Skripsi
PEMANFAATAN HASIL PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT RAKYAT DALAM KELUARGA
TERHADAP PENDIDIKAN ANAK
(Studi Komparatif antara Keluarga Petani Kelapa Sawit Kelas Bawah dan Menengah ke Atas di Desa Sialang Pamoran, Kabupaten Labuhan Batu Terhadap Pendidikan Anak)
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Devi Marina Afda Hsb
040901035
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Pendidikan di Indonesia pada saat ini semakin berkembang. Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam mencapai suatu kedudukan. Status sosial ekonomi menjadi faktor utama dalam meningkatkan pendidikan anak. Hal ini tampak pada perbedaan status keluarga yakni antara keluarga kelas bawah dengan keluarga kelas menengah atas, dimana dalam menentukan tingkat pendidikan anak menjadi acuan untuk menentukan status keluarga. Tingkat pendidikan akan berimplikasi terhadap pekerjaan yang akan digelutinya kelak. Hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan anak menjadi tolak ukur suatu keluarga dalam membenahi status sosial ekonomi keluarga. Hal ini menjadi landasan peneliti untuk melihat apakah ada perbedaan antara keluarga petani kelapa sawit kelas bawah dengan keluarga petani kelapa sawit kelas menengah atas dalam menentukan tingkat pendidikan anak.
Penelitian ini menggunakan penelitian komparatif dengan pendekatan kuantitatif terhadap 60 responden. Seluruh populasi merupakan sampelnya, dimana masing – masing 20 responden pada keluarga petani kelapa sawit kelas bawah dan 40 responden pada keluarga petani kelapa sawit kelas menengah atas. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden dan dengan menggunakan studi dokumenter.
KATA PENGANTAR
Puji syukur khadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pemanfaatan
Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Dalam Keluarga Terhadap Pendidikan
Anak (Studi Komparatif antara Keluarga Kelas Bawah dan Keluarga Kelas
Menengah Atas di Desa Sialang Pamoran, Kabupaten Labuhan Batu Terhadap
Pendidikan Anak)”, guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari
Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera
Utara. Serta tidak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW yang safa’atnya sangat diharapkan dihari kelak.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi hambatan, hal ini
disebabkan oleh keterbatasan wawasan penulis, kurangnya pengalaman, serta
sedikitnya wacana yang menyangkut bahan penelitian yang ditemukan oleh peneliti.
Akan tetapi, berkat-Nya semua hambatan tersebut dapat dilalui, sehingga penulisan
skripsi ini selesai. Hal ini tak luput dari keluarga dan teman – teman yang selalu
memberikan motivasi dan dorongan serta do’a. oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang turut serta membantu dalam penulisan skripsi
ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra Rosmiani, MA, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Sismudjito, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam membantu, membimbing, memberikan sumbangan
5. Ibu Dra. Hadriana Marhaeni Munthe, M.Si, selaku dosen tamu pada ujian
komprehensif penulis yang mana telah memberikan masukan.
6. Ibu Harmona Daulay, S.Sos., M.Si, selaku dosen wali penulis yang telah
membimbing penulis semenjak semester pertama sampai akhir dengan selalu
mengoreksi penulis setiap semester berganti dan selalu memberi masukan dan
membantu penulis jika ada masalah.
7. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara khususnya Depaertemen Sosiologi,
terutama buat Kak Fenni yang udah banyak bantu penulis selama berada di
Departemen Sosiologi (terima kasih kak atas semua yang udah kakak berikan)
dan juga buat Kak Beti dan Bang Ria.
8. Teristimewa buat kedua orang tua penulis, Ayahanda Khairul Ganif Hasibuan
dan Ibunda Ernawati Dalimunthe yang selalu mendidik dan mengajari penulis
dengan kasih sayang semnejak kecil dan selalu memberikan do’a – do’a yang
tiada bandingnya dengan apapun, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Begitu juga dengan 3 (tiga) adikku yang sangat penulis sayangi.
Terima kasih atas do’a dan dukungan untuk kakak.
9. Terima kasih pada seluruh keluarga besar penulis, nenek, uwak, om, ibuk, dan
semua sepupu – sepupu penulis.
10.Buat teman – teman stambuk ’04 yang selalu kompak terutama Fadilla
Hermeyda yang menjadi teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi
penulis, Kasiati (makasih jawa), Anita (makasih ya nit2 atas bantuannya), Ika,
Florence (makasih flo da nemeni penulis sampe sore), Diana, Ira, Kiki, Herna,
Hesti, Juni, Dini, Tuit, Faisal, Ferika, Suyadi, Rosma, Wildan, Renova,
Mestika, Yanti (dua-duanya), Reni, Heru, Abdi (alm), May, Titin, dan lain –
lain, maaf penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu, terima kasih atas
dukungan dan semua kenangan yang telah ada.
11.Buat senior Sos ’02 (bang Bornok, makasih banyak atas dukungannya bang)
dan Sos ’03 (kak Eva, kak Dewi, makasih kak atas masukannya) serta buat
12.Buat Responden, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk menjawab
kuesioner yang diberikan oleh penulis.
13.Semua pihak yang turut membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini. Akan
tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan dari kesempurnaan skripsi
ini.
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang……… 1
1.2.Perumusan Masalah……… 6
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 6
1.3.1. Tujuan Penelitian………. 6
1.3.2. Manfaat Penelitian……… 7
1.4.Kerangka Teori………... 7
1.5.Hipotesis……….14
1.6.Defenisi Konsep………. 15
1.7.Operasional variabel………... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 20
2.1. Kebutuhan Dasar Manusia... 20
2.2. Motivasi Berprestasi... 21
2.3. Peranan Pendidikan………... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27
3.1. Jenis Penelitian………... 27
3.2. Lokasi Penelitian……… 27
3.3. Populasi, Sampel dan Informan………. 28
3.4. Teknik Pengumpulan Data………. 28
3.5. Analisis Data……….. 29
3.6. Jadwal Kegiatan………. 31
3.7. Keterbatasan Peneliti……….. 32
BAB IVHASIL DAN ANALISIS PENELITIAN... 33
4.1. Deskripsi Lokasi, Sarana dan Prasarana di Lokasi Penelitian... 33
4.2. Tabel Distribusi... 35
4.2.1. Identitas Responden... 35
4.2.2 Pemanfaatan Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat (Variabel Bebas)……….. 41
4.2.3. Motivasi (Variabel Antara)………. 53
4.3. Analisis Perbandingan……….. 75
4.6. Analisis Penelitian……… 79
BAB IV PENUTUP……… 83
5.1. Kesimpulan……… 83
5.2. Saran ……….. 83
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 4.1. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Usia ... 34
Tabel 4.2. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36
Tabel 4.3. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Agama ... 37
Tabel 4.4. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Status Kawin ... 38
Tabel 4.5. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Status Pendidikan 38 Tabel 4.6. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pekerjaan... 39
Tabel 4.7. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Penghasilan ... 40
Tabel 4.8. Distribusi Jawaban Responden Tentang Lama Tinggal di Desa 41 Tabel 4.9. Distribusi Jawaban Responden Tentang Status Kepemilikan Rumah ... 42
Tabel 4.10. Distribusi Jawaban Responden Tentang Ada Tidaknya Lahan Perkebunan Kelapa Sawit... 43
Tabel 4.11. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit ... 44
Tabel 4.12. Distribusi Jawaban Responden Tentang Luas Perkebunan Kelapa Sawit ... 45
Tabel 4.13. Distribusi Jawaban Responden Tentang Lama Bekerja Dalam Sehari ... 46
Tabel 4.14. Distribusi Jawaban Responden Tentang Hasil Panen Sawit Per Bulan ... 47
Tabel 4.15. Distribusi Jawaban Responden Tentang Alokasi Dana Yang Didapatkan Dari Perkebunan Kelapa Sawit ... 48
Tabel 4.16. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesulian Dalam Hal Keuangan ... 49
Tabel 4.17. Distribusi Jawaban Responden Tentang Cara Mengatasi Kesulitan Keuangan Yang Pernah Dialami Responden ... 50
