BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modelling untuk Meningkatkan Kepedulian Remaja Kepada Orangtua di Desa
Barengkrajan, Krian, Sidoarjo
Dalam penelitian ini, konselor menggunaka analisis deskriptif komparatif yang melihat bagaimana perilaku konseli secara langsung. Teknik analisis deskriptif komperatif yaitu dengan cara membandingkan proses pelaksanaan bimbingan konseling islam di lapangan dengan teori yang digunakan, selain itu untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan bimbingan konseling islam dengan mengamati tingkah laku sebelum dan sesudah dilakukan proses bimbingan konseling.
Dalam proses bimbingan konseling islam pada kasus ini yang dilakukan oleh konselor, konselor menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, terapi/treatment, dan evaluasi (follow up). Analisis tersebut dilakukan oleh konselor dengan membandingkan data teori dan data yang terjadi di lapangan. Berikut ini adalah perbandingan antara data teori dan data empiris dalam proses pelaksanaan Tekhnik Modelling dalam meningkatkan kepedulian anak kepada orangtua di Desa Barengkrajan, Kec. Krian, Kab. Sidoarjo.
Tabel 4.1
Langkah-langkah konselor dalam proses bimbingan konseling islam No Data Teori Data Empiris (Lapangan) 1 Identifikasi masalah (untuk
mengetahui gejala-gejala yang nampak), langkah yang digunakan untuk mengumpulkan data dan mengenal kasus beserta gejala-gejala yang Nampak pada klien
Sikap yang selalu menunjukkan bahwa konseli kurang peduli dan kurang peerhatian terhadap orang tuanya ditunjukkan dengan perilaku dia jarang pulang kerumah dan saat jauh dari orangtua dia jarang member kabar baik lewat telepon maupun lewat sms. Klien juga kurang disiplin dan tidak bertanggung jawab atas tugas yang diberikan orangtuanya kepada dirinya, Konseli juga sering mengabaikan perintah orangtuanya dalam hal sholat 5 waktu, dalam ucapannya konseli juga sering terdengar mengucapkan kata-kata kotor dan kurang sopan baik terhadap orangtuanya maupun oranglain.
2 Diagnosa (menetapkan masalah berdasarkan latar belakang)
Akibat dari pola asuh orang tua yang keras terhadap anaknya, selain itu kurangnya komunikasi dan kasih sayang serta perhatian antara konseli dan orangtuanya. Sehingga membuatnya berperilaku acuh dan kurang peduli terhadap kedua orangtuanya
3 Prognosa (menetapkan jenis bantuan) yang sesuai dengan permasalahan klien. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dari diagnose
Memberikan bantuan bimbingan konseling islam dengan teknik modeling,
yaitu dengan cara belajar dengan proses pengamatan, peniruan dan percontohan, pembentukan tingkah laku baru, serta memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk.
4 Terapi (treatment) dengan teknik modeling yaitu dengan cara menggunakan seorang model yang nyata (live model) untuk memberi contoh
Memberikanmodelingdengan percontohan melalui pengamatan dan peniruan kepada konseli dengan bantuan model (orang yang mencontohkan , dalam hal ini konselor sendirilah yang menjadi model
terhadap masalah yang dihadapi konseli, sehingga dapat membentuk tingkah laku baru pada konseli, dan dapat memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk.
bagi konseli.
5 Evaluasi (follow up) mengetahui sejauh mana langkah terapi yang dilakukan dalam mencapai hasil
Menindaklanjuti perkembangan selanjutnya setelah proses konseling sekaligus evaluasi berhasil atau tidaknya bimbingan konseling islam yang telah dilakukan oleh konselor.
Dalam paparan teori pada tahap identifikasi masalah yakni langkah yang digunakan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber itu, konselor menggali informasi dari teman-teman konseli dan anggota keluarga (ibu dan adik sepupu) serta pengamatan langsung terhadap klien. Yang berfungsi untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak pada klien. Melihat gelaja-gejala yang nampakpada konseli yaitu konseli sering mengucapkan kata kotor dan kurang sopan dalam pergaulannya, konseli juga jarang pulang kerumah dengan alasan karena dia tidak betah dirumah dan kalau dirumah disuruh sholatserta dia juga kurang peduli dengan keadaan kedua orangtuanya, konseli juga kurang disiplin dan tidak bertanggung jawab baik dalam dirinya sendiri maupun dalam hal mengatur waktu. Banyak kuliah konseli yang masih berantakan dan harus mengulang mata kuliah yang pernah dia ambil sebelumnya.
