INFRASTRUKTUR PUPR DI PULAU JAWA - BALI
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
PUPR DI PULAU JAWA - BALI
D O K U M E N P E N A W A R A N T E K N I S
A. ORGANISASI PERUSAHAAN
A.1 LATAR
BELAKANG
PT. Reka Desindo Mandiri (RDM) pada awalnya didirikan untuk memberikan jasa konsultansi perencanaan, rekayasa, dan manajemen, khususnya dalam bidang Tata Lingkungan. Dalam perkembangannya, saat ini dicakup juga pelayanan jasa konsultansi dalam bidang Teknik Sipil, seperti Perencanaan Transportasi, Perencanaan Pengelolaan Lalu Lintas, Rekayasa Jaringan Jalan, Jembatan, Pelabuhan, Irigasi, serta perencanaan Teknik Sipil penunjang kegiatan-kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, dan perternakan. Juga perkembangan berikutnya ke arah Bidang Komputerisasi, seperti pembuatan program-program simulasi, database, sampai digitasi pemetaan berikut sistem informasinya.
Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran dan perhatian akan pentingnya mempertahankan kelestarian lingkungan, RDM telah memutuskan untuk berperan aktif dengan menawarkan layanan jasa konsultansi yang lebih luas dalam bidang penanganan dan pengelolaan buangan/limbah, baik yang berasal dari aktivitas industri maupun domestik/masyarakat, pengelolaan lingkungan kerja/higiene industri, dan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Cakupan layanan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan yang berwawasan lingkungan. Untuk itu RDM saat ini ditunjang oleh suatu tim tenaga ahli yang memadai, baik dalam hal kualitas, kuantitas, maupun jenis bidang keahlian.
Walaupun RDM baru didirikan pada tahun 1991, namun kapasitas dan pengalaman para tenaga ahli dan staf pendukungnya, yang mencakup berbagai bidang sesuai lingkup layanan perusahaan memungkinkan
ditawarkan layanan jasa konsultansi yang handal dan berkualitas. Selain itu kerja sama yang erat dengan pusat-pusat penelitian di beberapa perguruan tinggi terkemuka dan beberapa konsultan nasional maupun internasional, menambah potensi perusahaan dalam memberikan layanan dan jasa secara maksimum.
A.2 A
DMINISTRASI DAN PERSONALIAPT REKA DESINDO MANDIRI, berkantor pusat di Jakarta. Saat ini total personil yang terlibat mencapai lebih dari 40 orang, diantaranya berkualifikasi sebagai tenaga ahli dalam bidang teknik sipil, teknik lingkungan, perencana kota/tata ruang, geologi, komputer dan sistem informasi, geodesi, mekanika tanah dan pondasi, serta perikanan.
PT REKA DESINDO MANDIRI, juga menggalang kerjasama yang erat dengan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta terkemuka dalam rangka memperbesar kapasitas profesionalnya. Kerjasama ini memungkinkan para tenaga ahli yang terlibat selalu dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu terapan dalam bidang-bidang yang sesuai dengan lingkup layanan perusahaan.
Data Administrasi PT Reka Desindo Mandiri Nama : PT REKA DESINDO MANDIRI
Akte Perusahaan : Pendirian : No. 46 Tanggal 31 Oktober 1991, Notaris : Mohammad Ali
Perubaha n
Terakhir
: No. 12 Tanggal 11 Februari 2011, Notaris : Trismorini Asmawel, SH
Alamat : Kantor :
Jalan Metro Duta Niaga Blok B II/B-A4 Pondok Indah, Jakarta (12310)
Studio : Jalan Darmawangsa X No. 18 Kebayoran Baru, Jakarta (12160)
Telepon & Fax (021) 7393947 email: ptrdm@yahoo.com
Bank Danamon Kantor Cabang Panglima Polim, No. Rek : 004020640
NPWP : No. 01.567.337.9-013.000
IUJK : 1.601013.3117.3.00689 dan 1.601013.3117.3.00690 Pemerintah Propinsi DKI Jakarta
TDR : No. 1863/97/2/00176, Pemerintah DKI Jakarta TDP : No. 09.03.1.82.6942
Kandep Perdagangan, Departemen Perdagangan INKINDO : No. 7134/P/1127.DKI
Sertifikat Badan Usaha dikeluarkan LPJK No. 0102/INKINDO/09/5/08 : Bidang Layanan Usaha : Tata Lingkungan No. Registrasi: 1-3171-5-08-1-09-601013 : Jasa Enjiniring Terpadu
No. Registrasi: 3-3171-3-08-1-09-601013 Personalia inti PT Reka Desindo Mandiri adalah sebagai berikut :
1. Komisaris : Ir. Dewi Wulan Mulyandini 2. Direktur Utama : Ir. Rosa Ardiana
3. Direktur : Ir. Bona Siregar
a. Manager Teknik : Ir. Iwan Prijambodo b. Manager Administrasi : Sunaryo Pangestu, SE c. Manager Keuangan : Ir. Yana Mulyana
A.3 LINGKUP
P
ELAYANANLayanan PT. Reka Desindo Mandiri mencakup pemberian jasa konsultansi dalam bidang-bidang berikut ini:
1 Survey dan Investigasi
4. Pre-feasibility dan Feasibility Studies
5. Analisa Dampak Lingkungan, Perencanaan dan Menejemen 6. Perencanaan, Desain and Dokumentasi
7. Detailed Engineering Design 8. Monitoring dan Evaluasi 9. Manajemen Proyek
10. Analisa Keuangan dan Ekonomi
11. Penilaian Proyek dan Program/ Appraisal
12. Costing, Budgeting and Financial Programming 13. Administrasi Kontrak
14. Pengawasan Proyek/Construction Supervision
RDM juga mengembangkan pelayanan yang lebih luas untuk memenuhi keinginan clientnya, pelayanannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut ini:
2 Lingkungan, Sanitasi dan Sampah a Perencanaan Lingkungan
d. Pra Studi Kelayakan Lingkungan e. Manajemen Limbah Industri
f. Pengumpulan dan Pengolahan Limbah Padat Industri g. Menejemen Persampahan
h. Plumbing
i. Pegendalian Polusi Udara / Air Pollution Control j. Drainase
15. Perencanaan dan Manajemen Lingkungan
a Sistim Pengembangan Menejemen dan Monitoring Lingkungan k. Environmental Impact Assessment & Environmental Auditing l. Environmental Economic Assessment
16. Managemen Sumber Air / Air Bersih & Pengolahan a Water Resources Development and Data Management m. Catchment Area and Reservoir
n. Environmental Economic Assessment o. Banjir / Flood Mitigation
p. Dam and River Improvement/Management Assessment q. Master Plan Air Bersih / Water Supply Master Plan
r. Pumping, Reticulation and Pipelines s. Water Treatment Plan Design
t. Water System Management 17. Teknik Sipil / Civil Engineering
u. Desain Saluran Drainase
v. Desain Sarana Dasar / Basic Infrastructure w. Desain Sistim Irigasi
x. Desain Jalan dan Jembatan y. Desain Pelabunan dan Dermaga z. Design of Apron and Runway
18. Transportasi dan Perencanaan Lalulintas a Studi Transportasi Terpadu
aa. Perencanaan dan Operasional Transportasi Umum ab. Kebijaksanaan Transportasi dan Investasi
ac.Planning and Design of Traffic ad. Urban Traffic Management ae. Traffic Engineering Design 19. Manajemen Perencanaan
a Project Feasibility Study af. Organization and Personnel
ag. Maintenance Management System
A.4 PERALATAN
A.4.1 PERALATAN KANTOR
Peralatan PT Reka Desindo Mandiri
ITEM BRAND / TYPE NO. OF UNITS
Computers Server Dual-Core Intel® Xeon® Processor 3065 2.33GHz
ITEM BRAND / TYPE NO. OF UNITS Intel® Core™ Duo E2180 2.0Ghz 512MB DDR2 4 Unit
Intel® Pentium® dual core E2200 2,2Ghz 1GB
DDR2 160GB 3 Unit
Pentium 4 630, 256MB DDR2, 80GB 5 Unit AMD Athlon™ 64 X2 4200+ 2.2GHz 512MB
