• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Program/Kegiatan yang menunjang

Dalam dokumen DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA (Halaman 155-174)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.4 Analisis Program/Kegiatan yang menunjang

Kinerja

Keberhasilan capaian kinerja produksi hortikultura pada Tahun 2015 ini antara lain disebabkan oleh adanya dukungan pengembangan kawasan, pengembangan sistem perbenihan dan perlindungan hortikultura.

Secara garis besar, capaian produksi yang cukup baik di tahun 2015 merupakan hasil dukungan pelaksanaan 6 kegiatan utama yang dilakukan oleh masing-masing Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura yaitu:

1. Peningkatan Produksi dan Produktitas Buah Ramah Lingkungan;

2. Peningkatan Produksi dan Produktitas Florikultura Ramah Lingkungan;

3. Peningkatan Produksi dan Produktitas Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan;

4. Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura Ramah Lingkungan;

5. Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura;

6. Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Hortikultura.

Pelaksanaan 3 kegiatan utama (poin 1 s.d 3) yaitu Peningkatan Produksi dan Produktvitas Buah, Florikultura, Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan secara langsung berdampak pada perluasan pengembangan kawasan/sentra produksi komoditas hortikultura dan atau pemantapan pengembangan kawasan hortikultura yang telah ada. Disamping itu, secara nyata kegiatan tersebut

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

130

diatas berdampak pada peningkatan produktivitas dan penurunan losses/kehilangan hasil produksi hortikultura. Sehingga terdapat peningkatan produksi hortikultura di kantong-kantong produksi di Indonesia.

Berikut adalah uraian kegiatan yang menunjang keberhasilan/kegagalan pencapaian produksi hortikultura:

1. Pengembangan kawasan

Kegiatan dalam pengembangan kawasan merupakan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada upaya meningkatkan produksi, produktivitas hortikultura dalam rangka mencapai target sasaran produksi hortikultura meliputi tanaman buah, florikultura, sayuran dan tanaman obat yang telah ditetapkan setiap tahun berjalan. Dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas hortikultura diberikan fasilitasi bantuan pengembangan kawasan untuk petani hortikultura berupa sarana prasarana produksi. Luas pengembangan kawasan hortikultura pada tahun 2015 disajikan pada tabel berikut:

Tabel 15. Target dan Realisasi Capaian Pengembangan

Kawasan Hortikultura Tahun 2015

No Kegiatan Pengembangan

Kawasan Target Realisasi %

1 Buah (ha) 6.524 6.186 94,82

2 Florikultura (m2) 465.110 447.400 96,19

3 Sayuran (ha) 10.221 10.112 98,93

4 Tanaman Obat (ha) 763 737 96,59

Sumber: Ditjen Hortikultura berdasarkan Laporan PMK 249/2011 per tanggal 20 Januari 2015

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

131 Berikut adalah rincian pengembangan kawasan hortikultura yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian target produksi hortikultura tahun 2015:

1. Pengembangan kawasan buah ditargetkan seluas 6.524 ha dengan rincian untuk kawasan aneka jeruk seluas 4.100 ha dan sisanya adalah untuk pengembangan buah lainnya. Pengembangan kawasan buah jeruk yang didanai biaya APBN telah dilaksanakan sejak tahun 2011 sampai sekarang. Pengembangan jeruk tahun 2011 seluas 348 ha, tahun 2012 seluas 1.963 ha, tahun 2013 seluas 1.816 ha, tahun 2014 seluas 3.487 ha dengan total 7.614 ha. Tanaman buah yang ditanam pada tahun 2011 telah berproduksi sehingga mampu memberikan sumbangan terhadap peningkatan produksi buah jeruk pada tahun 2015. Selain jeruk juga telah dikembangkan beberapa jenis buah dan mulai menghasilkan sejak tahun 2014 dan berlanjut hingga tahun 2015 yaitu: mangga, pisang, pepaya, nenas, salak, srikaya, melon, dan semangka. Lokasi pengembangan buah menyebar di hampir seluruh Indonesia terutama pada kabupaten dan kota yang merupakan sentra utama komoditas tersebut. Pengembangan kawasan buah yang telah dilaksanakan sejak tahun 2011 hingga sekarang adalah seluas 27.287 ha.

