• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKARA TINDAK PIDANA NARKOTIKA

B. Analisis Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Dalam Putusan Mahkamah Agung

B.1 Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012

B.1.1 Kronologi Kasus

Terdakwa, Akhmad Marzuki bin Zamroh, pada hari Selasa, tanggal 5 April 2011 sekira pukul 09.00 WIB atau pada waktu termasuk bulan Mei 2011 di pinggir Jalan Desa Labang, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan atau tempat yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Bangkalan, sedang melakukan perjalanan dengan mengendarai sepeda motor “Honda Beat” warna merah muda/pink dengan nomor polisi M-3130-GR. Kemudian, terdakwa dihentikan oleh saksi Agus Yan Ardiyanto dan Les Totong Gunawan yang sebelumnya mendapat informasi dari masyarakat jika terdakwa membawa ganja. Ketika terdakwa dihentikan dan diperiksa surat-surat serta digeledah bagasi sepeda motornya, terdakwa berusaha membuang 1 (satu) bungkus rokok Dji Sam Soe Refill yang diketahui oleh saksi Agus Yan Ardiyanto.Dan selanjutnya, saksi Agus menyuruh terdakwa mengambilnya, tetapi terdakwa tidak bersedia.Kemudian saksi Agus mengambil bungkus rokok yang dibuat terdakwa tersebut dan memeriksanya di hadapan terdakwa, dan ternyata ditemukan di dalamnya 1 (satu) linting ganja dalam bentuk rokok yang diakui milik

terdakwa.Selanjutnya terdakwa beserta barang bukti diamankan oleh para saksi guna pemeriksaan selanjutnya.

Sesuai hasil berita acara pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Nomor Lab. 2688/KNF/2011 tanggal 15 April 2011, berkesimpulan barang bukti berupa daun yang tercampur tembakau tersebut adalah benar didapatkan campuran ganja terdaftar dalam golongan I nomor urut 8 Lampiran I Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dan sesuai hasil pemeriksaan narkoba dari Laboratorium Klinik Paviliun RSUD Syarifah Ambami Rato Ebo Bangkalan Nomor Lab. 347/IV/LAB/2001 tanggal 15 April 2011, yang melakukan pemeriksaan urine terdakwa, berkesimpulan berdasarkan hasil screening, maka terdakwa saat itu mengonsumsi/menggunakan narkotika golongan I (Methamphetamine) jenis sabu-sabu dan ganja, mariyuana, hashish.

B.1.2 Dakwaan Penuntut Umum

Penuntut Umum dalam kasus ini mengajukan dakwaan terhadap terdakwa, Akhmad Maruki bin Zahroh, tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika golongan I dalam bentuk tanaman berupa daun ganja yang dirajang dan dilinting dalam bentuk rokok berat lebih kurang 0,25 gram.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana dalam pasal 111 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

B.1.3 Tuntutan Penuntut Umum

a. Menyatakan

Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana, “Penyalahgunaan Narkotika Golongan I bentuk tanaman jenis ganja” sebagaimana diatur dalam dakwaan Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;

b. Menjatuhkan

pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara 5 (lima) tahun, dikurangi selama berada dalam tahanan dan dengan perintah tetap ditahan, dan denda sebesar Rp 800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) subsidair 4 (empat) bulan penjara;

c. Menyatakan

barang bukti berupa:

‐ 1 (satu)

linting kertas isi ganja berat kotor 0,39 gram, sebungkus rokok Dji Sam Soe refill isi 4 batang dirampas untuk dimusnahkan;

‐ 1 (satu) unit

sepeda motor Honda Beat warna merah muda Nopol. M-3130-GR dikembalikan kepada Terdakwa;

d. Menetapkan

supaya Terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).

