• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Sapi Potong

3. Modal, Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap atau modal

2.4. Fungsi Produksi

Suhartati dan Fathorrozi (2002 ), menyatakan bahwa produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi fungsi produksi adalah suatu persaman yang bisa menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu.

Sukartawi (1994), menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antar variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variable yang menjelaskan biasanya berupa input.

Perlunya pembahasan tentang fungsi produksi ini karena beberapa hal :

a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan faktor antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

b. Dengan faktor produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable) Y, dan variabel yang menjelaskan (independent variable) X, serta sekaligus mengetahui hubungan

antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2, …Xi, …Xn )

Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan Xi,…Xn dan X lainnya juga dapat diketahui.

Menurut Dombusch (2001) fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dan output. Perusahaan dalam hal ini tidak bisa mencapai output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak, dan perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa mengurangi tingkat outputnya. Selain mengkaitkan jumlah output yang diproduksi dalam perekonomian dengan input produksi, fungsi produksi juga berhubungan atau terkait dengan penguasaan teknologi.

Berbagai macam fungsi produksi telah dikenal dan di pergunakan oleh para peneliti, metode penelitian yang sering digunakan adalah metode penelitian fungsi produksi Cobb-Douglas karena adanya kemudahan-kemudahan yang dimiliki metode ini yaitu dengan penggunaan cara regresi berganda atau regresi sederhana.

Secara matematik, fungsi Cobb Douglas dapat dituliskan seperti persamaan berikut :

Y = aX1 b1,X2b2, …. X ibi …. Xnbn eu

Bila fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyatakanoleh hubungan Y dan X, maka : ... (2.1)

Dimana :

Y = variabel yang dijelaskan X = variabel yang menjelaskan a, b = besaran yang akan diduga u = kesalahan (disturbance term) e = logaritma natural, e = 2,718.

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan (2.1), maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut.

Logaritma dari persamaan di atas adalah :

Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2

Y + u * = a* + b1X1* + b2X2* + u* Dimana : ...(2.3) Y* = log Y X* = log X u* = log u a*

yang lain telah dijelaskan sebelumnya. Persamaan (2.3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi berganda. Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b

= log a

1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel yang terlihat telah

dilogaritmakan. Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada fungsi

Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum seseorang menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Persyaratan ini antara lain :

a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang tidak diketahui (infinite);

b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective technologies).

Ini artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan dan apabila diperlukan analisis yang lebih dari satu model misalkan dua model, maka perbedaan kedua model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

c. Tiap variabel X adalah perfect competition.

d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan, u.

Dalam melakukan suatu penelitian, akan terdapat 2 (dua) sumber data yakni data yang terkontrol atau terukur secara lebih pasti seperti yang di peroleh dari percobaan pada rumah kaca yang selama dalam penelitian tanpa ada gangguan/kendala faktor alam sehingga penelitian dapat terkontrol, dan data yang tidak terkontrol yaitu data yang diperoleh dari hasil survey lapangan yang hasilnya sering bias terhadap kenyataan di lapangan. Misalnya data produktivitas dari suatu peternak sapi yang dipengaruhi oleh banyaknya tenaga kerja, luas

lahan, pakan, manajemen dan besarnya kapital yang datanya akan bervariatif walaupun respondennya memiliki jumlah ternak yang sama.

Untuk mendapatkan fungsi pendugaan yang baik dengan menggunakan data yang tidak terkontrol, maka diperlukan perhatian, antara lain:

a. Variasi dari variabel yang tidak dimasukan dalam model haruslah kecil. Misalnya, jenis tanah harus tidak banyak variasi agar luas tanah yang dipakai tidak terlalu bias bila dipakai dalam model. Bagitu pula halnya dengan kualitas tenaga kerja sebaiknya tidak terlalu bervariasi agar variabel ini juga tidak terlalu bias hasilnya.

b. Sebaliknya variasi dari setiap variabel persatuan luas harus banyak variasinya. Misalnya, satu hektar luas tanah untuk petani yang satu dan yang lain harus besar variasi penggunaan faktor produksinya. Bila tidak demikian, akan terjadi bias terhadap pendugaan fungsi produksi.

c. Jumlah sampel harus memadai agar variasi tersebut dapat ditangkap pengaruhnya; misalkan paling sedikit ada 30 sampel.