2. Pengembangan kawasan florikultura dari yang

ditargetkan seluas 465.100 m2, terealisasi 441.400

m2. Pengembangan kawasan tanaman florikultura

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

132

produksi di tahun 2015, meskipun masih dapat memberikan kontribusi produksi pada tahun 2016. Lokasi pengembangan kawasan florikultura pada tahun 2015 tersebar di 23 provinsi dan 50 kabupaten/kota.

3. Pengembangan kawasan tanaman sayuran tahun 2015 ditargetkan seluas 10.221 ha di dalamnya termasuk cabai merah 2.543 ha, cabai rawit merah 1.857 ha, dan bawang merah 4.246 ha, dalam pelaksanaannya terealisasi seluas 10.112 ha dan tidak dapat direalisasikan seluas 109 ha. Kegiatan pengembangan kawasan sayuran sejak tahun 2011 sampai dengan saat ini telah direalisasikan seluas 25.431 ha.

Pengembangan kawasan sayuran mengalami peningkatan luasan cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang disebabkan oleh adanya upaya khusus Gerakan Tanam Cabai dan Bawang Merah di Musim Kering (GTCK) melalui dana APBN-P Tahun 2015. Upaya khusus peningkatan produksi aneka cabai dan bawang merah melalui kegiatan GTCK ini dimaksudkan untuk memenuhi pasokan aneka cabai dan bawang merah dalam negeri, menjamin stabilisasi harga serta inflasi.

Kegiatan GTCK meliputi pengembangan kawasan cabai merah yang dilaksanakan di 16 Propinsi dan 17 Kabupaten. Sedangkan, pengembangan kawasan cabai rawit merah dilaksanakan 14 Propinsi dan 27 Kabupaten. Adapun, pengembangan kawasan bawang merah dilaksanakan pada 26 Propinsi dan 4

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

133 Kabupaten. Namun, upaya khusus GTCK ini belum mampu memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan produksi aneka cabai dan bawang merah tahun 2015 dikarenakan rencana tanam komoditas tersebut yang seharusnya dilaksanakan pada bulan Agustus s.d September 2015 mundur menjadi bulan November s.d Desember 2015. Sehingga, dampak kegiatan GTCK terhadap peningkatan produksi aneka cabai dan bawang baru dapat terlihat di tahun 2016.

4. Pengembangan kawasan tanaman obat, sesuai dengan Perjanjian Kinerja Tahun 2015 ditargetkan seluas 763 ha, dalam pelaksanaannya terealisasi 737 ha. Sehingga, kawasan tanaman obat yang tidak dapat direalisasikan adalah seluas 26 ha yaitu kawasan jahe di Bengkulu Utara. Kegiatan pengembangan kawasan tanaman obat sejak tahun 2011 sampai dengan saat ini telah direalisasikan seluas 2.136ha.

2. Registrasi Kebun/Lahan Usaha

Penerapan GAP pada komoditas hortikultura telah dilaksanakan di berbagai kawasan. GAP mengatur berbagai aspek mulai dari aspek lahan, penggunaan benih, budidaya, pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Sebagai bukti penerapan GAP suatu kebun/lahan usaha dilakukan dengan penerbitan nomor registrasi melalui kegiatan registrasi yang mengacu kepada Pedoman Umum Registrasi Kebun/Lahan Usaha. Kebun/lahan usaha yang telah mendapat nomor registrasi

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

134

tersebut diharapkan dapat mendapatkan sertifikasi seperti Prima, Global GAP maupun berbagai standar mutu lainnya. Jumlah registrasi kebun/lahan usaha yang berhasil dilaksanakan pada tahun 2015 disajikan pada tabel berikut:

Tabel 16. Target dan Realisasi Capaian Registrasi

Kebun/Lahan Usaha Tahun 2015

No Kegiatan Registrasi

Kebun/Lahan Usaha Target Realisasi %

1 Buah (kebun) 870 670 77,01

2 Florikultura (lahan usaha) 56 53 94,64

3 Sayuran dan Tan. Obat (lahan usaha)

1.200 1.100 91,67

Sumber: Ditjen Hortikultura berdasarkan Laporan PMK 249/2011 per tanggal 20 Januari 2015

Kegiatan registrasi kebun/lahan usaha telah dimulai sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, semenjak itu telah dilakukan registrasi kebun/lahan usaha untuk kebun buah sebanyak 3.597 kebun, sedangkan registrasi lahan usaha florikultura sebanyak 334 lahan usaha. Untuk komoditas sayuran dan tanaman obat sebanyak 4.229 lahan usaha.

