• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah-langkah dalam penanaman mangrove yaitu a. Penentuan lokasi penanaman

Lokasi penanaman yang sesuai untuk jenis tanaman mangrove adalah areal yang berlumpur dan terkena pengaruh pasang surut air laut. Salah satu indikator biologisnya adalah didapatkan ikan glodok atau tembakul. Sedangkan lokasi yang sesuai untuk jenis tanaman pantai adalah areal berpasir, terutama yang telah ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan menjalar, seperti galaran atau katang- katang (Ipomea pas-caprae) (Bengen 2001).

b. Penataan lokasi penanaman

Hal -hal yang perlu dilakukan dalam penataan lokasi menurut Kusmana et al. (2008) yaitu

• Status lahan dan Penataan batas

Status kepemilikan lahan harus jelas dan penataan batasnya harus melibatkan aparat pemerintahan untuk menghindari perselisihan yang mungkin timbul di kemudain hari.

Pengukuran luas dilakukan untuk mengetahui jumlah bibit yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan, bibit yang akan ditanam memiliki jarak tanam, misalnya 1 meter x 1 meter.

• Penentuan jarak tanam

Jarak tanam ideal untuk tanaman mangrove adalah 1m x 1m atau 1m x 2m sedangkan untuk tanaman pantai yang bertajuk lebar jarak tanam ideal adalah 5m x 5m. Untuk yang bertajuk kecil jarak tanam idealnya 3m x 3m atau 4m x 4m. Untuk memudahkan pelaksanaan penanaman, maka setiap titik tanam sebaiknya diberi ajir yang telah diberi tanda (cat) pada ujungnya.

c. Penanaman

Penanaman bibit mangrove dibagai menjadi dua jenis, yaitu untuk tanaman pantai dan tanaman mangrove sejati (Khazali 1999):

a) Tanaman Pantai

1. Membuat lubang tanam dengan ukuran selebar mata cangkul

2. Membuka polibag dengan merobeknya secara hati-hati agar media tidak hancur/rusak. Jika medianya kompak, polibag dapat dengan mudah dilepaskan hanya dengan menarik bibit secara perlahan.

3. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dan ditimbun dengan tanah bekas galian lubang tersebut.

4. Bibit diikatkan kepada ajir dengan menggunakan tali rafia. Apabila angin yang bertiup di sekitar lokasi penanaman cukup kencang, pengikatan sebaiknya dilakukan di dua titik. Selanjutnya, bekas polibag dikumpulkan lalu dibuang di tempat sampah.

b) Tanaman mangrove

1. Membuat lubang dengan bantuan sekop sedalam tinggi polibag. 2. Membuka polibag (pembukaan lebih mudah karena media yang

digunakan adalah tanah berlumpur yang selalu basah).

3. Meletakkan bibit pada lubang tanam yang telah dibuat dan menutupnya kembali dengan lumpur.

4. Mengikat bibit pada ajir dan membuang polibag pada tempat sampah. Teknik penanaman mangrove dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan asal bibit/benih yang digunakan. Karena pada kegiatan konservasi ini bibit yang digunakan berasal dari sumber pembibitan terdekat (bukan ditanam dari biji), maka teknik penanaman mangrove yang dilakukan adalah dengan penanamam secara acak, dengan jarak masing-masing bibit 2 meter. Penanaman secara acak dilakukan karena mangrove alami tidak tumbuh berjajar, jadi tidak perlu ditanam sejajar. Penanaman berjajar dapat menciptakan saluran air di antara baris yang dapat mengganggu pasokan air ke mangrove itu sendiri. Ketika menanam bibit mangrove di lokasi konservasi, tidak perlu diberi pupuk tambahan apapun. Penambahan pupuk terlalu memanjakan akar bibit mangrove sehingga akarnya tidak aktif tumbuh dan mencari nutrient dengan sendiri di substrat yang ditumbuhinya.

Teknik penanamannya sendiri untuk menempatkan anakan dari polibag ke dalam lubang tanam lebih baik jika ada seorang yang memegang benih dan yang lainnya menimbunnya dengan tanah. Hal ini dilakukan untuk memastikan agar permukaan tanah dari anakan yang di polibag sejajar dengan permukaan tanah di sekeliling lubang tanam. Fungsi lainnya yaitu agar akar anakan mangrove bebas

51 dan leluasa masuk di dalam lubang tanam. Akar yang terganggu oleh lubang yang

kurang dalam akan membentuk huruf “J” dan dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan membuat anakan mati. Dan terakhir kita jangan lupa melepas polibag dari anakannya.

