• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Analisis Rasio Keuangan

a. Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah suatu ukuran perbandingan dari dua pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir, 2001:37). Sedangkan yang dimaksud dengan rasio dalam analisis laporan keuangan menurut Djarwanto (2004:143) adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keunagn tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.

Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga dengan rasio keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kesehatan perusahaan selama periode keuangan tersebut.

Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan dua macam cara perbandingan (Riyanto, 2001:329), yaitu:

1) Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio waktu yang lalu (rasio historis) dan yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan membandingkan tersebut akan

dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun.

2) Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio standar) untuk waktu-waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio standar akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangan tertentu berada di atas standar atau di bawah standar.

b. Macam-macam Analisis Rasio Keuangan

Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio banyak sekali karena rasio dibuat menurut kebutuhan penganalisis, namun demikian angka-angka rasio yang ada dapat digolongkan menjadi dua. Golongan yang pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur atau elemen dari angka rasio tersebut dan penggolongan yang kedua adalah berdasarkan pada tujuan penganalisis (Munawir, 2001:68).

Untuk mengambil manfaaat dari rasio-rasio keuangan kita memerlukan standar-standar untuk perbandingkan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola untuk industri atau lini usaha di mana perusahaan secara dominan beroperasi. Pendekatan ini didasarkan pada premis bahwa beberapa kekuatan ekonomi dan bisnis yang mendasar memaksa seluruh perusahaan dalam suatu industri untuk berperilaku serupa. Pendekatan lain adalah lembar kerja bankir investasi, meliputi penyusunan data untuk satu perusahaan berdampingan dengan data untuk sejumlah perusahaan terpilih lain yang sebanding. Dengan menganalisa kelompok perusahaan yang sebanding dapat memberikan pengertian tentang

faktor strategis dan ekonomis yang lebih luas yang mempengaruhi kelompok tersebut (Weston dan Copeland, 1996).

Weston dan Copeland (1996) mengelompokkan rasio menjadi tiga besar, yaitu: Ukuran Kinerja (Performance Measures), Ukuran Efisiensi Operasi (Operating Efficiency Measures), dan Ukuran Kebijakan Keuangan (Financial

Policy Measures).

Rasio keuangan berdasarkan sumber data yang digunakan dibedakan menjadi rasio-rasio neraca, rasio-rasio laporan rugi laba, dan rasio-rasio antara laporan keuangan. Sedangkan berdasarkan tujuannya rasio keuangan dibedakan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Dari rasio-rasio tersebut yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis kinerja dalam penelitian ini meliputi:

a) Liquidity Ratios

Suatu cara untuk menguji proteksi yang diperoleh pemberi pinjaman berpusat pada kredit jangka pendek yang diberikan perusahaan untuk mendanai operasi. Hal ini mencakup aktiva likuiditas perusahaan, Liquidity Ratios digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya. Liquidity Ratios yang penting adalah current ratio yang ketersediaan aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban lancar (Wild dkk, 2004:39).

1. Current Ratio

Pada umumnya perhatian pertama dari analisis keuangan adalah likuiditas. Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah current ratio:

Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dagang dan persediaan, sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak penghasilan yang terhutang (terutama gaji dan upah).

Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk

mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang. Menurut Tunggal (2000:155) rasio lancar menunjukkan sampai dimana kredit jangka pendek yang aman diberikan oleh kreditor kepada perusahaan, karena rasio ini menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi hutangnya dengan segera. Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi dan mempunyai pengaruh yang baik terhadap profitabilitas perusahaan. Djarwanto (2004:150) menyatakan bahwa:

“Current ratio yang tinggi menunjukkan adanya uang kas yang berlebih dibandingkan dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar yang likuiditas yang berlebih-lebihan. Sebaliknya

current ratio yang rendah relatif lebih riskan, tetapi menunjukkan

Menurut Syamsudddin (2000:44) “tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang bertapa tingkat current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertatahankan oleh suatu perusahaan karena biasanta tingkat current ratio ini juga sangat tergantung pada jenis usaha pada masing-masing perushaan”.

b) Leverage Ratios

Rasio leverage menurut Van Horne dan Wachowics (2005:209) adalah “rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang”. Sedangkan menurut Darsono dan Ashari (2005:54) rasio leverage adalah “rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi’.

