• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Permasalahan di Klaster Biofarmaka

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4. Tahap Action

5.1 Analisis Permasalahan di Klaster Biofarmaka

Permasalahan kualitas simplisia tidak sesuai standar disebabkan beberapa faktor seperti ditinjau dari segi Method, Environment, Machine, dan Material. Dari hasil penelitian, tidak semua permasalahan dapat diatasi. Ada beberapa permasalahan yang membutuhkan tindakan lebih lanjut. Berikut pada tabel 5.1 dilakukan pemetaan terhadap permasalahan yang dapat maupun yang belum dapat diselesaikan pada penelitian ini:

Tabel 5.1 Peta Permasalahan Klaster Biofarmaka Faktor

Masalah

Permasalahan di Klaster Kadar Air Simplisia

Method Diatasi dengan penyusunan SOP pasca panen yang dilengkapi dengan formulir kegiatan pasca panen.

Environment Perlu penelitian lebih lanjut yang berfokus pada prosedur standar sanitasi atau biasa disebut dengan Sanitation Standard Operating

Procedures (SSOP)

Machine Klaster tidak memiliki alat pengukur kadar air simplisia. Maka,

penelitian selanjutnya dapat diarahkan untuk perancangan alat pengecek kadar air simplisia yang terjangkau harganya.

Material Dapat diatasi dengan penyediaan bahan pendukung agar simplisia

terjaga kadar airnya, seperti silica gel dan kemasan kedap air.

Keterangan:

: Masalah sudah teratasi : Masalah belum teratasi

Tabel 5.1 Peta Permasalahan Klaster Biofarmaka (lanjutan) Faktor

Masalah

Permasalahan di Klaster Simplisia yang Terjangkit Serangga

Method Dapat diatasi dengan penyusunan prosedur penyimpanan pada SOP pasca panen yang dilengkapi dengan formulir kegiatan penyimpanan.

Environment Kondisi gudang penyimpanan yang kurang layak dapat diken-dalikan dengan prosedur penutupan ventilasi dengan kasa pada tahap penyimpanan. Hal ini dilakukan agar serangga atau hewan pengerat tidak mudah masuk. Selain itu gudang dijaga agar tidak tercampur dengan bahan panen lain.

Material Bahan kemasan yang rusak, cacat, atau terkoyak karena hewan pengerat atau pun kemasan yang memang cacat produksi dapat dikendalikan dengan memilih kemasan kedap udara dan layak atau tidak cacat produksi. Pelaksanaan prosedur pada tahap penyimpanan jika dilakukan dengan benar, maka dapat mencegah hewan pengerat agar tidak mudah masuk dan merusak kemasan.

Keterangan:

: Masalah sudah teratasi : Masalah belum teratasi

1. Kadar Air Simplisia

Dari segi metode, kadar air simplisia Klaster Biofarmaka masih di atas 10% karena pengelolaan pasca panen tanaman Kumis Kucing belum dilakukan dengan prosedur baku pasca panen. Tahapan dari prosedur pasca panen yang sangat berpengaruh pada kadar air simplisia, yaitu tahap pengeringan, pngemasan, dan penyimpanan. Pada tahap pengeringan, permasalahan ini dikendalikan dengan prosedur menutup daun yang dijemur/dikeringkan dengan kain hitam. Kain hitam ini berfungsi untuk mempertahankan kandungan zat aktif daun agar tidak rusak oleh paparan sinar matahari langsung serta membantu menyerap panas agar

simplisia kering sempurna secara menyeluruh. Kemudian dengan prosedur membolak-balik daun setiap 4 jam sekali agar daun kering merata. Prosedur daun dijemur selama 3 hari atau sampai kadar air 10% agar simplisia kering sempuna. Simplisia yang kering sempurna ditandai dengan daun kering / simplisia yang mudah dihancurkan jika diremas, serta warnanya hijau kecokelatan atau hijau kelabu. Pada tahap pengemasan, permasalahan kadar air dikendalikan dengan prosedur menyertakan silica gel ke dalam kemasan agar simplisia tetap kering dan tidak lembab, kemudian menutup kemasan dengan menggunakan mesin pres.

