• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Pengembangan

Dalam dokumen Ustek Pupr Paket 14 (Halaman 84-98)

Pem bina

4. Analisis dan Pengembangan

a. Analisis Kebijakan Sektor dan Lintas Sektor

Pada tahapan ini akan dikaji lebih mendalam kontribusi

infrastructure fund dalam mendanai pembangunan infrastruktur

b. Analisis Kondisi Eksisting Infrastruktur

Sebagaimana telah dijelaskan dalam kerangka acuan kerja, infrastruktur ke-PU-an mempunyai peran vital dalam rangka pengembangan wilayah dan pelayanan kebutuhan dasar (basic

needs) masyarakat. Infrastruktur merupakan modal sosial

masyarakat (social overhead capital) yang memegang peranan penting dalam mendukung ekonomi, sosial-budaya, serta kesatuan dan persatuan yang mengikat dan menghubungkan antar daerah yang ada di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur adalah basic

determinant atau kunci bagi perkembangan ekonomi.

Berdasarkan pada hal tersebut, program keterpaduan infrastruktur ke-PU-an (jalan, SDA, perkotaan dan perdesaan) yang berbasis penataan ruang akan dievaluasi kinerjanya. Dengan terpadunya program infrastruktur ke-PU-an pada tahun 2012, diharapkan akan berdampak meningkatkan perekonomian secara keseluruhan. Akan tetapi seberapa jauh dampak tersebut dalam meningkatkan perkembangan perekonomian baik secara sektoral maupun wilayah?

Berdasarkan pada kerangka acuan kerja dan arahan dari tim supervisi pemberi tugas, Secara sederhana permasalahan tersebut dapat dirumuskan dalam kerangka pikir input – proses – output – dampak. Sebagai input adalah proram APBN infrastruktur PU tahun 2014-2015 (RK/KL). Prosesnya adalah transaksi intra dan antar sector serta intra dan antar wilayah (data IRIO 2014). Outputnya adalah peningkatan produksi, peningkatan jumlah tenaga kerja, dan dampaknya adalah peningkatan pendapatan. Kerangka pikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Untuk mengetahui seberapa jauh perkiraan output dan dampak tersebut, akan dilakukan dengan analisis IRIO. IRIO (Intererional Input Output) merupakan pengembangan dari model input-output (I-O). Jika model I-O merangkum keterkaitan antarsektor didalam satu wilayah, artinya hanya berbicara satu wilayah saja, maka IRIO berbicara keterkaitan antarsektor lebih dari satu wilayah. Dengan demikian dalam IRIO kita bisa melakukan analisis keterkaitan antarsektor dalam satu wilayah (intraregional) dan antarwilayah (interregional). Jika dengan model I-O dapat dilakukan analisis ekonomi sektoral, maka dengan model IRIO dapat dilakukan analisis ekonomi sektoral dan spasial. Karena itu, untuk memahami analisis IRIO, terlebih dahulu dimulai dengan memahami analisis I-O.

Analisis I-O sangat berguna dalam menganalisis perekonomian dan perencanaan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Hal ini karena :

 Dapat menggambarkan perekonomian wilayah secara keseluruhan beserta kait mengkait antar sector. Jika terjadi perubahan pada salah satu atau lebih sector, pengaruhnya secara keseluruhan dapat diperkirakan. Perekonomian wilayah merupakan suatu system yang saling berhubungan, bukan sekedar kumpulan sector-sektor.

Dapat melihat forward linkage (kaitan kedepan) ke jalur output dan backward linkage (kaitan kebelakang) ke jalur input dari setiap sector. Melalui dua keterkaitan ini akan dapat diwujudkan hubungan antar sektor yang saling menunjang dan bersinergi

satu sama lain. Sehingga pembangunan berjalan efektif – efisien dan perekonomian dapat tumbuh lebih cepat.

 Dapat memperkirakan pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kemakmuran melalui skenario perubahan permintaan akhir. Hal ini dapat dianalisis melalui perubahan input antara dan input primer.

 Dapat digunakan untuk meghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah, dengan cara merubah input dalam bentuk tenaga kerja dan modal.

d. Analisa Prediksi Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur

Analisis Prediksi Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur dibagi menjadi kelompok infrastruktur berikut:

 Bina Marga

- Peta jaringan jalan

- Panjang dan kondisi jalan kabupaten/kota, provinsi, nasional

 Cipta Karya

- Peta pelayanan/jaringan air minum, persampahan, limbah, kawasan kumuh, dan drainase

- Tingkat pelayanan air minum, persampahan, limbah, dan drainase kabupaten/kota

- Kapasitas terpasang dan terlayani infrastruktur air minum dan air limbah

- Kondisi infrastruktur air minum, persampahan, limbah, kawasan kumuh, dan drainase kabupaten/kota

