• Tidak ada hasil yang ditemukan

َصُقْ نَ ي ْنَا ِْيرَغ ْنِم ُهَدْعَ ب اَِبِ

َلِمَع ْنَم ُرْزِو َو اَىُرْزِو ِوْيَلَع َناَك ًةَئِّيَس ًةَّنُس َّنَس ْنَمَو .ٌءْيَش ْمِىِرْوُجُا ْنِم

ْنِم ُهَدْعَ ب اَِبِ

( ٌءْيَش ْمِىِراَزوَا ْنِم َصُقْ نَ ي ْنَا ِْيرَغ

)ملسم هاور

Barang siapa yang yang berbuat/prakarsa yang baik dalam Islam, maka ia akan memperoleh pahala dari perbuatan/ prakarsa itu dan pahala dari orang yang melaksanakan atau menirunya. Dan barang siapa berprakarsa yang jelek, maka ia akan medapatkan dosa dari prakarsanya itu dan dosa dari orang-orang yang mempraktikkan prakarsanya itu tanpa mengurangi dosa yang menirunya. (HR. Muslim)

C. Analisis Perbandingan

Dari penjelasan di atas, penulis mengamati bahwa ada upaya dari guru mata pelajaran IPA mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan dalam proses pembelajaran. Baik di SDIT Multazam maupun SDN Sadamantra Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan. Dalam mengajarkan beberapa konsep yang telah disebut di atas, guru telah memadukan penyampaian nilai, sikap moral dan akhlak, sebagai upaya peningkatan keimanan dan ketakwaan siswa.

Guru ingin menanamkan suatu bentuk kesadaran pada siswa bahwa ke-Esaan Allah dalam mengatur dan menciptakan semua makhluk yang ada di

bumi ini dilengkapi dengan organ-organ tubuh sebagai alat reproduksi perlu dipelihara dan dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai tanda rasa syukur pada-Nya. Kemudian, yang juga ingin ditanamkan pada siswa adalah munculnya suatu pemahaman dan kesadaran bahwa pernikahan bagi manusia adalah perintah dari Allah untuk membina dan memelihara organ reproduksi serta melestarikan keturunan berikutnya yang lebihbaik.

Dengan mempelajari IPA yang berintegrasi dengan imtak (iman dan takwa), diharapkan siswa menemukan keajaiban, keindahan, dan kebesaran Allah melalui alam semesta ciptaan-Nya. Dengan tujuan, meningkatkan iman dan takwa siswa kepada Allah SWT.

Jika membandingkan kedua sekolah dasar tersebut, SDIT Al-Multazam lebih konsisten dan strategis dalam penanaman nilai-nilai keislaman dalam pembelajaran IPA. Hal ini karena SDIT Al-Multazam adalah sekolah yang memproklamirkan dirinya sebagai sekolah Islam dan ada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al-Multazam Husnul Khotimah. Sehingga nama Islam yang melekat pada sekolah dasar ini menjadi amanah dan tuntutan untuk menanamkan nilai-nilai Islam secara konsisten dalam segenap kegiatan pembelajaran di lingkungan sekolah.

Selain itu, SDIT Al-Multazam juga dimudahkan dengan penerapan kurikulum 2013 atau kurikulum yang bersifat tematik. Kurikulum tematik ini meski baru diterapkan di kelas 1 dan 4 pada tahun ajaran 2017/2018 ini memperlancar para guru dalam menerapkan pembelajaran integratif. Tidak hanya pelajaran IPA saja, namun hampir seluruh pelajaran kecuali PAI, Muatan Lokal, dan Pendidikan Jasmani dan Olahraga.

Sekolah bernafaskan Islam ini pun menggelar visitasi. Setiap guru mendapat visitasi dari kepala sekolah dan guru-guru yayasan untuk dievaluasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Tidak hanya cara mengajar saja namun juga persiapan yang berupa RPP harus mengintegrasikan nilai-nilai Islam guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan para siswa. Visitasi ini dilakukan tiap semester satu kali. Sehingga,, setiap guru mendapatkan

evaluasi dalam setiap tahunnya dua kali.

Rapat-rapat guru yang digelar hari sabtu di setiap pekan juga dinilai oleh para guru kelas sebagai evaluasi pembelajaran para guru-guru kelas dan guru bidang studi maupun tahfizh. Rapat ini mengevaluasi pembelajaran setiap pekannya sekaligus menawarkan solusi dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang ditemui selama sepekan.

Lalu, bagaimana dengan integrasi nilai-nilai keislaman atau iman dan takwa (imtak) di SDN Sadamantra? Jika SDIT Al-Multazam lebih konsisten, maka SDN Sadamantra cukup konsisten. Konsisten dalam arti bahwa integrasi nilai-nilai keislaman di SDN Sadamantra tidak harus tertuang dalam RPP IPA yang disiakan oleh para guru kelas. Integrasi nilai-nilai keislaman yang diberlakukan para guru terbilang sangat sederhana. Para guru kelas lebih menanamkan uswah hasanah atau contoh yang baik dari para guru dan motivasi di setiap awal dan akhir pelajaran IPA.

Terlebih, kurikulum yang diterapkan di SDN Sadamantra ini masih bersifat parsial atau kurikulum KTSP. Seluruh kelas di SDN ini belum menerapkan kurikulum 2013. Hanya beberapa sekolah dasar yang baru menerapkan kutikulum 2013 yang ditujuk oleh UPTD Kecamatan Jalaksana. Salah satunya, SDIT Al-Multazam.

Meski demikian, berdasarkan pengamatan penulis juga melalui observasi kelas dan wawancara siswa, guru-guru mata pelajaran IPA belum secara rutin memadukan nilai-nilai imtak dalam proses pembelajarannya.

Ada dua masalah yang penulis temukan selama proses penelitian berlangsung terkait dengan pengintegrasian nilai imtak melalui pembelajaran IPA, yaitu pertama, penguasaan nilai-nilai keimtakan yang terkait dengan seluruh materi bahan ajar dan pemahaman yang berbeda-beda dari masing-masing guru dalam menyikapi muatan-muatan imtak yang harus disampaikan pada siswa. Hal ini terkait dengan sumber informasi dan wawasan keislaman yang dimiliki oleh guru itu sendiri. Guru yang memiliki informasi dan

wawasan keislaman yang luas tentu lebih mudah untuk memadukan nilai imtak pada mata pelajarannya dibanding dengan guru yang wawasan keislamannya ala kadarnya saja. Semakin kaya wawasan keislaman seorang guru, semakin mudah bagi guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai imtak pada pembelajaransains.

Kedua, tuntutan ketuntasan materi bahan ajar terkait dengan alokasi

waktu yang tersedia selama satu tahun pelajaran. Target kurikulum yang harus dituntaskan beserta proses penilaian merupakan beban utama yang ada di setiap guru. Kondisi seperti ini menyebabkan keinginan untuk menyisipkan unsur imtak menjadi kurang konsisten.

Solusi yang dapat penulis kemukakan mengatasi kedua problem di atas,

Pertama, pihak sekolah perlu secara berkala, misalnya sekali dalam satu

semester, mengadakan pelatihan keterkaitan imtak dengan mata pelajaran untuk peningkatan wawasan keislaman bagi guru itu sendiri dan siswa yang akan diajarkannya. Pimpinan sekolah perlu menghadirkan para pakar yang kompeten sebagai narasumber sesuai dengan topik materi kurikulum sains. Paling tidak, hal ini akan menjadi inspirasi bagi guru tentang inovasi pembelajaran, khususnya perihal integrasi imtak dan iptek. Di samping itu, sekolah perlu pula menjalin kerja sama dengan sekolah lain yang sudah dikenal telah menerapkan model integrasi imtak dalam proses pembelajaran sains.

Kedua, perlu adanya kesepahaman antar guru kelas dalam pembelajaran

mata pelajaran IPA di dalam lingkungan sekolah untuk membedah bahan ajar dari a sampai z tentang penyisipan ayat al- Quran dan Hadits dalam pelajaran IPA. Dalam hal ini, perlu bekerja sama dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam seperti dalam bentuk pendampingan atau konsultasi. Pada tahap selanjutnya, hal ini akan menjadi alternatif untuk mensiasati

overloaded mata pelajaran, yaitu menerapkan sistem integrasi pembelajaran

dalam bentuk tematik materi bahan ajar dengan pola interdisiplin.

berlangsung, hendaknya guru memberi kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi aktif, sesuai konsep student active learning, dalam menyampaikan pendapat terkait tema-tema integrasi keilmuan. Guru perlu menyadari bahwa tidak menutup kemungkinan wawasan keislaman yang ingin dipadukan terinspirasi pula dari kalangan siswa.

Dengan demikian, pengintegrasian imtak pada pembelajaran sains adalah sesuatu yang sangat mungkin dilakukan untuk peningkatan keimanan dan ketakwaan siswa. Bahkan menjadi hal yang sangat penting untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran dalam rangka mewujudkan suasana religius di lingkungan sekolah bagi para siswa. Sementara bagi para guru sains, proses pembelajaran yang mengintegrasikan imtak pada mata pelajarannya, pada hakikatnya menunjukkan peran guru tersebut dengan keteladanannya memberi warna pada pengembangan aspek spiritual dan aspek intelektual yang berkeseimbangan di hadapan para siswa.

Dokumen terkait