Tabel 4.18. Distribusi Jawaban Responden Tentang Hubungan Kekeluargaan Antara Masyarakat Desa ... 51
Tabel 4.19. Distribusi Jawaban Responden Tentang Hubungan Tolong Menolong Masyarakat Dalam Hal Keuangan ... 52
Tabel 4.20. Distribusi Jawaban Responden Tentang Tingkat Kepuasan Akan Penghasilan Yang Didapatkan Responden ... 53
Tabel 4.21. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecukupa n Penghasilan Yang Diterima Dengan Biaya Pendidikan Anak ... 54
Tabel 4.22. Distribusi Jawaban Responden Tentang Motivasi Orang Tua Dalam Menyekolahkan Anak ... 55
Tabel 4.24. Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlunya Penerapan Motivasi Akan Pendidikan ... 57 Tabel 4.25. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemberian Hadiah Pada
Anak Yang Berprestasi di Sekolah ... 58 Tabel 4.26. Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Hukuman Bagi
Anak Yang Bermasalah di Sekolah ... 59 Tabel 4.27. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pentingnya
Pendidikan... 60 Tabel 4.28. Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlunya Pendidikan
Setinggi Mungkin ... 61 Tabel 4.29. Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlunya Anggaran Biaya
Tersendiri Dalam Pendidikan ... 62 Tabel 4.30. Distribusi Jawaban Responden Tentang Rata-rata Biaya Per
Bulan Untuk Pendidikan Anak ... 63 Tabel 4.31. Distribusi Jawaban Responden Tentang Jumlah Anak Yang
Bersekolah ... 64 Tabel 4.32. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pendidikan Tertinggi
Anak ... 65 Tabel 4.33. Distribusi Jawaban Responden Tentang Prestasi Anak di Sekolah…66 Tabel 4.34. Distribusi Jawaban Responden Tentang Biaya Pendidikan Pada
Saat Ini ... 67 Tabel 4.35. Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas Pendidikan di
Desa... 68 Tabel 4.36. Distribusi Jawaban Responden Tentang Prioritas Pendidikan
Dibanding Dengan Biaya Yang Lainnya ... 69 Tabel 4.37. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Anak Untuk
mengikuti Pendidikan di Luar Sekolah ... 70 Tabel 4.38. Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Bantuan
Beasiswa di Sekolah ... 71 Tabel 4.39. Distribusi Jawaban Responden Tentang Perolehan Beasiswa Pada
Anak di Sekolah ... 72 Tabel 4.40. Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Beasiswa Dalam
Pembiayaan Sekolah Anak ... 73 Tabel 4.41. Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Beasiswa
ABSTRAK
Pendidikan di Indonesia pada saat ini semakin berkembang. Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam mencapai suatu kedudukan. Status sosial ekonomi menjadi faktor utama dalam meningkatkan pendidikan anak. Hal ini tampak pada perbedaan status keluarga yakni antara keluarga kelas bawah dengan keluarga kelas menengah atas, dimana dalam menentukan tingkat pendidikan anak menjadi acuan untuk menentukan status keluarga. Tingkat pendidikan akan berimplikasi terhadap pekerjaan yang akan digelutinya kelak. Hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan anak menjadi tolak ukur suatu keluarga dalam membenahi status sosial ekonomi keluarga. Hal ini menjadi landasan peneliti untuk melihat apakah ada perbedaan antara keluarga petani kelapa sawit kelas bawah dengan keluarga petani kelapa sawit kelas menengah atas dalam menentukan tingkat pendidikan anak.
Penelitian ini menggunakan penelitian komparatif dengan pendekatan kuantitatif terhadap 60 responden. Seluruh populasi merupakan sampelnya, dimana masing – masing 20 responden pada keluarga petani kelapa sawit kelas bawah dan 40 responden pada keluarga petani kelapa sawit kelas menengah atas. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden dan dengan menggunakan studi dokumenter.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehiduan kita, ini berarti
bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan untuk selalu
berkembang didalamnya. Namun kehidupan dimulai di dalam lingkungan keluarga
karena kita besar dan di didik di dalamnya. Tidak hanya pendidikan di dalam
keluarga yang perlu tetapi pendidikan formal dan informal juga diperlukan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi diri
untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, budi pekerti, serta keterampilan yang diperlukan di dalam diri dan
masyarakat.
Untuk mengikuti pendidikan tersebut ada beberapa jenjang yang harus dilalui.
Jenjang pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal 3 (tiga) jenjang pendidikan, yaitu
pendidikan dasar (SD dan SLTP), pendidikan menengah (SMU/SMK), dan
pendidikan tinggi.
Ada dua bagian bentuk pendidikan yang banyak diikuti oleh masyarakat,
yaitu:
1. Pendidikan Formal.
dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pada pendidikan
tinggi.
2. Pendidikan Informal.
Pendidikan ini dilakukan melalui jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Pada dasarnya pendidikan dilakukan dalam keluarga, dalam masyarakat dan
melalui sistem sekolah. Karena setiap manusia bermula kehidupannya dengan
dilahirkan ibunya dalam lingkungan keluarganya, maka dapat dikatakan bahwa
pendidikan di lingkungan keluarga menjadi landasan segenap usaha pendidikan
sepanjang hidup manusia. Pendidikan di lingkungan keluarga sebagai landasan
kehidupan bangsa.
Bermula dari keluarga, nilai-nilai yang telah diberikan orang tua menjadi
bekal bagi anak dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Dengan demikian
pendidikan dalam keluarga berperan penting dalam membentuk kepribadian seorang
anak.
Selanjutnya, menanamkan pendidikan tidak hanya di lingkungan keluarga ,
namun dapat berkembang ke lingkup yag lebih luas lagi. Lingkungan masyarakat dan
sekolah merupakan sarana yang dapat mendidik anak . sekolah sebagai pendidikan
formal dan lingkungan masyarakat sebagai pendidikan informal. Sekolah dapat
menjadi tempat bagi seorang anak untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan
lingkungan masyarakat merupakan suatu tempat bagi anak untuk bersosialisasi
Sektor perkebunan merupakan salah satu ujung tombak dalam
penanggulangan kemiskinan, pengembangan wilayah, dan pencegahan urbanisasi.
Perkebunan kelapa sawit rakyat merupakan suatu areal kebun yang masing-masing
berukuran sangat kecil (small holdings). Pada perkebunan kelapa sawit rakyat,
keluarga merupakan prioritas utama dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit,
dimana hasil dari perkebunan tersebut seutuhnya digunakan untuk kebutuhan
terutama kebutuhan pendidikan bagi anak dan kelangsungan hidup keluarga.
Keluarga menjadikan perkebunan kelapa sawit sebagai sumber pendapatan terbesar.
Dalam hal ini keluarga pada daerah perkebunan merupakan suatu keluarga
yang disatukan oleh ikatan perkawinan, dimana keluarga ini bertempat tinggal di
daerah perkebunan. Keluarga di jajaran perkebunan umumnya memiliki lahan
perkebunan yang dijadikan sebagai sumber penghasilan tetap, dimana hasil
perkebunan tersebut menjadi lahan perekonomian keluarga. Ogburn dalam
Khairuddin (1997, 48-49), mengungkapkan bahwa keluarga memiliki salah satu
fungsi, yakni ekonomi, yaitu menjadi tempat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok
terutama kebutuhan akan tanggungjawab pendidikan untuk anak. Demikian juga yang
terdapat pada keluarga petani kelapa sawit di Desa Sialang Pamoran dimana, peran
anggota keluarga sangat dibutuhkan dalam mengelola lahan yang ada, sehingga
kebutuhan akan pendidikan anak mereka dapat terpenuhi.
Dalam kaitan ini, keadaan sosial-ekonomi suatu keluarga mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak-anak mereka. Dengan
pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting. Dengan mendapatkan pendidikan
seseorang akan mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga orang
akan bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan. Selain itu, pendidikan juga
akan memperoleh bekal berupa pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi
kehidupan dimasa depan dengan relatif lebih baik dan juga untuk membentuk
manusia yang mandiri serta berkepribadian.
