• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan konservasi mangrove sesuai dengan potensi dan permasalahan hasil kajian, dianalisis dengan SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengelolaan yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal

Opportunities dan Threats. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dan internal (Rangkuti 2014).

Hal pertama yang dilakukan dalam menentukan matriks SWOT adalah mengetahui faktor strategi internal (IFAS) dan faktor strategi eksternal (EFAS) (Rangkuti 2014). Penentuan berbagai faktor, bobot setiap faktor dan tingkat kepentingan setiap faktor didapatkan dari hasil wawancara dengan orang-orang yang berkompeten dibidangnya dan disesuaikan dengan kondisi di lapang. Hal ini dilakukan agar sifat obyektif dari analisis ini dapat diminimalkan.

a. Cara penentuan faktor strategi internal:

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan dari kegiatan pengelolaan.

2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,00.

3. Menghitung rating (kolom 3) untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruh/respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem mangrove (nilai : 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 = kurang penting).

4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasil dari perkalian ini akan berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

b. Cara penentuan faktor strategi eksternal:

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman dari kegiatan pengelolaan.

2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,00.

3. Menghitung rating (kolom 3) untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruh/respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem mangrove (nilai : 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 = kurang penting).

4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya akan berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

c. Pembuatan Matriks SWOT

Setelah matriks IFAS dan EFAS selesai, selanjutnya unsur-unsur tersebut dihubungkan dalam matrik untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Dalam

menentukan strategi yang terbaik, dilakukan pemberian bobot yang berkisar antara 0,0-1,0 dimana 0,0 berarti tidak penting dan nilai 1,0 berarti sangat penting. Disamping itu diperhitungkan rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala 4 hingga 1, yaitu dari sangat baik sampai kurang baik. Selanjutnya antara bobot dan rating dikalikan untuk menghasilkan skor (Rangkuti 2014). Setelah masing-masing SWOT diperhitungkan skornya, selanjutnya unsur- unsur tersebut keterkaitan dalam bentuk matriks untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Adapun matriks SWOT disajikan pada tabel 2 dibawah ini: Tabel 2 Matriks SWOT

IFAS EFAS STRENGHTS (S)  Tentukan Faktor Kekuatan Internal WEAKNESSES (W)  Tentukan Faktor Kelemahan Internal OPPORTUNIES (O)  Tentukan Faktor Peluang eksternal Strategi S- O (Strategi Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang) Strategi W-O (Strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang) TREATHS (T)  Tentukan Faktor ancaman eksternal Strategi S-T (Strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman)

Strategi W-T

(Strategi meminimalkan kelemahan untuk

mengundari ancaman) 1) Strategi kekuatan – Peluang

Strategi ini didasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2) Strategi Kekuatan-Ancaman

Strategi ini didasarkan pada pengumuman seluruh kekuatan untuk mengatasi ancaman

3) Strategi Kelemahan-Peluang

Strategi ini diterapkan berdarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada

4) Strategi Kelemahan-Ancaman

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta mengindari ancaman.

19

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Desa Ujung Alang 1. Luasan

Luas daratan Desa Ujung Alang adalah 50,36 km2 atau 5036 ha (Tabel 3). Desa Ujung Alang terletak pada koordinat 7°35’- 7°50’ LS dan 108°45’-109°3’ BT. Sedangkan secara administrasi desa ini termasuk kedalam wilayah Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Kecamatan inimerupakan kecamatan termuda di Cilacap karena baru dibentuk pada tahun 2002. Batas wilayah Desa Ujung Alang sebelah utara berbatsan dengan Desa Pojok Tiga, sebelah selatan berbatasan dengan Pulau Nusakambangan, sebelah barat berbatasan dengan Kampung Masigitsela dan Desa Pojok Tiga, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Bondan Kalinano. Desa Ujung Alang terbagi kedalam empat dusun yaitu Dusun Motean, Paninten, Lempong Pucung dan Bondan.