Fungsi produksi Cobb-Douglas sering dipakai dalam penyelesaian problem makro ekonomi , misalnya dalam menghitung kontribusi kapital atau tenaga kerja. Seperti halnya pada konsep fungsi produksi yang sering dipakai dalam konsep engineering, maka dalam konsep makro ekonomi, fungsi produksi diartikan sebagai fungsi yang menyatakan hubungan antara kapasitas output maksimum dari keseluruhan ekonomi dan kendala dari variabel yang mempengaruhi output tersebut. Karena itu maka fungsi produksi adalah sebenarnya merupakan “konsep maximize atau mamaksimumkan.”(Sukartawi,

Dalam konsep makro ekonomi menurut Sadono (2010), dinyatakan bahwa fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus: Q=f (K, L, R, T) dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan keahlian usahawan, R adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut.

Dalam suatu teori produksi berlaku hukum hasil lebih yang semakin berkurang (The law of Diminishing Return), maksudnya adalah apabila faktor produksi yang dapat di ubah jumlahnya ( tenaga kerja ) terus-menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahanya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun.

Dalam analisis kegiatan ekonomi di misalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya dianggap tetap jumlahnya (fix cost), yaitu modal dan tanah jumlahnya tidak di anggap mengalami perubahan. Juga teknologi di anggap tidak mengalami perubahan dalam periode tertentu. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (variable cost). Pertambahan produksi yang di akibatkan oleh pertambahan suatu tenaga kerja yang digunakan

disebut produk marginal (MP). Apabila pertambahan tenaga kerja adalah ∆L, pertambahan produksi marjinal adalah ∆TP , maka MP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

�� = ∆��∆�

Kemudian besarnya produksi rata-rata (AP), yaitu produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja dapat dihitung dari produksi total (TP) dibagi dengan jumlah tenaga kerja (L), maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

AP = ��

Hubungan antara Produksi Total (PT), Produksi Marginal (MP) dan Produksi Rata-rata (AP) dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini

Produksi

Y TP = Total Produk

Tahap I Tahap II Tahap III

Y2 Y1 AP = Produk Rata-rata 0 3 4 8 Tenaga Kerja MP=Produk Marginal Gambar 2.1. Kurva Produksi Total, Produksi Rata-ratadan Produksi Marjinal

Pada Gambar 2.1, kurva TP adalah kurva produksi total, yang menunjukkan hubungan antara jumlah produksi dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi. Pada tahap I, kurva TP cenderung naik ke atas dengan penambahan tenaga kerja sejumlah tertentu, tahap II walaupun penambahan tenaga kerja terus ditambah, tetapi peningkatan produksi mulai berkurang kemudian penambahan tenaga kerja yang dilakukan pada tahap III sudah tidak mempunyai pengaruh berarti terhadap produksi, bahkan pada titik tertentu produksi mengalami penurunan.

Kurva MP menggambarkan produksi marginal akibat penambahan tenaga kerja, dimana terlihat ketika jumlah tenaga kerja masih 3 orang, terjadi peningkatan puncak produksi marginal, kemudian tenaga kerja ditambah lagi menjadi 4 orang, produksi marginal sudah mulai menurun dan ketika tenaga kerja menjadi 8 orang atau pada tahap III terlihat kurva produksi marginal sudah bernilai negatif.

Selanjutnya kurva AP merupakan rata-rata tenaga kerja yang digunakan, pada tahap I ketika tenaga kerja berjumlah 4 orang, rata-rata produksi berada pada puncak, kemudian pada tahap II, rata-rata produksi mulai menurun walaupun tenaga kerja ditambah terus dan akan terus menurun di tahap III.

Dokumen terkait