• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Produksi Ternak Sapi dalam Pengembangan Wilayah

METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

D. Potensi Peternakan

4.6. Analisis Produksi Ternak Sapi dalam Pengembangan Wilayah

Analisis produksi pengembangan ternak sapi potong dalam pengembangan wilayah dapat diukur dari beberapa variabel diantaranya perkembangan peternakan yang terjadi melalui pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan peternak yang diukur dari konsumsi rumah tangga yang diperoleh dari hasil usaha ternak, adanya peningkatan populasi ternak dari tahun ketahun dan nilai produksi ternak yang terus meningkat yang akan berimbas pada peningkatan pendapatan peternak yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi karena peningkatan pendapatan peternak maupun pekerja sektor peternakan akan meningkatkan daya beli/konsumsi rumah tangga mereka, selanjutnya akan menggairahkan pasar dan berkembangnya pasar akan mendorong sektor-sektor ekonomi lainnya terdorong tumbuh dan berkembang sehngga pemerataan pendapatan akan terjadi, selanjutnya akan memberi pemasukan pendapatan pemerintah daerah melalui retribusi dan pajak. Pendapatan pemerintah tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan diantaranya peningkatan sarana dan prasarana, yang pada akhirnya akan mendorong pengembangan wilayah di daerah tersebut maupun daerah sekitarnya.

Peningkatan populasi ternak yang diusahakan peternak akan meningkatkan tambahan jam kerja bagi tenaga kerja, peningkatan jam kerja ini akan mendorong permintaan akan tenaga kerja yang terus meningkat, sehingga apabila tenaga kerja yang digunakan selama ini hanya merupakan tenaga kerja keluarga, maka bagi para peternak yang umumnya memiliki ternak yang jumlahnya lebih dari 5 ekor, maka membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak yang akan digunakan untuk menggembala ternak, mengarit, merawat ternak bahkan mengumpulkan kotoran ternak yang dapat dijual untuk menambah pendapatan peternak.

Dengan semakin meningkatnya usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Deli Serdang ini, turut pula mendorong industri lainnya baik yang berhubungan secara langsung maupun yang tidak berhubungan secara langsung. Seperti dijelaskan pada Bab I, maka pengembangan usah ternak ini dapat mendorong usaha lainnya, sehingga pada industi hilir akan tercipta industi-industi baru maupun menambah perkembangan industri yang sudah ada sebelumnya (industri hulu). Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap pengembangan wilayah, sehingga suatu wilayah akan lebih cepat berkembang apabila terdapat kegiatan ekonomi yang berkembang secara terus menerus dan pada akhirnya akan mendorong sektor lainnya turut berkembang karena manusia sebagai pelaku dan pengguna produk mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas dan kebutuhannya sangat beragam. Tabel 4.12. memperlihatkan keterkaitan industri hulu, industri hilir dan sektor pendukung usaha peternakan bila usaha peternakan produksinya terus dapat ditingkatkan.

Tabel 4.12. Keterkaitan Industri Hulu, Industri Hilir dan Sektor Pendukung Terhadap Produksi Ternak Sapi Potong.

Industri Hulu Industri Hilir Sektor Pendukung

(1) (2) (3)

1. Industri Pakan 1. Pedagang ternak 1. Lembaga keuangan

2. Industri obat 2. Indusrti pengalengan daging 2. Jasa telekomunikasi

3. Poultry shop 3. Industri kemasan 3. Jasa transportasi

4. Toko material bangunan 4. Industri pengolahan kulit 4. Jasa penyuluh

5. Lahan penggembalaan 5. Industri pupuk kadang 5. Kelompok peternak

6. Industri abon sapi 6. Rumah Potong hewan

7. Pembuatan biogas 7. Jasa Pemacekan

8. Usaha penanaman Pakan makanan ternak

8. Jasa pengobatan ternak

Sumber : Data diolah dari berbagai sumber

Untuk melihat apakah terjadi peningkatan usaha peternakan sapi potong disbanding dengan periode sebelumnya, maka dilakukan uji beda rata-rata terhadap jawaban responden tentang peningkatan rata-rata pendapatan peternak, peningkatan jumlah ternak dan peningkatan produksi ternak yang datanya dibandingkan antara tahun 2009 dengan tahun 2013. Hasil analisa yang diperoleh dapat dijelaskan sebagai berikut :