DDR2 4 Unit
Fujitsu notebook 3 Unit
Asus notebook 4 Unit
BenQ notebook 1 Unit
Printers Canon IX 5000 2 Unit
Canon IX 4000 1 Unit
HP LaserJet 1020 2 Unit
HP LaserJet 1300 2 Unit
HP LaserJet 1200 2 Unit
Plotter Roland 1 Unit
CutJet A0 1 Unit
Digitizer Wacom A3 1 Unit
Wacom A0 1 Unit
Scanner HP Scanjet 4C 1 Unit
Electronic
Typewriter Canon F-300 1 Unit
Brother CE-600 1 Unit
Photocopy
Machine Canon NP-125 1 Unit
Toshiba N- 250 1 Unit
Planimeter Mitutoyo 3 Units
A.4.2 OPERASIONAL DAN KENDARAAN PROYEK
ITEM BRAND / TYPE NO. OF UNITS
Kendaraan/Car Kijang Inova, 2013 1 Unit Avanza Th 2008, 2009 2 Unit
A.4.3 INVESTIGASI TANAH
ITEM BRAND / TYPE NO. OF UNITS Boring Machines TOHO 2 Units
YBM S-2 2 Units High Pressure Pumps TOHO 2 Units
Sounders Local 2.5 T 5 Units
Pocket Penetrometer Local - 10 T 1 Unit DynamicCone Penetrometer Soil Test 5 Units Hand Boring Machines Soil Test 5 Units Theodolithe T – 0 Sokkisha 4 Units T – 2 Sokkisha 2 Units
Autometer Topcon 1 Unit
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PUPR DI PULAU JAWA - BALI
D O K U M E N P E N A W A R A N T E K N I SB. DAFTAR PENGALAMAN KERJA SEJENIS 10 (SEPULUH) TAHUN TERAKHIR
Daftar Pengalaman Kerja Sejenis 10 (sepuluh) tahun terakhirNO
. PENGGUNA JASA/ SUMBER DANA NAMA PAKET PEKERJAAN
LINGKUP
LAYANAN PERIODE
ORANG
BULAN NILAI KONTRAK
MITR A
KERJA
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Satuan Kerja Pengembangan Perkotaan, Direktorat Penataan Ruang Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum
Fasilitasi Pengembangan Kapasitas Kerjasama Lintas Wilayah Lembaga Pengelola KSN Perkotaan (Jabodetabekpunjur, Mebidangro, Sarbagita, Mamminasata, Cekungan Bandung, Gerbangkertasusila) Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 7 bulan 72 Rp. 1,071,724,500
-2 Satuan Kerja Pengembangan Wilayah Nasional, Direktorat Penataan Ruang Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum
Penyusunan Rancangan Perpres RTR KSN Taman Nasional Komodo (Th ke II) Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 9 bulan 64 Rp. 1,046,144,000
-3 Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum Bimbingan Teknis Penyelesaian RDTR di Wilayah I Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 7 bulan 113 Rp. 1,265,833,80
-NO
. PENGGUNA JASA/ SUMBER DANA NAMA PAKET PEKERJAAN
LINGKUP
LAYANAN PERIODE
ORANG
BULAN NILAI KONTRAK
MITR A
KERJA
0
4 Satuan Kerja Pengembangan Wilayah Nasional, Direktorat Penataan Ruang Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum
Penyusunan Rancangan Perpres RTR KSN Taman Nasional Komodo Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 7 bulan 54 Rp. 930,391,000
-5 Satuan Kerja Bina Program dan Kemitraan, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Penyiapan Materi Teknis Penyusunan Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaran Penataan Ruang Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 7 bulan 56 Rp. 711,826,500
-6 Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Konsultan Manajemen Regional Pendampingan Teknis Perencanaan Tata Ruang Kabupaten Di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 7 bulan 214 Rp. 3,568,400,000
-7 Satuan Kerja Pengembangan Wilayah Nasional, Direktorat Penataan Ruang Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum
Penyusunan RTR Kawasan Strategis Nasional Selat Sunda Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 6 bulan 56 Rp. 911,174,000
-8 Satuan Kerja Bina Program dan Kemitraan, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Evaluasi Program
Keterpaduan Infrastruktur Ke-PU-an yang Berbasis Penataan Ruang Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 6 bulan 70 Rp. 885,280,000
-NO
. PENGGUNA JASA/ SUMBER DANA NAMA PAKET PEKERJAAN
LINGKUP
LAYANAN PERIODE
ORANG
BULAN NILAI KONTRAK
MITR A
KERJA
9 Satuan Kerja Perencanaan dan Pengendalian Program
Infrastruktur Permukiman, Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
Konsultan Manajemen Pusat (KMP) Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Tahun 2011 Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 6 bulan 47 Rp. 1,839,563,000
-10 Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya Madura Penyusunan Rencana TataBangunan Lingkungan dan DED Kawasan Wisata di KKJSM (Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura) Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 7 bulan Rp. 1,426,568,000
-11 Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Khusus Madura
Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 5 bulan Rp. 1,186,020,000
-12 Satuan Kerja Penyediaan Perumahan, Kementerian Perumahan Rakyat Rencana Rinci Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan di Kabupaten Lebak (RR11-04) Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 6 bulan Rp. 585,255,000
-13 Satuan Kerja, Pembinaan Penataan Ruang Kawasan Sangat Berkembang, Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum
Penyiapan Raperpres Kawasan Cagar Budaya Candi Borobudur dan Candi Prambanan Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 7 bulan 28 Rp. 1.192.400.000
-14 Satuan Kerja, Pembinaan
-NO
. PENGGUNA JASA/ SUMBER DANA NAMA PAKET PEKERJAAN
LINGKUP
LAYANAN PERIODE
ORANG
BULAN NILAI KONTRAK
MITR A
KERJA
Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum
Budidaya Jasa
Perencanaan urban
15 Satuan Kerja Penyediaan Perumahan, Kementerian Negara Perumahan Rakyat
Rencana Rinci
Penanganan Lingkungan Perumahan dan
Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan di kota Batam
Tata LIngkungan 6 Bulan 32 Rp. 515.509.500
-16 Satuan Kerja, Pembinaan Penataan Ruang Kawasan Sangat Berkembang, Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum
Peningkatan Penataan Kawasan JABODETABEKPUNJUR Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 20 Bulan 15 3.594.250.000Rp.
-17 Satuan Kerja, Pembinaan Penataan Ruang Nasional, Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum
Kajian Pengembangan Wilayah Sebagai Implikasi Pembangunan Jembatan Selat Sunda Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 8 Bulan 56 Rp. 891.770.000
-18 Satuan Kerja, Pembinaan Penataan Ruang Kawasan Telah Berkembang, Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum
Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang Kawasan Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara
Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 7 Bulan 51 Rp. 739.431.000
-19 Satuan Kerja, Pembinaan Penataan Ruang Kawasan Pengembangan Baru, Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum
Bantuan Teknis
Pelaksanaan Penataan Ruang Kab. Lembata, Provinsi NTT Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 12 Bulan 61 1.010.196.000Rp.