Ukuran lubang tanam satu setengah kali lebih besar dan lebih dalam daripada ukuran lingkar akar anakan yang akan ditanam. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah setelah penanaman dilakukan, biasanya tanah dipadatkan dengan cara diinjak, perlakuan seperti ini harus dihindari karena dapat mengurangi kantong-kantong air tanah yang diperlukan oleh akar. Biarkan tanah di sekitar akar agak gembur dan jangan dipadatkan.

4. Monitoring

Tahapan terakhir yang akan dilakukan dalam kegiatan konservasi mangrove di Desa Ujung Alang ini adalah melakukan monitoring dari kegiatan-kegiatan proses konservasi. Hal-hal yang perlu dimonitoring yaitu pengamatan spesies mangrove yang tumbuh, mengamati waktu pertumbuhan, mengamati karakter tanaman, mencatat tingkat kegagalan, mencatat tingkat akumulasi sampah, perkiraan biaya konservasi, pengaruh pemantauan mangrove, karakter ekosistem mangrove yang direhabilitasi.

Pengamatan spesies mangrove yang tumbuh dilakukan dengan cara memeriksa sumber asal bibit, dimana akan diketahui jenis spesies tanaman mangrove yang tumbuh. Untuk waktu pertumbuhan, parameter yang diamati adalah kepadatan anakan, diamater tangkai, volume dan ketinggian anakan, serta tingkat pertumbuhan tahunan. Selain itu, perlu juga dilakukan pengamatan mengenai karakter tanaman mangrove, dimana faktor-faktor yang diamati adalah struktur tangkai, tunas, buah dan ketahanan terhadap tanaman terhadap serangan hama (Kustanti 2011).

Kegiatan monitoring selanjutnya adalah mencatat tingkat kegagalan yang terjadi, disini kita harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang telah menyebabkan kegagalan dalam melakukan rehabilitasi, sehingga dapat dilakukan perbaikan dengan cara menghindari hal-hal yang menyebabkan kegagalan tersebut. Selain mencatat tingkat kegagalan, juga dilakukan pencatatan tingkat akumulasi sampah, dengan menandai sumber sampah dan langkah yang diambil untuk meminimalisir permasalahannya.Tahapan berikutnya adalah menyesuaikan tingkat kepadatan optimal anakan, apakah yang menyebabkan kepadatan tersebut, apakah akibat pertumbuhan alami mangrove atau dari penanaman awal, serta mengamati laju pertumbuhan anakan tersebut.

Kegiatan monitoring selanjutnya yaitu pengamatan terhadap pengaruh pemanfaatan mangrove, hal ini merupakan bagian dari kegiatan konservasi dalam jangka panjang. Selain itu, juga diamati tentang karakter ekosistem mangrove yang direhabilitasi, yang berupa pengamatan flora, fauna dan lingkungan fisik ekosistem mangrove yang telah dilakukan konservasi dan membandingkannya dengan kondisi mangrove yang sehat dan tidak terganggu pertumbuhannya. Perkiraan biaya konservasi juga harus diperhatikan, dimana perkiraan biayanya termasuk persispan lahan, pengumpulan benih, pembibitan, penanaman dan hal- hal lainnya.

Perencanaan Penanaman Jenis Mangrove

Jenis mangrove yang direncanakan akan ditanam tiap stasiun ditentukan berdasarkan jenis mangrove yang native (telah ada) dan jenis mangrove pioner yang mudah tumbuh. Jenis mangrove yang ditemukan di Kawasan Segara Anakan berdasarkan hasil penelitian terdahulu juga ditambahkan di tiap stasiun dengan menyesuaikan kondisi lingkungan yang sesuai untuk tumbuh. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keanekaragaman mangrove tiap stasiun. Lokasi penanaman di Desa Ujung Alang ditentukan berdasarkan stasiun sampling penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 25.

Gambar 25 Lokasi Sampling Penelitian di Kawasan Mangrove Desa Ujung Alang Stasiun 1 merupakan area mangrove rusak yang berada di dekat Sungai Cibangke dengan luas area 2,4 ha (Gambar 26). Jarak dari Stasiun 1 ke stasiun lainnya yaitu 1,49 km ke Stasiun 2; 2,18 km ke Stasiun 3; 1,68 km ke Stasiun 4 dan 2,07 km ke Stasiun 5. Jarak ini dihitung berdasarkan jarak antar dermaga tiap stasiun. Perencanaan penanaman mangrovenya yaitu Avicennia alba, Derris trifoliata, Acanthus ebracteatus, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizopora apiculata, Sonneratia alba dan Sonneratia casseolaris.

53

Gambar 26 Perencanaan Penanaman Mangrove Stasiun 1

Stasiun 2 merupakan area mangrove dekat pemukiman yang berada dekat Dusun Motean dan Dusun Paninten dengan luas area 7,8 ha (Gambar 27). Jarak dari stasiun 2 ke stasiun lainnya yaitu 1-1,49 km ke Stasiun 1; 2,72 km ke Stasiun 3; 1,21 km ke Stasiun 4 dan 2,63 km ke Stasiun 5. Perencanaan penanaman mangrovenya yaitu Avicennia alba, Sonneratia alba, Nypa fruticans, Rhizophora apiculata, Derris trifoliata, Acanthus ebractetaus, Acanthus ilicifolius, Aegiceras corniculatum, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia caseolaris dan Avicennia marina.

Stasiun 3 merupakan area mangrove yang ditanam yang berada di Minawisata Desa Ujung Alang dengan luas area 7,2 ha (Gambar 28). Jarak dari Stasiun 3 ke stasiun lainnya yaitu 2,18 km ke Stasiun 1; 22,72 km ke Stasiun 2; 1,39 km ke Stasiun 4 dan 0,19 km ke Stasiun 5. Stasiun 3 terletak di Dusun Lempong Pucung yang dijadikan sebagai pusat studi mangrove Kawasan Segara Anakan. Stasiun 3 merupakan stasiun yang akan dijadikan patokan untuk pengembangan stasiun lainnya. Di Stasiun 3 telah terdapat jalur tracking

mangrove, gardu pandang untuk kegiatan birdwatching (pengamatan burung), dermaga permanen yang dilengakapi dengan gerbang, tempat pertemuan, toilet dan saung untuk beristirahat. Jarak dari stasiun 3 ke rumah penduduk dapat ditempuh dengan jalan kaki sehingga memudahkan jika akan melakukan kegiatan monitoring. Perencanaan penanaman mangrovenya yaitu Avicennia alba, Sonneratia alba, Bruguiera sexangula, Aegiceras corniculatum, Nypa fruticans, Ceriops tagal, Ceriops decandra, Xylocarpus granatum, Merope angulata, Acrostichum aureum, Acanthus ebracteatus, Derris trifoliata, Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza dan Rhizophora apiculata.

Gambar 28 Perencanaan Penanaman Mangrove Stasiun 3

Stasiun 4 merupakan area mangrove yang masih alami berada di dekat Sungai Karang Kobar dengan luas area 164,5 ha ( Gambar 29). Jarak Stasiun 4 ke stasiun lainnya yaitu 1,21 km ke Stasiun 1; 1,21 km ke Stasiun 2; 1,39 ke Stasiun 3 dan 2,76 km ke Stasiun 5. Perencanaan penanaman mangrovenya yaitu

Avicennia alba, Sonneratia alba, Nypa fruticans, Acanthus ebracteatus, Acanthus ilicifolius, Aegiceras corniculatum, Xylocarpus granatum, Xylocarpus rumpii, Schyphipora hydrophyllacea, Excoercia agalocha, Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops tagal, Ceriops decandra, Heriteria littoralis, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, dan

55

Gambar 29 Perencanaan Penanaman Mangrove Stasiun 4

Stasiun 5 merupakan area mangrove bekas tambak yang berada di Dususn Lempong Pucung dengan luas area 1,6 ha (Gambar 30). Jarak dari Stasiun 5 ke stasiun lainnya yaitu 2,07 km ke Stasiun 1; 2,63 km ke Stasiun2; 0,19 km ke Stasiun 3 dan 2,76 km ke Stasiun 4. Perencanaan penanaman mangrovenya yaitu

Sonneratia alba, Sonneratia casseolaris, Bruguiera gymnorhiza, Ceriops tagal, Rhizopora mucronata, Rhizopora apiculata, Avicennia alba, Nypa fruticans, Acanthus ebracteatus, Derris trifoliata, Acrosthicum aureum, Acrostichum speciosum dan Xylocarpus granatum.

5

SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait