pendapatan Petani Ubi Jalar (Net Return) TR = Total Revenue

TC = Total Cost (Soekatawi, 2002).

d. Titik Impas

Untuk mengetahui titik impas (Break Even Point) dihitung dengan menggunakan rumus (Suratiyah, 2006) sebagai berikut:

1. Titik Impas Volume Produksi (Rp)

BEP Volume Produksi = BEP Penerimaan (Rp) Harga (Rp)(Kg) 2. Titik Impas Harga (Rp) (Kg)

BEP Titik Impas Harga (Rp)(Kg) = BEP Penerimaan (Rp)

BEP Volume Harga (Kg)

3. BEP Penerimaan (BEPnP) = Biaya Tetap Total (FC)

Biaya Variabel (VC)

Nilai Penjualan NR = TR - TC

(38)

38 3.6 Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan mengukur suatu konsep untuk menguji kesempurnaan, (Sugiyono, 2014). Untuk memudahkan dalam pengambilan data dan menyamakan persepsi dalam penelitian ini, maka disusun definisi operasional sebagai berikut: 1. Usaha budidaya rumput laut merupakan salah satu pembangunan wilaya pesisir

dalam rangka peningkatan ekonomi kerakyatan. Dengan potensi yang tersedia budidaya rumput laut menjadi alternatif perbedaan masyarakat pesisir di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

2. Pendapatan adalah jumlah uang yang di terima oleh pelaku usaha dari hasil penjualan rumput laut setelah di kurangi biaya yang di keluarkan dalam setiap kegiatan produksi rumput laut yang di ukur dalam rupiah (Rp).

3. Penerimaan adalah jumlah uang yang di terima perlu usaha dari jumlah rumput laut di kali dengan harga penjualan. Dengan kata lain penerimaan ini merupakan hasil perkalian dari jumlah produk total dengan harga per satuan.

4. Biaya variabel adalah biaya yang di keluarkan dalam jumlah totalnya akan berubah sebanding dengan volume kegiatan produksi. Misalanya biaya bahan baku, tenaga kerja, kemasan dan label serta modal usaha.

5. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume kegiatan tertentu dan waktu tertentu. Misalnya biaya listrik, biaya telfon, penyusutan peralatan.

(39)

39

6. Produksi adalah menciptakan suatu barang jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

7. Harga jual adalah suatu barang yang sudah di produksi dan kemudian di pasarkann kepada masyarakat.

(40)

40 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan jarak kurang lebih 153 kilometer dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan (Makassar). Secara geografis, Kabupaten

Bulukumba terletak antara 5o20” sampai 5o40” lintang selatan dan 119o58” sampai 120o28” bujur timur. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, sebelah

timurdengan Teluk Bone, sebelah selatan dengan Laut Flores dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng.

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores c) Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng.

4.2 Kondisi Demografis

4.2.1 Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan

Populasi penduduk di Desa Ela-ela diklarifikasikan ke dalam jumlah penduduk per jiwa. Adapun jumlah penduduk di Desa Ela-ela dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

(41)

41

Tabel 2. Jumlah penduduk di Desa Ela-ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki – laki 553 50.22

2. Perempuan 548 49.77

Jumlah 1.101 100

Sumbe : Kantor Desa Ela-ela, 2019

Tabel 2. Menunjukkan bahwa Desa Ela-ela berpenduduk sebanyak 691 jiwa yang terdiri dari laki laki 553 jiwa dengan persentase 50.22 % dan perempuan 548 jiwa dengan persentase 49.77%. Hal ini menjelaskan bahwa di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba keadaan penduduk dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada jenis kelamin laki - laki.

4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Usia sering kali dijadikan patokan untuk menggambarkan produktifitas dan berdasarkan hasil sensus penduduk sebanyak 691 jiwa, yang terbesar dalam beberapa kelompok usia penyebaran penduduk di Desa Ela-ela dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

No Kelompok Umur (Tahun) Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) Laki-Laki Perempuan 1. 0 – 4 178 155 333 7,82 2. 5 – 9 167 189 356 8,42 3. 10 – 14 141 165 306 7,23 4. 15 – 19 148 184 332 7,85 5. 20 – 24 170 165 335 7,92 6. 25 – 29 176 185 361 8,53 7. 30 –34 159 148 307 7,26 8. 35 –39 143 177 320 7,56

(42)