3. Sekolah Lapang GAP (SL-GAP)

Kegiatan Sekolah Lapang GAP Hortikultura merupakan salah satu metode belajar dengan pendekatan orang dewasa dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan petani dalam menerapkan prinsip-prinsip GAP Tanaman Hortikultura. Pola pembelajaran dilakukan melalui pengalaman, dengan menggunakan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

135 lahan usaha sebagai tempat belajar, memantau secara teratur setiap minggu atau dua minggu sepanjang musim tanam, mengkaji dan membahasnya sehingga petani menjadi ahli dan dapat mengambil keputusannya sendiri. Pelaksanaan kegiatan sekolah lapangan GAP dilaksanakan di Kabupaten/Kota dengan pendampingan dari PL1 (Provinsi) dan PL2 (Kab/Kota) yang telah mengikuti peningkatan kapabilitas pemandu lapang yang diselenggarakan pusat.

Kegiatan Sekolah Lapang GAP dilaksanakan pada

lokasi pengembangan hortikultura (buah, florikultura, sayuran dan tanaman obat) dengan tujuan

diantaranya adalah untuk; meningkatkan produktivitas

tanaman, memperbaiki mutu, efisiensi produksi, dan mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap produk yang dihasilkan baik untuk konsumen maupun lingkungan. Berikut disajikan data kegiatan SL-GAP yang telah dilaksanakan pada tahun 2015.

Tabel 17. Target dan Realisasi Capaian Kegiatan

SL-GAP Tahun 2015

No Kegiatan SL-GAP Target Realisasi %

1 Buah (kelompok) 197 192 97,46 2 Florikultura (kelompok) 44 43 97,73 3 Sayuran dan Tanaman Obat (kelompok) 718 707 98,47

Sumber: Ditjen Hortikultura berdasarkan Laporan PMK 249/2011 per tanggal 20 Januari 2015

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

136

Penerapan budidaya yang baik dan benar mengacu kepada GAP yang akan menghasilkan kebun-kebun/lahan usaha hortikultura yang dikelola dengan baik dan memenuhi standart yang telah ditetapkan dalam pedoman GAP sehingga mandapatkan nomor registrasi. Kegiatan SL-GAP telah dilaksanakan sejak tahun 2011 hingga 2015 dengan realisasi kelompok tani buah mencapai 1.402 kelompok, florikultura sebanyak 557 kelompok, sayuran dan tanaman obat sebanyak 1.581 kelompok.

4. Sekolah Lapang GHP (SL-GHP)

Perbaikan sistem pengelolaan produk hortikultura dalam teknologi pemanenan dan penanganan pascapanen merupakan unsur-unsur yang diperlukan untuk meningkatkan mutu produk hortikultura. Usaha untuk mempertahankan mutu dan keutuhan produk hortikultura segar agar tetap prima sampai ke tangan konsumen perlu dilaksanakan melalui penanganan pascapanen yang baik sesuai Good Handling Practices (GHP).

SL-GHP Hortikultura merupakan salah satu metode belajar dengan pendekatan orang dewasa dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan petani dalam menerapkan prinsip-prinsip penanganan pascapanen yang baik.

Pelaksanaan kegiatan sekolah lapangan GHP dilaksanakan di Kabupaten/Kota dengan pendampingan dari PL1 (Provinsi) dan PL2 (Kab/Kota) yang telah mengikuti peningkatan kapabilitas pemandu lapang yang diselenggarakan pusat. Kegiatan SL-GHP yang telah

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

137 dilaksanakan pada tahun 2015 disajikan pada tabel berikut:

