• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perilaku Pasar

Dalam dokumen Wahyu Trisnasari S641008003 (Halaman 90-102)

Perilaku pasar diartikan sebagai suatu pola atau tingkah laku dari lembaga- lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana lembaga- lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan yang harus diambil dalam menghadapi struktur pasar tersebut. Para pelaku pemasaran perlu mengetahui perilaku pasar sehingga mampu merencanakan kegiatan pemasaran secara efisien dan terkoordinasi.

commit to user

1. Manggis

a. Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga 1) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di

Tingkat Petani

Penentuan harga jual manggis antara petani dengan pedagang pengumpul desa dilakukan melalui sistem tebasan dan sistem penjualan per satuan unit (ditimbang). Sistem tebasan adalah pembelian ketika buah masih berada di atas pohon, baik ketika manggis telah tua maupun dalam kondisi setengah masak, sehingga sistem seperti ini dapat merugikan petani bila tidak ahli menaksir jumlah buah yang ada di pohon. Sedangkan sistem eceran adalah pembelian oleh pedagang pengumpul dengan melakukan penimbangan (per kg, kw atau ton) dan sistem ini tidak menanggung risiko kesalahan menaksir jumlah buah di pohon.

Umumnya pedagang pengumpul lebih berperan dalam menentukan harga dibandingkan petani karena adanya keterikatan dalam bentuk pinjaman modal. Sebenarnya pedagang pengumpul juga hanya sebagai penerima harga, karena harga ditetapkan sesuai informasi yang diberikan oleh pedagang besar di atasnya.

2) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengumpul

Harga yang terbentuk di tingkat pedagang pengumpul ditentukan oleh pedagang besar di atasnya berdasarkan keadaan pasar yang berlangsung pada saat itu. Sehingga pedagang pengumpul ini memberikan harga pada petani sesuai dengan informasi dari pedagang besar. Hingga saat ini posisi petani dan pedagang

commit to user

pengumpul masih sebagai penerima harga (price taker) meskipun terdapat sedikit

negosiasi harga antara pedagang pengumpul dengan pedagang besar.

Bila pola penjualan antara petani dengan pedagang pengumpul dengan cara tebasan maka pembayaran akan dilakukan dimuka sebelum manggis dipanen. Bila pola penjualan antara petani dan pedagang pengumpul dengan cara timbang maka pedagang pengumpul akan membayar produk manggis secara tunai setelah dilakukan penimbanngan.

3) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Koperasi

Selain menjual kepada pedagang pengumpul, sebagian petani sudah menjadi anggota KBU Al-Ihsan yang berada di wilayah Karacak, sehingga penjualan manggis ditangani oleh koperasi. Pihak koperasilah yang mengambil produk dari kebun petani, sehingga biaya panen dan pengangkutan sepenuhnya ditanggung oleh koperasi. Manggis akan ditampung sementara di gudang koperasi sebelum diangkut ke perusahaan eksportir. Harga jual manggis ditentukan oleh KBU Al-Ihsan berdasarkan informasi yang diperoleh dari eksportir dan kondisi pasar lokal. Biasanya koperasi memukul rata harga yang diberikan kepada petani antara Rp 3.000,- sampai Rp 5.000,-.

Fakta yang terjadi di lokasi adalah sebagian besar petani manggis (80%) lebih berminat menjual produknya kepada pedagang pengumpul dibanding menjual kepada koperasi (20%). Dalam hal ini, petani tidak menanggung resiko pasca panen bila menjual produknya kepada koperasi maupun pedagang pengumpul. Setelah ditelusuri ternyata ketertarikan petani untuk menjual

commit to user

produknya kepada pengumpul adalah menyangkut permodalan. Dalam faktanya, hubungan petani dengan pedagang pengumpul benar-benar berlangsung secara kekeluargaan. Pada saat petani membutuhkan sejumlah modal pada saat produksi berlangsung atau tidak sedang musim panen, maka pedagang pengumpul tidak segan-segan memberikan pinjaman uang kepada petani dalam jumlah yang memadai. Sistem pembayaran yang ditetapkan pun tidak rumit, petani dapat melunasi hutangnya secara penuh pada saat panen manggis ataupun dibayar berangsur sampai musim panen berikutnya. Pedagang pengumpul memberi kelonggaran disesuaikan dengan kondisi keuangan petani. Bunga yang ditetapkan tidak memberatkan petani dan cenderung fleksibel, biasanya bunga pinjaman ditentukan berdasarkan kebiasaan setempat yaitu 10 % dari total pinjaman. Walaupun ada petani yang menunggak pembayaran, tidak akan terjadi sistem bunga berbunga. Dengan kemudahan memperoleh modal dan resiko yang minimal tersebut, secara moral petani akan mengikatkan diri pada pedagang pengumpul langganannya.