42 Sumber: Kantor Desa Ela-Ela, 2019

Tabel 3 menunjukan bahwa jumlah penduduk di Desa Ela-Ela dengan usia yang paling banyak 25-29 sebesar 361 orang dengan persentase 8,53%. Sedangkan usia terendah adalah usia >65 dengan jumlah 208 dalam persentase 4,90%

4.2.3. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Secara umum Desa Ela-ela pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani, namun demikian ada pula penduduk yang bekerja disektor lain. Untuk lebih jelas kondisi mata pencaharian penduduk di Desa Ela-ela dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Jumlah Penduduk berdasarkan mata pencaharian Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Petani 203 62,84 2. Pegawai PLN 11 3,40 3. PNS 50 15,47 4. Pedagang 16 4,95 5. Perawat swasta 4 1,23 6. Kuli Bangunan 14 4,33 7. Nelayan 25 7,73 Jumlah 323 100

Sumber: Kantor Desa Ela-ela, 2019

9. 40 – 44 158 168 326 7,71 10. 45 – 49 154 142 296 7,00 11. 50 – 54 141 133 274 6,48 12. 55 – 59 120 116 236 5,58 13. 60 – 64 112 126 238 5,62 14. > 65 96 112 208 4,90 Jumlah 2.063 2.165 4.228 100

(43)

43

Tabel 4. Menujukkan bahwa mata pencaharian utama penduduk Desa Ela-ela adalah petani dengan jumlah 203 jiwa dengan persentase 62,84 % jumlah tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Ela-ela menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sedangkan mata pencaharian yang paling rendah adalah Perawat Swasta.

4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pembangunan pendidikan dititik peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar disemua jenjang pendidikan mulai dari taman kanak – kanak sampai kepada perguruan tinggi. Upaya peningkatan pendidikan yang ingin dicapai tersebut agar menghasilkan manusia seutuhnya, sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksud agar penduduk usia sekolah setiap tahunnya mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk. Tingkat pendidikan penduduk di Desa Ela-ela Kecamatan Ujung bulu Kabupaten Bulukumba dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Desa Sendana Kecamatan

Mambi Kabupaten Mamasa

No Tingkat Pendudukan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. SD 269 42,76 2. SMP 109 17,32 3. SMA 205 32,59 4. DIII 9 1,43 5. S1 37 5,40 Jumlah 629 100

(44)

44

Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa Ela-ela yang tertinggi adalah tingkat tamat SD dengan 269 orang dengan persentase sebanayak 42,76 % sedangkan tingkat pendidikan terendah yaitu DIII sederajat dengan jumlah 9 orang dengan persentase 1,43 %.

(45)

45 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani rumput laut yang ada di Desa Ela-ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman, usahatani, dan jumlah tanggungan keluarga.

5.1.1 Umur

Umur adalah salah satu faktor-faktor yang berpengaruh pada keberhasilan suatu usaha. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh, umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 6. Umur Usahatani Rumput Laut Responden di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 20 – 28 4 20

2. 29 – 37 4 20

3. 38 – 46 9 45

4. 47– 54 3 15

Jumlah 20 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 6 menunjukkan bahwa umur petani rumput laut antara 38 sampai 46 tahun merupakan yang tertinggi yaitu 9 orang atau 45% dan umur 29 sampai 37 sebanyak 4 orang dengan persentase 40% dan umur 20 sampai 28 tahun dengan persentase 4% sedangkan yang terendah adalah 47 sampai 54 tahun sebanyak 3 orang

(46)

46

dengan persentase 15% dan. Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi petani rumput laut dalam upaya pengelolaan usahataninya dimana umur sangat mempengaruhi kemampuan fisik dancara berfikir, sehingga dapat mempengaruhi dalam mengambil keputusan. Petani rumput laut yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang lebih baik dibandingkan dengan petani rumput laut yang berusia tua. Namun demikian, petani yang memiliki usia lebih tua relative memiliki pengalaman yang lebih banyak, sehingga akan mempengaruhi kematangan dalam mengambil keputusan untuk mengelolah usahataninya.

5.1.2 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu variabel penentu tingkat kemajuan suatu wilayah atau daerah makin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi dalam suatu wilayah atau daerah maka tingkat kemajuan wilayah atau daerah tersebut cenderung lebih tinggi. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 7. Pendidikan Usahatani Rumput Laut Responden di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. SD 8 40

2. SMP 9 45

3. SMA 3 15

Jumlah 20 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar petani rumput laut berpendidikan rendah dari 20 responden yang berpendidikan hanya 11 orang yang

(47)

47

tingkat pendidikanya SMP dan SMA dimana tingkat pendidikan SMA sebanyak 3 orang dengan persentase 15% sedangkan SMP sebanyak 9 orang dengan persentase 45%, dibandingkan dengan tingkat pendidikan SD yang lebih banyak yaitu sebesar 8 orang dengan persentase 40%.Dilihat dari tingkat pendidikan responden yang masih rendah tersebut, memberikan dampak terhadap usahatani yang dijalani.

5.1.3 Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani rumput laut yang dimaksud disini adalah lamanya seorang petani menekuni usahataninya yaitu responden petani rumput laut. Semakin lama petani rumput laut menggeluti usahataninya maka akan semakin banyak pengalaman yang mereka miliki. Pada umumnya petani yang memiliki pengalaman usahatani yang cukup lama cenderung memiliki pula kemampuan berusahatani yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang belum memiliki pengalaman berusahatani. Pengalaman petani rumput laut dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 8. Pengalaman Berusahatani Rumput Laut di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba

No Pengalaman

Bertani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 1 – 5 4 20

2. 6 – 10 14 70

3. 11-15 2 70

Jumlah 20 100,00

(48)

48

Tabel 8 menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani rumput laut di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba tertinggi pada pengalaman usahatani yaitu 1 – 5 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 20% sedangkan 6– 10 sebanyak 14 orang dengan persentase 70% dan 11 – 15 sebanyak 2 orang dengan persentase 70%. Hal ini menjelaskan bahwa apabila petani padi memiliki pengalamanyang cukup lama maka ini menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani akan berpengaruh terhadap tingkat keterampilan petani dalam mengelolah usahataninya.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga yang dimaksud disini adalah keseluruhan anggota keluarga yang memiliki beban hidup bagi usahatani yang bersangkutan Anggota keluarga ini dapat berfungsi sebagai tenaga kerja dalam keluarga anggota keluarga usahatani rumput laut terdiri dari usahatani itu sendiri istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan usahatani. Jumlah anggota keluarga usahatani akan berpengaruh bagi usahatani Jumlah anggota keluarga usahatani akan berpengaruh bagi usahatani dalam perencanaan dan pengambilan keputusan usahatani dalam usahataninya karena anggota keluarga usahatani merupakan sumber tenaga kerja dalam usahataninya terutama anggota keluarga yang produtif selain itu jumlah anggota keluarga merupaan salah satu potensi yang sangat menentuan dalam peningatan produksi dan pendapatan usahatani.

(49)

49

Mereka yang memiliki sedikit tanggungan akan lebih banyak mengalokasikan modalnya untuk menyediakan sarana produksi akan tetapi bagi usahatani rumput laut yang memiliki banyak tanggungan alokasi modal untuk penyediaan sarana produksi akan sangat terbatas sehingga harapan akan peningkatan produksi dan pendapatan kurang terwujud.

Tabel 9. Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Ela-ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

No Tanggungan Keluarga

(Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 1 – 2 1 5

2. 3 – 4 14 70

3. 5 – 6 3 15

4. 7 – 8 2 10

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga terbesar adalah 3 - 4 orang sebanyak 14 orang dengan persentase 70%, umur 5 - 6 sebanyak 3 orang dengan persentase 15%, umur 7 – 8 sebanyak 2 orang dengan persentase, dan umur 1

– 2 sebanyak 1 orang dengan persentase 5%. Tanggungan keluarga semakin besar

menyebabkan seseorang memerlukan tambahan penghasilan yang lebih tinggi untuk membiayai kehidupannya.

5.2 Analisis Biaya

(50)

50

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap atau tidak berubah dalam rentang waktu tertentu, berapapun besarnya penjualan atau produksi perusahaan (Kuswadi, 2015). Rata-rata biaya tetap petani rumput laut dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 10. Rata-Rata Biaya Tetap Petani Rumput Laut di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba

No Uraian Total Biaya (Rp)

1. Perahu kecil 164.474 2. Tali Nilon 1mm 6.650 3. Parang 18.450 4. Terpal 41.370 5. Tali Nilon 4mm 292.500 6. Jangkar 7.000 7. Tali Nilon 10mm 154.500 8. Tenaga Kerja 131.550 Jumlah 816.494

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 10. menunjukkan bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan petani responden rumput laut adalah, Perahu kecil sebesar Rp. 164.474, parang sebesar Rp.

