• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Postur Tubuh

IV- 1 4.1 Proses Produksi Batako

4.5 Analisis Postur Tubuh

Penilaian postur tubuh terhadap operator pemindahan batako dilakukan terhadap tiga aktivitas yaitu pengambilan batako pada mesin cetak, pemindahan batako dari stasiun pencetakan menuju stasiun pengeringan, dan proses peletakan batako pada stasiun pengeringan. Penilaian dilakukan pada postur tubuh sisi kanan dan sisi kiri untuk setiap aktivitas, sehingga akan dihasilkan enam nilai level risiko dan enam tindakan perbaikan. Penilaian postur kerja menggunakan

metode Rapid Entire Body Asessment (REBA) dengan bantuan ERGO Intelligence.

Gambar 4.8 Sudut Segmen Tubuh Sisi Kiri Saat Mengambil Batako

Gambar 4.8 merupakan gambar yang menunjukkan sudut segmen tubuh sisi kiri pada saat mengambil batako pada stasiun pencetakan. Gambar 4.8 menunjukkan bahwa pergerakan punggung pada saat mengambil batako pada mesin cetak termasuk fleksi dengan sudut 63°. Punggung dalam posisi miring pada saat mengambil batako. Leher mengalami ekstensi sebesar 23° terhadap sumbu tubuh, tetapi leher dalam keadaan miring. Kaki tidak tertopang atau bobot beban yang tersebar tidak merata karena tumpuan terletak pada kaki kiri dan sudut yang dibentuk pada lutut kiri sebesar 40°. Beban batako yang diangkat lebih dari 10 kg dan tidak ada penambahan beban secara tiba-tiba.

Pergerakan lengan atas bagian kiri pada saat mengambil batako berupa gerakan fleksi dengan sudut 64° terhadap sumbu tubuh dan terdapat gerakan abduksi. Sudut pergerakan lengan bawah terhadap lengan atas dengan fleksi sebesar 39°. Sudut pergelangan tangan kiri fleksi ke depan sebesar 22°. Pergelangan tangan kiri bergerak menyimpang pada saat mengambil batako pada mesin cetak. Jenis coupling yang digunakan yaitu poor karena pegangan tangan pada papan alas tidak bisa diterima walaupun memungkinkan. Proses pengambilan batako menyebabkan perubahan postur yang cepat dari posisi awal yaitu berdiri menjadi membungkuk.

Gambar 4.9 menunjukkan bahwa penilaian postur kerja sisi kiri operator pada saat mengambil batako pada mesin cetak menghasilkan nilai level risiko sebesar 13. Hasil tersebut termasuk dalam level 4 dengan level risiko sangat tinggi sehingga diperlukan tindakan berupa perbaikan pada saat ini juga pada aktivitas pemindahan batako.

Gambar 4.10 merupakan gambar yang menunjukkan sudut segmen tubuh sisi kanan pada saat mengambil batako pada stasiun pencetakan. Gambar 4.10 menunjukkan bahwa pergerakan punggung pada saat mengambil batako pada mesin cetak termasuk fleksi dengan sudut 63°. Punggung dalam posisi miring pada saat mengambil batako. Leher mengalami ekstensi sebesar 23° terhadap sumbu tubuh, tetapi leher dalam keadaan miring. Kaki tidak tertopang atau bobot beban yang tersebar tidak merata karena tumpuan terletak pada kaki kiri dan sudut yang dibentuk pada lutut kanan sebesar 41°. Beban batako yang diangkat lebih dari 10 kg dan tidak ada penambahan beban secara tiba-tiba.

Pergerakan lengan atas bagian kanan pada saat mengambil batako berupa gerakan fleksi dengan sudut 79° terhadap sumbu tubuh dan terdapat gerakan abduksi. Sudut pergerakan lengan bawah terhadap lengan atas dengan fleksi sebesar 26°. Sudut pergelangan tangan kanan fleksi ke depan sebesar 27°. Pergelangan tangan kanan bergerak menyimpang pada saat mengambil batako pada mesin cetak. Jenis coupling yang digunakan yaitu poor karena pegangan tangan pada papan alas tidak bisa diterima walaupun memungkinkan. Proses pengambilan batako menyebabkan perubahan postur yang cepat dari posisi awal yaitu berdiri menjadi membungkuk.