-NO
. PENGGUNA JASA/ SUMBER DANA NAMA PAKET PEKERJAAN
LINGKUP
LAYANAN PERIODE
ORANG
BULAN NILAI KONTRAK
MITR A
KERJA
20 Satuan Kerja, Pembinaan Penataan Ruang Nasional, Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang Kawasan Perbatasan Tata LIngkungan/ Jasa Perencanaan urban 4 Bulan 40 Rp. 680.634.000
-21 Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum Penyiapan Peta RAPERPRES Kawasan Perbatasan Skala 1:100.000 (Prop. NTT/Timor Leste, Maluku/Timor Leste, Australia) Tata LIngkungan/ Jasa Pengembangan kota & wilayah, tata lingkungan lainnya
7 Bulan 76 Rp. 877.613.500
-22 Direktorat Jendral Penataan Ruang
Departemen Pekerjaan Umum
Penyusunan Konsep Penilaian Asset dalam rangka penyelenggaraan KPS Fasilitasi Peninjauan Kembali RTRW Provinsi Bangka Belitung Tata LIngkungan/ Jasa Pengembangan kota & wilayah
7 Bulan 45 Rp. 544.900.000
-23 Satuan Kerja Pengelolaan Kawasan
Kementrian Negara Perumahan Rakyat
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang di Rembang, Jawa Tengah
Tata
LIngkungan/ Jasa
Pengembangan kota & wilayah
4 Bulan 30 Rp. 348.519.600
-24 Satuan Kerja Pengelolaan Kawasan
Kementrian Negara Perumahan Rakyat
Bantuan Teknis
Pengembangan Kawasan Khusus (Wilayah Timur) Paket PKK-4
Tata Lingkungan Pengembangan kota & wilayah
6 Bulan 32 Rp. 640.454.000
-25 Satuan Kerja Pengelolaan Kawasan Bantuan Teknis Pengembangan KASIBA Tata Lingkungan 6 Bulan 29 Rp. 496.261.920
-NO
. PENGGUNA JASA/ SUMBER DANA NAMA PAKET PEKERJAAN
LINGKUP
LAYANAN PERIODE
ORANG
BULAN NILAI KONTRAK
MITR A
KERJA
Kementrian Negara Perumahan
Rakyat Wilayah Barat (PKB-6) /Pengembangan kota & wilayah 26 Badan Perencanaan Daerah,
Kota Salatiga Penyusunan Review RTBL Tahun 1997/1998 Kota Salatiga Tata Lingkungan /Pengembangan kota & wilayah, Tek Lingkungan
4 Bulan 27 Rp. 253.489.000
-27 Satker Pengembangan
Kawasan Permukiman Propinsi Sumatera Utara
Perencanaan Peremajaan
Kawasan Kota Medan Tata Lingkungan /Pengembangan kota & wilayah, Tek Lingkungan
5 Bulan 27 Rp. 418.385.000
-28 Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum
Bantuan Teknis Penataan Dan Revitalisasi Kawasan Kerinci, Propinsi Jambi
Tata
Lingkungan /Pengembangan kota & wilayah, Tek Lingkungan
6 Bulan 35 Rp. 345.033.000
-29 Perencanaan dan
Pemrograman Pembangunan Infrastruktur (Paket IV)
Satuan Kerja
BRR-Infrastruktur Kawasan dan Permukiman NAD.
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-NIAS
Tata
Lingkungan /Pengembangan kota & wilayah, Tek Lingkungan
11
Bulan 127 4.600.805.000Rp.
-30 Satuan Kerja BRR-Bantuan Perumahan dan Permukiman Kembali.
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-NIAS Perencanaan Pembangunan Kawasan Permukiman Kembali Tata Lingkungan /Pengembangan kota & wilayah, Tek Lingkungan
5 Bulan 213 Rp. 6.439.000.000
-31 Satuan Kerja Kegiatan
Kementrian Negara Perumahan Rakyat
Penyusunan Rencana Rinci Penataan Kawasan Khusus Kota Nunukan
Tata
Lingkungan /Pengembangan
-NO
. PENGGUNA JASA/ SUMBER DANA NAMA PAKET PEKERJAAN
LINGKUP
LAYANAN PERIODE
ORANG
BULAN NILAI KONTRAK
MITR A
KERJA
Propinsi Kalimantan Timur kota & wilayah 32 Satuan Kerja Pengembangan
Permukiman, Kementrian Negara Perumahan Rakyat
Bantuan Teknis
Perencanaan Peremajaan Kota (Urban Renewal) Pada Kawasan
Metropolitan Medan dan DED Kawasan Terpilih
Tata
Lingkungan /Pengembangan kota & wilayah
3 Bulan 25 Rp. 298.386.000
-33 Satuan Kerja Pengembangan Permukiman, Kementrian Negara Perumahan Rakyat
Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Perumahan Tata Lingkungan /Pengembangan kota & wilayah
3 Bulan 25 Rp. 552.457.840
-34 Satuan Kerja Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum.
Bantuan Teknis
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Lombok Barat , Kawasan Bali Utara , dan Kawasan Danau Tondano
Tata
Lingkungan /Pengembangan kota & wilayah
4 Bulan 13 Rp.
1.359.710.000
-35 Badan Perencana Daerah
Pemerintah Kota Depok Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2000-2010
Tata
Lingkungan /Pengembangan kota & wilayah
6 Bulan 10 Rp. 519.337.500
-36 Direktorant Jendral penataan Ruang Proyek Pendayagunaan Penataan Ruang Nasional
Penyelesaian Peta Peta Pendukung Rakeppres Penataan Ruang Pulau Sumatera ,Kalimantan Jawa Bali Dan Kawasan Perbatasan Kasaba
Tata
Lingkungan /Pengembangan kota & wilayah
6 Bulan 72 Rp.
3.183.865.000
-37 Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Kimpraswil
Penjabaran RT/RW Propinsi ( Bantek ) Pada Kabupaten / Kota Wilayah Tengah
Tata
Lingkungan /Pengembangan kota & wilayah
6 Bulan 152 Rp. 1.857.000.000
-NO
. PENGGUNA JASA/ SUMBER DANA NAMA PAKET PEKERJAAN
LINGKUP
LAYANAN PERIODE
ORANG
BULAN NILAI KONTRAK
MITR A KERJA 38 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPEDA )
Revisi Tata Ruang Kota Ambon dan Penyusunan Rencana Detail Kawasan Khusus
Tata
Lingkungan /Pengembangan kota & wilayah
5 Bulan 78 Rp.
1.700.000.000
-PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
PUPR DI PULAU JAWA - BALI
D O K U M E N P E N A W A R A N T E K N I S
C. URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS 10 (SEPULUH)
TAHUN TERAKHIR
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
PUPR DI PULAU JAWA - BALI
D O K U M E N P E N A W A R A N T E K N I S
D. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA
ACUAN KERJA DAN PERSONIL/FASILITAS PENDUKUNG
D.1 TANGGAPAN
DAN
SARAN
T
ERHADAP KERANGKA ACUANK
ERJAD.1.1 TANGGAPAN UMUM TERHADAP LATAR BELAKANG
Pengembangan wilayah didasarkan pada potensi keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif daerah, serta posisi geografis strategis di masing-masing pulau. Adapun tema pengembangan wilayah di Pulau Jawa - Bali adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia, dengan meningkatkan konservasi dan rehabilitasi DAS, lahan kritis, hutan lindung, dan hutan produksi; serta mengembangkan sistem bencana alam banjir dan kebakaran hutan;
2. Lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, termasuk pengembangan energi baru terbarukan berbasis biomassa dan air atau matahari atau sesuai dengan kondisi SDA masing-masing provinsi;
3. Pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, bauksit, bijihbesi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa;
4. Menjadikan Kalimantan sebagai salah satu lumbung pangan nasional.
Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Pulau Kalimantan, maka tema besar Pembangunan Wilayah Kalimantan:
1. Mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia, dengan meningkatkan konservasi dan rehabilitasi DAS, lahan kritis, hutan lindung, dan hutan produksi; serta mengembangkan sistem pencegahan dan penanggulangan bencana alam banjir dan kebakaran hutan.
2. Lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, termasuk pengembangan energi baru terbarukan berbasis biomassa dan air atau matahari atau sesuai dengan kondisi SDA masing-masing provinsi
3. Pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, bauksit, bijihbesi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa.
4. Menjadikan Kalimantan sebagai salah satu lumbung pangan nasional.
Tujuan pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan tahun 2015-2019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui:
1. Pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, serta pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa,
2. Penyediaan infrastruktur wilayah,
3. Peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus. Adapun sasaran pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Pulau Kalimantan, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan sebagai penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya. 2. Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah di Kalimantan, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 9 Kabupaten tertinggal dapat
terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 6,85 persen; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 11,06 persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar 72,75. 3. Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan
di Kalimatan, maka akan dipercepat pembangunan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan, serta mewujudkan optimalisasi peran 4 kota otonom berukuran sedang sebagai penyangga (buffer) urbanisasi, serta membangun 4 kota baru publik yang mandiri dan terpadu sebagai sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota dan kawasan perkotaan.
4. Pembangunan desa dan kawasan perdesaan dengan sasaran berkurangnya kemiskinan dan meningkatkan keberdayaan masyarakat di desa-desa tertinggal dan mendorong perekonomian desa berbasis komoditas unggulan menuju desa mandiri.
5. Meningkatkan keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat sedikitnya 7 pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
6. Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan 12 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya.
7. Sasaran untuk Wilayah Pulau Kalimantan adalah: (a) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 45% untuk propinsi dan 10% untuk kabupaten/kota; (b) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 35% dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 40% pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (c) Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 5 provinsi dan 27 kabupaten/kota di wilayah Kalimantan; (d) Terlaksananya penggunaan block grant (inpres) yang efektif dengan
proyek awal Provinsi Kalimantan Tengah; (e) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 50% dan S2-S3 sebesar 10%; (f) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Kalimantan sebesar 75 angkatan; (g) Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (h) Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 100%; (i) Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh kepala daerah ke PTSP sebesar 70%; (j) Terlaksananya sinergi perencanaan dan penganggaran di wilayah Kalimantan (dengan proyek awal Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur) (k) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; (l) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Kalimantan (dengan proyek awal Provinsi Kalimantan Timur.
8. Sasaran penanggulangan bencana adalah mengurangi indeks risiko bencana pada 18 kabupaten/kota sasaran (Kota Pontianak, Kota Singkawang, Kota Palangka Raya, Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kota Tarakan, Kabupaten Bengkayang, Sambas, Sintang, Kapuas Hulu, Ketapang, Landak, Kotabaru, Barito Kuala, Tanah Laut, Kapuas, Kutai Kertanegara, Nunukan) yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang memiliki berfungsi sebagai PKN, PKSN, PKW, KEK, Kawasan Industri maupun pusat pertumbuhan lainnya.
Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan semakin meningkat. Hal ini dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB Wilayah Pulau Kalimantan terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 8.7 persen (2013) menjadi 9.6 persen (2019). Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
Wilayah Pulau Kalimantan. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Pulau Kalimantan dapat dilihat pada grafik-grafik berikut:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2015 2016 2017 2018 2019
Gambar 7: Sasaran Pertumbuhan Wilayah Pulau Kalimantan Tahun 2015 - 2019 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2015 2016 2017 2018 2019
Gambar 8: Sasaran Tingkat Kemiskinan Pulau Kalimantan Per Provinsi Tahun 2015 - 2019
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2015 2016 2017 2018 2019
Gambar 9: Sasaran Tingkat Pengangguran Pulau Kalimantan Per Provinsi Tahun 2015 - 2019
Dengan latar belakang tersebut, konsultan memahami kondisi tersebut dan merasa diperlukan suatu kajian untuk menyusun Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur PUPR di Pulau Jawa - Bali.
D.1.2 TANGGAPAN MAKSUD DAN TUJUAN PEKERJAAN
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendukung keterpaduan pembangunan Pulau Jawa - Bali melalui penyusunan rencana infrastruktur yang terintegrasi, khususnya infrastruktur PUPR. Sementara itu, tujuannya adalah untuk menyusun Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur PUPR Pulau Jawa - Bali.
Tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan ini akan dibantu oleh konsultan melalui pendekatan dan metode yang akan dijelaskan pada sub bab berikutnya pada bagian ini. Pada intinya, konsultan memahami bahwa keterpaduan pengembangan infrastruktur PUPR sangat
dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan nasional. Apa yang selama ini menjadi kendala dalam menyusun pengembangan infrastruktur PUPR yang terpadu perlu dihapuskan dan apa yang selama ini menjadi potensi, perlu dioptimalkan.
D.1.3 TANGGAPAN TERHADAP KELUARAN
Keluaran dari kegiatan ini adalah:
1. Laporan Hasil Pengumpulan Data a. Laporan Hasil Survei, yang berisi:
Keadaan dan kondisi infrastruktur
Rencana pengembangan/pembangunan infrastruktur yang telah dimiliki daerah - Inventarisasi isu-isu strategis pelaksanaan pembangunan infrastruktur
b. Dokumentasi Foto
2. Dokumen Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur PUPR Pulau Jawa - Bali, yang setidaknya memuat:
a. Rencana pengembangan infrastruktur masing-masing sektor (sektoral dan spasial);
b. Rencana keterpaduan pengembangan infrastruktur lintas sektor (sektoral dan spasial);
c. Rencana pentahapan pembangunan; d. Rencana pembiayaan pembangunan;
e. Pemetaan dan database infrastruktur PUPR.
3. Policy Brief Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur PUPR Pulau Jawa - Bali.
Keluaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan ini, dapat dipahami konsultan sebagai hasil yang akan dicapai dengan baik. Selain pelaporan pekerjaan, konsultan juga akan memberikan rangkuman kajian dan juga Buku Deluxe Rencana Induk yang diharapkan menjadi buku panduan dalam mengoptimalkan pengembangan infrastruktur PUPR.
D.1.4 TANGGAPAN TERHADAP RUANG LINGKUP DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Ruang Lingkup Pekerjaan ini adalah:
1. Inventarisasi dokumen-dokumen perencanaan yang terkait dengan penyelenggaraan infrastruktur PUPR antara lain RTRWN, RPJMN, RTR Pulau Jawa - Bali, dokumen perencanaan sektor (misalnya Rencana Induk Jaringan Jalan, Rencana Induk SPAM, RPIJM).
2. Evaluasi kebijakan dan strategi nasional lintas sektor terkait pembangunan infrastruktur, khususnya infrastruktur PUPR di Pulau Jawa - Bali.
3. Melakukan survei pengumpulan data dan informasi primer dan sekunder untuk mengenali kondisi eksisting, isu strategis, potensi dan tantangan, serta dokumen-dokumen perencanaan daerah. 4. Evaluasi dan analisis terhadap kondisi eksisting pelaksanaan
infrastruktur, isu strategis, potensi dan tantangan, serta dokumen-dokumen perencanaan.