6.650 dimana rata-rata responden membeli parang di took Sebesar Rp. 18.450, Alat Terpal sebesar Rp. 41.370, Bibit sebesar Rp. 1.000, Jangkar sebesar Rp. 7.000.

b. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang dalam rentang waktu dan sampai batas-batas tertentu jumlahnya berubah-ubah secara proporsional (Kuswadi, 2015).

(51)

51

Rata-rata biaya variabel petani rumput laut dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 11. Rata-Rata Biaya Variabel Petani Rumput Laut di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba

No Uraian Total Biaya (Rp)

1. Jaring bagang 37.500 2. Pelampung aquah 142.950 3. Ember 208.750 4. Bensin 26.000 5. Solar 26.475 6. Mesing gensek 5.050.000 7. Bibit 1.000 Jumlah 5.656.149

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 11. menunjukkan bahwa rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan petani responden rumput laut yaitu, Jaringan bagang sebesar Rp 75.000, Pelampung aquah sebesar Rp. 142.950 Ember sebesar Rp. 208.750, Bensin Rp. 26.000, Solar sebesar Rp. 26.475, Mesin gensek Rp. 5.050.000. Sehingga jumlah rata-rata biaya variabel adalah Rp. 5.656.149.

5.3. Penerimaan

Penerimaan adalah nilai yang dihasilkan dari suatu usaha. Penerimaan suatu proses produksi dapat ditentukan dengan mengkalikan jumlah produksi dengan harga produksi tersebut (Putong, 2003). Rata-rata penerimaan petani usahatani

(52)

52

rumput laut di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 12 sebagai berikut:

Tabel 12. Rata-Rata Penerimaan Petani Rumput Laut di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba

No Uraian Jumlah Nilai (Rp)

1. Penerimaan (TR=Y.Py)

- Produksi

Rumput Laut (Jumlah) - Harga (Perkilo)

255,35

24.000

2. Total Penerimaan (TR) 6.124.200

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 12. menunjukkan bahwa besarnya rata-rata penerimaan yang diperoleh oleh petani responden rumput laut dapat dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani tersebut dengan harga jual yang sesuai, maka semakin besar pula penerimaan yang diperoleh petani. Hasil pengamatan penelitian yang dilakukan di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba bahwa produksi rumput laut di Tahun 2019 menjelaskan bahwa rata-rata hasil produksi rumput laut sebesar 303,8 dengan rata-rata harga perkilo sebesar Rp. 24.000. Jadi rata-rata total penerimaan sebesar Rp. 6.124.200

5.4. Pendapatan

Pendapatan merupakan hasil dari suatu usaha yang akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh, dengan cara penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.

(53)

53

Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usahatani. Hasil analisis pendapatan usahatani rumput laut di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 13 sebagai berikut:

Tabel 13. Analisis Biaya Dan Pendapatan Usahatani Rumput Laut di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

No. Uraian Jumlah Rata-Rata (Rp)

1 Penerimaan (TR) = Y x PY

- Produksi (Y)

Rumput laut (Jumlah)

- Harga Produksi (PY)

Rumput laut (Jumlah)

255,35 24.000 Total Penerimaan 6.124.200 2 Biaya Produksi - Biaya Variabel (VC) Perahu kecil Jaring bagang Pelampung aquah Ember Bensin Solar Mesin gensek Bibit Tenaga kerja 164.474 650.000 142.950 208.750 26.000 26.475 5.050.000 7.000 131.550

Total Biaya Variabel 5.557.274

- Biaya Tetap Tali nilon 1 mm Pisau terpal jangkar tali nilon 10 mm Tali nilon 4mm 6.650 18.450 41.370 1.000 154.500 292.500

Total Biaya Tetap 204.378

3 Total Biaya (TC)

A. Biaya Variabel B. Biaya Tetap

5.557.274 669.950

Total Biaya Produksi 6.207.390,6

(54)