Tabel 18. Target dan Realisasi Capaian Kegiatan SL-GHP

Tahun 2015

No Kegiatan SL-GHP Target Realisasi %

1 Buah (kelompok) 110 106 96,36

2 Florikultura (kelompok) 33 31 93,94

3 Sayuran dan Tanaman Obat (kelompok)

58 58 100,00

Sumber: Ditjen Hortikultura berdasarkan Laporan PMK 249/2011 per tanggal 20 Januari 2015

Kegiatan Sekolah Lapang GHP dilaksanakan pada

lokasi pengembangan komoditas hortikultura dengan

tujuan memperbaiki mutu produk, penampilan produk

hortikultura agar lebih menarik, memperpanjang daya simpan dan menurunkan kehilangan hasil. Kegiatan SL-GHP telah dilaksanakan sejak tahun 2013 hingga saat ini dan telah diikuti oleh petani yang tergabung dalam kelompok tani. Sampai dengan tahun 2015, kegiatan GHP buah telah dilaksanakan pada 374 kelompok, SL-GHP Florikultura telah dilakukan sebanyak 151 kelompok, SL-GHP Sayuran dan tanaman obat sebanyak 249 kelompok.

5. Fasilitasi sarana prasarana budidaya dan pascapanen

Untuk menghasilkan produk yang bermutu dalam budidaya beberapa jenis komoditas hortikultura membutuhkan sarana prasarana budidaya sesuai dengan karakteristik tanamannya. Pengadaan sarana prasarana untuk mendukung kegiatan budidaya hortikultura

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

138

bertujuan agar tanaman dapat tumbuh baik sesuai dengan karakteristik biologis tanaman tersebut, mengkondisikan tanaman dapat tumbuh sesuai dengan mikro klimat yang dibutuhkan.

Sedangkan, bagi perbaikan penanganan pascapanen sesuai kebutuhan masing-masing sentra serta dalam rangka peningkatan produksi dan mutu hortikultura diperlukan fasilitasi bantuan sarana prasarana pascapanen hortikultura. Penanganan pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah panen sampai dengan siap dimanfaatkan dan atau diolah. Untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan mutu produk hortikultura telah dialokasikan anggaran untuk fasilitasi bantuan sarana budidaya dan pascapanen yang diberikan kepada kelompok tani hortikultura. Kegiatan pengadaan sarana prasarana budidaya dan pascapanen

hortikultura dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Provinsi

dan Kabupaten/Kota. Jumlah fasilitasi sarana prasarana budidaya dan pascapanen tahun 2015 disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 19. Target dan Realisasi Capaian Kegiatan Fasilitasi

Sarana Prasarana Budidaya dan Pascapanen Tahun 2015

No Kegiatan Target Realisasi % A Fasilitasi Sarana Prasarana Budidaya (unit)

1 Buah 129 129 100,00

2 Florikultura 540 545 100,93

3 Sayuran dan Tanaman Obat

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

139

No Kegiatan Target Realisasi % B Fasilitasi Sarana Prasarana Pascapanen (unit)

1 Buah 126.163 11.757 96,66

2 Florikultura 533 483 90,62

3 Sayuran dan Tanaman Obat

42.372 40.522 95,63

Sumber: Ditjen Hortikultura berdasarkan Laporan PMK 249/2011 per tanggal 20 Januari 2015

Sarana budidaya yang telah diberikan untuk membantu petani buah meliputi sarana produksi (benih, pupuk), plastik mulsa, pembrongsong buah dan rumah plastik. Untuk pengembangan florikultura, fasilitasi sarana prasarana budidaya dapat diberikan antara lain berupa; 1) peralatan dan mesin seperti cultivator, generator listrik, pompa air, power sprayer, sarana pendukung screen

house, 2) bangunan berupa screen house, pergola dan

lain-lain, 3) sarana irigasi dan jaringan baik irigasi springkel, irigasi tetes, irigasi penguatan nursery, tower, selang air, bak penampungan dan lain-lain, 4) fasilitasi sarana prasarana perbanyakan tanaman meliputi bak semai/tray, rumah aklimatisasi/rumah semai (sungkup), rumah repotting, irigasi dan instalansinya, sarana angkut (gerobak dorong), rak tanaman, sarana pencahayaan baik mulsa atau net, plastik UV, shading net untuk rumah lindung dan lain-lain.