Dari gejala-gejala tersebut, konselor melakukan diagnosa dengan menetapkan masalah yang dihadapi konseli yaitu akibat pola asuh orangtua
terhadapnya saat dia masih kecil, kurangnya komunikasi antara konseli dengan oangtuanya terutama ayahnya, selain itu antara dia dengan keluarganya juga jarang meluangkan waktu untuk sekedar mengobrol bersama.
Selanjutnya konselor menetapkan jenis bantuan atau prognosa yaitu dengan menggunakan teknik modeling dengan cara menggunakan seorang model untuk memberi percontohan terhadap masalah yang dihadapi konseli, sehingga dapat membentuk tingkah laku baru pada konseli serta memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk.
Sikap kurang peduli konseli dalam bentuk verbal yang pertama berupa tindakan dia yang jarang pulang kerumah dan kurang perhatian kepada orangtuanya. Maka konselor memodelkan dengan cara mengajak dia untuk mengingat kenangan manis yang pernah dia lakukan bersama orang tuanya, dengan tujuan agar tumbuh rasa kerinduan pada diri konseli dan membuat dia senang untuk pulang kerumah. Selanjutnya mengajak konseli melihat film
“The Pursuit of Happiness” dimana film ini menceritakan perjuangan sang
ayah tunawisma yang kemana-mana harus membawa serta putranya yang masih berusia 5 tahun. Dengan tujuan agar konseli lebih bersyukur dan selalu mengingat bahwa dia masih memiliki orang tua yang lengkap dan selalu sayang kepada dia serta orang tua yang masih mampu mencukupi kebutuhan-kebutuhannya. Sebagai model konselor juga memberi nasehat agar konseli segera pulang untuk memperbaiki hubungan dengan kedua orangtuanya serta
mengingatkan konseli untuk sering mengirim sms maupun menelepon orangtuanya saat dia tidak berada dirumah.
Saat berbicara dengan orangtua, konseli kurang memiliki rasa hormat dan sopan, dia berbicara kepada kedua orangtuanya seperti saat dia berbicara dengan temannya dan dalam bersikap dia kurang sopan serta sering mengabaikan nasehat dari orangtuanya. Begitu juga saat berkumpul bersama teman-temannya sering terdengar konseli mengucapkan kata kotor dan kurang sopan terhadap temanya, terkadang konseli memanggil temanya dengan kata c*k dan itu sangat tidak enak didengar. Untuk itu, konselor sebagai model mencotohkan untuk berperilaku sopan dalam tindankan dan santun dalam ucapanya saat berkumpul bersama teman-teman konseli maupun saat mengobrol dengan konseli dengan tujuan agar konseli mampu mencontoh dan bersikap sesuia dengan yang model ajarkan. Selanjutnya konselor meminta bantuan kepada teman konseli, agar mengingatkan dan mengajak konseli untuk berkata yang baik dan tidak mempengaruhi konseli dengan hal-hal buruk lainya.
Konseli juga kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh orangtuanya. Orang tua konseli memberikan tanggung jawab kepada konseli untuk membantu menjalankan bisnis keluarga mereka, namun konseli sering mengabaikan dan tidak bisa disiplin dalam menjalankan tugasnya.
Klien juga sering mengabaikan perintah orangtuanya untuk menjalankan perintah sholat 5 waktu. Salah satu alasan mengapa dia tidak
betah dirumah, karena kalau dirumah selalu disuruh untuk sholat, dan klien tidak tertarik akan hal tersebut, untuk itu dia lebih memilih tinggal bersama teman-temannya. Saat nongkrong bersama teman-temannya, meskipun terdengar adzan klien juga tidak segera bergegas untuk melaksanakan sholat, namun dia malah asyik bercanda gurau dengan teman-temannya. Langkah-langkah yang dilakukan oleh model : Selalu mengingatkan konseli saat sudah masuk waktunya sholat. Kalau sedang tidak bersama konseli, saya harus mengingatkan konseli dengan cara telepon, bbm maupun whatsapp dia secara rutin.
Berdasarkan perbandingan antara data teori dan data lapangan pada saat proses konseling, maka telah diperoleh kesesuaian yang mengarah pada proses teknik modeling dalam meningkatkan kepedulian anak kepada orangtua, yaitu pada hal langkah-langkah konseling secara teori dan juga dalam pelaksanaan konseling di lapangan.
Dan yang terakhir konselor mengevaluasi (follow up) yaitu menindaklanjuti perkembang yang terjadi setelah konseling dan kemudian mengevaluasi.
B. Analisis Hasil Akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik