II TINJAUAN PUSTAKA
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Mekanisme Penyaluran PUAP Desa Hasang
G. R/C atas Biaya Total
6.7.6 Analisis R/C Rasio Awal dan Setelah PUAP
Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) usahatani domba yang diusahakan oleh petani responden menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibanding biaya usahatani. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan maka akan memberikan penerimaan sebesar lebih dari satu satuan biaya atau usahatani tersebut menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C rasio atas biaya tunai pada awal program PUAP sebesar 1,13. Artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan pada usahatani domba dengan dengan jumlah awal program sebesar 4 ekor maka akan memberikan keuntungan sebesar Rp 1,13. Sementara itu apabila memasukkan sejumlah biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya total, maka nilai R/C rasio sebesar 0,33. Rasio dengan nilai 0,33 berarti setiap pengeluaran biaya total sebesar Rp 1 akan memberikan kerugian sebesar Rp 0,33 dengan jumlah domba 4 ekor pada awal program PUAP berjalan.
Selanjutnya adalah melihat nilai R/C rasio dari usahatani domba setelah berjalannya program PUAP. Analisis imbangan R/C rasio biaya tunai sebesar 1,85. Artinya adalah setiap pengeluaran tunai sebesar Rp 1 akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,85. Apabila dimasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen total biaya maka R/C rasio yang dihasilkan sebesar 0,54 yang
74 berarti setiap pengeluaran biaya total Rp 1 maka akan memberikan kerugian sebesar Rp 0,54.
Berdasarkan hasil uraian di atas dapat dilihat bahwa nilai R/C rasio atas biaya tunai pada awal berjalannya PUAP memberikan keuntungan karena belum adanya penjumlahan dari biaya diperhitungkan. Setelah berjalannya program PUAP pada biaya tunai menunjukkan nilai R/C rasio lebih besar dari satu yang berarti dapat dikatakan bahwa usahatani domba pada Gapoktan Desa Hasang di Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhan Batu layak diusahakan, akan tetapi pada penambahan jumlah biaya diperhitungkan hasil usahatani mengalami kerugian. Kerugian yang diperoleh diakibatkan jumlah biaya diperhitungkan yang mencapai 4.155.000, dan jumlah ini sangat berpengaruh dalam efisiensi usahatani. Namun antara awal program dan setelah berjalannya program PUAP terdapat perbedaan R/C rasio biaya tunai dengan R/C rasio biaya total. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Perbandingan R/C Rasio Sebelum dan Setelah PUAP
Uraian Awal Program PUAP Setelah Berjalannya PUAP
R/C rasio biaya tunai
1,13 1,85
R/C rasio biaya total 0,33 0,54
Sumber : Data primer, diolah
Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara R/C rasio biaya tunai dengan R/C rasio biaya total. Adanya perbedaan di kedua R/C rasio diakibatkan adanya perbedaan jumlah kambing yang besar karena pada awal berjalannya PUAP jumlah domba tetap sedangkan untuk program PUAP setelah berjalan jumlah domba mengalami pertambahan sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan R/C rasio. Selain itu nilai R/C rasio biaya total yang lebih kecil dibandingkan dengan R/C rasio atas biaya tunai karena pada R/C rasio biaya total disertakan biaya yang diperhitungkan, sehingga hal tersebut mempengaruhi hasil akhir perhitungan R/C rasio atas biaya total.
Diketahui bahwa biaya yang diperhitungkan memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap biaya pengeluaran dalam usahatani domba di Gapoktan Desa Hasang.
Dilihat dari hasil analisis usahatani selama kurun waktu 13 bulan pendapatan petani secara umum untuk pendapatan atas biaya tunai menguntungkan, akan tetapi bila dilihat dari pendapatan atas biaya total usahani domba sangat merugikan dilihat dari terjadinya kerugian sebesar -3.941.155 pada awal berjalannya PUAP sedangkan setelah berjalannya PUAP juga mengalami kerugian sebesar -2.700.400. Kerugian yang terjadi ini diakibatkan oleh adanya pengembalian bunga yang dapat berpengaruh dalam jangka pendek sela 13 bulan berjalannya PUAP. Selain dari pengembalian bunga yang sangat berpengaruh adalah adanya jumlah biaya diperhitungkan yang sangat besar apabila dikeluarkan ke dalam bentuk usahatani. Walau demikian dalam jangka pendek usahatani domba memang merugikan, akan tetapi bila dilihat dalam jangka panjang usahatani domba di Desa Hasang akan memberikan dampak yang baik terhadap pendapatan petani.
Pemberian bunga pinjaman petani pada dasarnya sangat memberatkan petani walaupun bunga tersebut kecil dibandingkat dengan bunga pinjaman bank. Dengan adanya bunga pinjaman tersebut akan mewajibkan petani sebagai penerima modal pinjaman untuk mengembalikan modal tersebut. Langkah ini dilakukan untuk menanggulangi terjadinya penyalahgunaan pemeberian modal, seperti mengalokasikan bantuan modal untuk keperluan lain misalnya konsumsi rumah tangga atau lainnya. Hasil survei lapangan bahwa dari jumlah kesluruhan petani masih ada yang menginginkan bentuk bantuan lain karena alasan dimana petani tersebut tidak mampu untuk melakukan usahatani. Kondisi ini seharusnya harus dilakukan penanganan yang baik agar pemertaan pemberian modal tersebut dapat merata kepada setiap petani. Pada dasarnya pendapatan petani utama pada tingkat petani adalah petani karet dan sawit, sedangkan bantuan dalam bentuk domba merupakan suatu bentuk usaha angribisnis dimana nantinya petani akan mempunyai unit bisnis dibidang peternakan. Jadi dalam penelitian ini ingin melihat apakah dengan adanya bantuan ternak domba selama 13 bulan dapat memberikan kontribusi yang sangat baik bagi pertambahan pendapatan petani.