Tabel 3 Luas Kecamatan Kampung Laut berdasarkan desa

No. Desa/Kelurahan Luas(Km2) Banyaknya Dusun

1 Ujung Gagak 26,15 6

2 Ujung Alang 50,36 4

3 Klaces 28,86 2

4 Panikel 36,85 5

Jumlah / Total 142,22 17

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap 2015 2. Topografi dan Kelerengan

Bentang lahan Desa Ujung Alang merupakan suatu dataran rendah pantai yang ditumbuhi oleh hutan mangrove dengan ketinggian 0- 1,5 dpl. Secara fisik sebagian wilayah tersebut merupakan wilayah lipatan selatan termasuk pada wilayah dataran rendah Kroya dan wilayah Nusakambangan. Desa Ujung Alang terletak di laguna Segara Anakan, yang merupakan suatu hasil dari proses tektonik yang terjadi yaitu melalui pembentukan Zona Depresi Citanduy yang dibatasi oleh sesar-sesar atau patahan-patahan besar (Sutaryo et al. 2013). Peta topografi ditunjukkan dalam Gambar 5.

Gambar 5 Peta Topografi Ujung Desa Ujung Alang 3. Hidrologi/ Pola Aliran Sungai

Sumber air di Desa Ujung Alang di Dusun Lempong Pucung diperoleh dari mata air yang berada di Pulau Nusakambangan yang merupakan daerah pegunungan gamping. Air tawar dari pegunungan gamping berasal dari retakan- retakan (diaklas) yang dapat meresapkan air hujan ke dalam batuan dan kemudian mengumpul ke gua-gua menjadi sungai di bawah tanah dan disalurkan dengan pipa ke kolam penampungan yang tersebar di setiap RT. Sungai-sungai di Desa Ujung Alang (Gambar 6) juga merupakan sumber air tawar. Sementara untuk ketiga dusun lainnya mengandalkan sumur dan juga membeli air dari Dusun Lempong Pucung yang diangkut menggunakan perahu.

21 4. Iklim

Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Cilacap pada tahun 2014, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli (507.0 mm) dan terendah terjadi pada bulan September (290 mm). Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Maret sebanyak 27 hari, sedangkan jumlah hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan September sebanyak 11 hari hujan. Suhu maksimum tertinggi tercatat 35,2°C terjadi pada bulan Maret, sedangkan suhu maksimum terendah 29.8° C terjadi pada bulan Agustus.

5. Jenis Lahan dan kepemilikan.

Jenis lahan yang terdapat di Desa Ujung Alang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu lahan timbul, lahan mangrove dan lahan pertanian. Pertama, lahan timbul yaitu lahan yang terjadi akibat sedimentasi dan jenis lahan ini banyak dimanfaatkan untuk pemukiman. Kedua, lahan mangrove yaitu lahan yang ditumbuhi pohon mangrove dan terletak disepanjang sempadan pesisir yang dimanfaatkan sebagai tambak, sumber benih ikan,udang dan kepiting mangrove. Ketiga, lahan pertanian yaitu lahan yang digunakan masyarakat untuk menanam komoditi pertanian seperti padi, palawija dan pohon buah-buahan, jenis lahan ini banyak terdapat di Dusun Lempong Pucung dan Pulau Nusakambangan.

Ketiga jenis lahan tersebut berada di bawah pemerintah daerah kabupaten Cilacap sehingga status kepemilikannya menjadi kewenangan pemerintah daerah. Berdasarkan hasil wawancara, status kepemilikan lahan saat ini masih menjadi milik pemerintah daerah dan belum memiliki sertifikat kepemilikan yang jelas. Masyarakat yang ingin mendirikan tempat tinggal maupun melakukan kegiatan pertanian mengurus izin terlebih dahulu ke desa dan kecamatan kemudian diberi SPPT (Surat Pajak Penggunaan Tanah).

6. Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Ujung Alang a. Kependudukan

1) Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Ujung Alang tersebar di empat dusun, yaitu Motean, Paninten, Lempong Pucung dan Bondan. Keempat dusun tersebut dipisahkan oleh perairan laguna dimana Dusun Motean dan Paninten berada pada satu grumbul

(daratan), Dusun Lempong Pucung berada di Pulau Nusakambangan dan Dusun Bondan (dusun bentukan baru) yang berhimpitan dengan kawasan Perum Perhutani. Penduduk tersebut terbagi ke dalam 39 unit Rukun Tetangga (RT) dan 12 unit Rukun Warga (RW). Tabel jumlah penduduk ditunjukkan dalam Tabel 4. Tabel 4 Jumlah Penduduk Kecamatan Kampung Laut