5. Penyusunan draft Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur PUPR Pulau Jawa - Bali.
6. Melakukan FGD/workshop untuk menampung masukan, mengkoordinasikan dan memfinalisasi draft dokumen Rencana Induk.
7. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur PUPR Pulau Jawa - Bali.
Kegiatan ini akan dilaksanakan secara kontraktual yang melibatkan tenaga-tenaga ahli sesuai dengan bidangnya untuk mencapai tujuan dan sasaran dari kegiatan ini.
Beberapa kegiatan yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa dalam kegiatan ini adalah:
1. Koordinasi dan Konsultasi dengan Tim dari Pusat Perencanaan Infrastruktur PUPR serta pihak terkait lainnya secara berkala untuk mendapatkan penjelasan Kerangka Acuan Kerja (KAK); masukan pada setiap kemajuan (progres) kegiatan, rencana pelaksanaan
kegiatan lainnya dan survei; serta quality control atas setiap output dan sub output yang dihasilkan konsultan;
2. Pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Pendahuluan, Laporan Antara dan Laporan Draft Laporan Akhir di lingkungan Pusat Perencanaan Infrastruktur PUPR, masing-masing sebanyak 1 (satu) kali di Jakarta;
3. Pelaksanaan Rapat Koordinasi sebanyak 8 (delapan) kali di Jakarta; 4. Pelaksanaan Survei wilayah studi sebanyak 10 (sepuluh) kali;
5. Pelaksanaan Workshop Awal dan Akhir masing-masing sebanyak 1 (satu) kali di Jakarta.
Tahapan kegiatan yang ditulis pada KAK, akan disempurnakan oleh konsultan dalam sub bab metode pelaksanaan pekerjaan. Pada intinya apa yang dituangkan di dalam KAK, tidak akan menyulitkan konsultan dan konsultan telah sepaham dengan hal-hal tersebut.
D.1.5 TANGGAPAN TERHADAP TEMPAT PELAKSANAAN
Di dalam KAK, kegiatan ini dilakukan di Jakarta dengan mengambil lokasi survey lapangan dilakukan di seluruh provinsi yang berada di Pulau Jawa -Bali, meliputi 5 provinsi, yaitu Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Utara. Hal ini dikarenakan infrastruktur PU banyak dibutuhkan di wilayah tersebut.
D.1.6 TANGGAPAN TERHADAP JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Berdasarkan Dokumen KAK, waktu pelaksanaan yang ditetapkan adalah 6 (enam) bulan kalender. Tentunya sebagai perusahaan yang berpengalaman dalam bidang konsultan dan engineering, konsultan harus dapat menyelesaikan kegiatan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Selain itu konsultan akan menyusun rencana kerja yang dilengkapi dengan jadwal pelaksanaan dan pembagian tugas bagi tenaga ahli.
D.2 TANGGAPAN
DAN
SARAN
T
ERHADAPP
ERSONIL/F
ASILITAS PENDUKUNGD.2.1 TANGGAPAN TERHADAP TENAGA AHLI YANG DILIBATKAN
Mengacu pada KAK terdapat 16 (enam belas) tenaga ahli yang terlibat (termasuk ketua tim), yang teralokasikan dalam kegiatan ini. Banyaknya tenaga ahli yang terlibat dalam pekerjaan ini memang sangat diperlukan untuk penyusunan sebuah Rencana Induk. Apalagi Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur PUPR di Pulau Jawa - Bali.
Waktu yang sangat singkat yaitu 6 (enam) bulan, tentunya akan melibatkan banyak tenaga khususnya dalam kegiatan survey lapangan. Keseluruhan tenaga tersebut di bantu oleh asisten (S1) sebanyak 10 orang dengan kualifikasi Sarjana Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota, Sarjana Ahli Teknik Sipil, Sarjana Ahli Teknik Jalan dan Transportasi, Sarjana Ahli Teknik Sumber Daya Air, Sarjana Ahli Sanitasi, Sarjana Ahli Air Minum, Sarjana Ahli Permukiman, Sarjana Ahli GIS, Sarjana Ahli Ekonomi, dan Sarjana Ahli Statistik dengan pengalaman selama 0 (nol) tahun/fresh graduate. Dengan dukungan profesional staff dari berbagai disiplin ilmu yang sangat relevan dan dipimpin oleh seorang ketua tim dengan pengalaman yang cukup baik dan bantuan supporting staff, konsultan cukup merasa optimis tujuan pekerjaan ini tercapai dengan baik.
Berkaitan dengan keterlibatan tenaga ahli, konsultan akan berusaha menyusun rencana kerja yang efektif dan efisien sehingga kegiatan ini dapat mencapai tujuannya dengan jumlah orang bulan yang ada.
Untuk itu diharapkan PPK bersama konsultan dapat bekerja sama dalam pengadaan/inventarisasi data-data tersebut selain itu dapat juga terjalin kerjasama yang baik dengan tim supervisi sebagai mitra kerja bukan sebagai atasan dan bawahan sehingga diharapkan terjadi tim yang sinergi dan solid untuk mencapai tujuan dan sasaran dari pekerjaan ini. Konsultan menyarankan dan mengharapkan pula dukungan dari PPK dalam hal penyediaan ruangan untuk diskusi dan pembahasan mengenai hasil yang
telah dilakukan oleh konsultan maupun dalam kerangka untuk membangun kesepahaman.
D.2.2 TANGGAPAN TERHADAP TENAGA PENDUKUNG DILIBATKAN
Selain 16 (enam belas) tenaga ahli yang dibutuhkan, pekerjaan ini juga melibatkan tenaga pendukung untuk kelancaran pekerjaan. Tenaga pendukung adalah pegawai di kantor konsultan yang penganggarannya akan dibebankan pada anggaran pengeluaran konsultan.
D.2.3 TANGGAPAN TERHADAP FASILITAS PENDUKUNG
Seperti yang telah dijabarkan di atas mengenai peralatan/fasilitas pendukung yang dimiliki oleh konsultan, maka akan dikerahkan untuk kemajuan pekerjaan ini. Namun demikian, perlu juga fasilitasi peralatan dan ruang yang disediakan pihak pemberi kerja untuk kelancaran diskusi di tempat pemberi kerja.
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
PUPR DI PULAU JAWA - BALI
D O K U M E N P E N A W A R A N T E K N I S
E. PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
E.1 U
MUMPada bab ini akan diuraikan Pendekatan, Metodologi yang digunakan oleh konsultan dalam mempersiapkan kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur PUPR di Pulau Jawa - Bali. Bertitik tolak dari tinjauan dan studi literatur di atas dikaitkan dengan pemahaman terhadap kerangka acuan kerja, maka pendekatan dan metodologi terhadap proyek dapat diuraikan pada sub bab di bawah ini:
E.2 PENDEKATAN
TEKNIS
DAN METODEE.2.1 DASAR HUKUM
Beberapa dasar hukum atau kebijakan dalam penyusunan pekerjaan ini antara lain adalah:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang memayungi sistem perencanaan sektoral skala nasional, beserta peraturan perundangan turunannya.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
4. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UU 26/2007). Berdasarkan Pasal 32 dinyatakan bahwa pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program beserta pembiayaannya dengan memperhatikan standar pelayanan minimal dalam penyediaan sarana dan prasarana.
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, pada Pasal 97 ayat (1) menyatakan bahwa program pemanfaatan ruang meliputi beberapa program fisik dan nonfisik, termasuk di dalamnya program pembangunan sektoral dan wilayah. Sesuai dengan asas pelaksanaan penataan ruang yang di antaranya adalah asas keterpaduan, keselarasan, dan keberlanjutan, maka dalam rangka pelaksanaan program pemanfaatan ruang berdasarkan asas-asas penataan ruang tersebut perlu disusun rencana induk masing-masing sektor di setiap wilayah sebagai acuan pelaksanaan pembangunan fisik, sesuai dengan yang tercantum pada Pasal 98 ayat (3) dan (4) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010.
