• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Struktur Pasar

Dalam dokumen Wahyu Trisnasari S641008003 (Halaman 80-90)

Produsen dan konsumen yang terlibat dalam proses pemasaran suatu komoditi harus mengetahui dan memahami struktur pasar agar pelaku pasar dapat bertindak secara efisien dalam pemasaran. Faktor yang menentukan struktur pasar adalah jumlah lembaga dan saluran pemasaran, sifat kekhasan produk, hambatan keluar masuk pasar, dan informasi pasar.

Berikut adalah struktur pasar dari setiap komoditas : 1. Manggis

a. Jumlah Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran I terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Pada saluran II terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan swalayan. Saluran III terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pemasok, dan eksportir. Saluran IV terdiri dari petani, koperasi, dan eksportir. Saluran V terdiri dari petani, koperasi,

commit to user

dan pedagang pengecer. Dengan demikian sistem pemasaran manggis terdiri dari lima saluran dengan jumlah total lembaga 30 petani, 1 koperasi, 5 pedagang pengumpul, 2 pedagang besar, 1 pemasok, 2 eksportir, 2 swalayan, dan > 10 pedagang pengecer.

Lembaga koperasi hanya ada di satu wilayah yaitu Kecamatan Leuwiliang dengan nama Koperasi Bina Usaha Al-Ihsan yang berdiri pada tahun 2007. Petani yang bergabung dalam koperasi itu terus bertambah hingga berjumlah 60 orang dengan luas lahan sekitar 48,5 hektar. KBU Al-Ihsan bekerjasama dengan PT Agung Mustika Selaras (AMS) sebagai perusahaan eksportir dengan tujuan ekspor manggis diantaranya China, Hongkong, Taiwan, Timur Tengah dan kini tengah penjajakan untuk ekspor ke Australia. Keberadaan koperasi itu menjadi penyeimbang pengumpul karena mau tak mau pengumpul harus bersaing harga dengan koperasi agar tidak kehilangan pemasok. Bila semula pengumpul menghargai manggis Rp 150-Rp 200 per buah, belakangan mereka membeli dengan harga Rp 3000-Rp 4.000 per kg. Koperasi menjaga agar harga tidak terlalu tinggi di atas pengumpul, tetapi juga tidak di bawah mereka, agar petani memiliki pilihan kemana mereka harus menjual.

b. Sifat kekhasan produk

Pada saluran I dan V karena tujuan pasar akhirnya adalah pedagang pengecer, maka buah manggis yang dipasarkan biasanya adalah kualitas “Bekas Sortir (BS)” atau kualitas akhir di bawah kualitas swalayan dengan ciri warna buah sudah ungu kehitaman (tk. kematangan tinggi), ukuran buah tidak seragam, terkadang kelopaknya sudah tidak utuh dan buahnya tergores getah kuning.

commit to user

Pada saluran II karena tujuan pasar akhirnya adalah swalayan, maka buah manggis yang dipasarkan biasanya adalah kualitas dua atau di bawah kualitas ekspor dengan ciri warna buah merah keunguan (tk. kematangan sedang), ukuran buah agak seragam, terkadang kelopaknya sedikit cacat.

Pada saluran III dan IV karena tujuan pasarnya adalah pasar ekspor, maka buah manggis yang dipasarkan adalah kualitas satu (kualitas ekspor) dengan ciri warna buah hijau muda bercampur sedikit merah atau merah muda bercampur sedikit hijau (tk. kematangan awal dan sedang), tidak retak atau tidak ada bagian yang mengeras, bagian luar tidak bercak atau mulus, kelopak lengkap 4 buah atau 3 buah jika terpaksa, kelopak dan tangkainya berwarna hijau dan tidak ada bagian yang layu kecoklatan, tidak bergetah kuning, dan ukuran buah seragam.

c. Hambatan keluar masuk pasar

Secara umum hambatan keluar masuk pasar pada semua saluran sangat dipengaruhi oleh besarnya modal yang dimiliki oleh lembaga pemasaran yang terlibat serta adanya hubungan kepercayaan diantara para pelaku pasar. Proses pemasaran buah manggis akan sulit dihadapi oleh pelaku pasar yang masih baru terutama untuk pemasaran buah manggis ekspor karena dibutuhkan suatu standarisasi tertentu. Umumnya para pelaku pasar sudah memiliki pengalaman yang cukup lama dengan modal yang besar dan memiliki hubungan kepercayaan yang baik dengan lembaga pemasaran lainnya.

d. Informasi pasar

Informasi pasar dalam proses pemasaran merupakan tingkat pengetahuan informasi pasar yang dimiliki oleh lembaga pemasaran yang meliputi biaya,

commit to user

harga, dan kondisi pasar antar lembaga. Secara umum informasi pasar dalam hal biaya diperoleh dari lembaga pemasaran lain serta pihak-pihak yang terkait dengan proses pemasaran. Informasi mengenai harga terjadi secara timbal balik diantara lembaga pemasaran. Pada koperasi, penyebaran informasi antara koperasi dengan petani maupun mitra ekspornya terbentuk dengan adanya hubungan yang transparan dan kepercayaan sehingga informasi mengenai keadaan pasar dapat lebih mudah diperoleh.

e. Pembahasan

Berdasarkan uraian dan ciri-ciri struktur pasar pada setiap saluran pemasaran di atas, maka disimpulkan bahwa saluran I dan II mengarah pada struktur pasar oligopsoni mulai dari tingkat petani sampai ke pedagang besar karena sifat penyalurannya adalah terkonsentrasi, sedangkan dari pedagang besar menuju pengecer dan swalayan mengarah pada struktur oligopoli karena sifat penyalurannya adalah dispersi atau menyebar. Struktur pasar antara sesama pengecer atau swalayan mengarah pada pasar persaingan sempurna atau monopolistik karena terdapat banyak lembaga pengecer atau swalayan dan konsumennya dengan produk yang homogen namun memiliki kekhasan kualitas produk sesuai dengan preferensi konsumen. Saluran III dan IV mengarah pada struktur pasar oligopsoni mulai dari tingkat petani sampai ke eksportir karena sifat penyalurannya adalah terkonsentrasi. Saluran V mengarah pada struktur pasar persaingan sempurna karena koperasi berupaya memberikan harga yang adil baik pembelian dari petani maupun penjualan kepada pedagang pengecer dengan menetapkan keuntungan yang wajar.

commit to user

Sistem pasar oligopsoni terjadi akibat para pedagang pengumpul seringkali dikendalikan oleh beberapa pedagang besar tertentu. Hal ini menyebabkan terbentuknya sistem pasar oligopsoni yang terselubung yaitu walaupun keadaan pasar tampaknya bersaing sempurna karena jumlah pedagang pengumpul yang banyak tetapi sebenarnya dikuasai oleh pedagang besar tertentu.

Dalam teori dijelaskan bahwa kondisi pasar oligopsoni/monopsoni sering tidak menguntungkan produsen karena harga yang diterima produsen sering dikendalikan oleh para pedagang yang memiliki kekuatan monopsoni. Pada kondisi pasar tersebut produsen cenderung menerima harga yang rendah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemasaran komoditi dengan kekuatan monopsoni/oligopsoni tidak efisien karena kepentingan petani sebagai produsen dapat dirugikan.

Dalam penelitian terdahulu kondisi yang terjadi pada sistem pemasaran manggis hampir sama yaitu terbentuknya struktur oligopsoni pada tingkat petani yang menjual produknya kepada pedagang pengumpul dan berlanjut ke pedagang besar. Dalam penelitian kali ini terdapat perbedaan karena pada salah satu lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Leuwiliang sudah terdapat koperasi yang berperan besar dalam memperbaiki posisi tawar petani. Koperasi langsung bermitra dengan eksportir, informasi biaya, harga, dan kondisi pasar disebarkan kepada anggota secara transparan. Koperasi juga memberikan harga manggis yang layak dan stabil kepada para anggotanya. Sebelum adanya koperasi, para pengumpul yang ada di wilayah tersebut membeli manggis dari petani dengan harga rendah, setelah adanya koperasi yang memberikan harga jauh lebih tinggi maka para

commit to user

pengumpul terpaksa menyesuaikan harga dengan koperasi. Namun kelemahan koperasi hingga saat ini adalah belum mampu memupuk modal dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan modal bagi para petani, hal itulah yang menyebabkan hingga saat ini masih lebih banyak petani yang menjual produknya kepada pengumpul karena kemudahan memperoleh akses modal.

2. Jambu Biji

a. Jumlah Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran I terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer I (lokal). Pada saluran II terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer II (non lokal). Saluran III terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pabrik pengolahan hasil. Dengan demikian sistem pemasaran jambu biji terdiri dari tiga saluran dengan jumlah total lembaga 30 petani, 4 pedagang pengumpul, 2 pedagang besar, 1 pabrik pengolahan, dan > 10 pedagang pengecer.

b. Sifat kekhasan produk

Pada saluran I dan II tujuan pasar jambu biji adalah pedagang pengecer lokal dan non lokal, maka jambu biji yang dipasarkan biasanya memiliki kualitas yang cukup baik dengan ciri buah mencapai tingkat kematangan sedang, tidak cacat (tidak ada bekas tusukan lalat), sedangkan ukuran buah tidak terlalu diperhatikan oleh petani karena sortasi dan grading dilakukan oleh pedagang besar. Pada saluran III dengan tujuan pasar adalah pabrik pengolahan, maka

commit to user

jambu biji yang dipasarkan biasanya tidak terlalu dituntut kualitas keseragamannya dan yang diutamakan adalah kematangan buah.

c. Hambatan keluar masuk pasar

Secara umum hambatan keluar masuk pasar pada semua saluran sangat dipengaruhi oleh besarnya modal yang dimiliki oleh lembaga pemasaran yang terlibat serta adanya hubungan kepercayaan diantara para pelaku pasar. Para petani umumnya sudah memiliki pengumpul langganan mereka, sehingga pengumpul daerah lain atau pengumpul baru agak sulit untuk mendapatkan pasokan dari petani.

d. Informasi pasar

Secara umum informasi pasar dalam hal biaya diperoleh dari lembaga pemasaran lain serta pihak-pihak yang terkait dengan proses pemasaran. Informasi mengenai harga terjadi secara timbal balik diantara lembaga pemasaran. Kondisi pasar yang terjadi diantara lembaga pemasaran terbentuk dengan adanya hubungan kepercayaan sehingga informasi mengenai keadaan pasar dapat lebih mudah diperoleh.

e. Pembahasan

Berdasarkan uraian dan ciri-ciri struktur pasar pada setiap saluran pemasaran di atas, maka disimpulkan bahwa saluran I dan II mengarah pada struktur pasar oligopsoni mulai dari tingkat petani sampai ke pedagang besar karena sifat penyalurannya adalah terkonsentrasi, sedangkan dari pedagang besar menuju pengecer mengarah pada struktur oligopoli karena sifat penyalurannya adalah dispersi atau menyebar. Struktur pasar antara sesama pengecer mengarah

commit to user

pada pasar persaingan sempurna karena terdapat banyak lembaga pengecer dan konsumennya dengan produk yang homogen. Saluran III mengarah pada struktur pasar oligopsoni mulai dari tingkat petani sampai ke pabrik pengolahan karena sifat penyalurannya adalah terkonsentrasi.

Serupa dengan produk manggis, pada produk jambu biji juga terjadi struktur pasar oligopsoni dimana para pedagang pengumpul seringkali dikendalikan oleh beberapa pedagang besar tertentu. Hal ini menyebabkan terbentuknya sistem pasar oligopsoni yang terselubung yaitu walaupun keadaan pasar tampaknya bersaing sempurna karena jumlah pedagang pengumpul yang banyak tetapi sebenarnya dikuasai oleh pedagang besar tertentu.

Dalam teori dijelaskan bahwa kondisi pasar oligopsoni/monopsoni sering tidak menguntungkan produsen karena harga yang diterima produsen sering dikendalikan oleh para pedagang yang memiliki kekuatan monopsoni. Pada kondisi pasar tersebut produsen cenderung menerima harga yang rendah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemasaran komoditi dengan kekuatan monopsoni/oligopsoni tidak efisien karena kepentingan petani sebagai produsen dapat dirugikan.

3. Belimbing

a. Jumlah Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran I terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Pada saluran II terdiri dari petani dan pedagang pengecer. Saluran III terdiri dari petani, pemasok, dan swalayan. Dengan demikian sistem pemasaran belimbing terdiri dari tiga

commit to user

saluran dengan jumlah total lembaga 30 petani, 5 pedagang pengumpul, 2 pedagang besar, 1 pemasok, 2 swalayan, dan > 10 pedagang pengecer.

b. Sifat kekhasan produk

Pada saluran I dan II tujuan pasar belimbing adalah pedagang pengecer, maka belimbing yang dipasarkan biasanya memiliki kualitas sedang dengan ciri buah mencapai tingkat kematangan sedang, tidak cacat (tidak ada bekas tusukan lalat), sedangkan ukuran buah tidak terlalu diperhatikan oleh petani karena sortasi dan grading dilakukan oleh pedagang besar atau pengecer. Pada saluran III dengan tujuan pasar swalayan, maka pemasok akan melakukan sortasi dan grading karena swalayan menuntut kualitas yang tinggi seperti keseragaman ukuran, kematangan buah, dan tidak ada cacat.

c. Hambatan keluar masuk pasar

Secara umum hambatan keluar masuk pasar pada semua saluran sangat dipengaruhi oleh besarnya modal yang dimiliki oleh lembaga pemasaran yang terlibat serta adanya hubungan kepercayaan diantara para pelaku pasar. Para petani umumnya sudah memiliki pengumpul dan pemasok langganan mereka, sehingga pengumpul dan pemasok daerah lain atau pengumpul dan pemasok baru agak sulit untuk mendapatkan pasokan dari petani.

d. Informasi pasar

Secara umum informasi pasar dalam hal biaya diperoleh dari lembaga pemasaran lain serta pihak-pihak yang terkait dengan proses pemasaran. Informasi mengenai harga terjadi secara timbal balik diantara lembaga pemasaran. Kondisi pasar yang terjadi diantara lembaga pemasaran terbentuk

commit to user

dengan adanya hubungan kepercayaan sehingga informasi mengenai keadaan pasar dapat lebih mudah diperoleh.

e. Pembahasan

Berdasarkan uraian dan ciri-ciri struktur pasar pada setiap saluran pemasaran di atas, maka disimpulkan bahwa semua saluran I, II, dan III mengarah pada struktur pasar oligopsoni mulai dari tingkat petani sampai ke pedagang besar, petani ke pedagang pengecer, dan petani ke pemasok karena sifat penyalurannya adalah terkonsentrasi, sedangkan dari pedagang besar menuju pengecer mengarah pada struktur oligopoli karena sifat penyalurannya adalah dispersi atau menyebar. Struktur pasar antara sesama pengecer mengarah pada pasar persaingan sempurna karena terdapat banyak lembaga pengecer dan konsumennya dengan produk yang homogen.

Sistem pasar oligopsoni terjadi akibat para pedagang pengumpul seringkali dikendalikan oleh beberapa pedagang besar tertentu. Hal ini menyebabkan terbentuknya sistem pasar oligopsoni yang terselubung yaitu walaupun keadaan pasar tampaknya bersaing sempurna karena jumlah pedagang pengumpul yang banyak tetapi sebenarnya dikuasai oleh pedagang besar tertentu.

Dalam teori dijelaskan bahwa kondisi pasar oligopsoni/monopsoni sering tidak menguntungkan produsen karena harga yang diterima produsen sering dikendalikan oleh para pedagang yang memiliki kekuatan monopsoni. Pada kondisi pasar tersebut produsen cenderung menerima harga yang rendah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemasaran komoditi

commit to user

dengan kekuatan monopsoni/oligopsoni tidak efisien karena kepentingan petani sebagai produsen dapat dirugikan.

Dalam penelitian terdahulu kondisi yang terjadi pada sistem pemasaran belimbing adalah dijumpainya lembaga pusat koperasi yang berfungsi menampung belimbing dari petani anggotanya dan mendistribusikan ke lembaga selanjutnya yaitu swalayan dan toko-toko buah. Dengan adanya Puskop tersebut, informasi tersampaikan secara cepat dan transparan, petani pun menerima harga yang adil dan stabil. Pada wilayah penelitian kali ini yaitu di Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Tajur Halang sistem pemasaran belimbing masih bersifat konvensional dan belum ditemukannya lembaga koperasi. Tentunya lembaga seperti koperasi selayaknya dapat dikembangkan di wilayah ini agar sistem pemasaran belimbing terkelola dengan baik dan menjembatani kepentingan petani maupun konsumen dengan terciptanya sistem pemasaran yang efisien.

Dalam dokumen Wahyu Trisnasari S641008003 (Halaman 80-90)

Dokumen terkait