LIABILITAS JANGKA PENDEK
3.4 Analisis Rasio Keuangan Perusahaan
Berdasarkan pengertian dan penggolongan rasio keuangan, dapat dianalisis beberapa rasio keuangan untuk melihat tingkat perkembangan seluruh aktivitas perusahaan. Dalam hal ini penulis hanya menganalisis rasio rasio likuiditas dan rasio profitabilitas
37
1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio Lancar = Akti a Lan a
tang Lan a x 100%
Sumber : Kasmir (2019:228)
2018 = 3 23
Pertumbuhan Rasio Lancar Tahun 2018-2020
Rasio lancar pada tahun 2018 sebesar 1,32, yang artinya perusahaan mampu membayar utang sebesar Rp 1 dengan mengunakan aktiva lancar perusahaan sebesar Rp 1,32. Kemudian pada tahun 2019 perusahaan mampu membayar utang sebesar Rp 1 dengan menggunakan aktiva ancar sebesar Rp 1,53 dimana terjadi
peningkatan dibanding tahun 2018 dengan selisisih 0,21 dimana kemudian ditahun 2020 perusahaan juga mengalami peningkatan dalam membayar utang ,karena pada tahun 2020 perusahaan mampu membayar utang perusahaan sebesar Rp 1 dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan sebesar Rp 1,57 selisih 0,4 dibanding tahun 2019, sehingga berdasarkan analisis rasio ancar ini, perusahaan menunjukkan kemampuan yang baik dalam membayar utang jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar.
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio Cepat = Akti a Lan a -Pe sediaan
tang Lan a x 100%
Sumber : Kasmir (2019:228)
2018 = 3 23 -2 001 2 0
63 3 x 100%
= 1,29
2019 = 133 16 66- 300 3
6 3 x 100%
= 1,48
2020 = 1 322- 3321 626
6 6 31 x 100%
= 1,52
39
Sumber: Peneliti, 2021
Grafik 3.2
Pertumbuhan Rasio Lancar Tahun 2018-2020
Rasio cepat pada tahun 2018 sebesar 1,29, yang artinya perusahaan mampu membayar utang sebesar Rp 1 dengan mengunakan aktiva lancar perusahaan tanpa memperhitungkan persediaan sebesar Rp 1,29. Kemudian pada tahun 2019 perusahaan mampu membayar utang sebesar Rp 1 dengan menggunakan aktiva ancar tanpa memperhitungkan persediaan sebesar Rp 1,48 dimana terjadi peningkatan dibanding tahun 2018 dengan selisisih 0,19 dimana kemudian ditahun 2020 perusahaan juga mengalami peningkatan dalam membayar utang menggunakan akiva lancar perusahaan tanpa memperhitungkan persediaan ,karena pada tahun 2020 perusahaan mampu membayar utang perusahaan sebesar Rp 1 dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan sebesar Rp 1,52 selisih 0,4 dibanding tahun 2019, sehingga berdasarkan analisis rasio cepat ini, perusahaan menunjukkan kemampuan yang baik dalam membayar
1,15 1,2 1,25 1,3 1,35 1,4 1,45 1,5 1,55
2018 2019 2020
utang jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan dari perusahaan
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio Kas = Kas Bank dan eta a Kas
Akti a Lan a x 100%
Sumber : Kasmir (2019:228)
2018 = 3. .116
63. 3 . x 100 %
= 0,05 2019 = 6.0 1.61
6. .3 x 100 %
= 0,07 2020 = 22 36 6
6 .6 6.31 x 100 %
= 0,34
41
Sumber : Peneliti, 2021
Grafik 3.3
Pertumbuhan Rasio Kas Tahun 2018-2020
Rasio kas pada tahun 2018 sebesar 0,05 yang artinya perusahaan hanya mampu membayar utang sebesar Rp 1 dengan mengunakan kas perusahaan sebesar Rp 0.05. Kemudian pada tahun 2019 perusahaan hanya mampu membayar utang sebesar Rp 1 dengan menggunakan kas sebesar Rp 0,07 dimana terjadi peningkatan dibanding tahun 2018 dengan selisisih 0,02 dimana kemudian ditahun 2020 perusahaan juga mengalami peningkatan dalam membayar utang ,karena pada tahun 2020 perusahaan mampu membayar utang perusahaan sebesar Rp 1 dengan menggunakan kas perusahaan sebesar Rp 0,34 selisih 0,2 dibanding tahun 2019, sehingga berdasarkan analisis rasio kas ini, perusahaan menunjukkan kemampuan yang kurang baik dalam membayar utang jangka pendek dengan menggunakan kas nya.
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4
2018 2019 2020
Tabel 3.10 Rasio Likuiditas Akhir Tahun 2018 - 2020
No Jenis 2018 dan 2019 2019 dan2020 1 Rasio
Dari ketiga komponen rasio diatas, perusahaan ini tergolong perusahaan yang kurang likuid atau kurang baik, walaupu di dua rasio menunjukkan trend yang bagus yaitu di rasio lancar dan rasio cepat, namun di rasio kas perusahaan ini sangat lemah, karena kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar menggunakan kas sangat rendah, karena rasio menunjukkan dibawah 1.itulah sebabnya mengapa perusahaan ini dikatakan kurang likuid atau masih kurang sehat.