Namun, seperti kita ketahui, tidak semua keluarga juga mampu untuk
membiayai pendidikan anaknya. Misalnya kita lihat pada masyarakat pedesaan
khususnya pada masyarakat petani kelapa sawit yang hanya memiliki pendapatan
tidak lebih dari untuk kebutuhan pokoknya saja, sehingga untuk biaya pendidikan
anaknya perlu pertimbangan yang matang. Mungkin bagi petani yang hanya memiliki
areal perkebunan kelapa sawit kecil, hanya mampu menyekolahkan anaknya pada
sekolah yang relatif murah atau bahkan petani tersebut tiidak sanggup untuk
menyekolahkan anaknya. Sementara bagi petani kelapa sawit yang memiliki areal
perkebunan besar, lebih mudah untuk menyekolahkan anaknya dimanapun sang anak
memintanya. Bahkan petani tersebut mampu untuk melanjutkan sekolah anaknya
hingga ke perguruan tinggi.
Pada Desa Sialang Pamoran, luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat
berbeda-beda jumlahnya. Ini merupakan suatu perbedaan jenjang kehidupan antara
keluarga petani kelapa sawit kelas bawah dan menegah ke atas. Dapat dikatakan
bahwa semakin luas areal perkebunan tersebut maka samakin tinggi status
sosial-ekonomi suatu keluarga, sehingga pada Desa ini persepsi pendidikan menjadi hal
Akan tetapi hal ini tidak dialami bagi semua keluarga yang ada di desa
Sialang Pamoran, dimana terdapat juga fenomena yang berbeda pada daerah ini
dengan asumsi yang lain dari masyarakat pada umumnya. Perlu kita ketahui bahwa
lingkungan tempat tinggal suatu keluarga mempengaruhi pola berfikir orang tua
dalam mendidik anaknya. Dimana keluarga petani kelapa sawit pada Desa ini
memiliki pemikiran yang bertolak belakang dari fenomena yang terjadi pada saat ini.
Bagi keluarga petani kelapa sawit yang memiliki areal perkebunan besar, pendidikan
bukanlah prioritas utama dalam hidupnya. Seorang anak tidak perlu mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi, karena mereka beranggapan bahwa hasil dari
perkebunan kelapa sawit lebih mampu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sampai
kepada keturunannya kelak. Sedangkan bagi keluarga petani kelapa sawit yang hanya
memiliki areal perkebunan kelapa sawit kecil, lebih mengutamakan pendidikan
anaknya, karena mereka beranggapan pendidikan dapat mengubah status sosial
hidupnya. Dimana, seorang anak dituntut untuk bisa hidup lebih baik dari kehidupan
keluarganya.
Oleh karena itu pendidikan menjadi prioritas utama bagi keluarga petani
kelapa sawit yang hanya memiliki lahan perkebunan kecil. Sementara bagi keluarga
petani kelapa sawit yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit besar pendidikan
tidak menjadi hal yang utama. Artinya luasnya perkebunan menjadi alokasi dana
untuk kebutuhan pendidikan terutama bagi keluarga petani kelapa sawit kelas bawah.
Dimana bagi keluarga ini pendidikan menjadi tolak ukur untuk memperbaiki taraf
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, adapun perumusan
masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah pemanfaatan hasil perkebunan kelapa sawit di Desa Sialang Pamoran
tersebut dapat memotivasi orang tua dalam meningkatkan pendidikan anak?
2. Apakah perbedaan antara keluarga petani kelapa sawit kelas bawah dan
menegah ke atas di Desa Sialang Pamoran dalam memanfaatan hasil
perkebunan kelapa sawit rakyat terhadap pendidikan anak?
3. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan antara petani kelapa sawit
kelas bawah dan menegah ke atas di Desa Sialang Pamoran dalam
memanfaatan hasil perkebunan kelapa sawit rakyat untuk memberikan
pendidikan kepada anak?
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
• Untuk mengetahui apakah pemanfaatan hasil perkebunan kelapa sawit
di Desa Sialang Pamoran tersebut dapat memotivasi orang tua dalam
meningkatkan pendidikan anak.
• Untuk mengetahui bagaimana perbedaan pemanfaatan hasil
perkebunan kelapa sawit antara keluarga petani kelapa sawit kelas
memanfaatan hasil perkebunan kelapa sawit rakyat terhadap
pendidikan anak.
• Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan perbedaan
antara petani kelapa sawit kelas bawah dan menegah ke atas di Desa
Sialang Pamoran dalam memanfaatan hasil perkebunan kelapa sawit
rakyat untuk memberikan pendidikan kepada anak.
1.3.2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil penelitian
yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya,
serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
memperluas cakrawala pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas cakrawala
pengetahuan bagi peneliti, akademis, instansi pemerintahan dan
masyarakat sehubungan dengan kehidupan masyarakat perkebunan
kelapa sawit.
1.4.Kerangka Teori
Perkebunan kelapa sawit milik pribadi membutuhkan suatu kegigihan
keluarga. Keluarga merupakan suatu unit terkecil dalam masyarakat. Suatu keluarga
akan berusaha meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat. Seperti halnya dalam
fungsi keluarga salah satunya yaitu fungsi Ekonomi, dimana keluarga menjadi tempat
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok, sehingga produksi dan konsumsi dilakukan
sendiri.
Dalam pengaturan ekonomi keluarga, terutama pada masyarakat
tradisional yang lebih diutamakan adalah kebutuhan pokoknya. Mereka banyak
mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan yang lainnya. Namun dari fenomena yang
terjadi kebanyakan para petani kelapa sawit menghabiskan keuntungannya untuk
membeli lahan baru, guna memperluas areal perkebunannya. Karena pada dasarnya
keluarga yang memiliki areal perkebunan yang lebih luas dianggap sebagai orang
yang terpandang dan keluarga tersebut menjadi lebih disegani.
Ada banyak dimensi yang bisa digunakan untuk mendeskripsikan
stratifikasi sosial yang ada dalam suatu kelompok sosial (komunitas), salah satunya
yaitu dimensi kekayaan seperti pada kepemilikan tanah (rumah, sawah, atau
perkebunan).
Menurut teori fungsional dasar, terjadinya stratifikasi sosial karena adanya
kepentingan fungsional dan kekurangan yang bersifat relatif. Stratifikasi sosial adalah
sebuah konsep yang menunjukkan adanya pembedaan atau pengelompokkan suatu
suatu kelompok sosial secara bertingkat. Stratifikasi sosial diperlukan dan
dikehendaki oleh suatu masyarakat yang komplek yang berorientasi pada kemajuan.
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
mengejar suatu tujuan bersama. Terjadinya lapisan sosial atau kelas-kelas sosial
dalam masyarakat pedesaan didasarkan atas kepemilikan tanah, (Soerjono Soekanto,
1990: 253).
Hal ini sangat tampak jelas bagi kehidupan para petani kelapa sawit di
pedesaan. Dengan demikian telah terbagi dua kelas dalam kehidupan sosial-ekonomi
masyarakat pedesaan tersebut. Seperti halnya kelas atas dan kelas bawah. Dalam
stratifikasi sosial terwujud unsur status sosial dan peranan sosial. Status sosial atau
kedudukan sosial adalah tempat dimana seseorang dalam suatu sistem sosial
sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam sistem sosial atau hasil dari penilaian
orang lain terhadap diri seseorang dengan siapa ia berhubungan. Seseorang dikatakan
berada pada status sosial yang tinggi karena orang-orang lain menempatkan dia pada
tempat yang lebih tinggi dari dirinya atau lebih berharga dari dirinya. Sedangkan
peranan sosial merupakan perilaku normatif seseorang karena kedudukannya atau
sebagai pola perilaku yang diharapkan dari seseorang sesuai dengan status yang
disandangnya dalam sistem tertentu. Dengan demikian, status sosial dan peranan
sosial seseorang ditandai atas sesuatu yang berharga dari dirinya sehingga orang lain
dapat menempatkan dirinya di tempat yang lebih tinggi dari masyarakat lainnya.