Penggunaan hutang yang berhasil akan meningkatkan pendapatan milik perusahaan kerena pengembalian dari dana ini melebihi bunga yang harus dibayar, dan menjadi hak pemilik, yang berarti meningkatkan ekuitas pemilik, sebgaimana dikemukakan oleh Erich (1996:97).

Rasio ini mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Dengan demikian solvabilitas berarti kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya, baik jangka pajang maupun jangka pendek. Rasio

1. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Menurut Helfert (1996:99) “ Rasio hutang terhadap ekuitas adalah suatu upaya untuk memperlihatkan, dalam format lain, proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak kepemilikannya, dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang”. Sedangkan menurut Tunggal (2000:159) “rasio ini adalah perbandingan yang terdapat antara kekayaan bersih dan jumlah seluruh uhutang peushaan, rasio ini diperoleh dengan membagi kekayaan bersih terhadap seluruh hutang baik yang sedang berjalan maupun hutang jangka panjang”.

Semakin besar DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan utang dibandingkan dengan ekuitas. Artinya, semakin besar DER mencerminkan solvabilitas perusahaa semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya rendah.

c) Activity Ratios

Rasio aktivitas sering juga disebut sebagau rasio efesiensi atau rasio pemanfaatan aktiva. Rasio aktivitas menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:212) adalah “rasio yang mengukur seberapa efektif perusahan mengunakan berbagai aktivutasnya”

1. Activity Ratios mengukur seberapa efektif perusahaan

memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai aktiva. Activity ratios mengganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva, yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap, dan aktiva lainnya. Rasio aktivitas yang digunakan yaitu Total Assets Turnover.

2. Total Assets Turnover

Total Assets Turnover merupakan kemampuan dana yang tertanam

dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue (Riyanto, 2001: 334). Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan sehingga rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi laba yang akan datang dan dapat digunakan untuk memprediksi laba karena total aktiva dan penjualan merupakan komponen dalam menghasilkan laba.

Pengaruh rasio Total Assets Turnover terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin cepat tingkat perputaran aktivanya maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkat, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva tersebut untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan. Rasio yang rendah menunjukkan bahwa

perusahaan tidak beroperasi pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya.

Menurut Riyanto (2001: 40) untuk mempertinggi Total Assets Turnover dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Dengan menambah modal usaha atau aktiva yang digunakan untuk operasi sampai tingkat tertentu dan diusahakan tercapainya tambahan volume usaha yang sebesar-besarnya.

2) Dengan mengurangi volume usaha sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan aktiva yang digunakan untuk operasi sebesar-besarnya.

d) Profitability Ratios

Profitability Ratios menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:222)

adalah “rasio yang menghubungakan laba dari penjualan dan investasi”. Dari rasio ini dapat diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan. Setiap perusahan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Apabila perusahaan dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar.

Profitability Ratios mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba selama satu periode tertentu. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemampulabaan yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Profitability Ratios merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio ini akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio

ini memberi gambaran tentang efektivitas pengelolaan perusahaan serta menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi (Brigham dan Houston, 2001:89). Rasio profitabilitas yang digunakan yaitu Gross Profit Margin.

1. Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin (GPM) mengukur efesiensi pengendalian harga

pokok atau biaya produksi, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efesien. Gross Profit Margin menurut Van Horne dan Wachonicz (2005:222) “memberitahukan kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual”.

Dalam mengevaluasi dapat dilihat margin per unit produk, bila rendah maka perusahaan tersebut sensitif terhadap pesaing. Sedangkan menurut Djarwanto (2004:187):

“Rasio laba bruto yang rendah mungkin diakibatkan adanya kebijaksanaan pembelian dan mark up yang tidak menguntungkan, ketidakmampuan manajemen meningkatkan volume penjualan, harga menurun (untuk meningkatkan volume penjualan) tetapi tidak disertai dengan turunnya harga pokok penjualan barang, meningkatnya ongkos produksi karena kelebihan investasi fasilitas pabrik atau karena adanya kenaikkan harga bahan, kenaikan upah, atau kenaikan harga-harga umum yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan”.