Fasilitasi sarana prasarana budidaya sayuran dan tanaman obat diberikan dalam bentuk pilihan oleh petani, seperti netting house, shading net, rumah plastik UV, alat jaringan irigasi, cultivator, pH meter, sprayer electric.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

140

Sarana penanganan pascapanen komoditas buah yang diberikan meliputi keranjang panen, kantong panen, gerobak dorong, gunting panen, timbangan, alat angkut/ kendaraan roda tiga, tempat pengumpul/penanganan pascapanen dan lain sebagainya.

Fasilitasi sarana prasarana pascapanen untuk tanaman florikultura meliputi; 1) Tanaman daun dan bunga potong; kegiatan yang dilakukan adalah pemanenan, sortasi,

grading, precooling, perendaman/pulling, pengikatan,

pembungkusan, pengepakan, penyimpanan dan pengangkutan; 2) Tanaman pot dan taman; kegiatan yang dilakukan adalah pemanenan/pembongkaran, sortasi,

grading, pembersihan/pencucian, penanaman di pot/ repotting, transplantasi, pemeliharaan setelah panen,

penyungkupan, pengemasan dan pengangkutan.

Lebih lanjut, kegiatan pengembangan sistem perbenihan dan perlindungan hortikultura juga turut berperan penting dalam pencapaian keberhasilan kinerja. Dukungan kegiatan sistem perbenihan hortikultura berkontribusi pada pencapaian kinerja ketersediaan benih hortikultura dan produksi hortikultura. Melalui penyediaan benih hortikultura maka penggunaan akan benih hortikultura bermutu/bersertifikat dari varietas unggul sangat berpengaruh dan atau berkontribusi sangat signifikan terhadap produtivitas, mutu produk dan nilai ekonomi suatu komoditas. Oleh karena itu, penggunaan benih bermutu pada skala luas akan berdampak pada peningkatan produksi dan kualitas produk. Rangkaian kegiatan perbenihan yang memiliki daya ungkit atas capaian pernyataan kinerja Direktorat Jenderal

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

141 Hortikultura yaitu kegiatan perbanyakan benih hortikultura bermutu (benih buah, florikultura, sayuran dan tanaman obat), penguatan kelembagaan perbenihan, pemasyarakatan benih hortikultura bermutu, penilaian varietas, sertifikasi benih, pengawasan peredaran benih, serta fasilitasi sarana dan prasarana pada laboratorium BPSBTPH dan Balai Benih Hortikultura.

Disamping itu, pencapaian produksi hortikultura tidak terlepas dari gangguan-gangguan sistem produksi yang dialami di lapangan. Berbagai serangan OPT dan gangguan akibat anomali iklim/bencana alam sering mengakibatkan kerugian hasil yang cukup besar, apalagi dilihat ditingkat petani secara individual. Dengan pengelolaan perlindungan tanaman yang baik, diharapkan gangguan-gangguan tersebut dapat dihilangkan atau diminimalisasikan, sehingga pencapaian target produksi tidak terganggu.

Maka dari itu, peran sistem perlindungan hortikultura secara signifikan berpengaruh pada capaian pengamanan produksi hortikultura dari serangan OPT. Berdasarkan data proporsi luas serangan OPT yang terjadi di tahun 2015, terjadi penurunan luas serangan OPT hortikultura terhadap luas panen yang berdampak pada peningkatan persentase pengamanan produksi hortikultura pada tahun 2015.

Keberhasilan ini merupakan dampak dari pelaksanaan rangkaian kegiatan sistem perlindungan hortikultura ramah lingkungan antara lain; pelaksanaan SLPHT, adaptasi dan mitigasi iklim, pengelolaan dan

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

142

pengendalian OPT hortikultura, fasilitasi laboratorium PHP/Lab. Agensia Hayati/Lab. Pestisida, dan pengembangan klinik PHT. Melalui beragam kegiatan tersebut, maka penerapan pengendalian OPT hortikultura ramah lingkungan oleh petani/pelaku usaha meningkat.