1. Putusan Pengadilan Negeri Bangkalan Nomor 142/Pid.B/2011/PN.Bkl:

a. Menyatakan Terdakwa Akhmad Marzukin bin Zahroh tersebut di atas tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan Jaksa/Penuntut Umum;

b. Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari dakwaan tersebut;

c. Menyatakan Terdakwa tersebut di atas telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, “Penyalahgunaan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman bagi diri sendiri”;

d. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan;

e. Menetapkan bahwa masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

f. Memerintahkan supaya Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

g. Menetapkan barang bukti berupa: 1 (satu) linting kertas isi bekas ganja berat kotor 0,39 gram (kertas bekas lintingan rokok dalam plastik) dan sebungkus rokok Dji Sam Soe refill isi 4 batang dirampas untuk dimusnahkan, 1 (satu) unit sepeda motor Honda Beat warna merah muda Nopol. M-3130-GR dikembalikan kepada Terdakwa;

h. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).

2. Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 675/Pid/2011/PT.Sby:

b. Mengubah putusan Pengadilan Negeri Bangkalan tanggal 3 Oktober 2011 No. 142/Pid.B/2011/PN.Bkl yang dimintakan banding tersebut, sekedar menambah amar memerintahkan Terdakwa menjalani pengobatan dan/atau perawatan (rehabilitasi), sehingga amar selengkapnya berbunyi sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa Akhmad Marzuki bin Zahroh tersebut di atas tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan Jaksa/Penuntut Umum; 2. Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari dakwaan tersebut; 3. Menyatakan Terdakwa tersebut di atas telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, “Penyalahgunaan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman bagi diri sendiri”; 4. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan

pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan;

5. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

6. Memerintahkan supaya Terdakwa tetap dalam tahanan;

7. Memerintahkan Terdakwa menjalani pengobatan dan atau perawatan (rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial) pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soetomo Jalan Mayjen Prof. Dr. Moestopo, Surabaya;

8. Menetapkan masa menjalani pengobatan dan/atau perawatan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial tersebut diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman;

9. Menetapkan barang bukti berupa:

 1 (satu) linting kertas isi bekas ganja kotor 0,39 gram (kertas bekas lintingan rokok dalam plastik) dan sebungkus rokok Dji Sam Soe refill 4 batang dirampas untuk dimusnahkan;

 1 (satu) unit sepeda motor Honda Beat warna merah muda Nopol. M-3130-GR dikembalikan kepada Terdakwa;

10.Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa dalam kedua tingkat pengadilan yang di tingkat banding sebesar Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).

B.1.5 Memori Kasasi

Berikut memori kasasi yang diajukan oleh Penuntut Umum:

a. Judex Factie (Pengadilan Tinggi) tidak menerapkan hukum sebagaimana

mestinya yaitu putusan (Judex Factie) tidak memuat pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan Terdakwa, sesuai Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP yaitu antara lain:

(1) Bahwa berdasarkan keterangan saksi Agus Yan Ardianto dan Les Totong Gunawan sebagai petugas yang melakukan penangkapan terhadap Terdakwa ketika sedang mengendarai sepeda motor Honda

Beat warna merah muda Nopol M-3130-GR kemudian dihentikan dan melihat Terdakwa membuang 1 (satu) bungkus rokok Dji Sam Soe refill sehingga akhirnya oleh saksi Agus Yan Ardiyanto dan Les Totong Gunawan dipaksa untuk mengambilnya dan setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan 1 (satu) linting ganja dalam bentuk rokok hisap milik Terdakwa sehingga ganja tersebut diamankan dan telah disita secara sah sebagai barang bukti;

(2) Hal ini juga dikuatkan dengan keterangan Terdakwa sendiri dan hasil pemeriksaan urine Terdakwa yang dituangkan dalam hasil pemeriksaan narkoba dari Laboratorium Klinik Paviliun RSUD Syarifah Ambami Rato Eko Bangkalan No. Lab. 347/IV/Lab/2011 tanggal 5 April 2011 yang melakukan pemeriksaan urine Terdakwa berkesimpulan berdasarkan hasil pemeriksaan skrining, maka Terdakwa saat ini mengonsumsi/menggunakan Narkotika Golongan I (methamphetamine) jenis sabu-sabu dan ganja, mariyuana, hashish, serta hasil berita acara pemeriksaan Laboratories Kriminalistik No. Lab. 2688/KNF/2011 tanggal 15 April 2011, berkesimpulan barang bukti berupa daun yang bercampur tembakau tersebut adalah benar didapatkan campuran ganja terdaftar dalam golongan I nomor urut 8 Lampiran I Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang merupakan alat bukti surat;

b. Bahwa Judex Factie (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) dalam putusannya telah salah menafsirkan unsur menguasai atau memiliki

Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman dalam Pasal 111 ayat (1) UU Narkotika sebagaimana dakwaan Jaksa/Penuntut Umum, yang telah kami uraikan dan dapat dibuktikan dalam fakta persidangan dan tuntutan pidana yaitu yang dimaksud dengan unsur menguasai ini adalah Terdakwa bertindak terhadap barang dalam hal ini adalah Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman berupa ganja seolah-olah sebagai pemilik;

Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan berupa keterangan para saksi, petunjuk yang diperoleh dari persesuaian keterangan para saksi dan keterangan Terdakwa sendiri serta surat, maupun alat bukti surat yang menerangkan pada pokoknya bahwa Terdakwa Akhmad Marzuki bin Zahroh ketika sedang mengendarai sepeda motor Honda Beat warna merah muda Nopol. M-3130-GR kemudian dihentikan oleh saksi Agus Yan Ardianto dan Les Totong Gunawan dan para saksi melihat Terdakwa membuang 1 (satu) bungkus rokok Dji Sam Soe refill sehingga akhirnya oleh saksi Agus Yan Ardiyanto dan Les Totong Gunawan dipaksa untuk mengambilnya dan setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan 1 (satu) linting ganja dalam bentuk rokok siap dihisap milik Terdakwa yang diperoleh dari temannya Terdakwa yang merupakan sisa setelah dihisap oleh Terdakwa, hal ini juga dikuatkan dengan hasil pemeriksaan narkoba dari Laboratorium Klinik Paviliun RSUD Syarifah Ambami Rato Ebo Bangkalan No. Lab. 347/IV/Lab/2011 tanggal 5 April 2011 yang melakukan pemeriksaan urine Terdakwa berkesimpulan berdasarkan hasil pemeriksaan skrining, maka

Terdakwa saat ini mengonsumsi/menggunakan Narkotika Golongan I (methamphetamine) jenis sabu-sabu dan ganja, mariyuana, hashish, serta hasil Berita Acara Pemeriksaan Laboratories Kriminalistik No. Lab. 2688/KNF/2011 tanggal 15 April 2011, berkesimpulan barang bukti berupa daun yang bercampur tembakau tersebut adalah benar didapatkan campuran ganja terdaftar dalam golongan I nomor urut 8 Lampiran I UU Narkotika;

Namun Judex Factie (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) dalam putusannya telah salah menafsirkan unsur menguasai narkotika golongan I dalam bentuk tanaman, yaitu menyatakan bahwa unsur menguasai Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman tidak terbukti dengan pertimbangan bahwa Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman berupa ganja tersebut telah digunakan untuk diri sendiri, hal ini nyata bahwa Judex Factie (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) telah salah menafsirkan karena seharusnya Judex Factie (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) menyatakan unsur menguasai atau memiliki Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman berupa ganja tersebut telah dikuasai oleh Terdakwa untuk dipakai sendiri seolah-olah Terdakwa bertindak seperti pemilik, atau memiliki yaitu Terdakwa memperoleh ganja tersebut berasal dari pemberian temannya dan telah dihisap yang sisanya telah disita sebagai barang bukti;

Sehingga dengan demikian Majelis Hakim telah nyata melakukan kekeliruan penafsiran unsur menguasai atau memiliki Narkotika Golongan I bukan tanaman dalam Pasal 111 ayat (1) UU Narkotika;

c. Bahwa Judex Factie (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) telah salah mengartikan Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 657 K/Pid/1987 tanggal 21 Maret 1989 yang pada intinya menyatakan bahwa, “Jika yang terbukti adalah delik sejenis yang lebih ringan sifatnya dari delik yang sejenis yang didakwakan yang lebih berat sifatnya, maka meskipun delik yang lebih ringan tersebut tidak didakwakan, maka Terdakwa dapat dipersalahkan dipidana atas dasar melakukan delik yang lebih ringan tersebut”;