Dalam stratifikasi ini, faktor ekonomi merupakan faktor utama atau
dominan yang timbul di masyarakat pedesaan. Hal ini dibedakan karena kesempatan
yang dimilikinya dalam bidang ekonomi. Kesempatan-kesempatan itu antara lain
dapat dilihat dalam pendapatan yang diperoleh oleh suatu keluarga dan kekayaan
keberhasilan dalam meningkatkan ekonomi keluarganya. Misalnya saja pada
masyarakat pedesaan, dapat dikatakan orang yang duduk dilapisan atas jika memiliki
lahan pertanian dan pendidikan atau pengetahuan yang tinggi dan sebaliknya bagi
posisi kelas bawah tidak mempunyai lahan pertanian dan berpendidikan rendah.
Popkin dalam Heddy (2003: 31-32) beranggapan bahwa seorang petani
pertama-tama memperhatikan kesejahteraan dan keamanan diri dan keluarganya.
Apapun nilai-nilai dan tujuan hidupnya dia akan bertindak ketika dia
memperhitungkan kemungkinan memperoleh hasil yang diinginkan atas dasar
tindakan-tindakan individual. Kedua, hubungan petani dengan orang lain tidak selalu
didasarkan atas beberapa prinsip moral yang umum, tetapi pada kalkulasi apakah
hubungan-hubungan semacam itu akan dapat menguntungkan diri dan keluarganya
atau malah merugikan.
Kebanyakan rumah tangga petani hidup begitu dekat dengan batas-batas
subsistensi dan menjadi sasaran-sasaran permainan alam serta tuntutan-tuntutan dari
pihak luar, maka mereka meletakkan landasan etika subsistensi atas dasar
pertimbangan prinsip safety frist (dahulukan selamat). Maksudnya bahwa para petani
lebih memperhatikan kegagalan apa yang akan dihadapi dan berusaha untuk
manghindarinya karena dapat berakibat menghancurkan kehidupan mereka. Mereka
tidak terlalu mementingkan keuntungan yang besar dengan mengambil resiko yang
berat, (Damsar, 2002: 99).
Dengan kalimat lain, suatu keluarga lebih termotivasi dalam melihat
kegagalan yang pernah dialaminya. Hal ini menjadi suatu acuan orang tua dalam
8), menegaskan bahwa keberhasilan ekonomi baik individu atau kelompok tidak
hanya ditentukan oleh indikator-indikator ekonomi semata, tetapi perlu dilakukan
pengujian bahwa indikator lain yaitu semangat atau yang disebut dengan faktor
internal, yakni pada nilai-nilai motivasi yang sesungguhnya mendorong untuk
mengeksploitasi peluang dalam meraih kesempatan.
Dalam pada itu Mc Clelland mengemukakan bahwa indikator dari
keinginan pencapaian tujuan yang akan dicapai adalah keinginan kuat untuk
mencapai prestasi gemilang, yang dikerjakan melalui penampilan kerja yang baik,
dengan selalu berfikir dan berusaha untuk menemukan cara-cara baru dalam
memperbaiki kualitas yang akan dicapai. Indikator tersebut sebagai pemotivasi
berprestasi.
Lebih lanjut Mc Clelland mendefenisikan motivasi berprestasi sebagai
kebutuhan yang mendorong manusia untuk berbuat lebih dari pada orang lain, guna
mencapai kesuksesan di masa yang akan datang sesuai dengan standard kehidupan
yang ditetapkannya sendiri. Pada dasarnya motivasi mengandung tiga komponen
pokok yaitu menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia.
Gambaran dari ketiga komponen tersebut adalah:
1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan individu memimpin seseorang
untuk bertindak dengan cara tertentu.
2. motivasi juga menggerakkan dan menyalurkan tingkah laku. Dengan
demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu
3. untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus
menguatkan interkasi, arah dorongan dan kekuatan-kekuatan individu
(Purwanto, 1996: 71).
Bagi mereka yang memiliki dorongan dan perilaku dalam kehidupan
“need for achievement” yang tinggi, maka pasti akan bekerja lebih keras, belajar
lebih cepat untuk pencapaian tujuan dengan kualitas yang baik. Need for achievement
merupakan hasrat untuk bekerja secara baik, bukan demi pengakuan sosial atau
gengsi, melainkan dorongan kerja untuk kepuasan batin. Motivasi berprestasi dalam
masyarakat akan membantu untuk memiliki kehidupan sosial ekonomi yang lebih
baik.
Dalam sebuah keluarga, yang berfungsi untuk memberikan pendidikan
awal bagi seorang anak adalah ayah dan ibu, karena ada pertalian darah secara
langsung dan keluarga bertanggung jawab atas masa depan anak-anaknya, dimana
pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran (kegiatan) yang sadar akan tujuan
penting bagi perkembangan anak. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan
membawa anak ke arah tingkat kedewasaan, yang artinya membawa anak untuk dapat
berdiri sendiri (mandiri) di dalam hidupannya di tengah-tengah masyarakat
(Jalaluddin, 1997: 119).
Dalam menaikkan skala kebutuhan berprestasi, Mc Clelland lebih
menekankan dari lingkungan keluarga, khususnya pada tahapan pembimbingan anak,
• Orang tua hendaknya menentukan standar motivasi yang tinggi pada
anak-anaknya, misalnya melalui pengharapan agar anaknya memliki perstasi yang
gemilang dan pekerjaan yang mapan serta menjadi dikenal di masyarakat.
• Hendaknya orang tua lebih menggunakan metode dalam memberikan
dorongan dan hubungan yang hangat dalam sosialisasi dengan anak-anak
mereka serta memberikan perhatian yang cukup terhadap anak-anak mereka.
• Orang tua hendaknya tidak bersikap otoriter, orang tua tidak diharapkan
memanjakan atau berinisiatif sendiri demi kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan oleh anak-anaknya, tetapi justru mereka hendaknya membrikan
kesempatan kepada anak untuk mengambil inisiatif dan menentukan
cara-caranya sendiri dalam mengatasi persoalan yang dihadapinya, (Suwarsono,
1991: 31-32).
Disamping itu orang tua juga mempunyai peranan dan harapan dalam
menentukan pendidikan anak. Hal ini dapat dilihat dalam teori harapan menurut
Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa motivasi merupakan akibat suatu hasil dari
yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraannya bahwa tindakannya akan
mengarah kepada hasil yang diinginkannya tersebut. Artinya, apabila seseorang
sangat menginginkan sesuatu dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya,
maka seseorang tersebut akan berupaya untuk mendapatkannya,
(http://www.psb-psma.org/content/blog/teori-teori-motivasi).
Teori harapan dari Victor H. Vroom ini menyatakan bahwa jika seseorang
yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya.
Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, maka
motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Selanjutnya, pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai
kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang
diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka
kesempatan untuk meningkat ke golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan
bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing anak dapat maju dalam
hidupnya mencapai tingkat yang setinggi-tingginya.
Oleh sebab itu nilai pendidikan menjadi tolak ukur bagi setiap individu
untuk meningkatkan status sosialnya. Pendidikan menjadi motivasi utama setiap
keluarga. Meningktnya status sosial seseorang bisa dipengaruhi oleh tingginya tingkat
pendidikan dan juga dapat dipengaruhi dari luasnya perkebunan kelapa sawit.
1.5.Hipotesis
Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau
merupakan salah satu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, (Prasetyo, 2005:
76). Berdasarkan penjelasan teori diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho: Tidak ada perbedaan pemanfaatan hasil perkebunan kelapa sawit
antara keluarga petani kelapa sawit kelas bawah dan menegah ke
Ha: Ada perbedaan pemanfaatan hasil perkebunan kelapa sawit antara
keluarga petani kelapa sawit kelas bawah dan menegah ke atas
terhadap pendidikan anak.
1.6. Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak kejadian, keadaan dimana kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian, (Singarimbun, 1989: 33). Konsep sangat diperlukan dalam penelitian agar
dapat menjaga masalah atau menjadi pembatasan masalah dan menghindarkan
timbulnya kesalahan-kesalahan defenisi yang dapat mengaburkan
Beberapa konsep yang dibatasi dengan pendefenisiannya secara operasional
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemanfataan hasil perkebunan kelapa sawit rakyat dalam keluarga terdiri
dari dua unsur yaitu:
• Pemanfaatan adalah penggunaan fungsi dari suatu hal yang
diperoleh dengan cara menggunakannya sebaik mungkin guna
keperluan tertentu.