Kebijakan lain yang terkait adalah kebijakan yang berlaku di daerah yaitu di 5 (lima) provinsi di Pulau Jawa - Bali yang terkait dengan perda tata ruang masing-masing provinsi, kabupaten/kota.
E.2.2 PENDEKATAN TEKNIS
Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur PUPR di Pulau Jawa - Bali akan melakukan pendekatan sebagai berikut:
1 Pendekatan normatif
Hasil kajian disusun dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang ada, baik perundang-perundang-undangan sektoral maupun bidang penataan ruang, termasuk juga ketentuan hukum mengenai upaya penyelesaian konflik pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
2 Pendekatan partisipatif
Hasil kajian dirumuskan dengan melibatkan seluruh pemangku kepetingan yang terkait dengan penyelenggaraan penataan ruang, antara lain melalui forum pembahasan dan diskusi. Hal ini dimaksudkan agar hasil kajian dapat dipahami oleh para pemangku
kepentingan sehingga hasilnya bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan pembangunan infrastruktur bidang PUPR.
3 Pendekatan teknis-akademis
Metodologi pelaksanaan survey dan analisis disusun dengan menggunakan metodologi survai, teknik analisis, dan penarikan kesimpulan (hasil) yang dapat dipertanggunjawabkan secara akademis. Konsep Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur PUPR termasuk daftar program prioritas pembangunan infrastruktur disusun berdasarkan kajian peraturan perundangan yang berlaku.
E.2.3 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Daerah yang maju, mandiri dan berdaya saing menjadi kekuatan utama dalam membangun kemajuan dan kemandirian bangsa; serta memperkuat daya saing antarbangsa khususnya menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Oleh sebab itu, pengembangan wilayah menjadi sangat penting dan fundamental dalam mengoptimalkan sumber daya daerah baik sumber daya alam, sumber daya mansia dan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap mengutamakan nilai-nilai keutamaan dan budaya bangsa, dan kaidah pembangunan yang berkelanjutan.
Semangat dan tekad kuat membangun daerah untuk meraih kemajuan, meningkatkan kemandirian, dan memperkuat daya saing menjadi bagian dari visi dan misi Presiden RI 2014-2019 khususnya misi keempat: Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera; misi kelima: Mewujudkan bangsa yang berdaya saing dan misi keenam: Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional.
Selain itu, komitmen untuk mengembangkan wilayah dan memajukan daerah dipertegas dalam agenda prioritas (NAWACITA) kedua, yaitu: Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; prioritas ketiga: Membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan; prioritas kelima: Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; prioritas keenam: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; prioritas ketujuh: Mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; serta prioritas kesembilan: Memperteguh Ke-Bhineka-an dKe-Bhineka-an memperkuat restorasi sosial Indonesia. Misi dKe-Bhineka-an agenda prioritas tersebut menjadi dasar dalam merumuskan arah kebijakan nasional pengembangan wilayah yang menjadi bagian integral dari agenda pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Tekad dan semangat mengurangi kesenjangan antardaerah dan memajukan daerah menjadi sendi utama dalam merumuskan tujuan, arah kebijakan dan strategi, serta prioritas program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah melalui kementerian/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah di setiap wilayah. Pengembangan wilayah didasarkan pada pembagian 7 (tujuh) wilayah pembangunan, yaitu: Wilayah Papua, Wilayah Maluku, Wilayah Nusa Tenggara, Wilayah Sulawesi, Wilayah Kalimantan, Wilayah Jawa-Bali dan Wilayah Sumatera, sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau untuk menjamin kebijakan, program dan kegiatan yang konsisten, terpadu dan bersifat lintas sektor, mempertimbangkan kesesuaian tata ruang wilayah, sistem hukum dan kelembagaan yang andal; serta meperkuat koordinasi dan kerjasama yang solid antara kementerian/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan.
Isu utama pembangunan wilayah nasional adalah masih besarnya kesenjangan antar wilayah khususnya kesenjangan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Salah satu indikator
kesenjangan adalah kontribusi PDRB KBI selama 30 tahun (1983-2013) sangat dominan dan tidak pernah berkurang dari 80 persen terhadap PDB. Dalam lima tahun mendatang (2015-2019), arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan pada upaya mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antarwilayah dengan mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera. Kerangka pengembangan wilayah nasional untuk mempercepat dan memperluas pembangunan wilayah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mendorong percepatan pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, sebagai penggerak utama pertumbuhan (engine of growth), di masing-masing pulau, dengan menggali potensi dan keunggulan daerah, terutama untuk pengembangan pangan, energi, maritim, pariwisata dan industri. Industrialisasi perlu didorong untuk mengolah bahan mentah, agar dapat meningkatkan nilai tambah serta menciptakan kesempatan kerja baru.
2. Kedepan, dilakukan percepatan pembangunan ekonomi wilayah berbasis maritim (kelautan) dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa maritim, yaitu peningkatan produksi perikanan; pengembangan energi dan mineral kelautan; pengembangan kawasan wisata bahari; dan kemampuan industri maritim dan perkapalan.
3. Dikarenakan adanya keterbatasan dana pemerintah, maka tidak semua wilayah dapat dikembangkan pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, perlu dipilih pusat-pusat pertumbuhan yang mempunyai komoditas prospektif (nilai tambah tinggi dan menciptakan kesempatan kerja tinggi), terutama yang berada di masing-masing koridor ekonomi. Selain itu, prioritas juga akan diberikan pada pengembangan kawasan pesisir yang mempunyai sumber daya kelautan dan jasa maritim.
4. Investasi Pemerintah, BUMN/BUMD, dan Swasta perlu dioptimalkan pada klaster-klaster industri untuk memicu dampak penggandanya (multiplier effect) pada daerah sekitarnya, termasuk di wilayah-wilayah tertinggal. Memberikan captive budget APBN belanja modal untuk Kawasan Timur Indonesia. Belanja modal ini diharapkan akan menyuntikkan pembangunan infrastruktur di kawasan ini sehingga dapat mendorong investasi investasi lebih cepat. Jika investasi dapat digeser ke kawasan timur, maka pemerataan pembangunan antarwilayah lebih mudah dicapai.
5. Upaya peningkatan pembangunan ekonomi di semua pusat pertumbuhan tersebut, harus tetap mengacu Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai pedoman untuk menjaga keseimbangan alam dan kelangsungan keserasian ekosistem dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, diharapkan dapat diciptakan pertumbuhan yang inklusif yang dapat menjangkau seluruh wilayah dan masyarakat dengan tetap menjaga keberlanjutan di masa depan.
6. Keterkaitan antara pusat pertumbuhan wilayah dan daerah sekitarnya, perlu difasilitasi dengan infrastruktur wilayah yang terintegrasi dan terhubung dengan baik dan terpadu, khususnya infrastruktur jalan dan perhubungan, baik perhubungan laut maupun udara, termasuk jaringan informasi dan komunikasi, serta pasokan energi, sehingga tercipta konektivitas nasional, baik secara domestik maupun secara internasional (locally integrated, internationally connected). Prioritas khusus akan diberikan pada peningkatan fungsi dan peran perhubungan laut sebagai pengembangan poros maritim.
