• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Kondisi Aktual Kebayoran Baru .1 Wilayah Administratif

4.3.2 Analisis Keutuhan dan Integritas

4.3.2.2 Analisis Perubahan Landuse

Sebagian perubahan fasad bangunan juga diikuti dengan perubahan fungsi bangunan itu sendiri. Menurut Laporan Evaluasi Lingkungan Cagar Budaya Kebayoran, hingga tahun 2005 konversi penggunaan lahan di kawasan pemugaran Kebayoran Baru mencapai 99,8 Ha atau sebesar 14 persen dari luas kawasan. Konversi penggunaan lahan yang paling mencolok adalah dari area non-komersial menjadi area komersial yaitu sebesar 53,2 Ha seperti yang dapat dilihat pada Gambar 31.

Gambar 31. Lahan Pemukiman Terkonversi Menjadi Lahan Perdagangan dan Jasa; sepanjang Jl. Mahakam (kiri) dan The Dharmawangsa Square (kanan)

Selain perubahan ke arah kawasan komersial, perubahan penggunaan lahan juga menyebabkan hilangnya greenbelt di sekeliling kota yang kini terkonversi menjadi area pemukiman. Menurut perhitungan penulis, luasan RTH Kota yang terkonversi termasuk greenbelt adalah sebesar 55% dari total luas awal atau menyusut menjadi 7,5% dari total luas kawasan. Hal ini diantaranya disebabkan oleh:

1. Meningkatnya jumlah kebutuhan perumahan di Jakarta

2. Kebijakan pemugaran yang berlaku belum menguraikan secara jelas mengenai lingkungan pemugaran maupun lingkungan cagar budaya. Pembahasan dalam SK Gubernur DKI Jakarta No. D.IV-6097/d/33/1975 lebih menitikberatkan pada pemugaran bangunan.

3. Kurangnya sosialisasi kebijakan kepada masyarakat. Hal ini dapat disimpulkan dari hasil polling yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta pada tahun 2005, penduduk Kebayoran Baru

yang tidak mengetahui bahwa tempat tinggalnya telah ditetapkan sebagai kawasan pemugaran mencapai 76,25 persen.

4. Kurangnya konsistensi aparat dalam menerapkan kebijakan yang berlaku. 5. Tidak adanya kompensasi terhadap pemilik lahan apabila mereka

melaksanakan kebijakan pemugaran yang berlaku. Berdasarkan hasil polling yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta pada tahun 2005, 82,50 persen penduduk bersedia melaksanakan tindakan pelestarian apabila diberikan kompensasi berupa keringanan PBB, 6,25 persen mengharapkan keringanan retribusi listrik dan air, sedangkan 5 persen mengharapkan kompensasi berupa kredit lunak untuk merenovasi rumah.

Besarnya konversi lahan pada kawasan ini dapat dilihat pada Gambar 32, 33, 34, 35 dan 36. Akan tetapi berdasarkan kriteria untuk penilaian keaslian dan fungsi kota sebagaimana yang dapat dilihat kembali pada Tabel 3, didapatkan hasil penilaian bahwa kawasan Kebayoran Baru saat ini masih dapat mempertahankan originalitas atau keaslian kawasan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Penilaian Kawasan Kebayoran Baru Berdasarkan Kriteria Penilaian Keaslian dan Fungsi Kota.

Kriteria Garden City Kondisi Eksisting Kebayoran Baru Skor

Luasan Luasan tetap atau berubah <25% 4

Pola Distrik Karakter, pola, elemen dan fungsi kota berubah atau

berubah 26-50% 3

Sistem RTHK • Memiliki ruang terbuka dalam jumlah 50-75% dari yang ditetapkan dalam standar garden city. • Karakter, struktur, elemen dan fungsi ruang

terbuka berubah 51-75%.

2

Sistem Jalur Hijau dan

Permanent Belt.

