• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

4.3. Analisis Perbandingan

Worksheet untuk membuat ranking dan menghitung ∑R1, ∑R2, U1 dan U2. Jumlah

Urutan Ke Rank Rank Kelas Bawah

Rank

Kelas Menengah Atas Mentah Diurut 1 1 1 2,5 2,5 2 1 2 2,5 2,5 1 1 3 2,5 2,5 3 1 4 2,5 2,5 3 1* 5* 9,5* 9,5*

3 1* 6* 9,5* 9,5* 2 1* 7* 9,5* 9,5* 3 1* 8* 9,5* 9,5* 3 1* 9* 9,5* 9,5* 3 1* 10* 9,5* 9,5* 2 1* 11* 9,5* 9,5* 2 1* 12* 9,5* 9,5* 2 1* 13* 9,5* 9,5* 3 1* 14* 9,5* 9,5* 1 2 15 17 17 3 2 16 17 17 3 2 17 17 17 4 2 18 17 17 1 2 19 17 17 4 2* 20* 28,5* 28,5* 2 2* 21* 28,5* 28,5* 3 2* 22* 28,5* 28,5* 4 2* 23* 28,5* 28,5* 1 2* 24* 28,5* 28,5* 4 2* 25* 28,5* 28,5* 3 2* 26* 28,5* 28,5* 3 2* 27* 28,5* 28,5* 4 2* 28* 28,5* 28,5* 4 2* 29* 28,5* 28,5* 1 2* 30* 28,5* 28,5* 1 2* 31* 28,5* 28,5* 2 2* 32* 28,5* 28,5* 1 2* 33* 28,5* 28,5* 1 2* 34* 28,5* 28,5* 2 2* 35* 28,5* 28,5* 2 2* 36* 28,5* 28,5* 3 2* 37* 28,5* 28,5* 2 3 38 42 42 3 3 39 42 42 2 3 40 42 42 2 3 41 42 42 2 3 42 42 42 2 3 43 42 42 2 3 44 42 42 3 3 45 42 42 3 3 46 42 42 2 3* 47* 50,5* 50,5*

1 3* 49* 50,5* 50,5* 2 3* 50* 50,5* 50,5* 2 3* 51* 50,5* 50,5* 1 3* 52* 50,5* 50,5* 1 3* 53* 50,5* 50,5* 2 3* 54* 50,5* 50,5* 2 4 55 55,5 55,5 1 4 56 55,5 55,5 2 4* 57* 58,5* 58,5* 2 4* 58* 58,5* 58,5* 2 4* 59* 58,5* 58,5* 1 4* 60* 58,5* 58,5* Total ∑R1 = 584 ∑R2 = 1246

(*) = Keluarga Petani Kelapa Sawit Kelas Menengah Atas

Untuk melihat dan menguji hipotesis komparatif dua sampel independen dapat digunakan rumus U-test, yaitu

U1 = n1 n2 + n1(n1 + 1) - R1 2 dan U1 = n1 n2 + n2(n2 + 1) - R2 2 Keterangan: n1 = jumlah sampel 1 n2 = jumlah sampel 2 U1 = jumlah peringkat 1 U2 = jumlah peringkat 2

R1 = jumlah rangking pada sampel n1 R2 = jumlah rangking pada sampel n2

Dik: n1 = 20 n2 = 40

R1 = 584 R2 = 1246 Dit: U1 = ? U2 = ? Untuk U1 = n1 n2 + n1(n1 + 1) - R1 2 = 20 40 + 20(20 + 1) - 584 2 = 20 40 + 400 + 20 - 584 2 = 800 + 410 - 584 = 1210 - 584 = 626 Untuk U2 = n1 n2 + n2(n2 + 1) - R2 2 = 20 40 + 40(40 + 1) - 1246 2 = 20 40 + 1600 + 20 - 1246 2 = 800 – 1620 – 1246 = 2420 – 1246 = 1374

Nilai terkecil antara U1 dan U2 adalah nilai U1, karena itu U = 626. Untuk U pada tabel adalah, dengan signifikasi 0,05 = 274.

Karena U hitung < U tabel, maka Ho diterima, dengan perkataan lain, data menunjukkan bahwa tidak ada indikasi bahwa keluarga petani kelapa sawit kelas bawah lebih tinggi tingkat pendidikan anak dari pada keluarga petani kelapa sawit menengah ke atas.

Sehingga, dalam penelitian ini, terdapat kesimpulan bahwa hipotesis ditolak. Yakni tidak terdapat perbedaan antara keluarga petani kelapa sawit kelas bawah dan menengah ke atas keluarga petani kelapa sawit kelas bawah dan menegah ke atas di Desa Sialang Pamoran dalam memanfaatan hasil perkebunan kelapa sawit rakyat terhadap pendidikan anak.