Sementara itu, sebenarnya koperasi telah memberikan harga yang layak kepada petani dan juga menaggung resiko pasca panen. Namun dalam masalah permodalan, koperasi tidak banyak memiliki modal untuk memberikan pinjaman kepada petani, keluhan dari pihak koperasi adalah bahwa lebih banyak petani yang mengajukan pinjaman dibanding menyimpan di koperasi. Kondisi klasik seperti itulah yang menyebabkan petani hingga saat ini masih banyak yang memanfaatkan jasa pedagang pengumpul dibandingkan menjadi anggota koperasi.

commit to user

4) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Besar

Sistem pembayaran antara pedagang pengumpul dengan pedagang besar dilakukan secara tunai setelah pedagang besar menerima kiriman dari pedagang pengumpul. Sistem pembayaran antara pedagang besar dan koperasi dengan eksportir biasanya dilakukan setelah eksportir menerima pembayaran dari pihak importir, sehingga pedagang besar dan koperasi membutuhkan waktu untuk menunggu pembayaran tersebut. Sistem pembayaran antara pedagang besar dan koperasi dengan pengecer dilakukan secara tunai. Sedangkan sistem pembayaran antara pedagang besar dengan swalayan biasanya dilakukan dalam selang waktu dua minggu setelah produk berada di swalayan.

5) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengecer

Rata-rata pedagang pengecer membeli manggis dari pedagang besar. Pembayaran dilakukan secara tunai dengan cara mendatangi sendiri sumber pembelian. Praktek penjualan manggis dari pedagang pengecer ditujukan kepada konsumen akhir dengan sistem pembayaran tunai.

Sistem penentuan harga di tingkat pedagang pengecer melalui proses tawar menawar dimana harga ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan antara pedagang besar dengan pedagang pengecer.

b. Kerjasama antara Lembaga Pemasaran

Bentuk kerjasama yang terjadi diantara lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran manggis berdasarkan hubungan kepercayaan dengan adanya

commit to user

suatu keterikatan dalam bentuk modal. Petani yang membutuhkan modal biasanya meminjam kepada pedagang pengumpul secara kredit. Pengembalian modal dilakukan setiap musim panen dengan cara mengurangkan dari hasil panen yang dibayarkan kepada petani. Adanya keterikatan ini menyebabkan petani mempunyai tanggung jawab secara moral untuk menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul.

Modal yang dimiliki pedagang pengumpul desa merupakan pinjaman yang diberikan oleh pedagang besar. Pedagang besar biasanya menjalin kerjasama dengan pedagang pengumpul desa yang telah menjadi langganannya. Pinjaman ini diberikan tanpa bunga dan tanpa adanya suatu ikatan hukum, hanya berdasarkan hubungan kepercayaan diantara lembaga pemasaran. Supplier juga memperoleh modal dari eksportir yang telah menjadi langganannya. Keterikatan dalam bentuk modal diantara lembaga pemasaran yang terlibat menyebabkan mereka harus menjual buah manggis kepada lembaga pemasaran yang memberikan pinjaman modal.

2. Jambu Biji

a. Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga 1) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di

Tingkat Petani

Petani jambu biji menjual hasil panen kepada pedagang pengumpul. Rata- rata jumlah produksi jambu biji per hektar per tahun sebanyak 10 ton. Dengan adanya perbedaan musim penyerbukan bunga maka jambu biji dapat dipanen setiap tiga hari sekali. Pedagang pengumpul mengambil sendiri jambu biji di

commit to user

kebun petani sehingga petani tidak perlu menaggung biaya pemanenan dan tidak perlu mengeluarkan biaya pengangkutan karena biaya tersebut telah ditanggung oleh pedagang pengumpul.

Sistem penentuan harga jambu biji dilakukan dengan cara tawar menawar. Namun demikian, keputusan penetapan harga ditentukan oleh lembaga pemasaran yang lebih tinggi. Di tingkat petani, harga jambu biji ditentukan oleh pedagang pengumpul yang lebih menguasai informasi pasar dibandingkan petani.

2) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengumpul

Praktek pembelian jambu biji dilakukan oleh pedagang pengumpul sama dengan praktek penjualan yang dilakukan petani. Praktek penjualan jambu biji dilakukan oleh pedagang pengumpul kepada pedagang besar. Pedagang pengumpul mengirim jambu biji kepada masing-masing pedagang besar sehingga biaya pengangkutan dan pengemasan ditanggung oleh pedagang pengumpul.