Rasio Profitabilitas 1. Net Profit Margin
Rumus yang digunakan untk menghitung net profit margin adalah sebagai berikut:
Net Profit Margin = Laba etelah Pajak
Penda atan x 100%
Sumber : Kasmir (2019:228)
2018 = 1 . 60.23
. 32. 0 x 100%
= 17,3%
43
Pertumbuhan Net Profit Margin Tahun 2018-2020
Net Profit Margin pada PT Buana Lintas Lautan Tbk. Mengalami peningkatan yang sangat signifikan mulai dari tahun 2018 sampai dengan 2020.
Dimana pada tahun 2018 setiap Rp 1 pendapatan turut memberikan kontribusi menghasilkan Rp 17,3 laba bersih, sedangkan datahun 2019 terjadi peningkatan sebesar 5,7%, dimana pada tahun 2019 setiap Rp 1 pendapatan turut memberikan kontribusi menghasilkan Rp 23 laba bersih, kemudian ditahun 2020 terjadi peningkaan sebesar 22% disbanding tahun 2019, dimana setiap Rp 1 pendapatan turut menghasilkan Rp 45 laba bersih kepada perusahaan.
0
Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Berdasarkan perhitungan rasio net profit margin, perusahaan ini memiliki kemampuan yang baik dalam menghasilkan keuntunngan atau laba bersih bagi perusahaan.
Tabel 3.11
Net Profit Margin Tahun 2018 - 2020
No Jenis
Sumber : Peneliti, 2021
2. Return On Investment (ROI) ROI = Laba etelah Pajak
Total Aset x 100%
Sumber : Kasmir (2019:228)
2018 = 1 . 60.23
45
Sumber: Peneliti, 2021
Grafik 3.5
Pertumbuhan Return On Investment Tahun 2018-2020
Berdasarkan perhitungan ROI pada PT. Buana Lintas Lautan Tbk, perusahaan ini mengalami fluktuasi terlihat dari tahun 2018 ke 2020.
Dimana pada tahun 2018 setiap Rp 1 total asset turut memberikan kontribusi sebesar Rp 4 laba bersih, Kemudian pada tahun 2019 setiap Rp 1 total asset turut memberikan kontribusi menghasilkan laba berih sebessar Rp 4, sama dengan tahun 2018, Pada tahun 2020 dimana penurunan sebesar 2%, artinya setiap Rp 1 total asset pada perusahaan hanya mampu menghasilkan Rp 2 laba bersih kepada perusahaan, Dapat kita analisa bahwa berdasarkan analisis ROI perusahaan ini tergolong kedalam perusahaan yang kurang baik dalam mengembalikan investasi perusahaan,karena posisinya di bawah atau kurang dari 5%.
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
2018 2019 2020
Tabel 3.12
Return On Investment (ROI) Tahun 2018 - 2020
No Jenis
Sumber : Peneliti, 2021
3. Return On Equity (ROE) ROE = Laba Be sih
Total kuitas x 100%
Sumber : Kasmir (2019:228)
2018 = 1 . 60.23
47
Sumber : Peneliti, 2021
Grafik 3.6
Pertumbuhan Return On Equity Tahun 2018-2020
Berdasarkan perhitungan ROE pada tahun 2018-2020 perusahaan mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2018 ke 2019 mengalami kenaikan sebesar 1 %, dimana pada tahun 2018 setiap Rp 1 ekuitas yan dimiliki perusahan akan menghasilkan laba sebesar Rp 7, kemudian pada tahun 2019 setiap Rp 1 ekuitas yang dimiliki perusahaan akan menghasilkan laba sebesar Rp 8, terakhir pada tahun 2020 mengalami penurunan dibanding tahun 2019 selisih, dimana setiap Rp 1 ekuitas yang dimiliki perusahaan akan menghasilkan laba sebesar Rp 6 ditahun 2020, Hal ini tentunya masih tergolong baik bagi perusahaan karena berdasarkan analisis ROE ini masih diatas 5% yang artinya perusahaan ini masih memiliki kemampuan yang baik dalam mengembaikan ekuitas perusahaan.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Tabel 3.13
Return On Equity (ROE) Tahun 2018 - 2020
No Jenis
Sumber : Kasmir (2019:228)
2018 = 136.160. 1
49
Sumber : Peneliti, 2021
Grafik 3.7
Pertumbuhan Rasio Utang Tahun 2018-2020
Rasio utang yang optimal adalah jika rasio kurang dari 0,5 kali atau kurang dari 50%, berarti Sebagian besar aset perusahaan dibiayai oleh ekuitas, namun sebaliknya jika lebih dari 0,5 kali atau lebih dari 50% maka sebagian asetnya dibiayai oleh utang, hal ini berarti Sebagian besar asset dari perusahaan dibiayai oleh utang. Berdasarkan rasio ini PT. BULL masih di posisi yang aman ditahun 2018-2019, namun pada tahun 2020 ketergantungan perusahaan inni lebih dari 50%, hal ini disebabkan oleh penambahan armada kapal dan pembentukan anak perusahaan, sehingga dapat disimpulkan pada rasio utang ketergantungan perusahaan masih tergolong rendah, karena kalua di rata ratakan tahun 2018-2020 persentasenya masi dibwah 50%.
2. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt To equity ratio) Debt To equity ratio = Total tang
Total kuitas x 100%
Sumber : Kasmir (2019:228) 0
10 20 30 40 50 60
Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
2018 = 136.160. 1
1 3. 1 . 31 x 100%
= 70%
2019 = 26 . 0.212
2 2. 21 6 x 100%
= 94,6%
2020 = 3 0.36 . 3
30 . 3. x 100%
= 120%
Sumber : Peneliti, 2021
Grafik 3.8
Pertumbuhan Debt To Equity Ratio Tahun 2018-2020
Berdasarkan perhitungan rasio utang terhadap ekuitas diatas, nilai debt to equity ratio yang optimal dalam suatu perusahaan adalah sekitar satu kali, dimana jumlah utang sama dengan jumlah ekuitas. Pada PT. Buana Lintas Lautan Tbk.
Rata rata dari tahun 2018-2020 adalah 94,8% sehingga dapat disimpulkan bahwa ketergantungan ekuitas terhadap utang masih tergolong tinggi.
0 20 40 60 80 100 120 140
Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
51
Tabel 3.14
Rasio Solvabilitas Tahun 2018 - 2020
Rasio 2018 (%)
2019
(%) 2020(%)
Perbandingan Tahun
Perbandingan Tahun 2018 dan 2019 2019 dan 2020
Debt Ratio 41 48,6 54,5 +7,6 +5,9
Total Debt To Equity
Ratio 70 94,6 120 +24,6 +25,6
Sumber : Peneliti, 2021
52
Setelah dilakukan analisis terhadap laporan keuangan PT. Buana Lintas Lautan Tbk, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini, dan memberikan beberapa saran yang dianggap sebagai bahaan pertimbangan bagi perusahaan dalam penyempurnaan dan pencapaian dimasa yang akan datang.
1. Berdasarkan analisis rasio likuiditas, perusahaan PT. Buana Lintas Lautan tergolong kurang baik atau kurang sehat karena kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan kas masih sangat rendah walaupun pada dua rasio lainya masih menunjukkan kondisi yang baik.
2. Berdasarkan analisis rasio profitabilitas, perusahaan PT. Buana Lintas Lautan Tbk pada dua rasio menunjukkan hasil yang baik, namun walau demikian kemampuan perusahaan dalam mengembalikan investasi perusahaan masih rendah karena dibawah kriteria yakni 5% sehingga dapat disimpulkan pada rasio ini masih kurang sehat.
3. Berdasarkan analisis rasio solvabilitas, perusahaan menunjukkan kondisi yang kurang bagus, dimana ketergantungan perusahaan terhadap utang masih tergolong tinggi, hal ini diakibatkan karena perusahaan ini menambah armada pelayaran dan pembukaan anak perusahaan di beberapa daerah yang
53
ada di Indonesia dalam rangka meningkatkan daya dan kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan usaha.
4.2 Saran
1. Berdasarkan data laporan keuangan dari tahun 2018 – 2020, saran peneliti kepada perusahaan supaya meningkatkan pendapatan perusahaan melalui peningkatan pelayaran, sehingga berdampak baik dalam meningkatkan keuntungan dan profitabilitas dari perusahaan, sehingga menarik minat dan keinginan para investor terhadap perusahaan dalam berinvestasi.
2. Meningkatkan profit atau laba dan mengurangi biaya operasional yang tidak terlalu penting bagi perusahaan seperti biaya perawatan kapal yang tidak pada waktunya, pembelian bahan bakar kapal yang tidak sesuai dengan target perusahaan atau melebihi target perusahaan
3. Menambah jumlah persediaan kas oleh perusahaan, sehingga meningkatkan kemampuan perusahaan dalam membayar utang dengan menggunakan kas baik itu untuk kewajiban jangka pendek ataupun kewajiban jangka panjang.
54 Grafindo Persada, Jakarta
Harnanto (1991). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP AMP YKPN Ikatan Akuntansi Indonesia (2012), Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
Kasmir, 2012. Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Pers, Jakarta
Kasmir. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Cetakan ke-6, Jakarta:
Rajawali Pers.
Kasmir, 2014. Analisis Laporan Keuangan, cetakan ke-7. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kasmir. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sinuraya, Murthada, 1999, Teori Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit FE UI, Jakarta
Sirait, Pirmatua, 2014. Pelaporan dan Laporan Keuangan, Penerbit Graha Ilmu, Yogyagarta
Sundjaja,Ridwan, 2002, Manajemen Keuangan Satu, Edisi Keempat, Penerbit Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta.
Sutrisno. 2012. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
EKONISIA.
Syahnunan, 2013. Manajemen Keuangan I Perencanaan, Analisis dan Pengendalian, Edisi Kedua, USU Press, Medan.
https://www.bull.co.id/7 Juli 2021/13.45 WIB http://www.idx.co.id/7 Juli 2021/13.00 WIB