• Tidak memiliki jalur hijau atau permanent belt atau hanya tersisa 25-50 % dari konsep awal. • Karakter, struktur, elemen dan fungsi jalur

hijau atau permanent belt berubah 50-75%

2

TOTAL 11

Keterangan:

∑ Nilai 4-6 = Tidak original 7-10 = Kurang original

11-13 = Original

Sedangkan berdasarkan kriteria penilaian keunikan seperti yang dapat dilihat dalam Tabel 4, didapatkan hasil bahwa Kotabaru Kebayoran memiliki keunikan dan originalitas. Hasil penilaian tersebut dapat dilihat dalam Tabel 11.

Tabel 11. Penilaian Keunikan Kotabaru Kebayoran

Kriteria Keunikan Konsep Kebayoran Baru Skor Nilai Kesejarahan • Mengadaptasi sebagian konsep Garden City

• Memiliki nilai sejarah

3 Kekhasan/Keunikan

• Kelangkaan • Arsitektur • Memorial

• Karakter dan struktur elemen bersifat khas namun dapat dijumpai di tempat-tempat tertentu dan memiliki nilai sejarah.

• Jumlahnya cukup banyak

3

Integritas • Fisik • Fungsi • Visual

• Karakter, struktur dan fungsi elemen menyatu dan harmonis dengan lingkungan sekitarnya. • Kondisi visual dan tata ruang kota berubah

sebagian dari konsep awal.

3

TOTAL 9

Keterangan:

∑ Nilai 3-4 = Tidak original 5-7 = Kurang original

8-10 = Original

11-12 = Sangat original

Selain penilaian berdasarkan keaslian dan fungsi serta keunikan kawasan, dilakukan juga penilaian integritas kawasan berdasarkan blok yang dapat dilihat dalam Tabel 12. Penilaian ini ditujukan untuk memetakan bagian mana dari kawasan tersebut yang masih memiliki tingkat integritas tinggi dan bagian yang memiliki integritas rendah untuk kemudian dianalisis bentuk-bentuk upaya pelestarian yang dapat dilakukan dengan lebih spesifik.

Penilaian yang terdapat dalam Tabel 12 adalah penilaian integritas karakter, elemen, fungsi, pola, RTH dan visual kawasan. Penilaian karakter dilakukan dengan melihat keutuhan sebagai kawasan pemukiman dengan kelestarian arsitektur dan lanskap jalan khas Kebayoran. Penilaian elemen dilihat dari keutuhan keberadaan bangunan, taman dan jalur hijau. Penilaian fungsi dinilai dari besarnya perubahan landuse. Penilaian RTH dilihat dari perubahan total luas RTH baik taman maupun jalur hijau. Sedangkan visual dinilai dari keharmonisan suatu elemen dengan lingkungan sekitarnya atau suatau blok dengan bagian kawasan lainnya.

Selain mempertimbangkan keutuhan, penilaian pada Tabel 12 juga dilakukan dengan mempertimbangkan peruntukan kawasan. Misalnya kawasan komersial dapat memiliki nilai visual dan elemen yang tinggi meskipun integritasnya rendah karena memang kawasan tersebut telah direncanakan sebagai kawasan yang dinamis selama kawasan tersebut masih dapat mempertahankan ciri khas kawasan yang lainnya dan desain baru yang terdapat pada kawasan tersebut masih dapat menyatu harmonis dengan lingkungan di sekitarnya. Penilaian pada Tabel 12 ini secara spasial dapat dilihat pada Gambar 37. Sedangkan representasi visual kawasan berdasarkan hasil penilaian dapat dilihat pada Gambar 38, 39, 40 41, 42 dan 43.