7. Untuk memperlancar distribusi logistik barang, jasa, dan informasi, maka pemerintah pusat dan daerah, maupun melalui kerja sama dengan dunia usaha, termasuk BUMN, berupaya untuk (a) menurunkan biaya transaksi logistik (transaction cost); (b) mengurangi ekonomi biaya tinggi; (c) menurunkan rata-rata dwelling time (waktu tunggu kapal di pelabuhan); (d)
mengembangan sistem logistik dan distribusi secara elektronik, terutama untuk proses preclearance sampai dengan post clearance; dan (e) optimalisasi perijinan ekspor-impor secara terintegrasi dan elektronik antar sektor.
8. Selain itu, perlu dilakukan pula peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK untuk mendukung pengembangan klaster-klaster industri. Ketersediaan sumber daya manusia yang terampil dan cerdas (skilled labor) merupakan modal utama untuk merintis terbangunnya proyek-proyek besar di setiap klaster industri.
9. Dari sisi regulasi, Pemerintah secara berkelanjutan terus berupaya untuk menciptakan dan meningkatkan iklim usaha dan iklim investasi yang kondusif bagi para investor. Pemerintah perlu melakukan deregulasi (debottlenecking) terhadap beberapa peraturan yang menghambat pelaksanaan investasi. Fasilitasi dan katalisasi secara bertahap akan terus diberikan oleh Pemerintah melalui pemberian insentif fiskal dan non fiskal.
10. Pemerintah secara berkelanjutan perlu berupaya untuk meningkatkan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi kebijakan antar Kementerian/Lembaga dan antara Kementerian/ Lembaga dengan Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu bersinergi dan meningkatkan kualitas belanjanya sehingga menjadi stimulus bagi berkembangnya usaha dan investasi di daerah.
11. Untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi investor, perlu dilakukan peningkatkan dan penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah termasuk kejelasan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, serta peningkatan kapasitas aparatur, kelembagaan, dan keuangan pemerintah daerah.
12. Untuk menghindari timbulnya kesenjangan baru antara wilayah koridor ekonomi dengan wilayah sekitarnya di setiap pulau, maka pembangunan daerah tertinggal, termasuk desa tertinggal, perlu ditingkatkan dengan melakukan pemberdayaan ekonomi lokal,
penciptaan akses transportasi lokal ke wilayah pertumbuhan, dan percepatan pemenuhan infrastruktur dasar.
13. Pada saat yang bersamaan diperlukan percepatan peningkatan pembangunan kawasan perkotaan untuk mewujudkan kota layak huni yang aman dan nyaman; hijau yang berketahanan iklim dan bencana; cerdas; dan mempunyai daya saing kota. Disamping itu, diperlukan juga peningkatan pembangunan kawasan perdesaan yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat dan menciptakan desa-desa mandiri dan berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi, serta penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi kota-desa.
14. Selain daripada itu, akan dilakukan pula penanganan kawasan perbatasan yang ditujukan untuk mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan terdiri: (i) pendekatan keamanan (security approach) dan (ii) pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach).
15. Hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki risiko tinggi terhadap bencana. Oleh karena itu, diperlukan penguatan kemampuan mitigasi dan penanganan daerah bencana, terutama daerah dengan risiko kebencanaan tinggi untuk meningkatkan kewaspadaan bencana dan mencegah risiko bencana.
Dengan kerangka pembangunan wilayah tersebut diharapkan kesenjangan antarwilayah antara KBI dan KTI dapat berkurang. Kerangka pengembangan wilayah dan sketsa hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan hinterland dapat dilihat pada Gambar 1.3 dan Gambar 1.4.
Mengurangi Kesenjangan Antar Wilayah Mengurangi Kesenjangan Antar Wilayah Pengem ba-ngan Kawasan Strategis Pengem ba-ngan Kawasan Strategis Pengem ba-ngan Kawasan Pedesaa n Pengem ba-ngan Kawasan Pedesaa n Pengem ba-ngan Kawasan Tertingga l Pengem ba-ngan Kawasan Tertingga l Penangg u-langan Risiko Bencana Penangg u-langan Risiko Bencana Tata Kelola Pemerint a-han & Otonomi Daerah Tata Kelola Pemerint a-han & Otonomi Daerah RTRW Nasional & RTRW Pulau RTRW Nasional & RTRW Pulau Pengem ba-ngan Kawasan Perbatas an Pengem ba-ngan Kawasan Perbatas an Pemban gu-nan Kawasan Perkotaa n Pemban gu-nan Kawasan Perkotaa n
6 Kerangka Pengembangan Wilayah Jangka Pendek 2015 - 2019 (Sumber: Bappenas 2014)
Gambar 6: K o n s e p G e rb a n g P e la b u h a n d a n B a n d a r U d a ra I n te rn a s io n a l M a s a D e p a n d i In d o n e s ia (S u m b e r: M e n k o P e re k o n o m ia n 2 0 1 4 )
E.2.4 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah dalam rangka pembangunan nasional, dibagi menjadi beberapa pengembangan sebagai berikut:
1. Pengembangan Kawasan Strategis1
Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa (Sumatera, Maluku, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah yang selaras serta peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah akan mengembangkan potensi dan keunggulannya, melalui pengembangan industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan pariwisata serta sektor mikro lainnya. Strategi yang akan dilakukan dalam pengembangan kawasan strategis tersebut adalah:
a. Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah b. Percepatan Pembangunan Konektivitas c. Peningkatan Kemampuan SDM dan IPTEK d. Regulasi dan Kebijakan
e. Peningkatan Iklim Investasi dan iklim usaha 2. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan
a. Pembangunan Perkotaan
Arah kebijakan pembangunan wilayah perkotaan difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik,
1 Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan untuk mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai “penggerak utama pengembangan wilayah.” Pusat-Pusat pertumbuhan tersebut dapat berupa KEK, KI, KPBPB dsb.
potensi ekonomi dan budaya lokal. Untuk itu, strategi pembangunan perkotaan tahun 2015-2019 adalah :
Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN)
Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) Perwujudan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan Bencana Pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis
teknologi dan budaya lokal
Peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pembangunan Perkotaan b. Pengembangan Desa dan Kawasan Perdesaan
Sesuai amanat UU No. 6 Tahun 2014, pengembangan desa dan kawasan perdesaan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
Oleh karena itu, kebijakan pembangunan desa dan kawasan perdesaan, termasuk di kawasan perbatasan, daerah tertinggal, pulau-pulau kecil terluar tahun 2015-2019 dilakukan dengan strategi sebagai berikut:
Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa, termasuk permukiman transmigrasi, sesuai dengan kondisi geografisnya,
Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat Desa termasuk permukiman transmigrasi,
Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa termasuk permukiman transmigrasi,
Pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi, dan pendampingan,
Pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur pemerintah desa dan kelembagaan pemerintahan desa secara berkelanjutan,
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi
Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi untuk mendorong keterkaitan desa-kota c. Peningkatan Keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan
Peningkatan keterkaitan desa-kota bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan dengan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi, melalui penguatan sedikitnya 39 pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL), meliputi 27 pusat pertumbuhan di KTI dan 12 pusat pertumbuhan di KBI. Arah kebijakan dan strategi peningkatan keterkaitan desa-kota tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau.
Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi.
Peningkatan Kapasitas Tata Kelola, Kelembagaan, dan Masyarakat dalam Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa.