No. Desa Penduduk Jumlah Rasio (%) Laki-laki Perempuan 1 Ujung Alang 2.851 2.399 5.250 118,84 2 Ujung Gagak 2.262 2.290 4.552 98,78 3 Klaces 774 814 1.588 95,09 4 Panikel 2.927 2.864 5.791 102,20 Jumlah / Total 8.814 8.367 17.181 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap 2015

2) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk di Desa Ujung Alang umumnya cukup rendah, dimana sebagian besar adalah tidak/belum tamat SD dan tamat SD (Tabel 5). Selain itu masih terdapat 116 jiwa yang masih buta huruf.

Tabel 5 Presentase tingkat pendidikan Desa Ujung Alang

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Tidak Sekolah 399 2. Tidak Tamat SD 384 3. SD 2.292 4. SLTP 736 5. SLTA 112 6. S1 12 Jumlah keseluruhan 3.935 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap 2014

b. Perekonomian

Kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan perekonomian bersumber dari pertanian, perkebunan dan nelayan (Tabel 6 dan 7). Hasil komoditas pertanian dan perkebunan Desa Ujung Alang berupa padi, kayu sengon, dan jagung.

Tabel 6 Mata Pencaharian Penduduk Desa Ujung Alang berdasarkan Lapangan Usaha

No. Lapangan usaha Jumlah (Orang)

1. Pertanian dan perikanan 708

2. Pertambangan 1

3. Industri 55

4. Perdagangan 149

5. Transportasi dan komunikasi 12

6. Jasa-jasa 46

7. Lainnya 116

Jumlah Keseluruhan 1.087

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap 2014

Tabel 7 Mata Pencaharian Penduduk Desa Ujung Alang berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah (Orang)

1. Buruh Tani 321 2. Nelayan 630 3. Buruh Industri 55 4. Buruh bangunan 6 5. PNS 13 6. Pensiunan 2 Jumlah Keseluruhan 1.027

23 7. Aksesibilitas

a. Transportasi Laut

Perjalanan menuju Desa Ujung Alang dapat dilakukan dengan menggunakan Kapal Compreng. Transportasi laut ini berangkat dari Pelabuhan Seleko Cilacap dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Jadwal keberangkatannya setiap hari pukul 08.00 dan 14.00 WIB dari Pelabuhan Seleko menuju Dermaga Dusun Motehan Desa Ujung Alang serta pukul 08.00 dan 11.00 WIB arah sebaliknya dengan tarif sebesar Rp 9.000 sekali jalan. Penyeberangan dapat juga dilakukan dengan kapal nelayan yang disewa, dengan waktu tempuh yang relatif lebih singkat yaitu 1 jam. Tarif sewa kapal tergantung kesepakatan dengan pemilik kapal, untuk perjalanan selama seharian penuh pulang pergi dipatok dengan tarif Rp 150.000 - 250.000 dan untuk perjalanan selama setengah hari dipatok dengan tarif Rp 100.000,-. Peta trayek ditunjukkan dalam Gambar 7 dibawah ini.

Sumber : UPT Pelabuhan Kabupaten Cilacap (2005)

Gambar 7 Peta Jaringan Trayek Angkutan Perairan di Kabupaten Cilacap

b. Transportasi Darat

Transportasi darat di Desa Ujung Alang dilakukan dengan kendaraan roda dua, hal ini dikarenakan jalanan yang sempit dan tidak memungkinkannya membawa kendaraan roda empat dari Cilacap ke Desa Ujung Alang (Gambar 8). Kondisi jalan darat di desa Ujung Alang berupa cor-coran beton selebar 1 meter yang memanjang di sepanjang desa. Kondisi jalan di Dusun Motean dan Dusun Paniten cukup baik dan dicor sepanjang dusun. Sementara di Dusun Lempong Pucung sebagian jalan ada yang dicor dan sebagian masih berupa jalanan yang ditutup batu gamping. Kondisi jalanan Dusun Bondan agak rusak hal ini terkait antara konflik kepemilikan lahan dengan perhutani.

Gambar 8 Kondisi Jalan Desa Ujung Alang 8. Sebagai Destinasi Wisata

Keindahan alam Desa Ujung Alang, Segara Anakan dan Pulau Nusakambangan menarik minat para wisatawan domestik dan mancanegara untuk berkunjung. Kegiatan wisata yang dilakukan antara lain wisata pantai (Pantai Pasir Putih, Pantai Permisan, Gua Ratu), wisata pemancingan, wisata Kampung Laut, dan Wisata bahari petualangan hutan mangrove di Desa Ujung Alang. Wisata bahari petualangan hutan mangrove ini berada di minawisata mangrove yang dilengkapi dengan tracking mangrove dan gardu pandang untuk pengamatan burung. Minawisata mangrove ditunjukkan dalam Gambar 9.

Gambar 9 Minawisata Mangrove Dusun Lempong Pucung, Desa Ujung Alang 9. Kelompok Tani Patra Krida Wana Lestari

Kelompok Tani Patra Krida Wana Lestari merupakan kelompok tani yang terdapat di Desa Ujung Alang yang didirikan oleh Wahyono pada tahun 2004. Kelompok tani ini melakukan penghijauan dengan menanam kembali di lahan yang mangrovenya telah gundul. Awalnya kelompok ini beranggotakan tujuh orang yang merupakan kerabat, namun kesadaran masyarakat akan mangrove membuat kelompok tani ini makin banyak anggotanya. Kegiatan kelompok tani ini diapresiasi oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap dan PT Pertamina unit Pengolahan IV di Cilacap. PT Pertamina memberikan pendampingan budidaya kepiting, mulai dari basket (rumah kepiting dari plastik tebal) sampai benih kepiting. Pada tahun 2014, area mangrove Dusun Lempong Pucung ditetapkan sebagai pusat studi mangrove Segara Anakan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan mendapatkan 300.000 sumbangan bibit mangrove dari Pertamina.

25 Potensi Ekositem Mangrove Desa Ujung Alang

Ekosistem mangrove yang tersebar hampir menyeluruh di keempat dusun di Desa Ujung Alang memiliki banyak potensi diantaranya mangrove, fauna dan keindahan alamnya. Selain potensi alamnya, kawasan perairan seperti ini juga dipengaruhi oleh kondisi fisik. Kondisi fisik Desa Ujung Alang diamati dan diukur selama observasi di lapangan disajikan dalam tabel 8 berikut ini

Tabel 8 Parameter Lingkungan Desa Ujung Alang

No. Parameter Lingkungan Terendah Tertinggi

1. Suhu udara 28°C 34°C

2. Suhu air 25°C 32°C

3. Kelembaban udara 70 % 95 %.

4. Salinitas 4 ‰ 7 ‰

5. pH air 6 7

Kondisi fisik Desa Ujung Alang memiliki iklim ekuatorial yang berdasarkan klasifikasi iklim Smidt Ferguson termasuk tipe iklim A yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau terjadi pada bulan Juli sampai September dan musim hujan terjadi pada bulan November- April. Tipe pasang surut di desa ini yaitu semi diurnal dimana terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari dengan fluktuasi pasang surut berkisar 0,2 sampai 1,6 meter. Arus pasang surut ini dipengaruhi oleh Samudera Hindia, Sungai Citanduy, Sungai Ujung Alang, Sungai Lempong pucung dan Sungai Kembang Kuning.

Salinitas adalah jumlah padatan garam yang terlarut dalam air. Perubahan salinitas dipengaruhi oleh pergerakan air laut dan tawar. Salinitas di perairan ini berdasarkan hasil penelitian Tjahjo & Riswanto (2013) berkisar antara 0,2-12,4 ‰ dengan rata-rata 2,3 ‰ (tahun 2010), dan 0,5-25,1 ‰ dengan rata-rata 8,1 ‰ (tahun 2011); serta kecerahan berkisar antara 25-140 cm dengan rata-rata 59,8 cm (tahun 2010), 20-120 cm dengan rata-rata 64,3 cm (tahun 2011). Salinitas di Desa

Ujung Alang berkisar antara 4‰ sampai 7 ‰. Hal ini diakibatkan oleh pertemuan arus air laut dan air tawar yang menyebabkan salinitas air rendah, dan hampir tawar jika musim hujan.

Analisis vegetasi mangrove dilakukan dengan menggunakan metode transek di 5 titik stasiun sampling dengan masing-masing 3 kali pengulangan tiap stasiun. Lokasi stasiun sampling diambil secara purposive sampling yaitu mangrove yang rusak, mangrove dekat pemukiman, mangrove yang ditanam, mangrove yang tumbuh secara alami dan mangrove yang tumbuh di lahan bekas tambak. Penemuan di lapangan bahwa penebangan mangrove sejati menyuburkan mangrove ikutan jenis Derris dan Acanthus. Secara ekologi mangrove, dominasi mangrove ikutan bisa dikatakan sebagai indikator kerusakan mangrove (Ardli et al., 2011) dan tutupan mangrove ikutan ini memiliki nilai vegetasi yang tinggi dan dikategorikan sebagai kelas mangrove rapat (Hadiwijaya et al. 2013).

Titik koordinat 5 lokasi stasiun sampling dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini

Tabel 9 Koordinat Stasiun Sampling

Keanekaragaman Mangrove

Ekosistem mangrove Desa Ujung Alang dipengaruhi oleh pasang surut dan aliran air tawar dari beberapa sungai yang sesuai untuk pertumbuhan mangrove. Vegetasi mangrove di kawasan sekitar laguna Segara Anakan merupakan suatu vegetasi yang unik. Hal ini dikarenakan jenis-jenis mangrove dengan rentang toleransi salinitas yang besar seperti Sonneratia caseolaris atau jenis yang menyukai salinitas rendah seperti Acanthus ilicifolius dan Aegiceras corniculatum lebih mendominasi. Jenis Acanthus sp hampir menutup seluruh permukaan mulai dari pulau-pulau tanah timbul sampai ke timur hingga sebelah timur Dusun Motean. Jenis Aegiceras sp banyak tumbuh di sepanjang sungai terutama mulai sebelah timur Dusun Motean (Sutaryo et al. 2013).

Zonasi di hutan mangrove terbentuk sebagai tanggapan terhadap perubahan lamanya waktu penggenangan air laut, salinitas tanah, intensitas sinar matahari, aliran pasang-surut dan aliran air tawar dari sungai. Setiap faktor ini berubah sepanjang transek mulai dari tepi laut sampai kedalaman hutan. Keadaan ini juga berbeda dari satu tempat ke tempat lain dalam satu sistem muara sungai. Setiap zona diidentifikasi berdasarkan individu atau kelompok jenis tumbuhan mangrove yang ditemukan dan dinamai sesuai dengan jenis tumbuhan yang dominan atau sangat melimpah. Tidak semua jenis tumbuhan mangrove terdapat di setiap tipe komunitas dan kemelimpahan jenis pada setiap komunitas berbeda- beda tergantung faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya (Susilowati 1999). Nipah di Desa Ujung Alang tumbuh di tepi pantai dan tidak sesuai dengan pola zonasi hal ini sesuai dengan hasil penelitian Djohan (2012) yang menyatakan bahwa kawasan mangrove Segara Anakan tidak memiliki pola zonasi.

Pada mangrove di Desa Ujung Alang ditemukan 10 spesies vegetasi utama yaitu Avicennia alba, Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Nypa fruticans,Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, dan Sonneratia caseolaris. Vegetasi pendukung (minor) ditemukan 5 spesies yaitu Acanthus ebracteatus, Acanthus ilicifolius, Acrostichum aureum, Acrostichum speciosum dan Aegiceras

Stasiun Sampling Titik koordinat

Lintang Bujur I- 1 108°52’24.0” 07°42’43.2” I-2 108°52’23.7” 07°42’43.3” I-3 108°52’23.0” 07°42’43.4” II-1 108°52’44.8” 07°42’23.3” II-2 108°52’45.1” 07°42’23.4” II-3 108°52’45.4” 07°42’23.4” III-1 108°52’38.7 07°42’50.8” III-2 108°52’38.4” 07°42’50.6” III-3 108°52’37.9” 07°42’50.5” IV-1 108°53’04.4” 07°41’50.6” IV-2 108°53’04.5 07°41’51.0” IV-3 108°53’04.5 07°41’51.3” V-1 108°52’42.7” 07°42’49.5” V-2 108°52’42.5” 07°42’49.2” V-3 108°52’42.4” 07°42’48.9”

27

corniculatum. Sementara Vegetasi asosiasi ditemukan 1 spesies yaitu Derris trifoliata.