Bahwa dalam putusannya Judex Factie (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) telah membuktikan perbuatan Terdakwa telah terbukti memenuhi unsur-unsur Pasal 127 ayat (1) huruf a UU Narkotika, kemudian menjatuhkan pidana berdasarkan Pasal 127 ayat (1) huruf a jo. Pasal 103 UU Narkotika, dengan pertimbangan Pasal 127 ayat (1) huruf a UU Narkotika adalah delik yang sejenis dan lebih ringan sifatnya dari Pasal 111 ayat (1) UU Narkotika, walaupun Pasal 127 ayat (1) huruf a UU Narkotika tidak didakwakan oleh Jaksa/Penuntut Umum;

Bahwa pertimbangan Judex Factie (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) tersebut jelas merupakan kekeliruan yang nyata karena salah menafsirkan makna Yurisprudensi MA No. 657 K/Pid/1987 tanggal 21 Maret 1989 karena Pasal 127 ayat (1) huruf a UU Narkotika dengan Pasal

111 ayat (1) UU Narkotika adalah tidak merupakan delik yang sejenis dan sangat berbeda substansinya, hal ini jelas bahwa Pasal 127 ayat (1) huruf a UU Narkotika mengatur tentang Penyalahgunaan Narkotika yaitu pecandu atau korban penyalahgunaan narkotika, sedangkan Pasal 111 ayat (1) UU Narkotika adalah mengatur tentang orang yang memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika, walaupun kedua pasal tersebut diatur dalam UU Narkotika yang tidak dapat begitu saja diartikan sebagai delik yang sejenis;

Bahwa Yurisprudensi MANo. 657 K/Pid/1987 tanggal 21 Maret 1989 adalah putusan Mahkamah Agung yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 02/Pid.B/2007/PN.Bi tanggal 22 Maret 2007 yang menyatakan Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana secara bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 170 ayat (1) KUHP, walaupun pasal tersebut tidak didakwakan Jaksa/Penuntut Umum, dan Jaksa/Penuntut Umum hanya mendakwakan Pasal 338 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP, walaupun semua dakwaan Jaksa/Penuntut Umum tidak terbukti, termasuk Pasal 170 ayat (1) KUHP (sebagai pasal pokok yang sejenis dan lebih ringan sifatnya) tidak didakwakan Jaksa/Penuntut Umum, maka Majelis Hakim berpendapat Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana secara bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang sebagaimana Pasal 170

ayat (1) KUHP walaupun tidak didakwakan oleh Jaksa/Penuntut Umum, dan putusan telah dikuatkan oleh MA dengan putusan No. 657 K/Pid/1987 tanggal 21 Maret 1989;

Jika dikaitkan dengan perkara a quo Judex Factie (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) telah salah menafsirkan putusan MA No. 657 K/Pid/1987 tanggal 21 Maret 1989 yang dijadikan dasar pertimbangan, karena Pasal 127 ayat (1) UU Narkotika adalah tidak sejenis dan tidak merupakan pasal pokok dari Pasal 111 ayat (1) UU Narkotika yang merupakan pasal pemberatannya;

Bahwa sesuai Yurisprudensi MA No. 321/K/Pid/1983 tanggal 26 Mei 1984 yang dimuat dalam Varia Peradilan No. 6 edisi Maret 1986 pada halaman 117 s.d. 212, justru menyatakan putusan batal demi hukum sebab Terdakwa dihukum atas dakwaan yang tidak didakwakan kepadanya, dari Yurisprudensi MA tersebut nyata jelas bahwa putusan Pengadilan Negeri Bangkalan No. 182/Pid.B/2011/PN.Bkl tanggal 26 Oktober 2011 dalam perkara ini, telah bertentangan dengan Yurisprudensi MA No. 321 K/Pid/1983 tanggal 26 Mei 1984;

d. Bahwa Judex Factie (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) telah salah menerapkan Pasal 127 ayat (1) huruf a jo. Pasal 103 UU Narkotika sebagai dasar pemidanaan, karena Majelis Hakim tidak melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (2) UU Narkotika yang menyatakan, “Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hakim wajib

memperhatikan ketentuan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 54, 55, dan 103”;