4.6.1 Analisis Peningkatan Jumlah Ternak Sapi Potong

Hipotesis yang diajukan adalah terjadinya peningkatan jumlah ternak sapi potong di Kabupaten Deli Serdang. Hasil uji beda rata-rata peningkatan jumlah ternak sapi potong menunjukkan bahwa pada tahun 2009 rata-rata jumlah ternak sebesar 2,81 dan pada tahun 2013 naik menjadi 5,52, selanjutnya hasil uji beda jumlah ternak ini dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Hasil Analisis Statistik Uji Beda Rata-rata Jumlah Ternak Sapi Potong antara Tahun 2009 dengan Tahun 2013 (dalam jumlah ekor)

No. Uraian Tahun 2009 Tahun 2013

1. 2. 3. 4. 5.

Rata-rata jumlah ternak Standar deviasi Signifikasi t - hitung t - tabel 2,81 3,336 0,000 7,374 1,660 5,52 5,138

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2013

Berdasarkan hasil analisis statistik rata-rata jumlah ternak sapi potong diperoleh nilai t hitung sebesar 7,374 dan nilai t tabel sebesar 1,660. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa jumlah t hitung > t tabel. Kesimpulannya adalah hasil

perbandingan nilai t hitung dengan nilai t tabel

Peningkatan rata-rata jumlah ternak sapi potong tahun 2009 sebesar 2,81 ekor meningkat pada tahun 2013 menjadi 5,52 ekor, menunjukkan minat masyarakat untuk beternak sapi terus meningkat dari tahun ke tahun, dan adanya semangat masyarakat untuk beternak karena saat ini banyaknya skala ternak yang baik yang dapat diusahakan para peternak, apalagi saat ini sudah jarang terjadi kasus pencurian ternak dan masyarakat lebih mudah memperoleh bantuan modal usaha, apakah dari keluarga dekat, lembaga keuangan swasta maupun pemerintah. Kelemahan yang terjadi saat ini untuk memperoleh modal ternak adalah belum adanya pengakuan lembaga keuangan atau belum adanya kerja sama antara

terdapat perbedaan yang nyata rata-rata jumlah ternak sebelum pengembangan komoditi ternak sapi potong pada tahun 2009 dan setelah pengembangan komoditi ternak sapi potong pada tahun 2013.

pemerintah dengan lembaga keuangan untuk membuat ternak sapi sebagai jaminan usaha bagi peternak.

4.6.2. Analisis Peningkatan Produksi Ternak Sapi Potong

Peningkatan produksi ternak sapi potong diukur dari harga pasar ternak

tersebut apabila dijual pada tahun yang bersangkutan. Hipotesis yang digunakan adalah terjadinya peningkatan produksi ternak sapi di Kecamatan yang

terpilih sampel. Hasil uji beda rata-rata produksi ternak sapi yang dimiliki peternak dapat dilihat pada Tabel 4.14. berikut :

Tabel 4.14. Hasil Analisis Statistik Uji Beda Rata-rata Produksi Ternak Sapi Potong antara Tahun 2009 dengan Tahun 2013 (dalam Rupiah)

No. Uraian Tahun 2009 Tahun 2013

1. 2. 3. 4. 5.