3.5. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Pembangunan hortikultura selama beberapa tahun ke belakang menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, hal ini ditunjukkan dengan kinerja hortikultura yang memperlihatkan kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Mengacu pada efisiensi penggunaan sumberdaya, maka pada sub bab ini akan dibahas mengenai keterkaitan alokasi anggaran yang diterima oleh Direktorat Jenderal Hortikultura selama periode tahun 2015 dihubungkan dengan pencapaian kinerja. Adapun keterkaitan tujuan organisasi, sasaran strategis, capaian kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura serta pendanaan pada tahun 2015 disajikan pada Tabel berikut.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 143 Tabel 20. Keterkaitan T u juan O rga ni sa si, Sasa ran Strategis, Ca paian Kine rja dan Alokasi A ngga ran Tahun 2 015 Sumber: Direkto rat Jenderal Ho rtikultura, 2015 Keterangan: Rea

lisasi produksi tahun 2015 me

rup a ka angka progn osa No. Tujuan Sasaran Strategis Target Realisasi % Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) % 1.

Produksi Aneka Cabai (ton)

1.833.419

1.965.385

107,20

2.

Produksi Bawang Merah (ton)

1.125.247

1.253.775

111,42

3.

Produksi Aneka Jeruk (ton)

1.640.377

1.970.429

120,12

Produksi Hortikultura Lainnya a. Buah (ton)

17.988.469 18.303.077 101,75 b. Sayuran (ton) 10.887.768 8.938.390 82,10

c. Florikultura - Bunga dan Daun Potong

la inn ya (ta ng ka i) 703.030.721 781.820.662 111,21

Tanaman Hias Pot dan

La nse kap (po ho n) 35.337.327 43.864.183 124,13 Bunga Tabur (kg) 24.344.203 38.772.110 159,27

d. Tanaman obat (ton)

563.702

615.369

109,17

4.

Menekan kehilangan hasil hortikultura akibat dari serangan OPT dan dampak perubahan lingkungan, serta kehilangan hasil pascapanen.

5.

Pengamanan Produksi dari Serangan OPT (%)

Min 95%

98,75

100,00

4

Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura Ramah Lingkungan

95.884.777.000

86.571.442.000

90,29

Ketersediaan Benih a. Benih Buah (%)

4 4,2 105,00 b. Benih Sayur (%) 3 4,7 156,67

c. Benih Tanaman Obat (%)

2 2,45 122,50 d. Benih Florikultura (%) 3 3,6 120,00 6

Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Hor

tik ul tu ra 161.787.027.000 142.453.812.863 88,05 1.145.426.746.000 988.694.277.737 86,32 Total Anggaran Terpenuhinya kebutuhan sebagian besar

konsumsi cabai, bawang merah, jeruk dan aneka produk hortikultura lainnya dalam negeri dan ekspor secara ramah lingkungan

5

Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura

88.706.399.000

6.

Indikator Kinerja

Mempertahankan mutu dan menekan kehilangan produk hortikultura;

115.693.860.000

48.964.178.000

4.

1. 2.

Meningkatkan ketersediaan produk hortikultura untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, industri dan ekspor; Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah

Lingkungan

634.390.505.000

5.

Kegiatan

Peningkatan Produksi dan Produktvitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan

1

Peningkatan Produksi dan Produktvitas Produk Buah Ramah Lingkungan

2 3

Peningkatan Produksi dan Produktvitas Produk Florikultura Ramah Lingkungan

Meningkatkan produksi hortikultura yang aman konsumsi, bermutu dan diproduksi secara ramah lingkungan;

3. 93,41 89,43 90,85 83,22 527.917.216.000 105.107.547.000 82.856.821.874 43.787.438.000

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

144

Berdasarkan data pada Tabel 20, pada tahun 2015 pagu anggaran yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura untuk melaksanakan Program “Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan” adalah sebesar 1,145 triliun rupiah. Berdasarkan pendanaan tersebut, terdapat beberapa target kinerja yang wajib dicapai meliputi produksi hortikultura, pengamanan produksi dari serangan OPT dan peningkatan ketersediaan benih hortikultura. Secara garis besar, semua target tersebut diatas sudah berhasil tercapai kecuali untuk produksi sayuran lainnya yang masih berada di bawah target yang ditetapkan. Selain itu pula, hasil capaian produksi tahun 2015 lebih baik jika dibandingkan dengan capaian realisasi produksi tahun sebelumnya.