 Sumber Daya Air

- Peta jaringan/pelayanan irigasi dan wilayah sungai - Tingkat pelayanan irigasi

- Kondisi infrastruktur sumber daya air

 Perumahan

- Data backlog perumahan kabupaten/kota

Adapun analisis perhitungan kebutuhan infrastruktur PUPR berdasarkan undang-undang yang berlaku misalnya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Perkotaan, Permenpera 34 Tahun 2006 tentang PSU, Permenpera Nomor 9 Tahyn 2008 tentang Rumah Susun dan lain sebagainya.

e. Analisis Gap Kebutuhan dan Kondisi Eksisting Infrastruktur  Analisis Carrying Capacity Ratio (CCR)

Dalam menganalisis jumlah KK maksimum untuk penyediaan lahan budidaya lahan sawah dan ladang digunakan metode CCR. Metode ini menggunakan data luas lahan yang dipanen dalam setahun, persen penduduk petani dikalikan jumlah KK, dan rata-rata lahan dimiliki petani. Perhitungan metode ini adalah sebagai berikut: A x r CCR = H x h x f Sehingga diperoleh: A x r H = ---CCR x hx f Keterangan

CCR : Kemampuan daya dukung (Carrying Capacity

Ratio)

A :Jumlah total area yang digunakan untuk kegiatan pertanian

r : Frekuensi panen per hektar H : Jumlah KK (rumah tangga)

h : Persentase jumlah penduduk yang tinggal

f : Ukuran lahan pertanian rata-rata yang dimiliki petani

 Analisis Peruntukan Lahan

Analisis Pertuntukan lahan dapat dilakukan dengan mendasarkan SK Menteri Pertanian no 837/KPTS/UM/11.1980. Dalam metode analisis ini ditentukan tiga faktor, yaitu: 1) kemiringan lereng, 2) jenis tanah dan 3) curah hujan.

Ketiga faktor tersebut masing-masing ditetapkan skornya kemudian hasilnya dijumlah dan menghasilkan indeks lokasi. Indeks lokasi <125 dan kemiringan lereng <8% direkomendasikan sebagai kawasan permukiman dan tanaman semusim. Indeks lokasi <125 dan kemiringan lereng <15% direkomendasikan sebagai kawasan budidaya tanaman tahunan. Daerah dengan indeks lokasi 125-175 diperuntukkan sebagai Kawasan. Fungsi Penyangga. Daerah dengan indeks lokasi >175 diperuntukkan sebagai Kawasan Lindung.

a. Penilaian Kriteria Kelayakan Fisik Wilayah Untuk Pemanfaatan Lahan

N o.

Kriteria Klasifikasi Keterangan Skor 1. Lereng/Kemirin gan 0-8 % Datar 20 8-15 % Landai 40 15-25 % Agak curam 60 25-45 % Curam 80 >45 % Sangat curam 100

2. Jenis Tanah Aluvial, Tanah Glei, Planosol, Hidromorf, Kelabu, Lateria air tanah

Tidak peka 15

Latosol Agak peka 30

Brown Forest Soil, New Calcie Kurang Peka 45 Andosol, Lateritic, Grumosol, Renzina Peka 60 Regosol, Litosol, Oranosol, Renzina Sangat Peka 75

N o.

Kriteria Klasifikasi Keterangan Skor 3. Curah Hujan 0,0-13,6 mm/hh Sangat

rendah 10 13,6-20,7 mm/hh Rendah 20 20,7-27,7 mm/hh Sedang 30 27,7-34,8 mm/hh Tinggi 40 >34,8 mm/hh Sangat tinggi 50 hh = hari hujan

Sumber: SK Menteri Pertanian Nomer 837/KPTS/UM/11.1980

 Analisis Klasifikasi Kemampuan Lahan

Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian komponen lahan yang menurut Arsyad (1989) adalah penilaian komponen-komponen lahan secara sistematis dan pengelompokan ke dalam berbagai kategori berdasar sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaan lahan. Lahan digolongkan kedalam 3 (tiga) kategori utama yaitu kelas, sub-kelas dan satuan kemampuan lahan. Struktur klasifikasi kemampuan lahan yang menjelaskan bahwa pendekatan klasifikasi lahan ini dapat diterapkan untuk berbagai tingkatan skala perencanaan. Perencanaan penggunaan lahan di wilayah propinsi dapat menggunakan klasifikasi pada tingkat kelas dan untuk wilayah kabupaten menggunakan sub kelas. Kemampuan lahan dapat dicerminkan dalam bentuk peta kemampuan lahan. Peta kemampuan lahan dapat menggambarkan tingkat kelas potensi lahan secara keruangan dan dapat dipakai untuk menentukan arahan penggunaan lahan pedesaan secara umum.