• Hasil perkebunan kelapa sawit rakyat dalam keluarga adalah
sesuatu yang dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit yang
dikelola oleh rakyat itu sendiri dan bukan berasal dari perusahaan
Dengan demikian pemanfaatan hasil perkebunan kelapa sawit rakyat
merupakan penggunaan hasil sebaik mungkin agar kelangsungan hidup keluarga
dapat terpenuhi, seperti misalnya, untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup
keluarga, yang diantaranya adalah pemenuhan kebutuhan pokok keluarga,
pemenuhan kebutuhan akan biaya pendidikan, kesehatan dan juga untuk bantuan
sosial lainnya.
2. Motivasi Berprestasi terdiri dari 2 kata, yaitu:
• Motivasi adalah dorongan, keinginan, hasrat yang dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk
bertindak/melakukan sesuatu hingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu.
• Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang/individu, hal ini
berkaitan dengan anak-anak dari keluarga petani kelapa sawit yang
memiliki prestasi yang cukup baik.
Dengan demikian motivasi berprestasi merupakan dorongan, keinginan, hasrat
yang dimiliki seseorang, dalam hal ini adalah keluarga yang memiliki motivasi dalam
mendidik anak-anaknya untuk meningkatkan pendidikan seorang anak. Hal tersebut
dapat tercermin dari tersedianya keuangan yang memadai dan pola pengasuhan dari
3. Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran menuju arah kedewasaan.
Pendidikan diperoleh baik dalam keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat yang telah diatur sedemikian rupa dan diarahkan pada tujuan yang
pasti dan baik sehingga seorang anak dapat mempelajarinya.
1.7. Operasional Variabel
Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana mengukur suatu variabel, sehingga dengan pengukuran tersebut dapat
diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa dari
variabel-variabel tersebut, (Singarimbun, 1989:46). Defenisi operasional merupakan
gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit
dalam kategori tertentu dari tiap-tiap variabel. Variabel adalah konsep yang secara
empiris dapat diukur dan dinilai. Dalam penelitian kuantitatif secara umum terdiri
dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah :
Variabel pemanfaatan hasil perkebunan kelapa sawit rakyat dalam keluarga,
dengan indikator variabelnya yaitu :
- Pengalokasian Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005:32), alokasi dana merupakan
suatu penentuan banyaknya biaya yang disediakan oleh keluarga untuk
keperluan dalam kehidupan sebuah keluarga.
2. Pemenuhan biaya pendidikan anak
3. Pemenuhan kebutuhan biaya kesehatan keluarga
4. Dan bantuan sosial lainnya terutama bagi kehidupan masyarakat setempat,
misalnya pada pembangunan rumah ibadah dilokasi tersebut.
- Keluarga petani kelapa sawit kelas menengah atas
Keterangan : bahwa yang termasuk dalam kategori keluarga ini yaitu
keluarga yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit 5-10 Ha dan
memiliki pekerja/buruh kurang lebih 6 orang.
- Keluarga petani kelapa sawit kelas bawah.
Keterangan: bahwa yang termasuk dalam kategori keluarga ini yaitu
keluarga yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit 1-2 Ha dan
umumnya keluarga ini mempunyai pekerjaan sampingan untuk
menambah penghasilan keluarga.
Variabel antaranya yaitu motivasi
Motivasi adalah “pendorongan” yaitu suatu usaha yang didasari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak
melakukan sesuatu hingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Tujuan motivasi
adalah menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk melakukan sesuatu hingga dapat emmperoleh hasil atau tujuan
Variabel terikatnya yaitu pendidikan dengan indikator variabelnya yaitu:
- Pendidikan Formal yang terdiri dari
1. TK (Taman Kanak-kanak)
2. SD (Sekolah Dasar)
3. SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)
4. SMA (Sekolah Menengah Atas)
5. PT (Perguruan Tinggi)
- Pendidikan Informal seperti bimbingan belajar di luar jam sekolah
yang sering disebut dengan “les (Kursus)”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebutuhan Dasar Manusia
Teori kebutuhan Maslow merupakan konsep aktualisasi diri yang merupakan
keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi apapun
yang mampu dicapai oleh setiap indivi
kebutuhan Abraham Maslow). Kehidupan keluarga petani kelapa sawit memiliki
keinginan untuk mewujudkan impian-impiannya melalui anak. Kebutuhan akan
prestise/pengharagaan dari orang lain sangatlah diinginkan.
Abraham Maslow menerangkan lima tingkatan kebutuhan dasar manusia
adalah sebagai berikut :
1. Basic needs atau kebutuhan fisiologi, merupakan kebutuhan yang paling penting
seperti kebutuhan akan makanan. Dominasi kebutuhan fisiologi ini relatif lebih
tinggi dibanding dengan kebutuhan lain dan dengan demikian muncul
kebutuhan-kebutuhan lain.
2. Safety needs atau kebutuhan akan keselamatan, merupakan kebutuhan yang
meliputi keamanan, kemantapan, ketergantungan, kebebasan dari rasa takut,
cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas
kekuatan pada diri, pelindung dan sebagainya.
3. Love needs atau kebutuhan rasa memiliki dan rasa cinta, merupakan kebutuhan
yang muncul setelah kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keselamatan telah
terpenuhi. Artinya orang dalam kehidupannya akan membutuhkan rasa untuk
4. Esteem needs atau kebutuhan akan harga diri. Semua orang dalam masyarakat
mempunyai kebutuhan atau menginginkan penilaian terhadap dirinya yang
mantap, mempunyai dasar yang kuat yang biasanya bermutu tinggi akan rasa
hormat diri atau harga diri dan penghargaan dari orang lain. Kebutuhan ini di bagi
dalam dua peringkat :
a. Keinginan akan kekuatan, akan prestasi, berkecukupan, unggul, dan
kemampuan, percaya pada diri sendiri, kemerdekaan dan kebebasan.
b. Hasrat akan nama baik atau gengsi dan harga diri, prestise
(penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status, ketenaran dan
kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian dan martabat.
5. Self Actualitation needs atau kebutuhan akan perwujudan diri, yakni
kecenderungan untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan kemampuannya
(Maslow, 1988 : 39).
2.2 Motivasi Berprestasi
Dalam hidup ini setiap orang pastilah memilki tujuan – tujuan yang hendak
dicapai. Mereka yang sekolah memiliki target agar dapat nilai baik dan lulus dengan
baik, mereka yang berusaha juga memiliki target agar usahanya lancar dan
menghasilkan keuntungan, dan mereka yang bekerja berharap dapat menempati posisi
yang strategis dan mendapatkan gaji yang memadai. Namun tidak semua keinginan
itu dapat terwujud sesuai dengan apa yang diharapkan.
Sementara itu motivasi juga mempunyai peranan yang penting dalam menimbulkan
gairah, merasa tenang dan bersemangat belajar untuk mencapai tujuan, yaitu prestasi
yang tinggi.
M. Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa, motivasi adalah “pendorongan”
yaitu suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia
tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu hingga mencapai hasil atau
tujuan tertentu. Tujuan motivasi adalah menggerakkan atau menggugah seseorang
agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu hingga dapat
memperolah hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 1997 : 141).
Mc Clellend mengemukakan bahwa motivasi berprestai merupakan
kecenderungan individu untuk menyeleksi aktivitas dengan usaha yang efektif
sehingga memberikan hasil terbaik yang pada dasarnya berkaitan dengan harapan
untuk sukses. Mc Clelland mendefenisikan motivasi berprestasi sebagai kebutuhan
yang mendorong manusia untuk berbuat lebih dari pada orang lain, guna mencapai
kesuksesan di masa yang akan datang sesuai dengan standard kehidupan yang
ditetapkannya sendiri.
Berbagai keinginan atau kebutuhan akan memunculkan dorongan. Dorongan
ialah desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan – kebutuhan hidup
danmerupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup. Adanya pemuasan
kebutuhan individu menimbulkan suatu motivasi bagi individu tersebut diantaranya
kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan kekuasaan dan kebutuhan afiliasi. Namun
terkadang kita melihat ada orang – orang yang bisa berhasil dalam waktu yang
singkat. Memang banyak variabel yang menentukan hal itu semua, variabel itu adalah
yang berkaitan dengan motivasi individu.
Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung menjadi lebih
pintar sewaktu mereka dewasa, namun perbedaan motivasi berprestasi individu sudah
dapat diketahui sejak seseoran berusia lima tahun dan yang menyebabkan perbedaan
tersebut adalah hubungan antara orangtua denan anak.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang, yaitu:
1. Keluarga dan Kebudayaan
Motivasi berprestasi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti
orangtua dan teman. Mc Clelland mengatakan bahwa bagaimana cara
orangtua mengasuh anak mempunyai pengaruh terhadap motivasi berprestasi
anak.
2. Konsep Diri
Konsep diri merupakan bagaimana seseorang berfikir mengenai dirinya
sendiri. Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan
sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut
sehingga berpengaruh dalam tingkah laku.
3. Jenis Kelamin
Prestasi yang tinggi biasanya diidentikkan dengan maskulinitas, sehingga
banyak para wanita belajar tidak maksimal khususnya jika wanita tersebut
berada diantara para pria yang disebut dengan motivasi menghindari
4. Pengakuan dan Prestasi
Individu akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras apabila dirinya
merasa diperdulikan atau diperhatikan oleh orang lain.
Pada dasarnya motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu
menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia. Apabila ketiga
komponen tersebut dirinci lebih lanjut dapat memberikan gambaran bahwa :
- Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan individu memimpin seseorang
untuk bertindak dengan cara tertentu.
- Motivasi juga mengarahkan dan menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia
menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap
tujuan.
- Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus
menguatkan interaksi, arah dorongan dan kekuatan-kekuatan individu
(Purwanto, 1996 : 71).
Untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menumbuhkan motivasi
berprestasi bagi orang tua maupun anak tersebut, maka faktor-faktor motivasi dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1. Motivasi Intrinsik yaitu sesuatu perbuatan memang diinginkan karena
seseorang senang melakukannya. Dalam hal ini, motivasi datang dari dalam
diri orang itu sendiri. Seseorang senang melakukan suatu perbuatan demi
perbuatan itu sendiri. Dengan kata lain orang tua senang jika anaknya
memperoleh pendidikan setinggi mungkin. Sehingga motivasi untuk
karena orang lain. Terdapat beberapa komponen dari motivasi intrinsik
antara lain:
- Dorongan ingin tahu
- Tingkat aspirasi
2. Motivasi Ekstrinsik yaitu sesuatu perbuatan yang dilakukan atas dorongan
atau perasaan dari luar. Orang melakukan perbuatan itu karena ia didorong
atau dipaksa dari luar. Seseorang menyibukkan diri dalam suatu kegiatan
demi memperoleh ganjaran materil tertentu untuk dirinya. Motivasi ini
salah satu strategi orang tua dalam menyekolahkan anknya. Dimana
keinginan seorang anak untuk sekolah termotivasi dengan adanya
ganjaran-anjaran yang berupa hadiah yang dapat menjadi dorongannya untuk
sekolah.
2.3. Peranan Pendidikan
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih
baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar
harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk
meningkat ke golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai
kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu ke golngan yang lebih tinggi.
Dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Pada jaman
dahulu keturunanlah yang menentukan status sosial seseotrang sukar ditembus karena
Dengan memperluas dan meratakan pendidikan diharapkan dicairkannya
batas-batas antara golongan-golongan sosial. Diharapkan bahwa kesempatan belajar
yang sama membuka jalan bagi setiap anak untuk memperoleh pekerjaan yang
diinginkannya. Diwajibkan belajar atau pendidikan universal memberikan
pengetahuan atau keterampilan yang sama bagi semua anak dari semua golongan
sosial.
Pendidikan diperoleh dari keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar.
Pendidikan disekolah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang dapat menjadi
pedoman hidup seorang anak untuk mencapai kesuksesan.
Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing dapat
maju dalam hidupnya mencapai tingkat yang setinggi-tingginya. Akan tetapi sekolah
sendiri tidak mampu meniadakan batas-batas tingkatan sosial itu, oleh sebab itu
banyak daya-daya diluar sekolah yang memilihara atau mempertajamnya. Sehingga
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah komparatif dengan pendekatan
kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan menjelaskan suatu fenomena yang menjadi
objek penelitian melalui teknik pengumpulan data, (Moleong, 2006:31).
Penelitian komparatif dalam Nasir (1988: 68), adalah sejenis penelitian
deskriptif yang ingin mencari jawab secara mendasar tetang sebab akibat, dengan
menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena
tertentu. Penelitian komparatif ini merupakan prosedur statistik untuk menguji
perbedaan di antara dua kelompok data (variabel) atau lebih.
Dalam hal ini peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan antara keluarga
petani kelapa sawit kelas bawah dan menegah ke atas dalam memanfaatan hasil
perkebunan kelapa sawit rakyat terhadap pendidikan anak
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di desa Sialang pamoran, Kecamatan
Silangkitang, Kabupaten Labuhan Batu, Rantau Prapat, Sumatera Utara.
Alasan pemilihan lokasi atau desa tersebut adalah karena daerah ini
merupakan desa yang hampir seluruh penduduknya bermata pencaharian dari
berkebun kelapa sawit. Masyarakat desa ini menjadikan perkebunan kelapa sawit
bahwa keturunan merekalah yang akan mengelolanya kembali guna meningkatkan
ekonomi keluarganya. Sehingga secara turun-menurun, keluargalah yang memegang
peranan penting dalam pemanfaatan perkebunan kelapa sawit tersebut.
3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti, (Prasetyo, 2005:
119). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah para keluarga yang memiliki
perkebunan kelapa sawit di Desa Sialang Pamoran, Kecamatan Silangkitan,
Kabupaten Labuhan Batu.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan dianggap dapat
menggambarkan populasinya. Dalam penelitian ini populasi penelitian sebanyak 60
orang yang merupakan keluarga petani kelapa sawit yang terbagi atas:
1. Petani kelapa sawit yang menengah ke bawah yang berjumlah 20 orang.
2. Petani kelapa sawit yang menengah ke atas yang berjumlah 40 orang.
Dengan demikian sampel yang dipakai dalam penelitian ini sebanyak 60
orang, dimana jumlah populasi sama dengan jumlah sampel, karena jumlah populasi
dalam penelitian ini kurang dari 100, (Arikunto, 2002: 112).
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau
mengumpulkan data (informasi) yang dapat menjelaskan dan atau menjawab
permasalahan penelitian yang bersangkutan secara objektif. Dalam penelitian ini
o Observasi
Yaitu peneliti ikut aktif berpartisipasi dalam aktivitas yang sedang diamati.
Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti
untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian.
Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengamati secara
langsung lokasi penelitian dan melihat segala bentuk aktivitas keluarga petani
kelapa sawit tersebut.
o Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebarkan
angket yang berisi pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada keluarga
petani kelapa sawit sebagai responden.
o Studi Dokumenter
Yaitu metode pengumpulan data yang diperoleh dari suatu dokumentasi untuk
membantu penelusuran data historis, dapat berupa foto, artikel, jurnal,
dokumen, buku, atau catatan-catatan lainnya yang masih berhubungan dengan
topik penelitian.
3.5. Analisis Data
Bogdan dan Biklen, (dalam Moleong, 2006: 248) menjelaskan bahwa analisis
data adalah upaya yang dilakukan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari
Untuk melihat dan menguji hipotesis komparatif dua sampel independen dapat
digunakan rumus U-test oleh Mann Whitney, yaitu:
U1 = n1 n2 + n1(n1 + 1) - R1 2
dan
U1 = n1 n2 + n2(n2 + 1) - R2 2
Keterangan:
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
U1 = jumlah peringkat 1
U2 = jumlah peringkat 2
R1 = jumlah rangking pada sampel n1
3.6. Jadwal Kegiatan
No Jenis Kegiatan Bulan ke
2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Pra Observasi
2 ACC Judul √
3 Penyusunan Proposal
Penelitian
√ √
4 Seminar Penelitian √
5 Revisi Proposal Penelitian √
6 Penyerahan Hasil Seminar
Proposal
√
7 Operasional Penelitian √
8 Bimbingan √ √ √ √
9 Penulisan Laporan Akhir √
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasa dalam penelitian ini karena peneliti mengalami kemampuan dan
pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah.