54 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 13. menunjukkan bahwa rata-rata total penerimaan adalah Rp. 6.124.200 dalam satu kali musim terakhir dengan jumlah produksi (perkilo) dengan harga satuan sebanyak Rp. 255.35/kilo. Rata-rata biaya variable dengan total sebanyak Rp. 5.557.274 dan total biaya tetap sebanyak Rp. 204.378 sehingga total pendapatan petani responden rumput laut di Desa Ela-ela kecamatan ujung bulu kabupaten Bulukumba sebesar Rp. 5.557.274 Jadi dari hasil penelitian rata-rata pendapatan usahatani rumput laut yang diterima petani dalam satu tahun adalah sebanyak Rp. 1.313.396,57

5.5. Titik Impas

Analisis Titik Impas (BEP) Usahatani Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottonii) di Kota Tual. Break Event Point adalah suatu kondisi dimana modal telah kembali semua atau pengeluaran sama dengan penerimaan, pada saat BEP dicapai usaha tidak untuk maupun rugi. BEP dapat dihitung dengan mengetahui biaya tetap, biaya produksi dan hasil penjualan, análisis BEP ini dimaksud untuk mengetahui berapa unit minimum yang harus dihasilkan agar usahatani rumput laut tidak mengalami kerugian. Análisis BEP usahatani rumput laut dapat dilihat pada Tabel 14 sebagai berikut:

(55)

55

Tabel 14. Analisis Titik Impas (BEP) Usahatani Rumput Laut di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba

Uraian Nilai (Rp)

Titik Impas (BEP) Volume Produksi

Total Biaya Produksi (Rp)

Total Harga Penjualan

(Rp/Kg)

6.207.390,6

6.124.200

BEP Volume Produksi (Kg) 0,942

Titik Impas (BEP) Harga Produksi

Total Biaya Produksi (Rp) Total Produksi (Kg)

5.769.407 255,35

BEP Harga Produksi (Kg) 240.391

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 13. Menunjukkan bahwa analisis titik impas (BEP) usaha rumput laut dalam satu musim di dapat BEP volume produksi sebesar 0,942 kg, dan BEP harga produksi sebesar Rp. 240.391. Hal ini berarti bahwa selama petani memproduksi diatas 0,942 kg dan menjual rumput laut dengan harga rata-rata sebesar Rp 24.000 tiap Kg, maka pendapatan petani tersebut masih dikategorikan rendah di lokasi penelitian di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba. Hasil perhitungan yang dilakukan, kondisi Titik Impas (BEP) bagi budidaya rumpu laut di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba jika penggunaan lahan yang digunakan seharusnya minimalkan seluas 1.000 m2 dari rata-rata penggunaan lahan pada saat penelitain dilakukan. Meskipun budidaya rumput laut besarnya keuntungan tersebut masih rendahnya penerimaan dan keuntungan yang diterima pembudidayaan petani tersebut. Paling dominan disebabkan oleh besarnya biaya input usaha yang harus dikeluarkan pembudidaya rumput laut di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

(56)

56 VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Total produksi rumput laut sebesar 5.107 kg dengan rata-rata per petani sebesar

255.35 kg. Dengan rata-rata pengeluaran dari petani didapat sebesar Rp. 6.209390,6, Untuk penerimaan yakni sebesar Rp. 6.124.200, dan rata-rata keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 1.313.367,75

2. Sedangkan analisis titik impas (BEP) usaha rumput laut dalam satu musim di dapat BEP volume produksi sebesar 0,942 kg, dan BEP harga produksi sebesar Rp. 240.391. Hal ini berarti bahwa selama petani memproduksi diatas 0,942 kg dan menjual rumput laut dengan harga diatas Rp 240.391 tiap Kg, maka petani tersebut akan mengalami keuntungan masih rendah.

6.2. Saran

Untuk memperbaiki usaha budidaya rumput laut agar lebih menguntungkan lagi bagi petani adalah sebagai berikut:

1. Petani responden rumput laut memerlukan suatu sarana organisasi sebagai pusat informasi dan penyelesaian permasalahan-permasalahan yang sering di alami baik dari segi produksi maupun kegiatan sampai pasca panen.

2. Usaha rumput laut di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba masih sangat didominasi oleh pedagang pengumpul terutama dalam hal penentuan harga jualnya rumput laut, karena adanya ikatan yang kuat antara

(57)

57

petani rumput laut dan pedagang setempat dalam hal peminjaman modal usaha serta peminjaman biaya hidup sehari-hari mereka, sehingga perlu sosialisasi tentang adanya kredit usaha rakyat (KUR) oleh pemerintah setempat. Sehingga petani rumput laut dapat melakukan usaha secara mandiri tanpa di pengaruhi oleh pedagang tersebut.