Rata-rata nilai produksi Standar deviasi Signifikasi t - hitung t - tabel 16.040.816,33 19213133,592 0,000 6,772 1,660 44.854.081,63 50516334,336

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2013

Berdasarkan hasil analisis statistik rata-rata produksi ternak sapi potong diperoleh nilai t hitung sebesar 6,772 dan nilai t tabel sebesar 1,660. Hasil analisis ini menunjukan bahwa nilai produksi t hitung > t table yang berarti hipotesis

tersebut diterima. Penerimaan hipotesisi ini menyimpulkan terdapat perbedaan yang nyata rata-rata produksi ternak sebelum tahun 2009 dan tahun 2013 atau dengan kata lain terjadi peningkatan produksi ternak sapi potong. Kesimpulannya adalah hasil perbandingan nilai t - hitung dengan nilai t - tabel terdapat perbedaan yang nyata rata-rata produksi ternak sebelum tahun 2009 dan setelah tahun 2013.

Peningkatan hasil produksi rata-rata sapi potong tahun 2009 dari sebesar Rp. 16.040.816,- meningkat pada tahun 2013 menjadi sebesar Rp.44.854.081.- terlihat signifikan.

4.6.3. Analisis Peningkatan Pendapatan Peternak Sapi Potong

Peningkatan pendapatan peternaksapi potong diukur dari hasil rata-rata/bulan usaha ternak yang dikonsumsi peternak pada tahun yang bersangkutan. Hipotesis yang digunakan adalah terjadinya peningkatan pendapatan peternak sapi di Kecamatan yang terpilih sampel. Hasil uji beda rata-rata pendapatan peternak sapi potong dapat dilihat pada Tabel 4.15. berikut :

Tabel 4.15. Hasil Analisis Statistik Uji Beda Rata-rata Pendapatan Peternak antara Tahun 2009 dengan Tahun 2013 (dalam Rupiah)

No. Uraian Tahun 2009 Tahun 2013

1. 2. 3. 4. 5. Rata-rata pendapatan Standar deviasi Signifikasi t - hitung t - tabel 382.755,10 358874,330 0,000 9,370 1,660 680.520,41 472211,778

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2013

Berdasarkan hasil analisis statistik rata-rata pendapatan peternak pada Tabel 4.15 diperoleh nilai t hitung sebesar 9,370 sedangkan nilai t tabel adalah sebesar 1.660,

nilai t hitung > t tabel. Hasil analisis ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pendapatan peternak sebelum tahun 2009 dengan tahun 2013. Perhitungan ini sesuai dengan rata-rata peningkatan modal produksi tahun 2009 sebesar Rp. 382.755,-/bulan menjadi Rp. 680.520,-/bulan pada tahun 2013.

Peranan beternak sapi potong dalam pengembangan wilayah, dalam penelitian ini diukur dari peningkatan jumlah ternak sapi potong, peningkatan produksi ternak sapi potong dan peningkatan pendapatan ternak sapi potong. Analisis peningkatan jumlah ternak sapi potong menunjukkan adanya peningkatan jumlah ternak sapi potong pada tahun 2013 dibandingkan dengan jumlah ternak sapi potong pada tahun 2009. Analisis peningkatan produksi ternak sapi potong juga menunjukkan adanya peningkatan produksi ternak sapi potong pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2009. Demikian juga halnya pada analisis peningkatan pendapatan ternak sapi potong yang menunjukkan adanya peningkatan pendapatan tahun 2013 dibanding dengan tahun 2009.

Dari hasil analisis di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang peranan beternak sapi potong berdampak dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan sampel penelitian yang diambil dari kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Kutalimbaru dan Kecamatan Sunggal, maka menunjukkan perkembangan yang memuaskan/signifikan, terjadi peningkatan pendapatan peternak, peningkatan produksi ternak akan meningkatkan permintaan tenaga kerja, selanjutnya perekonomian menjadi berkembang karena bertambahnya lapangan pekerjaan, bertambahnya pendapatan dan bertambahnya permintaan akan barang, sehingga pasar turut berkembang akibat dari uang beredar lebih banyak dan transaksi barang di pasar meningkat, peningkatan yang terjadi terus menerus di atas, akan berdampak dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Deli Serdang.

BAB V

Dokumen terkait