Sebelumnya, untuk melihat efisiensi penggunaan sumber daya, maka akan dibandingkan terlebih dahulu pendanaan atau input yang diterima oleh Direktorat Jenderal Hortikultura pada tahun 2015 dan beberapa tahun sebelumnya. Selanjutnya, akan dibandingkan capaian indikator kinerja produksi selama periode waktu yang sama. Sehingga dapat dilihat kesesuaian trend pada alokasi anggaran dan capaian kinerjanya. Trend yang diharapkan adalah jika terdapat penambahan alokasi anggaran atau pendanaan, maka akan diikuti pula dengan peningkatan pada capaian indikator kinerja dan atau capaian produksi. Pagu anggaran yang diterima oleh Direktorat Jenderal Hortikultura pada tahun 2015 lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 40. Alokasi anggaran yang diterima pada tahun 2012 sebesar 565,52 milyar rupiah,

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

145 meningkat di tahun 2013 menjadi 736,95 milyar rupiah kemudian menurun di tahun 2014 karena adanya penghematan anggaran menjadi sebesar 524, 66 milyar rupiah dan di tahun 2015 meningkat cukup tinggi menjadi sebesar 1,145 triliun rupiah. Peningkatan yang sangat tinggi ini disebabkan adanya penambahan dana melalui APBN-P tahun 2015. Trend pagu anggaran selama periode 4 tahun cenderung meningkat, meskipun terdapat sedikit penurunan di tahun 2013.

Gambar 40. Perkembangan Pendanaan/Alokasi Anggaran Ditjen

Hortikultura Tahun 2012-2015 dan Beberapa Tahun mendatang

Pada tahun mendatang alokasi anggaran pembangunan hortikultura direncanakan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan target kinerja 4 tahun kedepan, seperti yang tercantum pada Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

146

Gambar 41. Capaian Kinerja Produksi Hortikultura Tahun 2015 dan

Beberapa Tahun sebelumnya

Sedangkan pada capaian kinerja produksi yang ditunjukkan pada Gambar 41 (a, b, c), terlihat bahwa secara umum capaian produksi komoditas hortikultura selama periode 2010 hingga 2015 menunjukkan trend peningkatan dari tahun ke tahunnya, kecuali untuk produksi aneka jeruk dengan kecenderungan berfluktuasi dan meningkat di akhir

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

147 periode. Dengan demikian, perkembangan volume produksi selama lima tahun menunjukkan peningkatan dan perkembangan yang cukup menggembirakan. Sedangkan untuk capaian kinerja lainnya, trend realisasi kinerja pengamanan produksi dan peningkatan ketersediaan benih hortikultura seperti yang diperlihatkan pada Gambar 41(d) adalah meningkat secara perlahan hingga tahun 2014 namun sedikit menurun di tahun 2015.

Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan alokasi anggaran yang diterima pada tahun 2015 sebesar Rp1.145.426.746.000,-, Direktorat Jenderal Hortikultura mampu mencapai target kinerja sasaran produksi yang telah ditetapkan, dengan didukung pula oleh capaian kinerja perbenihan dan perlindungan.

Sesungguhnya, pada analisis atas efisensi penggunaan sumberdaya dimana analisis input pendanaan

dibandingkan outcome pada kelompok komoditas

hortikultura tidak dapat menggambarkan pencapaian kinerja sepenuhnya. Hal ini dikarenakan beberapa outcome hasil pelaksanaan program dan kegiatan di tahun berjalan tidak dapat terukur pada tahun yang sama. Outcome tersebut baru akan terlihat di tahun mendatang atau sesuai dengan karakteristik komoditas. Contohnya adalah pada komoditas buah, dengan fasilitasi bantuan pengembangan kawasan yang diberikan di tahun 2015 hasil produksi baru dapat diketahui 5-7 tahun mendatang. Begitupula untuk komoditas lainnya, baik sayuran, tanaman obat maupun florikultura jika kemungkinan jadwal tanam baru dilakukan di akhir tahun anggaran, maka panen baru akan dilakukan pada tahun mendatang.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015

148

Selanjutnya, penambahan alokasi anggaran yang sangat

Dalam dokumen DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA (Halaman 155-174)

Dokumen terkait