Pada tahap penyimpanan, permasalahan kadar air dikendalikan dengan prosedur melakukan penyimpanan simplisia yang sudah dikemas dengan disusun sesuai jenisnya. Penyimpanan juga dilakukan dengan metode FIFO (First In First

Out) sesuai dengan tanggal masuk gudang. Selain itu, untuk permasalahan

simplisia di gudang yang tidak terdapat data lama penyimpanan, diatasi dengan penyediaan formulir kegiatan penyimpanan. Formulir ini dimaksudkan sebagai alat untuk mendokumentasikan dan mengontrol kegiatan tersebut. Formulir ini juga memudahkan penelusuran proses, sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesalahan yang mengakibatkan naiknya kadar air produk.

Dari segi lingkungan, kadar air simplisia Klaster Biofarmaka masih di atas 10% karena kondisi gudang penyimpanan yang kurang layak. Gudang penyimpanan di klaster kurang layak disebabkan karena ventilasi yang tersedia kurang memadai serta gudang masih tercampur dengan bahan panen lain. Hal ini dikendalikan dengan prosedur penyimpanan simplisia diharuskan di gudang bersih, sirkulasi udaranya baik dan tidak lembab, suhu ruang tidak melebihi 30o. Kebersihan gudang juga sangat penting untuk menjaga agar kadar air simplisia agar tidak meningkat. Maka, penelitian selanjutnya dapat berfokus pada prosedur standar sanitasi atau biasa disebut dengan Sanitation Standard Operating

Procedures (SSOP) baik sanitasi peralatan, gudang, dan operator pasca panen.

Dari segi Machine atau peralatan, kadar air simplisia Klaster Biofarmaka masih di atas 10% karena pemeriksaan kadar air masih secara manual / organoleptik. Klaster tidak memiliki alat pengukur kadar air untuk mengetahui secara akurat jumlah kandungan kadar air pada simplisia. Maka, penelitian

selanjutnya dapat diarahkan untuk perancangan alat pengecek kadar air simplisia yang terjangkau harganya.

Dari segi material atau bahan, kadar air simplisia Klaster Biofarmaka masih di atas 10% karena belum tersedia bahan pendukung agar simplisia terjaga kadar airnya, seperti penyediaan silica gel dan kemasan kedap air. Selain itu, simplisia yang sudah tersimpan di gudang tidak terdapat data informasi lamanya penyimpanan, sehingga simplisia yang sudah disimpan terlalu lama tidak terdeteksi. Penyimpanan simplisia yang terlalu lama akan mengakibatkan simplisia menjadi meningkat kadar airnya. Tersedianya formulir kegiatan pasca panen tanaman obat di Klaster Biofarmaka Karanganyar. digunakan sebagai alat untuk mendokumentasikan data informasi simplisia dan mengontrol kegiatan pasca panen.

2. Simplisia yang Terjangkit Serangga

Dari segi metode, simplisia yang terjangkit serangga di Klaster Biofarmaka karena pengelolaan pasca panen belum dilakukan dengan prosedur baku pasca panen terutama untuk tahap penyimpanan. Maka dengan adanya prosedur yang baku, petani menjalankan kegiatan penyimpanan sesuai dengan prosedur yang benar. Selain itu, kendali terhadap kegiatan penyimpanan dilakukan dengan penyediaan formulir kegiatan penyimpanan yang dimaksudkan sebagai alat untuk mendokumentasikan dan mengontrol kegiatan tersebut.

Dari segi lingkungan, simplisia yang terjangkit serangga di Klaster Biofarmaka disebabkan karena kondisi gudang penyimpanan yang kurang layak. Hal ini dapat dikendalikan dengan prosedur penutupan ventilasi dengan kasa agar serngga atau hewan pengerat tidak mudah masuk. Selain itu gudang dijaga agar tidak tercampur dengan bahan panen lain.

Dari segi material, simplisia yang terjangkit serangga di Klaster Biofarmaka disebabkan karena bahan kemasan yang mudah rusak. Kemasan cacat / terkoyak dapat disebabkan karena binatang pengerat atau pun kemasan yang memang cacat produksi. Hal ini dapat dikendalikan dengan memilih kemasan yang kedap udara dan layak atau tidak cacat produksi. Selain itu, dengan pelaksanaan prosedur pada tahap penyimpanan dengan benar untuk mencegah hewan pengerat agar tidak mudah masuk.

Dokumen terkait