(58)

58 DAFTARA PUSTAKA

Adiwilaga, A. 2011. Ilmu Usahatani. Penerbit Alumni. Bandung. Adiwilaga, dalam shinta. 2011. Ilmu Usaha Tani. Alumni: Bandung

https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/89527/1/H17ikb.pdf

Ahmadi. 2001. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya : Jakarta

Ardika, 2007. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Dan Meningkatkan Pendapatan

Setiap Masyarakat. Bali:UdayanaUniversity Press

Aslan, laode, 2002. Rumput laut. Jakarta. Kanisusi. Cetakan VII. KANISIUS. Yogyakarta. 97 Hal2019

Ejas, 2015. Petani Rumput Laut Biasanya Bekerja Dari Pagi Hingga Sore Hari. Di akses pada tanggal 28 juni 2019

Eng, 2009. Teknik Budidaya Rumput Laut. Sustainable Aquaculture andIntegrated Coastal Management.In Sustainable Aquaculture edit by Bardach. p. 177-199. Gustiyana, 2003. Pendapatan Usahatani Dan Pendapatan Rumah Tangga. Salemba

empat: Jakarta.

Gustiyana, 2004. Pengertian Pendapatan Usahatani. Prosiding Seminar Nasional AvoER ke-3. Palembang.

Indriani, laode,2003. Komensial Dan Potensial Untuk Di Kembangkan. Di akses pada tanggal 7 juni 2019

Indriani, H dan Suminarsih, E 2003 Budidaya pengolahan dan pemasaran rumput laut. Penebar Swadaya, Jakarta.

Isaskar,2014. Ilmu Ekonomi Pertanian. Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian Universitas. Brawijaya. Istiqomah, Abu.

Kadarsan,2011. Pengertian Usahatani. Jurnal Sains ...

Kadarsan.2011.Usahatani . http://punyakadarsan.blogspot.com/2012/06/apa-itu usahatani.html, diakses pada tanggal 10Mei 2016.

Kodi, 2011. Dalam Dunia Pengetahuan Rumput Laut. ANDI OFFSET. Yogyakarta. 134 Hal

(59)

59

Melki,2004. Faktor Cahaya Rumput Laut Kappaphycus Alvaresi. Jurnal Penelitian Sains; No. 16, hal 1-8.

Mosher dan shinta, 2011. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Nugraha,2011. Pengembangan Usahatani. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Putrid,2017. Petani Rumput Laut. Jakarta: Salemba Medika.

Presetyowati, 2008. Perubahan Warna Sering Terjadi Hanya Karena Faktor

Lingkungan. ISSN : 19779-469X.

Rahim, Abdul dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2007. Ekonomika Pertanian (Pengantar,

Teori, dan Kasus). Penebar Swadaya. Depok.

Rangkuti,2005. Analisis Break Even Point. Kompas Gramedia Building. Jakarta. Soegearto et.al.2009. Pemanfaatan Sebagai Bahan Baku Dan Tambahan Dalam

Industri Makanan. Di akses pada tanggal 21juni 2019.

Soedarsono, Dewi. Dr. (2009) . system manajemen komunikasi, teori,model, dan aplikasi , Bandung: simbiosa rekatama media

Soekartawi, 2011. Usahatani Mengalokasikan Sumber Daya Secara Efektif Dan

Efesien. Rajawali Press. Jakarta.

Soekartawi, 2006. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta. Shinta,2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press, Malang. Suratiyah, 2006. Faktor-Faktor Produksi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ya’la,2008. Prospek Pengembangan Rumput Laut di Kabupaten Morowali, Jurnal

Agroland 15 (2), hal:144 – 148.

Yudi,2002. Budidaya Rumput Laut: Prospek Mata Pencaharian Alternatif di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Penelitian Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB).

(60)

60

L

A

M

P

I

R

A

N

(61)

61 KUISIONER PENELITIAN

Analisis Break Even Point Usahatani Rumput Laut Kappaphycul Alvarezi Terhadap Pendapatan Petani Di Desa Ela-Ela Kecamatan Ujung Bulu

Kabupaten Bulukumba A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :………. 2. Umur : ………. 3. Jenis kelamin : ………. 4. Status : ………. 5. Tingkat Pendidikan : ………. 6. Jumlah Tanggungan : ………. 7. Penghasilan : ………. 8. Pekerjaan Utama : ………. 9. Pekerjaan Sampingan : ……….

B. SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA

NO Nama

Anggota

Status Umur Jenis Kelamin Tingkat pendidikan Pekerjaan Utama 1 2 3 4

(62)

62 C. LAHAN

Luas Lahan Luas Lahan (ha) Total

Milik Sendiri Sewa Lahan Bagi Hasil D. Alat Alat Harga Parang Ember Terpal Sampan Mesin E. Bahan Modal Harga Tali Jaring/ dari Bensin Solar

(63)

63 Pertanyaan:

1. Berapa Lama Anda Bekerja Sebagai Petani Budidaya Rumput Laut ?

Jawab :... ... ...

2. Apakah Pekerjaan Ini Merupakan Pekerjaan Utama atau Merupakan Pekerjaan Sampingan ?

Jawab :... ... ...

3. Jadi apa yang Menjadi Pekerjaan Utama Anda dan Sudah Berapa Lama Bekerja Pada Bidang Tersebut ?

Jawab :... ... ... 4.. Berapaupah atau gaji anda dari pekerjaan utama anda ?

Jawab :... ... ...

5. Kenapa Anda memilih bekerja sebagai budidaya rumput laut ?a.Ingin meningkatkan pendapatanb.Ingin mencari pengalamanc.Sulit mendapatkan pekerjaan yang lain, karena pendidikan dan keterampilan yang rendah

Jawab :... ... ... 6. Seberapa banyak yang anda kerjakan selama sejam /bentang tiap proses produksi ?

(64)

64

... ...

7. Berapa jamAnda bekerja setiap harinyadan dari jam berapa sampai jam berapa biasanya ?

Jawab :... ... ...

8. Selama Anda bekerja sebagai pembudidaya rumput laut kendala apa sajayang pernah Anda hadapi ?

Jawab :... ... ...

9. Anda digaji dengan system atau cara apa?

Jawab :... ... ...

10. Berapa pendapatan yang Anda terima perbentangsetiap proses produksi sebagai petani budidaya rumput laut ?

Jawab :... ... ...

Gambar

Tabel 1.   Volume  Produksi  Dan  Nilai  Produksi  Rumput  Laut  di  Kecamatan  Ujung  Bulu Kabupaten Bulukumba
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Rumput Laut
Tabel  2.  Menunjukkan  bahwa  Desa  Ela-ela  berpenduduk  sebanyak  691  jiwa  yang  terdiri  dari  laki  laki  553  jiwa  dengan  persentase  50.22  %  dan  perempuan  548  jiwa  dengan  persentase  49.77%
Tabel  3  menunjukan  bahwa  jumlah  penduduk  di  Desa  Ela-Ela  dengan  usia  yang  paling  banyak  25-29  sebesar  361  orang  dengan  persentase  8,53%
+7

Referensi

Dokumen terkait

2 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa batuk merupakan gejala karsinoma bronkogenik yang paling banyak yaitu dengan sensitivitas 93%, artinya dari 100 penderita

Metode pembelajaran demonstrasi dapat digunakan untuk memperagakan barang, kejadian,aturan, dan atau urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun

Pada kegiatan kali ini, pemberian bantuan social dan pemeriksaan gula darah dan asam urat di Pos Pengungsi Cipugur, Desa Cileuksa, Kabupaten Bogor dilakukan tanpa adanya

Menurut Putri (2010), pengorganisasian tampilan bahan ajar menjadi hal yang penting untuk diperhatikan diantaranya peletakan tampilan peta/ bagan; urutan dan susunan

Mengunyah apel mempunyai efektivitas yang lebih baik dibandingkan mengunyah bengkoang terhadap penurunan indeks plak gigi pada murid SDNegeri 1 Tanjong Kecamatan Lhoknga Aceh

Hasil yang diharapkan dari proses sosialisasi adalah di mengerti dan dipahami secara utuh tentang konsep-konsep, prinsip prosedur, kebijakan dan tahapan-tahapan dalam

Berdasarkan studi literatur bahwa frekuensi penyakit infeksi (ISPA dan diare) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada anak usia 12-48

Excel, atau Microsoft Excel, adalah aplikasi perangkat lunak pengolah angka dengan tampilan lembaran-lembaran baris dan kolom (spreadsheet), pabrikan Microsoft yang