76 6.7.7 Analisis Usahatani Sawit, Karet dan Domba
Pada umumnya petani di Desa Hasang merupakan petani karet dan sawit sehingga penghasilan utama yang diperoleh petani berasal dari kebun sawit dan karet. Usahatani kambing merupakan salah satu aset tabungan atau usaha agribisnis peternakan yang diberikan pemerintah, dimana sifat usahatani dapat disebut sampingan. Dengan adanya bantuan dalam bentuk ternak domba maka pendapatan petani seharusnua bertambah selama periode 13 bulan, karena apabila pendapatan usahatani karet dan sawit dalam 13 bulan digabung dengan pendapatan dari usahatani domba akan sangat membantu petani. Untuk lebih lengkap pendapatan usahatani karet dan sawit petani dalam 13 bulan untuk usahatani kebun dan domba dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Rata-rata Jumlah Pendapatan usahatani Sawit Dan Karet Serta Domba Dalam periode 13 Bulan.
Sumber: data primer (diolah)
Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah pendapatan petani dalam 13 bulan akibat dari pertambahan pendapatan usahatani domba. Sebelum adanya program PUAP pendapatan atas biaya tunai petani dalam 13 bulan sebesar Rp. 10.417.618, sedangkan pada pendapatan atas biaya total sebesar Rp. 6.262.618. Dari kedua pendapatan ini petani memiliki penghasilan
Uraian Satuan Awal berjalan PUAP (Rp) Setelah berjalan PUAP (Rp) Jumlah domba 4 7 Harga domba/kg 16.000 16.000
Berat rata-rata domba/kg 30 30
A. Penerimaan
A1. Penerimaan Tunai Domba Kg 1.920.000 3.360.000
A2. Pendapatan Sawit dan Karet 39.981.132 39.981.132
A3. Jumlah A1 dan A2 41.901.132 41.901.132
B. Biaya Usahatani B.1 Biaya Tunai: 1. Obat- obatan Kg 2.830 2.830 2. Suplemen tambahan Kg 1.019 1.019 3. Kandang 45.283 45.283 4. Angsuran pinjaman 1.657.023 1.657.023
B2.biaya tunai kebun 29.777.358 29.777.358
Total Biaya Tunai 31.483.514 31.483.514
B.2 Biaya Diperhitungkan: 1. Tenaga Kerja Dalam
Keluarga HOK 3.900.000 3.900.000
2. Penyusutan Alat - 55.000 55.000
3. Material kandang 200.000 200.000
Total Biaya Diperhitungkan - 4.155.000 4.155.000 C. Total Biaya Usahatani
(B1+B2) - 35.638.514 35.638.514
D. Pendapatan Atas Biaya
Tunai(A3-B1) - 10.417.618 10.417.618
E. Pendapatan Atas Biaya
Total (A3-C) - 6.262.618 6.262.618
F. R/C atas Biaya Tunai
(A3/B1) - 1,33 1,38
G. R/C atas Biaya Total
(A3/C) -
78 yang jauh lebih baik sebelum adanya program PUAP. Dilihat dari R/C rasio usahatani setelah adanya penambahan pendapatan dari karet dan sawit usaha tersebut layak untuk dijalankan karena memiliki jumlah R/C rasio lebih besar dari 1 pada awal PUAP. Setelah berjalannya PUAP juga terlihat jelas bahwa adanya peningkatan R/C rasio atas biaya tunai dari 1,33 menjadi 1,38, sedangkan pada R/C rasio atas biaya total dari 1,18 meningkat menjadi 1,22. Dalam penelitian ini dilihat dari perbandingan pertambahan pendapatan petani tidak terlalu signifikan diakibatkan program PUAP tersebut masih baru dan masih berjalan selama 13 bulan. Bila dilihat dalam jangka panjang usahatani ternak domba tersebut akan memberikan dampak yang signifikan dalam pertambahan pendapatan petani.
Pendapatan petani akan jauh lebih baik lagi apabila dilakukan pemeliharaan domba secara intensif. Pemeliharaan secara intensif maksutnya adalah pemeliharaan domba dilakukan dengan memberikan perlakuan teknologi seperti memberikan konsentrat dan suplemen pada domba yang dapat meningkatkan pertumbuhan produksi. Dalam penelitian ini domba dipelihara hanya dengan digembalakan di areal perkebunan karet dan sawit. Dengan kondisi yang pemeliharaan konvensional membuat pertumbuhan domba tidak sebanding dengan domba yang dipelihara secara intensif. Pemeliharaan intensif yang baik yaitu melakukan pemeliharaan dengan memberikan konsentrat dan suplemen lainnya yang dapat memicu pertumbuhan domba secara baik.
6.8 Manfaat Program PUAP Terhadap Ekonomi dan Non Ekonomi Petani