Kendala yang dihadapi adalah terbatasnya waktu, berhubungan dengan tempat
penelitian yang merupakan areal perkebunan, dimana peneliti mengalami kendala
dalam menentukan waktu yang tepat untuk peneliti menyebarkan angket kepada
responden, karena ketika peneliti melakukan penelitian berbenturan dengan jam kerja
para responden. Disamping itu peneliti juga memperhatikan bahwa dalam menjawab
pertanyaan yang dibagikan melalui angkat, masih ada responden yang sulit
memahami angket tersebut sehingga peneliti membutuhkan waktu yang lama dalam
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi, Sarana dan Prasarana di Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sialang Pamoran, Kabupaten Labuhan
Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini tapatnyaberada pada Kecamatan
Silangkitang yang terbagi menjadi 5 Desa, diantaranya Desa Sialang Pamoran.
Kecamatan Silangkitang ini memiliki luas wilayah 303,70 km2 dengan jumlah
penduduk 23.070 juwa dan kepadatan 76 jiwa/km2. Jumlah penduduk Desa Sialang
Pamoran 1405 jiwa yang terbagi berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki 409 jiwa
sedangkan perempuan 856 jiwa.
Secara administrasi desa Sialang Pamoran berbatasan dengan :
∗ Sebelah Utara : Desa Perjuangan
∗ Sebelah Selatan : Desa Pulung Rejo
∗ Sebelah Timur : Desa Ujung Padang
∗ Sebelah Barat : Desa Aek Kulim
Dalam kehidupan keluarga sehari – hari baik menyangkut kesehatan,
pendidikan, dan lain – lainnya di Desa ini tersedia prasarana sebagai berikut:
• Pada Bidang Pendidikan
Untuk bidang pendidikan, di Desa ini hanya memiliki satu sarana
pendidikan yaitu Sekolah Dasar, sedangkan untuk Sekolah Lanjutan
• Pada Bidang Kesehatan
Desa Sialang Pamoran memilki satu unit Puskesmas yang memilki 3
orang Bidan Desa dan 1 Mantri. Mereka merupakan penduduk tetap
Desa tersebut.
• Sistem Mata Pencaharian
Desa Sialang Pamoran adalah desa yang dikelilingi oleh perkebunan
kelapa sawit. Masyarakat desa ini umumnya berpenghasilan dari
berkebun kelapa sawit. Pada umumnya masyarakat memiliki areal
perkebunan kelapa sawit sendiri. Namun ada juga yang hanya bekerja
pada seseorang yang memiliki perkebunan.
• Sarana Keagamaan
Dalam kegiatan keagamaan di Desa ini terdapat sarana satu unit
Mesjid sebagai tempat Agama Islam Beribadah. Namun untuk rumah
ibadah umat Kriten tidak ada.
• Sistem Organisasi Sosial
Sebagai wadah kegiatan sosial dimasyarakat, Desa ini membentuk
beberapa organisasi sosial yaitu STM (Serikat Tolong Menolong),
4.2. Tabel Distribusi
4.2.1. Identitas Responden
Tabel 4.1.
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Usia
No Usia
Responden
Kelas Bawah Kelas Menengah
Atas Total
Sumber Data Kuesioner Tahun 2008
Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui jumlah responden berdasarkan
Usia, untuk kelas bawah yaitu yang berusia antara 26 – 35 tahun sebanyak 6 orang
(30%), yang berusia antara 36 – 45 tahun sebanyak 5 orang (25%), yang berusia
antara 46 – 55 tahun sebanyak 5orang (25%), dan yang berusia antara 56 – 65 tahun
sebanyak 4 orang (20%), sedangkan jumlah responden berdasarkan Usia untuk kelas
menengah atas yatu yang berusia antara 26 – 35 tahun sebanyak 15 orang (25%),
yang berusia antara 26 – 35 tahun sebanyak 13 orang (32,5%), yang berusia antara 26
– 35 tahun sebanyak 14 orang (35%), dan yang berusia antara 26 – 35 tahun sebanyak
4 orang (10%).
Dari hasil tabel diatas distribusi, dapat diambil kesimpulan bahwa pada kelas
bawah responden yang berusia antara 26 – 35 tahun lebih banyak jumlahnya dan
maka areal perkebunan lebih banyak dikelola oleh para pekerja/buruh dan mereka
hanya menerima hasilnya saja.
Tabel 4.2
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Responden
Kelas Bawah Kelas Menengah
Atas Total
Sumber Data Kuesioner Tahun 2008
Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui jumlah responden berdasarkan
Jenis Kelamin, untuk kelas bawah yaitu responden laki-laki sebanyak 19 orang (95%)
dan responden perempuan sebanyak 1 orang (5%), sedangkan jumlah responden
berdasarkan Jenis Kelamin, untuk kelas menengah atas yaitu responden laki-laki
sebanyak 39 orang (97,5%) dan responden perempuan sebanyak 1 orang (2,5%).
Dari hasil tabel distribusi diatas diketahui bahwa laki – laki ditetapkan sebagai
responden merupakan kepala keluarga baik bagi keluarga kelas bawah maupun bagi
keluarga kelas menengah atas, sedangkan 1 (satu) orang perempuan pada keluarga
kelas bawah maupun bagi keluarga kelas menengah atas ditetapkan sebagai kepala
Tabel 4.3.
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Agama
No Agama Responden
Kelas Bawah Kelas Menengah
Atas Total
Sumber Data Kuesioner Tahun 2008
Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah responden berdasarkan Agama,
untuk kelas bawah yaitu yang beragama Islam sebanyak 20 orang (100,00%), yang
beragama Kristen tidak ada, yang beragama Hindu tidak ada dan yang beragama
Budha tidak ada, sedangkan jumlah responden berdasarkan Agama, untuk kelas
mengah atas yaitu yang beragama Islam sebanyak 39 orang (97,5%), yang beragama
Kristen sebanyak 1 orang (2,5%), yang beragama Hindu tidak ada dan yang beragama
Budha tidak ada.
Di Desa ini mayoritas agamanya adalah Islam khususnya pada keluarga kelas
bawah. Pada keluarga kelas menenga atas terdapat 1 (satu) orang yang beragama
Kristen, dan agama Islam merupakan agama yang mayoritas dianut masyarakat Desa
Tabel 4.4.
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Status Kawin
No Status Kawin
Kelas Bawah Kelas Menengah
Atas Total Sumber Data Kuesioner Tahun 2008
Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui jumlah responden berdasarkan
Status Kawin, untuk kelas bawah yaitu status kawin sebanyak 20 orang (100,00%)
dan status belum kawin tidak ada, sedangkan jumlah responden berdasarkan Status
Kawin, untuk kelas menengah atas yaitu status kawin sebanyak 40 orang (100,00%)
dan status belum kawin tidak ada. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dari seluruh
jumlah responden berstatus kawin.
Tabel 4.5.
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Status Pendidikan
No
Status Pendidikan Responden
Kelas Bawah Kelas Menengah
Atas Total
Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah responden berdasarkan Status
Pendidikan Responden, untuk kelas bawah yaitu SD sebanyak 8 orang (40%), SMP
sebanyak 7 orang (35%), SMA sebanyak 5 orang (25%) dan perguruan tinggi tidak
ada, sedangkan jumlah responden berdasarkan Status Pendidikan Responden, untuk
kelas menengah atas yaitu SD sebanyak 18 orang (45%), SMP sebanyak 12 orang
(30%), SMA sebanyak 10 orang (25%) dan perguruan tinggi tidak ada.
Dari hasil tabel distribusi diaas diketahui bahwa mayoritas responden adalah
berpendidikan SD (Sekolah Dasar). Rendahnya pendidikan respnden disebabkan
karena dalam mengelola lahan perkeunan tidak membutuhkan pengetahuan yang
lebih melainkan dapat dipelajari secara informal melalui sosialisasi secara turun –
temurun, serta mengamati secara kasat mata bagaimana cara mengelola lahan
perkebunan tersebut. Namun demikian, responden pada kelas menengah atas lebih
banyak yang menamatkan pendidikannya sampai pada tingkat SMA (Sekolah
Menengah Atas) dari pada responden kelas bawah. Ini dikarenakan keluarga petani
kelas menengah atas lebih mapan dari pada kelas bawah.