4.6. Analisis Penelitian

Pendidikan memiliki perana terpenting bagi setiap individu. Mutu pendidikan pada saat ini kian meningkat. Sehingga memungkinkan bagi setiap individu untuk berlomba meraih pendidikan setinggi mungkin. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula derajat orang tersebut. Hal ini didukung juga oleh faktor ekonomi, dimana jika ingin meraih pendidikan setinggi mungkin, maka harus dapat menyediakan dana untuk pendidikan tersebut.

Setiap keluarag menginginkan agar anak mereka meraih kesuksesan dalam hidupnya. Untuk mencapai kesuksesan tersebut maka pendidikanlah jalannya. Keluarga petani kelapa sawit pada kelas menengah bawah dan keluarga petani kelapa sawit menengah atas ternyata mempunyai pandangan yang sama mengenai

pendidikan. Dimana keluraga petani kelapa sawit pada kelas menengah bawah memanfaatkan hasil perkebunan untuk tingkat pendidikan anak tidak lebih sedikit atau banyak dibanding dengan keluarga petani kelapa sawit menengah atas. Karena pada dasarnya luas perkebunan kelapa sawit tidak berpengaruh terhadap pendidikan anak. Akan tetapi ia akan berpengarauh apabila dimasuki oleh variabel antara, yaitu motivasi berprestasi.

Orang tua sebenarnya merupakan kunci motivasi dan keberhasilan seorang anak. Tidak ada pihak lain yang akan dapat menggantikan peranan orang tua dengan seutuhnya. Keberhasilan orang tua didalam menunjang motivasi dan keberhasilan hidup anak terletak pada eratnnya hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya. Orang tua merupaan tempat anak berlindung dan mendapatkan kedamaian melalui keserasian antara ketertiban dengan ketentraman, dengan mempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang datang dari luar rumah/lingkungan.

Berdasarkan hasil lapangan, pada 60 responden ada sebanyak 36 (90%) responden yang menyatakan bahwa alokasi dana yang didapatkan dari hasil perkebunan kelapa sawit lebih banyak digunakan untuk pembelian lahan perkebunan kelapa sawit dari pada digunakan untuk investasi pendidikan anak. Padahal pada saat ini pendidikan sangatlah penting bagi seorang anak. Setidaknya dapat menjadi bekal pengetahuan bagi seorang anak.

Untuk melihat keinginan dari orang tua untuk memberikan pendidikan setinggi mungkin terhadap anak, pada 60 responden ada sebanyak 20 (33,33%) responden yang termotivasi untuk menyekolahkan anaknya. Ada alasan tertentu yang

menginginkan anaknya sukses dalam hidup dan tidak menjadi petani kelapa sawit seperti orang tuanya, melainkan para orang tua berharap anaknya dapat meningkatkan taraf hidupnya kelak. Ini merupakan salah satu faktor pemicu agar orang tua dapat memberikan pendidikan setinggi mungkin bagi anaknya.

Namun demikian, tidak semua orang tua termotivasi untuk menyekolahkan anaknya. Karena ada bebrapa orang tua beranggapan bahwa kesuksesan hidup bukan dari tingginya pendidikan melainkan kesuksesan itu merupakan hasil dari kerja keras. Begitu juga dengan anak-anak yang sebagian besar termotivasi untuk sekolah. Pada 60 responden ada sebanyak 27 (48,33%) yang memiliki motivasi untuk sekolah. Namun ada juga yang tidak termotivasi karena mereka lebih senang memperoleh uang dari hasil kerja dari pada menimba ilmu dengan sekolah. Hal tersebut diakibatkan dari dorongan orang tua untuk mengikuti persekolahan atau malah lebih memilih membantu orang tuanya dalam mengelola perkebunan.

Pendidikan merupakan komponen penting dalam hidup. Anak merupakan harapan bagi orang tua. Kesuksesan seorang anak juga didukung oleh orang tua. Dengan kata lain ada sebagian orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan itu penting dan sebagian menyatakan pendidikan itu tidak terlalu penting bagi anak.. hal ini terlihat pada jawaban responden, yaitu pada 60 responden ada sebanyak 40 (66,67%) responden yang menyatakan bahwa pendidikan itu penting bagi seorang anak.

Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan akhir dari seorang anak menjadi tolak ukur untuk menemukan hasil penelitian ini. Pada 60 responden ada sebanyak 10 (16,67%) responden yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan anak mereka sampai

kepada Perguruan Tinggi. Hal ini disebabkan semakin minimnya keinginan orang tua untuk meningkatkan pendidikan anaknya. Banyak para orang tua beranggapan pendidikan setinggi mungkin bukanlah hal yang utama dalam hidup melainkan mengelola perkebunan dan meningkatkan luas perkebunan lebih utama karena hal tersebut mereka anggap dapat menjamin kehidupan keluarganya kelak tanpa harus merubah pola kehidupannya. Walaupun demikian ada sebagian keluarga yang masih mengetahui pentingnya pendidikan tersebut yang dapat merubah kehidupannya kelak. Sehingga mereka lebih banyak menaruh harapan untuk anak-anaknya. Dengan demikian mereka lebih mengutamakan pendidikan dari pada memperluas areal perkebunan.

Biaya pendidikan pada saat ini memang tidaklah murah. Sehingga membutuhkan pengeluaran biaya yang besar untuk menyekolahkan anak-anaknya. Pada 60 responden ada sebanyak 13 (21,67%) responden yang menyatakan bahwa biaya pendidikan itu mahal dan ada juga sebagian lagi yang menyatakan pendidikan itu tidak mahal. Walaupun demikian masih banyak cara lain untuk mencapai pendidikan tersebut.

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan anak bagi dua keluarga yaitu keluarga petani kelapa sawit kelas menegah bawah dengan keluarga petani kelas menengah atas sama pentingnya. Namun tidak semua keluarga menginginkan pendidikan anak setinggi mungkin.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari data-dat yang telah diperolejh dan diuraikan, maka peneliti menarik kesimpulan penting antara lain:

1. Tidak ada perbedaan pemanfaatan hasil perkebunan kelapa sawit antara kelas menengah bawah dengan kelas menengah atas terhadap pendidikan anak, dimana motivasi orang tua dalam menyekolahkan anak adalah rata-rata sama dengan tingkat pendidikan tertinggi anak.

2. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua dalam meningkatkan pendidikan anak, seperti faktor biaya, faktor motivasi yang terbagi menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, dimana Motivasi intrinsik merupakan hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri orang tua itu sendiri yang dapat mendorongnya untuk menyekolahkan anaknya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu yang juga mendorongnya untuk menyekolahkan anaknya.

5.2. Saran

Pendidikan adalah variabel penting dalam meraih kesuksesan. Pendidikan menjadi tolak ukur utama dalam hidup. Pendidikan dapat terlaksana dengan adanya motivasi dalam diri individu. Oleh karena itu orang tua dituntut untuk bisa memotivasi diri dan anak agar dapat meningkatkan pendidikan anak-anaknya melalui sekolah.

Motivasi merupakan suatu dorongan sebagai kebutuhan yang mendorong manusia untuk berbuat lebih daripada orang lain, guna mencapai kesuksesan di masa yang akan datang sesuai dengan standard kehidupan yang ditetapkannya sendiri. Dengan demikian anak menjadi harapan utama orang tua dalam meningkatkan taraf kehidupannya melalui pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi., (2002), “Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Damsar., (2002), “Sosiologi Ekonomi”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Heddy Shri Ahimsa-Putra, dkk., (2003), “Ekonomi Moral, Rasional dan Politik”, Yogyakarta: KEPEL Press.

Jalaluddin, dkk., (1997), “Filsafat Pendidikan”, Jakarta: Gaya Media Pratama.

Khairuddin, H., (1997), “Sosiologi Keluarga”, Yogyakarta: Liberty.

Moeleong, J. Lexi., (2006), “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Maslow, H.A. 1988,”Motivasi dan Kepribadian”, Jakarta: Pustaka Binaman Persindo.

Nasir, Moh., “Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia.

Prasetyo, Bambang., (2005), “Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Purwanto, Ngalim, M., (1996), “Psikologi Pendidikan”, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Singarimbun, Masri, dkk., (1989),“Metode Penelitian Survei”, Jakarta: LP3ES.

Soerjono, Soekanto., (1990), “Sosiologi Suatu Pengantar”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suwarsono dan Alvin Y. So., (1991), “Perubahan Sosial dan Pembagunan di Indonesia”, Jakarta: LP3ES.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa., (2005), “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai Pustaka.

Wisadirana. Darsono, Dr. Ir. Ms., (2004), “Sosiologi Pedesaan”, Malang: Univ. Muhammadiyah Malang.

sawit”, oleh: Litbang Pertanian).

pendidikan”, oleh: Akhmad sudrajat, Mpd).

oleh: Ade Rahmawati Siregar).

Dokumen terkait