INDUSTRIALISA SI/ HILIRISASI INDUSTRIALISA SI/ HILIRISASI Pengemba-ngan Potensi Ekonomi Wilayah Pengemba-ngan Potensi Ekonomi Wilayah Percepatan Pembangu nan Konektivita s dan SISLOGNA S Percepatan Pembangu nan Konektivita s dan SISLOGNA S Peningkata n Iklim Investasi dan Iklim Usaha (PTSP, Insentif Fiskal dan Non Fiskal Peningkata n Iklim Investasi dan Iklim Usaha (PTSP, Insentif Fiskal dan Non Fiskal Regulasi dan Kebijakan (menghap us kebijakan yang mengham bat investasi Regulasi dan Kebijakan (menghap us kebijakan yang mengham bat investasi Peningkata n Kemampu an SDM dan IPTEK (Science dan Techno Park) Peningkata n Kemampu an SDM dan IPTEK (Science dan Techno Park)
6 Percepatan Pengembangan Pusat-Pusat Pertumbuhan Melalui Industrialisasi/Hilirisasi (Sumber: Bappenas, 2014)
3. Pengembangan Daerah Tertinggal2 dan Kawasan Perbatasan3
a. Pengembangan Daerah Tertinggal
2Daerah Tertinggal adalah meliputi kabupaten yang masih dalam kategori tertinggal berdasarkan kriteria ekonomi; SDM; infrastruktur; kapasitas keuangan daerah; aksesibilitas; dan karakteristik daerah.
3 Kawasan Perbatasan Negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dan atau laut lepas.Kawasan perbatasan Negara meliputi kawasan perbatasan darat dan kawasan perbatasan laut termasuk pulau-pulau kecil terluar.
Arah kebijakan percepatan pembangunan daerah tertinggal difokuskan pada:
Upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhanpelayanan dasar publik;
Pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan strategis.
Strategi pengembangan daerah tertinggal sebagai berikut:
Mengembangkan perekonomian masyarakat di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai dengan karakteristik, posisi strategis, dan keterkaitan antar kawasan,
Meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan melalui pembangunan sarana dan prasarana transportasi,
Meningkatkan kualitas SDM, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan kapasitas tata kelola pemerintahan daerah,
Mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan dasar publik, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, transportasi, air bersih, energi/listrik, telekomunikasi, serta mendukung upaya pemenuhan kebutuhan dasar,
Melakukan penguatan regulasi terhadap daerah tertinggal dan pemberian insentif kepada pihak swasta dalam pengembangan iklim usaha di daerah tertinggal,
Melakukan pembinaan terhadap daerah tertinggal yang sudah terentaskan melalui penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan peningkatan kapasitas SDM;
Mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan antar wilayah.
Mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat, yang difokuskan pada (i) pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal, (ii) peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan terutama di wilayah terisolir, (iii) pembangunan infrastruktur transportasi untuk membuka keterisolasian, (iv) pemihakan terhadap Orang Asli Papua, (v) penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah melalui pemantapan sistem tata kelola yang baik, (vi) pembangunan sentra logistik untuk mengatasi kemahalan, (vii) pengembangan energi baru dan terbarukan terutama di wilayah terisolir, (viii) penguatan kelembagaan percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat.
b. Pengembangan Kawasan Perbatasan
Pengembangan kawasan perbatasan 2015-2019 difokuskan pada 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional4 (PKSN) Kawasan Perbatasan dan 187 lokasi prioritas (lokpri) perbatasan. Arah kebijakan pengembangan kawasan perbatasan adalah mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman.
Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan terdiri: (i) pendekatan keamanan (security approach), dan (ii) pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach). Sehubungan dengan hal tersebut, strategi pengembangan kawasan perbatasan diperlukan melalui:
Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara berdasarkan karakteristik wilayah, potensi lokal, dan mempertimbangkan peluang pasar negara tetangga
dengan didukung pembangunan infrastruktur transportasi, energi, sumber daya air, dan telekomunikasi;
Pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang handal serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam memanfaatkan dan mengelola potensi lokal, untuk mewujudkan kawasan perbatasan negara yang berdaya saing; Pembangunan konektivitas simpul transportasi utama Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dengan lokasi prioritas (Kecamatan disekitarnya), Pusat Kegiatan Wilayah (Ibukota Kabupaten), Pusat Kegiatan Nasional (Ibukota Provinsi);
Transformasi kelembagaan lintas batas negara, yaitu Costum, Immigration, Quarantine, Security (CIQS) menjadi satu sistem pengelolaan yang terpadu;
Peningkatan kualitas dan kuantitas, serta standarisasi sarana prasarana pengamanan perbatasan laut dan darat, serta melibatkan peran aktif masyarakat dalam mengamankan batas dan kedaulatan negara;
Penegasan batas wilayah negara di darat dan laut melalui Prainvestigation, refixation, maintenance (IRM), pelaksanaan IRM, penataan kelembagaan diplomasi perundingan yang didukung oleh kelengkapan data/peta dukung dan kapasitas peran dan fungsi kelembagaan yang kuat; dan
Peningkatan kerjasama perdagangan (Border Trade Aggreement) dan kerjasama pertahanan dan keamanan batas wilayah dengan negara tetangga.
4 Penanggulangan Bencana
Untuk mengantisipasi risiko bencana yang sudah ada dan yang berpotensi dimasa yang akan datang bila tidak dikelola/diminimalisasi akan dapat mengakibatkan terjadinya kemunduran dari pembangunan yang sudah dilakukan. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka arah kebijakan didalam penanggulangan bencana adalah:
a. mengurangi risiko bencana; dan
b. meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana.
Strategi penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana adalah sebagai berikut.
a. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan di pusat dan daerah,
b. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana,
c. Peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana,
5. Pengembangan Tata Ruang Wilayah Nasional
Untuk mendukung pelaksanaan percepatan pembangunan wilayah, diperlukan landasan utama pembangunan, yaitu: penataan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang yang ditujukan untuk pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Acuan untuk pengembangan tata ruang wilayah nasional mengacu pada PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Adapun arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan terkait pengembangan struktur tata ruang: 2. Kebijakan terkait pengembangan pola ruang:
Untuk melaksanakan arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional tersebut, maka strategi pengembangan tata ruang wilayah sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas dan Jangkauan Pelayanan Jaringan Prasarana,
2. Pemeliharaan dan Perwujudan Kelestarian Fungsi Lingkungan Hidup,
3. Pencegahan Dampak Negatif Kegiatan Manusia Terhadap Kerusakan Lingkungan Hidup,
4. Pengendalian Perkembangan Kegiatan Budi Daya Sesuai Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan,
5. Pelestarian dan Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup,
7 Rencana Tol Laut Dalam Mendukung Poros Maritim Dunia
KEK SEI MANGKEI Kabupaten Simalungun, Sumut KEK TANJUNG LESUNG Kab. Pandeglang, Banten KEK TANJUNG API-API Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan KEK MANDALIKA
Kab. Lombok Tengah, NTB
KEK PALU Kota Palu, Sulawesi Tengah KEK MOROTAI Kab. Pulau Morotai, Maluku Utara KEK BITUNG
Kota Bitung, Sulawesi Utara
2
8
5
6
KEK MBTK Kabupaten KutaiTimur, Kaltim Sorong Papua
BaratTeluk Bituni, Papua Barat Merauke Garombin g, Kab. Baru. Sulsel Tarakan Batu Licin Lhokseum awe Jawa Barat Raja Ampat Keterangan
Lokasi KEK yang telah ditetapkan s.d. 2014
Indikasi Lokasi KEK 2014-2019
1
3
7
4
Padang - Pariaman Taka Bonerate, Selayar Sulawesi Selatan8 Pengembangan Transportasi Penyeberangan Komplemen Konsep Tol Laut (Sumber: Bappenas, 2014)
9 Pengembangan Infrastruktur Penunjang Kawasan Ekonomi Khusus (Sumber: Bappenas, 2014)
10Pengembangan Infrastruktur Penunjang Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (Sumber: Bappenas, 2014)