Tabel 4.6.
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Responden
Kelas Bawah Kelas Menengah
Atas Total
Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah responden berdasarkan Pekerjaan
Responden, untuk kelas bawah yaitu Petani Kelapa Sawit sebanyak 20 orang
(100,00%), PNS tidak ada, dan Wiraswasta tidak ada, sedangkan jumlah responden
berdasarkan Pekerjaan Responden, untuk kelas menengah atas yaitu Petani Kelapa
Sawit sebanyak 29 orang (72,5%), PNS tidak ada, dan Wiraswasta sebanyak 11 orang
(27,5%).
Dapat dilihat bahwa di Desa ini mayoritas pekerjaan responden adalah sebagai
petani kelapa sawit. Namun bagi keluarga kelas menengah atas ada juga yang bekerja
sebagai wiraswasta, dan lahan perkebunannya lebih banyak dikelola oleh para
pekerja.
Tabel 4.7.
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Penghasilan
No Penghasilan Responden
Kelas Bawah Kelas Menengah
Atas Total
Sumber Data Kuesioner Tahun 2008
Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah responden berdasarkan Penghasilan
Responden, untuk kelas bawah yaitu kurang dari Rp.1.000.000 sebanyak 9 orang
(45%), antara Rp.1.500.000 - Rp.3.000.000 sebanyak 11 orang (55%), Rp.3.500.000 -
responden berdasarkan Penghasilan Responden, untuk kelas menengah atas yaitu
kurang dari Rp.1.000.000 tidak ada, Rp.1.500.000 - Rp.3.000.000 tidak ada,
Rp.3.500.000 - Rp.5.000.000 sebanyak 9 orang (22,5%) dan lebih dari Rp.5.000.000
sebanyak 31 orang (77,5%).
Dari hasil tabel distribusi diatas diketahui bahwa penghasilan bagi responden
kelas bawah lebih banyak pada jumlah yang kurang dari Rp. 1.000.000,-. Hal ini
dikarenakan keluarga tidak banyak memiliki lahan perkebunan. Penghasilan yang
mereka dapatkan rata – rata dari hasil bekerja dengan keluaga petani kelas menengah
atas. Sedangkan bagi keluarga petani kelas menengah atas banyak berpenhasilan
lebih dari Rp. 5.000.000,- karena pada umumnya keluarga ini memiliki lahan
perkebunan lebih luas dan banyak memperkerjakan orang lain dalam mengelola
perkebunannya.
4.2.2 Pemanfaatan Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat (Variabel Bebas)
Tabel 4.8.
Distribusi Jawaban Responden Tentang Lama Tinggal di Desa
No Pernyataan
Kelas Bawah Kelas Menengah
Atas Total
Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui bahwa responden yang
menyatakan tentang lama tinggal responden di Desa, untuk responden kelas bawah
yaitu antara 1 – 2 tahun sebanyak 1 orang (5%), antara 3 – 4 tahun sebanyak 1 orang
(5%), antara 5 – 6 tahun sebanyak 2 orang (10%), dan Lain- lain sebanyak 16 orang
(80%), sedangkan untuk responden kelas menengah atas yaitu antara 1 – 2 tahun
tidak ada, antara 3 – 4 tahun sebanyak 1 orang (2,5%), antara 5 – 6 tahun sebanyak 9
orang (22,5%), dan Lain- lain sebanyak 30 orang (75%).
Dari hasil tabel distribusi diatas diketahui bahwa mayoritas responden yang
lama tinggal di Desa ini lebih dari 7 (tujuh) tahun. Karena memang mereka
merupakan penduduk pertama yang menempati Desa tersebut dan membuka lahan
perkebunan sebagai sumber mata pencaharian.
Tabel 4.9.
Distribusi Jawaban Responden Tentang Status Kepemilikan Rumah
No Pernyataan
Kelas Bawah Kelas Menengah
Atas Total
2. Menumpang dengan
Keluarga 3 15 - - 3 5
3. Menyewa/mengontrak 3 15 1 2,5 4 6,67
4. Dll (sebutkan) - - - -
Jumlah 20 100,00 40 100,00 60 100,00
Sumber Data Kuesioner Tahun 2008
Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui bahwa responden yang
milik sendiri sebanyak 14 orang (70%), menumpang dengan keluarga sebanyak 3
orang (15%), menyewa/mengontrak sebanyak 3 orang (15%), dan Lain- lain tidak
ada, sedangkan untuk responden kelas menengah atas yaitu milik sendiri sebanyak 39
orang (97,5%), menumpang dengan keluarga tidak ada, menyewa/mengontrak
sebanyak 1 orang (2,5%), dan Lain- lain tidak ada.
Di desa ini mayoritas responden yang memiliki tempat tinggal yaitu rumah
merupakan milik pribadi/sendiri baik itu bagi keluarga petani kelapa sawit kelas
bawah maupun bagi keluarga kelas menengah atas. Namun bagi keluarga yang belum
mapan terutama bagi keluarga kelas bawah masih lebih banyak yang
menyewa/mengontrak rumah daripada keluarga kelas menengah atas. Ini disebabkan
keluarga kelas bawah belum mampu untuk membeli rumah sendiri.
Tabel 4.10.
Distribusi Jawaban Responden Tentang Ada Tidaknya Lahan Perkebunan Kelapa Sawit
No Pernyataan
Kelas Bawah Kelas Menengah
Atas Total
Sumber Data Kuesioner Tahun 2008
Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui bahwa responden yang
kelas bawah yaitu yang menyatakan punya sebanyak 13 orang (65%), yang
menyatakan tidak punya sebanyak 7 orang (35%), yang menyatakan tidak tahu tidak
ada, dan Lain- lain tidak ada, sedangkan untuk responden kelas menengah atas yaitu
yang menyatakan punya sebanyak 40 orang (100,00%), yang menyatakan tidak punya
tidak ada, yang menyatakan tidak tahu tidak ada, dan Lain- lain tidak ada.
Dari hasil tabel distribusi diatas diketahui bahwa mayoritas responden
memiliki lahan perkebunan kelapa sawit baik itu keluarga kelas bawah maupun
keluarga kelas atas. Akan tetapi, ada sekitar 7 (tujuh) keluarga pada kelas bawah yang
belum mempunyai lahan perkebunan, karena mereka tidak mampu untuk membeli
lahan perkebunan. Sehingga mereka lebih banyak bekerja pada keluarga kelas
menengah atas dalam mengelola lahan perkebunan yang dimiliki oleh keluarga kelas
menengah atas.
Tabel 4.11.
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit
No Pernyataan
Kelas Bawah Kelas Menengah
Atas Total
Sumber Data Kuesioner Tahun 2008
Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui bahwa responden yang
bawah yaitu milik sendiri sebanyak 14 orang (70%), milik PT tidak ada, milik
keluarga sebanyak 1 orang (5%), dan Lain- lain sebanyak 3 orang (15%), sedangkan
untuk responden kelas menengah atas yaitu milik sendiri sebanyak 40 orang
(100,00%), milik PT tidak ada, milik keluarga tidak ada, dan Lain- lain juga tidak
ada.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa status kepemilikan lahan perkebunan kelapa
sawit mayoritas milik sendiri baik bagi keluarga kelas bawah maupun keluarga kelas
menengah atas. Dan ada 1 (satu) keluarga terutama pada keluarga kelas bawah yang
lahan perkebunannya bukan milik sendiri melainkan milik keluarganya.
Tabel 4.12
Distribusi Jawaban Responden Tentang Luas Perkebunan Kelapa Sawit
No Pernyataan
Kelas Bawah Kelas Menengah
Atas Total
Sumber Data Kuesioner Tahun 2008
Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui bahwa responden yang
menyatakan tentang luas perkebunan kelapa sawit, untuk responden kelas bawah
yaitu yang menyatakan 3 ha tidak ada, yang menyatakan 5 ha tidak ada, yang