Dalam Pasal 1 angka 13 menyatakan, “Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupun psikis”;

Dalam Pasal 1 angka 14 menyatakan, “Ketergantungan narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas;

Dalam Pasal 54 menyatakan, “Pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial”;

Dalam penjelasan Pasal 54 menyatakan, “Yang dimaksud korban penyalahgunaan narkotika karena dibujuk, diperdaya, dipaksa, dan/atau diancam untuk menggunakan narkotika”;

Dalam Pasal 55 ayat (3) menyatakan, “Ketentuan mengenai pelaksanaan wajib lapor sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah;

Peraturan pemerintah dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 2011 tanggal 18 April 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika;

Dengan demikian untuk dapat dikategorikan sebagai pecandu narkotika, maka seseorang yang mengalami ketergantungan narkotika telah melapor

atau dilaporkan kepada Puskesmas, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis atau rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh pemerintah yang pelaksanaannya sesuai ketentuan PP No. 25 Tahun 2011 tersebut; Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan berupa keterangan para saksi (yang menangkap), petunjuk yang diperoleh dari barang bukti, surat, dan persesuaian keterangan para saksi tidak terbukti Terdakwa pernah melaporkan dirinya atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 55 UU Narkotika jo. PP No. 25 Tahun 2011 tanggal 18 April 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika;

Dengan demikian jelas Majelis Hakim telah salah menerapkan hukum yaitu memutuskan dengan Pasal 127 ayat (1) huruf a jo. Pasal 103 UU Narkotika;

e. Bahwa putusan Judex Factie (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) tersebut bertentangan dengan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang, dan juga putusan Hakim PN Bangkalan tersebut bertentangan pula dengan ketentuan Pasal 53 UU Kekuasaan Kehakiman, yaitu:

(1) Dalam memeriksa dan memutus perkara, Hakim bertanggung jawab atas penetapan dan putusan yang dibuatnya;

(2) Penetapan dan putusan sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memuat pertimbangan hukum Hakim yang didasarkan pada alasan dan dasar hukum yang tepat dan benar;

f. Selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman berikut penjelasannya dinyatakan bahwa Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat, hal ini dimaksud agar putusan Hakim harus sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat, berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, maka secara yuridis Hakim wajib memberikan putusan yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan, karena putusan Hakim yang berkualitas merupakan mahkota bagi Hakim dan mutiara bagi para pihak pencari keadilan, putusan yang tidak berkualitas merupakan cermin buruk bagi Hakim dan petaka bagi para pihak pencari keadilan dan di samping itu pula dalam Surat Edaran Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2000 tentang Pemidanaan agar setimpal dengan berat dan sifat kejahatan disebutkan bahwa terhadap tindak pidana narkoba MA mengharapkan supaya pengadilan menjatuhkan pidana yang sungguh-sungguh setimpal dengan beratnya dan sifatnya tindak pidana tersebut dan jangan sampai menjatuhkan pidana yang menyinggung rasa keadilan di dalam masyarakat;

g. Bahwa di samping itu pula dalam penjelasan umum dari UU Narkotika disebutkan bahwa tindak pidana narkotika tidak lagi dilakukan secara perseorangan, melainkan melibatkan banyak orang yang secara bersama- sama, bahkan merupakan satu sindikat yang terorganisasi dengan jaringan yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat rahasia baik di tingkat nasional maupun internasional;