Gambar 4.11 menunjukkan bahwa penilaian postur kerja sisi kanan operator pada saat mengambil batako pada mesin cetak menghasilkan nilai level risiko sebesar 13. Hasil tersebut termasuk dalam level 4 dengan level risiko sangat tinggi sehingga diperlukan tindakan berupa perbaikan pada saat ini juga pada aktivitas pemindahan batako.

Gambar 4.12 merupakan gambar yang menunjukkan sudut segmen tubuh sisi kiri pada saat memindahkan batako dari stasiun pencetakan menuju stasiun pengeringan. Gambar 4.12 menunjukkan bahwa pergerakan punggung pada saat membawa batako tidak tegak dan cenderung ekstensi karena menahan beban yang cukup berat. Punggung dalam posisi miring dan sedikit memutar hadapan pada saat hampir mendekati stasiun pengeringan. Leher mengalami fleksi sebesar 18° terhadap sumbu tubuh, tetapi leher dalam keadaan miring karena melihat ke arah tumpukan batako. Kaki pada saat berjalan tertopang sehingga bobot tersebar merata pada kedua kaki dan sudut yang dibentuk pada lutut kiri sebesar 27°. Beban batako yang diangkat lebih dari 10 kg dan tidak ada penambahan beban secara tiba-tiba.

Pergerakan lengan atas bagian kiri pada saat membawa batako berupa gerakan ekstensi dengan sudut 12° terhadap sumbu tubuh dan bahu ditinggikan pada saat membawa batako karena beban yang cukup berat. Sudut pergerakan lengan bawah terhadap lengan atas dengan fleksi sebesar 78°. Sudut pergelangan tangan kiri cenderung sejajar dengan sumbu lengan bawah, namun terjadi penyimpangan sebesar 51°. Hal tersebut karena menyesuaikan dengan bentuk pegangan papan alas yang tidak ideal walaupun masih memungkinkan sehingga

jenis coupling yang digunakan yaitu poor Proses pemindahan batako tidak memiliki nilai aktivitas tambahan karena postur tubuh dalam posisi dinamis dan aktivitas berulang kurang dari empat kali tiap menit.

Gambar 4.12 Sudut Segmen Tubuh Sisi Kiri Saat Membawa Batako

Gambar 4.13 menunjukkan bahwa penilaian postur kerja sisi kiri operator pada saat membawa batako dari stasiun pencetakan menuju stasiun pengeringan menghasilkan nilai level risiko sebesar 8. Hasil tersebut termasuk dalam level 3 dengan level risiko tinggi sehingga diperlukan tindakan berupa perbaikan segera pada aktivitas pemindahan batako.

Gambar 4.13 Skor REBA Sisi Kiri Saat Membawa Batako

Gambar 4.14 merupakan gambar yang menunjukkan sudut segmen tubuh sisi kanan pada saat memindahkan batako dari stasiun pencetakan menuju stasiun pengeringan. Gambar 4.14 menunjukkan bahwa pergerakan punggung pada saat membawa batako tidak tegak dan cenderung ekstensi karena menahan beban yang cukup berat. Punggung dalam posisi miring dan sedikit memutar hadapan pada saat hampir mendekati stasiun pengeringan. Leher mengalami fleksi sebesar 18° terhadap sumbu tubuh, tetapi leher dalam keadaan miring karena melihat ke arah tumpukan batako. Kaki pada saat berjalan tertopang sehingga bobot tersebar merata pada kedua kaki dan sudut yang dibentuk pada lutut kanan sebesar 20°.

Beban batako yang diangkat lebih dari 10 kg dan tidak ada penambahan beban secara tiba-tiba.

Gambar 4.14 Sudut Segmen Tubuh Sisi Kanan Saat Membawa Batako

Pergerakan lengan atas bagian kanan pada saat membawa batako berupa gerakan ekstensi dengan sudut 32° terhadap sumbu tubuh dan bahu ditinggikan pada saat membawa batako karena beban yang cukup berat. Sudut pergerakan lengan bawah terhadap lengan atas dengan fleksi sebesar 89°. Sudut pergelangan tangan kanan cenderung sejajar dengan sumbu lengan bawah, namun terjadi penyimpangan sebesar 38°. Hal tersebut karena menyesuaikan dengan bentuk pegangan papan alas yang tidak ideal walaupun masih memungkinkan sehingga jenis coupling yang digunakan yaitu poor Proses pemindahan batako tidak memiliki nilai aktivitas tambahan karena postur tubuh dalam posisi dinamis dan aktivitas berulang kurang dari empat kali tiap menit.

Gambar 4.15 Skor REBA Sisi Kanan Saat Membawa Batako

Gambar 4.15 menunjukkan bahwa penilaian postur kerja sisi kanan operator pada saat membawa batako dari stasiun pencetakan menuju stasiun pengeringan menghasilkan nilai level risiko sebesar 8. Hasil tersebut termasuk dalam level 3 dengan level risiko tinggi sehingga diperlukan tindakan berupa perbaikan segera pada aktivitas pemindahan batako.

Gambar 4.16 merupakan gambar yang menunjukkan sudut segmen tubuh sisi kiri pada saat meletakkan batako pada stasiun pengeringan. Gambar 4.16 menunjukkan bahwa pergerakan punggung pada saat meletakkan batako termasuk fleksi dengan sudut 101°. Punggung dalam posisi miring pada saat mengambil batako. Leher mengalami ekstensi sebesar 18° terhadap sumbu tubuh, tetapi leher dalam keadaan miring karena melihat ke arah tumpukan batako. Kaki tidak

tertopang atau bobot beban yang tersebar tidak merata karena tumpuan terletak pada kaki kiri dan sudut yang dibentuk pada lutut kiri sebesar 37°. Beban batako yang diangkat lebih dari 10 kg dan tidak ada penambahan beban secara tiba-tiba.

Gambar 4.16 Sudut Segmen Tubuh Sisi Kiri Saat Meletakkan Batako

Pergerakan lengan atas bagian kiri pada saat meletakkan batako berupa gerakan fleksi dengan sudut 117° terhadap sumbu tubuh dan terdapat gerakan abduksi. Tetapi bobot lengan kiri bergeser ke depan sesuai gravitasi sehingga memudahkan peletakkan batako. Sudut pergerakan lengan bawah terhadap lengan atas dengan fleksi sebesar 11°. Sudut pergelangan tangan kiri fleksi ke depan sebesar 38°. Pergelangan tangan kanan bergerak menyimpang pada saat mengambil batako pada mesin cetak. Jenis coupling yang digunakan yaitu poor karena pegangan tangan pada papan alas tidak bisa diterima walaupun memungkinkan. Proses peletakan batako menyebabkan perubahan postur yang cepat dari posisi awal yaitu berdiri menjadi membungkuk.

Gambar 4.17 Skor REBA Sisi Kiri Saat Meletakkan Batako

Gambar 4.17 menunjukkan bahwa penilaian postur kerja sisi kiri operator pada saat meletakkan batako pada stasiun pengeringan menghasilkan nilai level risiko sebesar 13. Hasil tersebut termasuk dalam level 4 dengan level risiko sangat tinggi sehingga diperlukan tindakan berupa perbaikan pada saat ini juga pada aktivitas pemindahan batako.

Gambar 4.18 merupakan gambar yang menunjukkan sudut segmen tubuh sisi kanan pada saat meletakkan batako pada stasiun pengeringan. Gambar 4.18 menunjukkan bahwa pergerakan punggung pada saat meletakkan batako termasuk fleksi dengan sudut 101°. Punggung dalam posisi miring pada saat mengambil batako. Leher mengalami ekstensi sebesar 18° terhadap sumbu tubuh, tetapi leher

dalam keadaan miring karena melihat ke arah tumpukan batako. Kaki tidak tertopang atau bobot beban yang tersebar tidak merata karena tumpuan terletak pada kaki kiri dan sudut yang dibentuk pada lutut kanan sebesar 12°. Beban batako yang diangkat lebih dari 10 kg dan tidak ada penambahan beban secara tiba-tiba.

Gambar 4.18 Sudut Segmen Tubuh Sisi Kanan Saat Meletakkan Batako

Pergerakan lengan atas bagian kanan pada saat meletakkan batako berupa gerakan fleksi dengan sudut 71° terhadap sumbu tubuh dan terdapat gerakan abduksi. Tetapi bobot lengan kanan bergeser ke depan sesuai gravitasi sehingga memudahkan peletakkan batako. Sudut pergerakan lengan bawah terhadap lengan atas dengan fleksi sebesar 32°. Sudut pergelangan tangan kanan fleksi ke depan sebesar 28°. Pergelangan tangan kanan bergerak menyimpang pada saat mengambil batako pada mesin cetak. Jenis coupling yang digunakan yaitu poor karena pegangan tangan pada papan alas tidak bisa diterima walaupun memungkinkan. Proses peletakan batako menyebabkan perubahan postur yang cepat dari posisi awal yaitu berdiri menjadi membungkuk.

Gambar 4.19 menunjukkan bahwa penilaian postur kerja sisi kanan operator pada saat meletakkan batako pada stasiun pengeringan menghasilkan nilai level risiko sebesar 12. Hasil tersebut termasuk dalam level 4 dengan level risiko sangat tinggi sehingga diperlukan tindakan berupa perbaikan pada saat ini juga pada aktivitas pemindahan batako.

Gambar 4.19 Skor REBA Sisi Kanan Saat Meletakkan Batako

Tabel 4.3 merupakan rangkuman dari hasil penilaian postur kerja dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Hasil penilaian menunjukkan bahwa aktivitas pengambilan batako pada stasiun pencetakan dan aktivitas peletakan batako pada stasiun pengeringan memiliki nilai level risiko yang sangat tinggi. Berdasarkan nilai level risiko tersebut maka diperlukan

tindakan perbaikan sekarang juga. Aktivitas pemindahan batako dari stasiun pencetakan menuju stasiun pengeringan memiliki nilai level risiko tinggi. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi penilaian postur kerja dengan metode REBA yaitu aktivitas yang dilakukan dengan membungkuk. Aktivitas yang dilakukan dengan membungkuk dengan berulang-ulang dan dalam periode yang lama tentunya akan menyebabkan rasa nyeri terutama pada bagian bawah pinggang. Aktivitas pemindahan batako termasuk dalam level tinggi karena alat gerak tubuh terutama tangan menahan beban yang cukup berat dengan coupling yang tidak ideal.

Tabel 4.3 Penilaian Postur Kerja Metode REBA

No. Aktivitas Nilai Level Risiko Tindakan Kiri Kanan Kiri Kanan

1. Pengambilan Batako pada Stasiun Pencetakan 13 (Sangat Tinggi) 13 (Sangat Tinggi) Diperlukan perbaikan sekarang juga Diperlukan perbaikan sekarang juga 2. Pemindahan Batako dari Stasiun Pencetakan Menuju Stasiun Pengeringan

8 (Tinggi) 8 (Tinggi) Perbaikan segera Perbaikan segera 3. Peletakkan Batako pada Stasiun Pengeringan 13 (Sangat Tinggi) 12 (Sangat Tinggi) Diperlukan perbaikan sekarang juga Diperlukan perbaikan sekarang juga 4.6 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan metode kai kuadrat. Variabel bebas berupa usia pekerja dan masa kerja dari kedelapan operator pemindahan batako. Variabel terikat yaitu jumlah operator yang mengalami keluhan nyeri pada bawah pinggang. Variabel terikat tersebut dipilih karena aktivitas pemindahan batako

sebagian besar dilakukan dengan membungkuk sehingga berpotensi menimbulkan keluhan nyeri pada bawah pinggang.

Pengujian hipotesis menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS dengan tingkat kepercayaan 95% dan taraf nyata (α) sebesar 5%. Tabel 4.4 merupakan rangkuman usia pekerja dan keluhan nyeri pada bawah pinggang dari hasil wawancara dengan kuesioner nordic body map.