Sistem penentuan harga di tingkat pedagang pengumpul merupakan hasil penyesuaian terhadap harga yang berlaku di tingkat pedagang besar. Proses penentuan harga jambu biji didasarkan pada tingkat penawaran pedagang besar yang mampu memprediksi perubahan permintaan jambu biji oleh konsumen.

3) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Besar

Praktek pembelian jambu biji di tingkat pedagang besar sama dengan praktek penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul. Pedagang besar merupakan penentu harga jambu biji. Penentuan harga jambu biji didasarkan pada

commit to user

kondisi permintaan jambu biji pada periode tertentu. Sistem pembelian jambu biji dari pedagang pengumpul dilakukan dengan sistem bayar tunai dimana pembayaran dilakukan pada saat transaksi berlangsung.

Praktek penjualan jambu biji dari pedagang besar ada dua sistem yaitu penjualan kepada pedagang pengecer dan kepada pabrik pengolahan. Sistem penjualan pada pedagang besar dilakukan melalui sistem bayar tunai dimana pembayaran dilakukan pada saat transaksi jual beli berlangsung.

Sistem penetapan harga di tingkat pedagang besar didasarkan atas harga yang berlaku secara umum di pasar dimana harga tersebut tergantung dari volume jambu biji dan tingkat permintaan jambu biji oleh konsumen.

4) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengecer

Kebanyakan pedagang pengecer membeli jambu biji dari pedagang besar dengan sistem pembayaran tunai. Praktek penjualan jambu biji dari pedagang pengecer ditujukan kepada konsumen akhir juga dengan sistem pembayaran tunai.

Sistem penentuan harga di tingkat pedagang pengecer melalui proses tawar menawar dimana harga ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan antara pedagang besar dengan pedagang pengecer. Sistem pembayaran yang dilakukan lembaga pemasaran jambu biji antara lain :

1) Sistem Pembayaran Tunai

Lembaga pemasaran yang melakukan sistem pembayaran tunai yaitu pedagang pengecer kepada pedagang besar dan pedagang pengumpul, pedagang besar

commit to user

kepada pedagang pengumpul, dan sebagian pedagang pengumpul kepada petani.

2) Sistem Pembayaran Kemudian

Sistem pembayaran kemudian dilakukan oleh sebagian pedagang pengumpul kepada petani. Sistem pembayaran ini dilandasi oleh rasa saling percaya antara petani dengan pedagang pengumpul.

b. Kerjasama antara Lembaga Pemasaran

Kerjasama diantara petani belum secara nyata dilakukan. Walaupun di lokasi penelitian sudah terdapat kelompoktani namun peran kelompoktani tersebut belum dapat dirasakan manfaatnya karena para petani belum dapat mengerti manfaat dari adanya kelompoktani sebagai bentuk kerjasama diantara petani. Petani lebih suka menjalin kerjasama secara personal kepada pedagang pengumpul untuk memudahkan penjualan jambu biji yang dihasilkan.

Kerjasama yang dilakukan antara petani jambu biji dengan pedagang pengumpul sudah terjalin cukup lama atas dasar saling percaya. Bentuk kerjasama yang dilakukan berupa kegiatan penjualan dan pembelian jambu biji. Kerjasama juga sudah terjalin antara pedagang pengumpul pedagang besar dalam hal penjualan dan pembelian jambu biji. Umumnya pedagang besar membeli jambu biji dari pedagang pengumpul yang telah dikenalnya. Kerjasama ini dilakukan untuk mendapatkan kontinuitas pasokan jambu biji secara pasti.

commit to user

3. Belimbing

a. Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga 1) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di

Tingkat Petani

Petani menjual belimbing kepada pedagang pengumpul, pemasok, dan pengecer langsung dari kebun petani. Sebagian besar petani (60%) menjual belimbing kepada pedagang pengumpul. Sistem penentuan harga belimbing antara petani dan pedagang pengumpul ditentukan pleh pedagang pengumpul, petani tidak memiliki kekuasaan untuk menentukan harga. Pembayaran dari pedagang pengumpul ke petani dilakukan secara berangsur selama satu minggu dalam dua kali pembayaran. Harga yang ditetapkan pedagang pengumpul per kilogram belimbing yaitu Rp 4.000,- sampai Rp 5.000,-. Harga yang diterima petani pada penjualan ke pedagang pengecer kurang lebih sama yaitu Rp 200.000,-/keranjang dimana satu keranjang biasanya bermuatan 40 Kg. Harga yang diterima petani pada penjualan ke pemasok terkadang lebih tinggi antara Rp 5.000,- sampai Rp 6.000,- tergantung kondisi pasar pada saat itu. Beberapa petani lebih suka menjual belimbing kepada pemasok dengan alasan kestabilan harga, walaupun juga dirasakan bahwa harga belimbing kian anjlok pada saat ini.

2) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul membeli dari petani dan menjual kepada pedagang besar. Harga belimbing di tingkat pedagang pengumpul ditentukan oleh pedagang besar berdasarkan harga yang berlaku di pasar.

commit to user

Sistem penentuan harga antara pedagang pengumpul dengan petani dilakukan secara tawar menawar, walaupun keputusan akhirnya seringkali diputuskan oleh pedagang pengumpul. Sistem penentuan harga antara pedagang pengumpul dengan pedagang besar dilakukan secara tawar menawar. Sistem pembayaran belimbing dari pedagang besar ke pedagang pengumpul dilakukan secara tunai.

3) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Besar

Pembelian belimbing oleh pedagang besar kepada pedagang pengumpul dilakukan melalui pesanan lewat telepon dan penyerahannya dilakukan di tempat pedagang besar, sehingga biaya pengangkutan ditanggung oleh pedagang pengumpul. Pembelian dilakukan secara tunai dan tidak tunai atau ada selang waktu beberapa hari. Belimbing yang sudah dibeli kemudian dijual ke pedagang pengecer.

Penentuan harga yang terjadi antara pedagang besar dengan pedagang pengecer dilakukan secara tawar menawar. Sistem pembayaran pedagang pengecer ke pedagang besar dilakukan secara tunai.

4) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pemasok

Pemasok membeli belimbing langsung dari beberapa petani dengan harga antara Rp 5.000,- sampai Rp 6.000,-/Kg. Penjualan yang dilakukan pemasok adalah ke beberapa swalayan di Jabodetabek, seperti careful dan giant.

commit to user

Sistem penentuan harga antara pemasok dengan petani dilakukan secara sepihak, artinya petani menerima harga sesuai dengan kontrak kerjasama yang telah disepakati, dan pembayaran dilakukan secara tunai setelah panen berakhir. Sistem penentuan harga antara pemasok dengan pedagang pengecer modern (swalayan) dilakukan secara negosiasi. Sistem pembayaran belimbing dari swalayan ke pemasok dilakukan secara berselang.

5) Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer tradisional mendapatkan belimbing dari pedagang besar dan petani. Pembelian dari petani diambil sendiri oleh pedagang pengecer di kebun petani sehingga pedagang pengecer tradisional perlu mengeluarkan biaya angkut. Pembelian belimbing dari pedagang besar dilakukan dengan mendatangi kios milik pedagang besar di pasar sehingga pedagang pengecer juga mengeluarkan biaya angkut. Pembelian belimbing pedagang pengecer toko buah ke pedagang besar melalui pesanan yang diantarkan oleh pedagang besar, sehingga pedagang pengecer toko buah tidak mengeluarkan biaya angkut. Pedagang pengecer tradisional melakukan pembelian secara tunai kepada pedagang besar. Bagi pedagang pengecer toko buah, pembelian kepada pedagang besar dilakukan secara berselang dengan kontrak penjualan yang telah disepakati bersama, misalkan dalam satu minggu pedagang besar mengirim sebanyak tiga kali (Senin-Rabu-Jumat), maka toko buah akan membayar pembelian hari Senin dihari Rabu dan pembelian dihari Rabu dibayar pada hari Jumat, demikian

commit to user

seterusnya. Sistem penentuan harga antara pedagang pengecer dengan pedagang Besar dilakukan secara negosiasi.

b. Kerjasama antara Lembaga Pemasaran

Kerjasama antara lembaga pemasaran belimbing sangat diperlukan dalam mendistribusikan belimbing dari petani hingga ke konsumen. Kerjasama antara petani dengan pedagang pengumpul dan pemasok dilakukan dalam kegiatan penjualan dan pembelian hasil panen petani dimana petani tidak perlu melakukan proses pengangkutan hasil panen, selain itu pedagang pengumpul dan pemasok juga memberikan bantuan pinjaman modal baik dalam bentuk uang tunai maupun sarana produksi. Kerjasama tersebut sudah terjalin dengan baik selama bertahun- tahun. Kedekatan ini membuat petani enggan menjual hasil taninya ke pihak lain. Kerjasama petani dengan pedagang pengecer hanya sebatas penyediaan belimbing. Kerjasama pedagang pengumpul dengan pedagang besar adalah dalam penyediaan belimbing. Kerjasama pedagang besar dengan pedagang pengecer adalah dalam hal penyediaan belimbing.

Dalam dokumen Wahyu Trisnasari S641008003 (Halaman 90-102)

Dokumen terkait