Berdasarkan hal tersebut, guna peningkatan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana narkotika perlu dilakukan pembaharuan terhadap UU RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, hal ini juga untuk mencegah adanya kecenderungan yang semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan korban yang meluas, terutama di kalangan anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya dan untuk menimbulkan efek jera terhadap pelaku penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika, diatur mengenai pemberatan sanksi pidana, baik dalam bentuk pidana minimum khusus, pidana penjara 20 (dua puluh) tahun, pidana penjara seumur hidup, maupun pidana mati, pemberatan pidana tersebut dilakukan dengan mendasarkan pada golongan, jenis, ukuran, dan jumlah narkotika;

h. Bahwa saat ini rasa keadilan masyarakat khususnya di Bangkalan sudah sangat tercabik-cabik dengan beberapa putusan pengadilan terutama untuk perkara narkotika yang sangat jauh dari tujuan UU Narkotika yaitu sangat rendah di bawah ancaman minimal bahkan dibebaskan, dan sekarang mulai menerapkan ketentuan sebagai penyalahgunaan narkotika dengan

tujuan Terdakwa dapat menjalani pidana dengan perintah rehabilitasi medis dan sosial, yang penerapannya tidak sesuai dengan ketentuan tentang penyalahgunaan narkotika sebagaimana diatur dalam UU Narkotika dan peraturan pelaksanaannya, jika demikian bagaimana pemberantasan penyalahgunaan narkotika bisa dilaksanakan yang merupakan tanggung jawab kita bersama, untuk itu kami berharap MA dapat memberikan putusan yang memenuhi rasa keadilan masyarakat, jika tidak demikian maka akan semakin subur perkara penyalahgunaan narkotika di Bangkalan dan upaya pemberantasannya hanya sekedar formalitas namun jauh dari tujuan dibuatnya UU Narkotika karena tidak menjadikan efek jera bagi masyarakat.

B.1.6 Pertimbangan Majelis Hakim Agung

a. Bahwa alasan Penuntut Umum dapat dibenarkan, oleh karena Judex Factie (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) salah menerapkan hukum karena putusan Judex Factie (Pengadilan Tinggi) yang mengubah amar putusan Judex Factie (Pengadilam Negeri) yang memerintahkan agar Terdakwa menjalani pengobatan/rehabilitasi sebagaimana tersebut dalam amarnya: Menyatakan Terdakwa tidak terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan Jaksa/Penuntut Umum dan karena itu membebaskan Terdakwa dari dakwaan tersebut, menyatakan Terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana, “Penyalahgunaan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman bagi diri sendiri,” dan karena itu dijatuhi pidana 10

(sepuluh) bulan penjara dibuat berdasarkan pertimbangan hukum yang salah, yaitu:

Judex Factie menyatakan Terdakwa terbukti melakukan tindak pidana

penyalahgunaan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman bagi diri sendiri yang tindak pidana tersebut tidak didakwakan;

Judex Factie salah menyimpulkan bahwa unsur menanam,

memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman berdasarkan pertimbangan bahwa oleh karena barang tersebut (ganja yang terdapat pada rokok yang belum habis dihisap) adalah merupakan barang yang dapat disamakan sebagai puntung rokok yang telah dibakar dan dihisap oleh Terdakwa, maka barang tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai barang yang dimiliki atau menyimpan ataupun menguasai atau menyediakan, oleh karena barang tersebut adalah sisa;

 Bahwa pertimbangan Judex Factie (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) tersebut jelas salah karena bernilai atau tidaknya suatu barang, mengandung substansi atau zat tertentu , tidak tergantung kepada tempat keberadaan atau bungkus barang tersebut, melainkan tergantung kepada nilai atau substansi yang terkandung dalam barang tersebut;

Dengan pertimbangan tersebut, ganja yang terdapat dalam puntung rokok tetap mempunyai substansi sebagai ganja dan bernilai sebagai barang yang

berharga, meskipun dalam kasus ini dibatasi kepemilikan, penguasaan, dan pemakaiannya;

b. Bahwa berdasarkan alasan-alasan yang diuraikan di atas, Mahkamah Agung berpendapat, bahwa putusan Pengadilan Tinggi Surabaya No. 675