Tabel 10 Hasil Analisis Vegetasi Mangrove Strata

Pertumbuhan

Stasiun Jenis Mangrove KR (%) FR (%) DR (%) INP (%) Tumbuhan Bawah I Acanthus ebracteatus 51,85 50 - 101,85 Derris trifoliate 48,15 50 - 98,15 II Acanthus ebracteatus 55,9 37,6 - 93,5 Acanthus ilicifolius 16,31 12,4 - 28,72 Derris trifoliate 27,19 37,6 - 64,79 Nypa fruticans 0,6 12,4 - 13 III Acanthus ebracteatus 53,67 25,1 - 78,77

Acrostichum aureum 4,06 12,35 - 16,41 Derris trifoliata 33,33 25,1 - 58,43 Nypa fruticans 8,94 37,45 - 46,39 IV Acanthus ebracteatus 67,5 33,5 - 101 Acanthus ilicifolius 8,33 16,5 - 24,83 Nypa fruticans 24,17 50 - 74,17 V Acanthus ebracteatus 6,42 22,26 - 26,68 Acrostichum aureum 20,34 10,96 - 31,3 Acrostichum speciosum 40,7 22,26 - 62,96 Derris trifoliata 31,04 22,26 - 53,3 Nypa fruticans 1,5 22,26 - 23,76 Semai II Aegiceras corniculatum 100 100 - 200

III Rhizophora apiculata 66,67 50 - 116,67 Rhizophora mucronata 33,33 50 - 83,33 IV Rhizophora mucronata 100 100 - 200 Pancang II Aegiceras corniculatum 10 17,67 - 18,64

Avicennia alba 10 17,67 - 6,13 Avicennia marina 20 17,67 - 12,42 Bruguiera gymnorhiza 10 11,83 - 6,13 Sonneratia alba 10 5,83 - 6,13 Sonneratia caseolaris 20 5,83 - 12,42 III Bruguiera gymnorhiza 2,78 10 - 12,78 Bruguiera sexangula 13,9 20 - 33,9 Rhizophora apiculata 22,22 10 - 32,22 Rhizophora mucronata 8,33 10 - 18,33 Rhizophora stylosa 22,22 20 - 42,22 Sonneratia alba 30,55 30 - 60,55 IV Aegiceras corniculatum 70 50 - 120 Avicennia alba 20 33,5 - 53,5 Rhizophora mucronata 10 16,5 - 26,5 Pohon II Aegiceras corniculatum 16,67 33,33 24,76 74,76

Sonneratia alba 50 33,33 32,68 116,01 Sonneratia caseolaris 33,33 33,33 42,56 109,22 IV Sonneratia caseolaris 100 100 100 300 V Avicennia alba 100 100 100 300

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas mangrove di Desa Ujung Alang disusun oleh 16 jenis mangrove dengan tingkat pertumbuhan berada pada strata tumbuhan bawah (ground cover), semai, pancang, dan pohon (Tabel 10). Analisis vegetasi mangrove pada tingkat tumbuhan bawah menunjukkan didominasi oleh jenis Acanthus ebracteatus dengan indeks nilai penting (INP)

101,85%. Analisis vegetasi mangrove pada tingkat semai menunjukkan didominasi oleh Aegiceras corniculatum dan Rhizophora mucronata dengan INP masing-masing 200%. Hasil analisis vegetasi mangrove pada tingkat pancang menunjukkan didominasi oleh jenis Sonneratia alba dengan INP 60,55%. Analisis vegetasi mangrove pada tingkat pohon menunjukkan didominasi oleh jenis

Sonneratia caseolaris dan Avicennia alba dengan INP masing-masing 300%. Hasil analisis vegetasi di tiap stasiun dijelaskan lebih lanjut seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10,11, 12, 14 dan 15. Dalam analisis vegetasi dihitung kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif dan Indeks nilai penting. Indeks nilai penting (INP) diperlukan untuk menentukan spesies yang mendominasi dalam suatu stasiun penelitian.