Tabel 12. Penilaian Integritas Kawasan Per Blok

Blok Karakter Elemen Fungsi Pola RTH Visual Total

A 1 3 3 4 2 1 14 B 2 2 3 4 4 2 19 C 2 3 2 4 4 2 17 D 2 2 3 4 3 3 17 E 3 3 3 4 4 4 21 F 3 4 3 4 3 3 20 G 3 4 4 4 3 3 21 H 3 2 3 4 3 3 18 I 3 3 4 4 3 4 21 K 2 4 4 4 4 2 20 L 3 3 4 4 4 3 21 M 2 4 4 3 4 2 18 N 3 3 3 4 4 2 19 O 3 3 3 4 4 3 18 P 3 3 3 4 2 3 18 Q 2 3 3 4 3 2 17 R 3 3 4 4 4 3 21 S 3 3 3 4 1 3 17 PBT 1 1 1 1 1 1 6 PBB 1 1 1 1 1 1 6 Total 50 57 61 73 61 50 Keterangan:

PBT = Permanent Belt Timur PBB = Permanent Belt Barat

Penilaian Hasil Per Blok Hasil Per Kriteria 1 = Berubah >75% 6-10 = Tidak Original 20-34 = Tidak Original 2 = Berubah 50-75% 11-15 = Kurang Original 35-40 = Kurang Original 3 = Berubah 25-50 % 16-20 = Original 50-64 = Original 4 = Berubah <25% 21-24 = Sangat Original 65-80 = Sangat Original

Gambar 38. Benda Cagar Budaya di Kawasan Kebayoran Baru; Masjid Agung Al Azhar di Blok K (kiri)

dan Masjid Syarif Hidayatullah di Blok N(kanan)

Gambar 39. Area Sangat Original;

Rumah Jengki di Blok E (atas), Rumah Peninggalan Alm. Ibu Fatmawati dan Rumah Tipe Asli di Blok I (tengah), Jalan Pemisah

Gambar 40. Area Original;

Taman Lingkungan di Blok O (kiri atas), Jalan Pemisah Blok M dan Blok N (kanan atas), Rumah Tipe Asli di Blok P (kiri bawah) dan

Kawasan Perniagaan di Blok M (kanan bawah)

Gambar 41. Area Kurang Original di Blok A

Gambar 43. Bangunan Bersejarah di Kawasan Kebayoran Baru; Rumah Peninggalan Alm. Jend. DI Panjaitan (kiri) dan

Rumah Peninggalan Alm. Ibu Fatmawati (kanan

Selain itu, dengan tolak ukur Perda DKI Jakarta No. 9 Tahun 1999, didapatkan hasil analisis sebagai berikut:

Tabel 12. Analisis Kelayakan Lingkungan Cagar Budaya Kebayoran Kriteria Perda No. 9 Tahun 1999 Kebayoran Baru Nilai sejarah Peristiwa perjuangan,

ketokohan, politik, budaya yang menjadi simbol nilai kesejarahan.

• Merupakan kawasan yang dikonsepkan sebagai kota satelit pertama di Indonesia

• Kota Taman kedua di DKI Jakarta • Terdapat rumah bersejarah milik

Jend. DI Panjaitan dan Alm. Ibu Fatmawati

• Terdapat bangunan cagar budaya Masjid Agung Al-Azhar Umur Batas usia

sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun.

• Dibangun pada tahun 1949 dan ditetapkan sebagai lingkungan pemugaran pada tahun 1975. Pada saat penetapan baru berusia 26 tahun namun pada saat ini sudah berusia lebih dari 60 tahun.

Keaslian Keutuhan baik sarana dan prasarana lingkungan maupun stuktur, material, tapak bangunan dan bangunan di sekitarnya.

• Seluruh kawasan masih dibentuk oleh struktur blok-blok hunian, dengan pola jalan pembentuk lingkungan yang juga masih asli yaitu radiosentris dan sirkular. • Desain arsitektur bangunan pada

setiap blok sebagian besar sudah berubah.

• Jenis vegetasi dan pola taman lingkungan belum banyak berubah Kelangkaan Keberadaan sebagai

satu-satunya atau yang terlengkap dari jenisnya yang masih ada.

• Masih terdapat bangunan perumahan dan komersial dengan gaya arsitektur yang khas Kebayoran

• Terdapat bangunan bergaya arsitektur ‘Jengki”

Dokumen terkait