b. Struktur Klasifikasi Kemampuan Lahan

 Analisis Daya Tampung Kawasan

Analisis daya tampung lahan digunakan untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk yang bisa di tampung di wilayah dan/atau kawasan, dengan pengertian masih dalam batas kemampuan lahan. Output yang diperoleh dari analisis daya tampung lahan adalah:

- Gambaran daya tampung lahan di wilayah dan/ atau kawasan - Gambaran distribusi penduduk berdasarkan daya tampungnya - Persyaratan pengembangan penduduk untuk daerah yang

melampaui daya tampung

Analisis Kependudukan yang dilakukan sebelum melakukan analisis daya tampung kawasan adalah:

- Analisa Karakteristik Penduduk, yaitu analisa mengenai jumlah dan komposisi penduduk menurut pengelompokan-pengelompokan tertentu, misalkanberdasarkan kelompok umur, jenis kelamin mata.pencaharian dan lainnya sesuai kebutuhan pekerjaan. Tujuan dilakukannya analisa ini adalah Untuk mengetahui dominasi pada masing-masing kelompok penduduk sehingga dapat diketahui karakteristik penduduk pada KSP.

jenis-jenis aktivitas penduduk yang menjadi aktivitas-aktivitas dominan bagi penduduk di wilayah studi. Dilakukan untuk mengetahui jenis aktivitas dominan pada masyarakat dan mengetahui kecenderungannya dimasa mendatang.

- Analisa Kepadatan dan Penyebaran Penduduk. Pada dasarnya kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk dibagi luas daerahnya, sedangkan kepadatan bruto (gross density) adalah jumlah penduduk didalam suatu daerah dibagi luas daerah tersebut lepas dari pada peruntukan tanah tersebut.

Kepadatan penduduk = Jumla h Penduduk(Jiwa)Luas Wilaya h(HA )

- Analisia Pertumbuhan penduduk, merupakan Analisa mengenai pertumbuhan penduduk yang terjadi di KSP. Tujuan analisa ini adalah Untuk mengetahui rasio pertumbuhan penduduk berdasarkan data jumlah penduduk eksisting dan masa lalu setidaknya selama 5 Tahun (time series). Adapun beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut:

Metode Bunga Berganda

Dalam metode ini diperkirakan jumlah didasarkan atas adanya tingkat pertambahan penduduk pada tahun sebelumnya yang relatif berganda dengan sendirinya. Perhitungan proyeksi penduduk menurut metode bunga berganda dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Pt + U : Jumlah Penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun t+U

R : Tingkat (prosentase) pertambahan penduduk rata-rata setiap tahun (diperoleh dari data masa lalu)

Metode Kurva Polinomial

Asumsi dalam metode ini adalah kecenderungan dalam laju pertumbuhan penduduk dianggap tetap atau dengan kata lain hubungan masa lampau digunakan untuk memperkirakan

perkembangan yang akan datang.

Rumus Kurva Polinomial adalah sebagai berikut :

Dimana:

Pt : Jumlah penduduk pada tahun dasar. Pt – Q : Jumlah penduduk pada tahun (t – Q)

Q : Selang waktu pada tahun dasar ke tahun (t – Q)

Metode Regresi Linear

Metode ini merupakan penghalusan metode polinomial, karena akan memberikan penyimpangan minimum atas data masa lampau dengan rumus:

Dimana

Pt : Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t. X : Nilai yang diambil dari variabel bebas

a,b: Konstanta

Ada 3 pendekatan yang dapat dilakukan pada analisis daya tampung lahan, yaitu:

- Menghitung daya tampung berdasarkan ketersediaan air, kapasitas air yang bisa dimanfaatkan dengan kebutuhan air per orang perharinya disesuaikan dengan jumlah penduduk yang ada saat ini, atau misalnya rata-rata 100 L/jiwa/hari (tergantung standar yang digunakan)

- Menghitung daya tampung berdasarkan arahan Rasio tutupan lahan dengan asumsi masing-masing arahan rasio tersebut dipenuhi maksimum, dan dengan anggapan luas lahan yang digunakan untuk permukiman hanya 50% dari luas lahan yang boleh tertutup 30% untuk fasilitas dan 20% untuk jaringan jalan serta utilitas lainnya). Kemudian dengan asumsi 1KK yang terdiri dari 5 orang memerlukan lahan seluas 100m. maka dapat diperoleh daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan ini sebagai berikut:

DayaTampung(n)=50

(n x Luas Lahan(m

2

))

100 x 5 (jiwa)

- Membandingkan daya tampung ini dengan jumlah penduduk yang ada saat ini dan proyeksinya untuk waktu perencanaan. Untuk daerah yang melampaui daya tampung berikan syarat pengembangannya.

f. Analisis Keterpaduan Antar Sektor

Alat Analisis yang digunakan untuk menganalisa penguatan nilai dan isu strategis pengembangan infrastruktur PUPR adalah Analisis SWOT. Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.