Tabel 4.4 Rangkuman Usia Pekerja dan Keluhan Nyeri Bawah Pinggang

No. Usia Pekerja Nyeri Bawah Pinggang Total

Ya % Tidak % N %

1. ≥ 35 tahun 5 100 0 0 5 100

2. < 35 tahun 0 0 3 100 3 100

Total 5 100 3 100 8 100

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa usia pekerja dikategorikan menjadi dua jenis yaitu usia pekerja ≥ 35 tahun dan < 35 tahun. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Guo (1995) dan Chaffin (1979) dalam Khaizun (2013), yang menyatakan bahwa keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan bertambahnya umur. Hal ini dikarenakan kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal meningkat.

Hasil pengolahan metode kai kuadrat dengan bantuan SPSS menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 20% dari jumlah seluruh sel yang memiliki nilai yang diharapkan kurang dari 5. Selain itu, metode kai kuadrat ini didisain dengan 2 x 2 sel maka P value yang diperoleh yaitu pada fisher’s exact test sebesar 0,018. Hasil tersebut lebih kecil dibandingkan tingkat ketelitian sebesar 0,05, maka H0 ditolak. Sehingga berdasarkan hasil uji kai kuadrat diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara usia pekerja dengan keluhan nyeri pada bawah pinggang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Guo (1995) dan Chaffin (1979). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang dilakukan oleh Kantana (2010), bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia pekerja dengan nyeri pada bawah pinggang dengan P value (0,017) < α (0,05) dengan responden yang berusia ≥ 35 tahun yang mengalami keluhan nyeri pada bawah pinggang sebanyak 22 orang (81,5 %), sedangkan responden yang berusia < 35 tahun yang mengalami keluhan nyeri pada bawah pinggang sebanyak 6 orang (42,9 %).

Tabel 4.6 Rangkuman Masa Kerja dan Keluhan Nyeri Bawah Pinggang

No. Masa Kerja Nyeri Bawah Pinggang Total

Ya % Tidak % N %

1. > 4 tahun 3 100 0 0 3 100

2. ≤ 4 tahun 2 40 3 60 5 100

Total 5 70 3 30 8 100

Tabel 4.6 merupakan rangkuman masa kerja, dan keluhan nyeri pada bawah pinggang dari hasil wawancara dengan kuesioner nordic body map. Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa masa kerja dikategorikan menjadi dua jenis yaitu masa kerja > 4 tahun dan ≤ 4 tahun. Hal tersebut sesuai dengan jurnal

ergonomi yang dibuat oleh Hendra dan Rahardjo (2009) dalam Khaizun (2013), yang menyatakan bahwa pekerja yang mempunyai masa kerja lebih dari 4 tahun mempunyai risiko gangguan muskuloskeletal 2,775 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja dengan masa kerja ≤ 4 tahun.

Tabel 4.7Hasil Analisis Bivariat Masa Kerja dengan Nyeri Bawah Pinggang

Hasil pengolahan metode kai kuadrat dengan bantuan SPSS menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 20% dari jumlah seluruh sel yang memiliki nilai yang diharapkan kurang dari 5. Selain itu, metode kai kuadrat ini didisain dengan 2 x 2 sel maka P value yang diperoleh yaitu pada fisher’s exact testsebesar 0,196. Hasil tersebut lebih besar dibandingkan tingkat ketelitian sebesar 0,05, maka H0 diterima. Sehingga berdasarkan hasil uji kai kuadrat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan nyeri pada bawah pinggang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kantana (2010) dengan P value sebesar 0,103 menyatakan bahwa masa kerja pada pekerja yang tidak mengalami keluhan nyeri bawah pinggang dan pekerja yang mengalami keluhan nyeri bawah pinggang tidak memiliki hubungan yang bermakna. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Soleha (2009) dalam Kantana (2010) yang menyatakan bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan yang

signifikan terhadap keluhan muskuloskeletal dengan P value sebesar 0,439. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan bawah pinggang bisa saja dimungkinkan karena pekerja yang masa kerjanya masih tergolong baru banyak melakukan pekerjaan dengan posisi yang berisiko atau belum terbiasa melakukan pekerjaan sehingga akan mengalami risiko yang tinggi untuk mengalami keluhan pada bawah pinggang.

Dokumen terkait