Gambar 10 Diagram INP Mangrove Stasiun I

Hasil analisis vegetasi mangrove di stasiun I di area yang mangrovenya rusak dengan parameter kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan indeks nilai penting (INP) disajikan pada Lampiran 2. Melalui Gambar 10 ditunjukkan bahwa pada strata tumbuhan bawah, jenis Acanthus ebracteatus memiliki indeks nilai penting (INP) yang paling tinggi yaitu 101,85% dibandingkan dengan jenis

Derris trifoliata 98,15%. Acanthus ebracteatus merupakan herba yang tumbuh rendah dan kuat, bergerombol dan terangkai di permukaan tanah dan tingginya dapat mencapai 2 m. Acanthus ebracteatus memiliki kemampuan untuk menyebar secara vegetatif dan terdapat akar udara tumbuh di permukaan bawah batang horizontal. Bunga mengalami penyerbukan dibantu oleh burung dan serangga (Noor et al. 1999). Hal tersebut menyebabkan tingkat produktivitas yang relatif cepat dibanding vegetasi lainnya. Oleh karena itu, apabila suatu daerah didominasi oleh spesies ini maka spesies semak atau anakan mangrove sejati akan sulit berkompetisi karena reproduksi Acanthus yang cepat (Ardli et al. 2011).

98,15 101,85 96 97 98 99 100 101 102 103 Tumbuhan bawah IN P (% ) Strata Pertumbuhan Acanthus ebracteatus Derris trifoliata

29

Gambar 11 Diagram INP Mangrove Stasiun II

Hasil analisis vegetasi mangrove di stasiun II pada mangrove yang dekat pemukiman dengan parameter kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), Dominansi Relatif (DR) dan indeks nilai penting (INP) disajikan pada Lampiran 3. Melalui Gambar 11 ditunjukkan bahwa pada strata tumbuhan bawah didominasi oleh jenis Achantus ebracteatus yang memiliki indeks nilai penting (INP) 93,5%. Pada strata pertumbuhan semai didominasi oleh jenis Aegiceras corniculatum

dengan nilai INP 200%. Pada strata pertumbuhan Pancang, jenis Aegiceras corniculatum lebih mendominasi daripada jenis lainnya dengan nilai INP tertinggi yaitu 18,64%. Sedangkan untuk strata Pohon, jenis Sonneratia alba dengan INP 116,01% mendominasi dibandingkan jenis lainnya.

93,5 200 18,64 116,01 28,72 6,13 109,22 64,79 12,42 74,76 13 6,13 12,42 6,13 0 50 100 150 200 250

Tumbuhan bawah Semai Pancang Pohon

INP

(%

)

Strata Pertumbuhan

Acanthus ebracteatus Bruguiera gymnorrhiza Acanthus ilicifolius Derris trifoliata

Aegiceras corniculatum Nypa fruticans

Avicennia alba Sonneratia alba

Gambar 12 Diagram INP Mangrove Stasiun III

Hasil analisis vegetasi mangrove di stasiun III pada mangrove yang ditanam dengan parameter kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), Dominansi Relatif (DR) dan indeks nilai penting (INP) disajikan pada Lampiran 4 . Melalui Gambar 12 ditunjukkan bahwa pada strata tumbuhan bawah didominasi oleh jenis Acanthus ebracteatus yang memiliki indeks nilai penting (INP) 93,5%. Pada strata semai didominasi oleh jenis Rhizophora mucronata

dengan INP 116,67%. Pada strata pertumbuhan Pancang, jenis Sonneratia alba

lebih mendominasi daripada jenis lainnya dengan nilai INP tertinggi yaitu 60,55%. Kondisi ekosistem mangrove ditunjukkan oleh Gambar 13.

Gambar 13 Kondisi Ekosistem Mangrove Stasiun III (kiri) dan Stasiun IV (kanan) 46,39 116,67 42,22 78,77 83,33 60,55 58,43 18,33 16,41 33,9 12,78 32,22 0 20 40 60 80 100 120 140

Tumbuhan bawah Semai Pancang

IN P ( % ) Strata Pertumbuhan

Acanthus ebracteatus Nypa fruticans Acrostichum aureum Rhizophora apiculata Bruguiera gymnorrhiza Rhizophora mucronata Bruguiera sexangula Rhizophora stylosa

31

Gambar 14 Diagram INP Mangrove Stasiun IV

Hasil analisis vegetasi mangrove di stasiun IV pada mangrove yang

Dokumen terkait