SWOT itu sendiri merupakan singkatan dari Strength (S), Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T) yang artinya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau kendala, dimana yang secara sistematis dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor luar (O dan T) dan faktor-faktor didalam perusahaan (S dan W).

Petunjuk umum yang sering diberikan untuk perumusan adalah :

 Memanfaatkan kesempatan dan kekuatan (O dan S). Analisis ini diharapkan membuahkan rencana jangka panjang.

 Atasi atau kurangi ancaman dan kelemahan (T dan W). Analisa ini lebih condong menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu rencana perbaikan (short-term improvement plan).

Tahap awal proses penetapan strategi adalah menaksir kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang dimiliki suatu wilayah. Analisa SWOT memungkinkan perencana memformulasikan dan mengimplementasikan strategi utama sebagai tahap lanjut pelaksanaan dan tujuan perencanaan, dalam analisa SWOT informasi dikumpulkan dan dianalisa. Hasil analisa dapat menyebabkan dilakukan perubahan pada misi, tujuan, kebijaksanaan, atau strategi yang sedang berjalan.

Dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT adalah perkembangan hubungan atau interaksi antar unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman. Di dalam penelitian analisis SWOT kita ingin memproleh hasil berupa kesimpulan-kesimpulan berdasarkan ke-4 faktor dimuka yang sebelumnya telah dianalisa:

Strategi Kekuatan-Kesempatan (S dan O atau Maxi-maxi)

Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah memanfaatkan kekuatan atas peluang yang telah diidentifikasi.

Strategi Kelemahan-Kesempatan (W dan O atau Mini-maxi)

Kesempatan yang dapat diidentifikasi tidak mungkin dimanfaatkan karena kelemahan suatu wilayah.

Strategi Kekuatan-Ancaman (S atau T atau Maxi-min)

Dalam analisa ancaman ditemukan kebutuhan untuk mengatasinya. Strategi ini mencoba mencari kekuatan yang dimiliki suatu wilayah yang dapat mengurangi atau menangkal ancaman tersebut.

Strategi Kelemahan-Ancaman (W dan T atau Mini-mini)

Dalam situasi menghadapi ancaman dan sekaligus kelemahan intern, strategi yang umumnya dilakukan adalah “keluar” dari situasi yang terjepit tersebut.

Data-data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis ini diantaranya adalah: data perekonomian (interaksi ekonomi,

aktivitas ekonomi termasuk penggunaan lahannya, kesenjangan ekonomi; Potensi Ekonomi, produk unggulan (bahan baku, proses, hingga pemasarannya) industri unggulan; penggunaan teknologi; sarana dan prasarana pendukung ekonomi; kualitas SDM melalui data kependudukan; Datas sosial ekonomi masyarakat; serta data lainnya teergantung infrastruktur terpilih.

g. Analisis Pengembangan Kawasan

Analisis Konsep pengembangan kawasan dilakukan dengan metoda content analysis terhadap seluruh hasil yang telah diperoleh pada tahapan sebelumnya. Menyusun matriks hasil analisis dan diharapkan keluaran yang dihasilkan berupa arahan pengembangan untuk kawasan strategis provinsi terpilih.

h. Analisis Kelembagaan

Kegiatan yang dilakukan adalah memadukan hasil analisis kebijakan kawasan dan tinjauan peraturan perundang-undangan. Selain itu, melakukan analisis lembaga lokal

untuk melihat peranan lembaga lokal atau instansi teknis yang ada, serta melihat kondisi lembaga kawasan. Di dalam analisis ini juga mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya kemasyarakatan yang ada. Kemudian dari hasil analisis ini akan dirumuskan bentuk pengelolaan dan kerjasama pusat dan daerah.

i. Analisis Pembiayaan Pembangunan

Untuk menganalisa pembiayaan pembangunan dilakukan dengan metode deskriptif analisis dan kuantitatif. Pembahasan secara deskriptif berkaitan dengan berapa variable potensi dan sumber-sumber penerimaan riil dalam APBN/APBDD. Kemudian analisa kuantitatif digunakan untuk mengetahui kapasitas fiskal Pusat dan Pemda, dan besaran jumlah dana pihak ketiga yang dapat dimanfaatkan sebagai penggerak perekonomian wilayah.

Dalam dokumen Ustek Pupr Paket 14 (Halaman 84-98)

Dokumen terkait