Pengaruh Gross Profit Margin terhadap pertumbuhan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini, maka laba bersih yang

dihasilkan akan semakin meningkat. Hal tersebut menandakan bahwa laba kotor yang dihasilkan dapat menutup biaya yang bervariasi yang digunakan untuk melakukan kegiatan penjualan. Menurut Darsono dan Ashari (2005:56) “Penentuan margin keuntungan kotor oleh perusahaan akan mempertimbangkan aspek struktur pasar, jenis barang, dan stuktur pesaing. Pada pasar dengan pesaing yang amat ketat, margin keuntungan kotor akan semakin rendah dibandingkan dengan pasar yang bersifat monopolistis”.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai rasio keuangan telah banyak dilakukan di Indonesia. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti juga berpedoman dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian-penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Evaluasi Manfaat

Rasio Keuangan dalam

Memprediksi Pertumbuhan Laba pada KPRI di Kota Semarang

Dwi Haryanti (2005)

Total Aset to Debt Ratio, Total asset Turnover, Net Profit Margin, Rate of Return on Investment, dan pertumbuhan laba. Secara simultan rasio keuangan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan secara parsial variabel Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan

ROI

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba,

Total Assets to Debt Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba. 2. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Nur Ari Widiasih (2006)

Earning per Share, Price Earning Ratio,

HPP/Penjualan, Penjualan/Aktiva Tetap, Gross Profit

Margin, rasio Leverage, dan Perubahan Laba. Secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba, sedangkan secara parsial hanya

Gross Profit Margin dan rasio leverage yang berpengaruh terhadap perubahan laba. 3. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Meilina Sari (2009)

Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Asset, Return on Equity, Gross Profit Margin, dan

Perubahan Laba.

Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara current ratio,

debt ratio, total assets turnover, return on equity,

dan gross profit

margin terhadap

Secara parsial, penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh variabel debt ratio terhadap perubahan laba. Variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap perubahan laba.

Sumber: data diolah penulis, 2010

Dwi Haryanti (2005) melakukan penelitian mengenai Evaluasi Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada KPRI di Kota Semarang. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Total Aset to Debt Ratio, Total asset Turnover, Net Profit Margin, Rate of Return on Investment. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Memprediksi Pertumbuhan Laba. Penelitian ini dilakukan pada KPRI di Semarang. Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, sedangkan secara parsial variabel Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan ROI secara signifikan terhadap pertumbuhan laba, Total Assets to Debt Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Nur Ari Widiasih (2006) melakukan penlitian mengenai Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning per Share, Price Earning Ratio, HPP/Penjualan, Penjualan/Aktiva Tetap, Gross Profit Margin, dan rasio

Leverage. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Perubahan Laba. Penelitian ini dilakukan terhadap 76 perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur. Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba, sedangkan secara parsial hanya Gross Profit Margin dan rasio leverage yang berpengaruh terhadap perubahan laba.

Meilina Sari (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel indpenden yang digunakan adalah Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover,

Return on Asset, Return on Equity, dan Gross Profit Margin. Sedangkan

variabel dependen yang digunakan adalah perubahan laba. Penelitian ini dilakukan terhadap 33 perusahaan yang bergerak di bidang sektor industri barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara simultan terdapat adanya pengaruh antara current

ratio, debt ratio, total assets turnover, return on equity, dan gross profit margin

terhadap perubahan laba. Namun secara parsial, penelitian ini menunjukkan hanya variabel debt ratio yang memiliki pengaruh terhadap perubahan laba. Variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap perubahan laba.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu model yang menerangakan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variable-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variable terikat.

Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah

Current Ratio, Debt to Total Equity Ratio, Total Assets Turnover, dan Gross Profit Margin, sedangkan variabel dependen atau variabel terikatnya adalah

perubahan laba.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Hanya dengan cara membandingkan rasio keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis seorang peneliti dapat memberikan

Current Ratio (X1)

Perubahan laba

(Y)

Debt to Total Equity Ratio

(X2)

Total Assets Turnover

(X3)

Gross Profit Margin

pertimbangan yang realistis. Sejauh mungkin, data akuntansi dari bermacam-macam perusahaan yang berbeda-beda dapat distandarkan. Namun, walaupun dengan angka-angka yang distandarkan, seorang peneliti harus berhati-hati dalam menafsirkan perbandingan itu.

Rasio-rasio dikelompokkan yaitu: likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas. Sejumlah rasio yang tidak terbatas banyaknya dapat dihitung, tetapi dalam praktiknya cukup digunakan beberapa jenis rasio saja. Walaupun rasio-rasio merupakan alat yang sangat berguna, tetapi tidak terlepas dari beberapa keterbatasan dan harus digunakan dengan hati-hati. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bisa merupakan hasil manipulasi.

Penggunaan data industri sebagai perbandingan perlu ditaksirkan dengan hati-hati, karena kemungkinan prestasi dan kondisi keuangan seluruh industri kurang memuaskan. Perusahaan yang berada di atas rata-rata tidak bisa dikatakan memuaskan serta pengklasifikasian industri juga tidak bisa seratus persen tepat. Perusahaan yang menghasilkan berjenis-jenis produk atau jasa sering sulit dimasukkan ke dalam salah satu klasifikasi industri begitu saja karena perbedaan ukuran atau besar perusahaan dalam industri akan mempengaruhi perbandingan dengan rata-rata industri.

2. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:51) hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pernyataan penelitian yang memerlukan ujian secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah rasio keuangan berpengaruh, baik secara parsial maupun secara simultan, terhadap perubahan laba pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih (Sugiyono, 2007:11). Bentuk hubungan antara dua variable atau lebih merupakan bentuk hubungan kausal. Jadi, ada variable independen (variable yang dipengaruh) dan variable dependen (variable yang dipengaruhi). Hasil penelitian ini dapat membangun teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:72). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

real estate dan property yang terdaftar di BEI yaitu berjumlah 48 perusahaan.

Sampel adalah bagian operasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Sumarni, 2006:70). Oleh karena itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili. Jika sampel kurang representatif maka mengakibatkan nilai yang dihitung dari

sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya (Erlina dan Mulyani, 2007:74).

Teknik pengambilan sampel yang menggunakan teknik Purposive

Sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel dari

populasi suatu Kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat didasarkan pertimbangan (judgement) tertentu atau (quota) tertentu (Jogiyanto, 2004:79).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007 - 2009,

2. Perusahaan memperoleh laba selama tahun 2007 - 2009,

3. Perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit selama tahun 2007 - 2009.

Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas, maka diperoleh sampel sebanyak 20 perusahaan real estate dan property dengan 48 pengamatan yang memenuhi kriteria penelitian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 - 2009. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Daftar Pemilihan Sampel

No Kode Nama Perusahaan 1 2 3

1. ASRI Alam Sutera Realty Tbk 1

2. BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk

3. BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk √ ×

4. BKDP Bukit darmo Property Tbk √ ×

5. BKSL Sentul City (formerly Bukit Sentul) Tbk √ ×

6. BMSR Bintang Mitra Semestaraya Tbk √ ×

7. BSDE Bumi Serpong Damai Tbk ×

8. CKRA Citra Kebun Raya Agri Tbk √ ×

9. COWL Cowell Development Tbk 2

10. CTRA Ciputra Development Tbk 3

11. CTRP Ciputra Property Tbk √ ×

12. CTRS Ciputra Surya Tbk 4

13. DART Duta Anggada Realty Tbk 5

14. DGIK Duta Ghara Indah Tbk 6

15. DILD Intiland Development Tbk 7

16. DUTI Duta Pertiwi Tbk 8

17. ELTY Bakrieland Development Tbk 9

18. GMTD Gowa Makasar Tourism Development Tbk 10

19. GPRA Perdana Gapuraprima Tbk 11

20. INPP Indonesia Paradise Property Tbk √ ×

21. JAKA Jaka Inti Realtindo (formerly Jaka Artha Graha) Tbk √ ×

22. JIHD Jakarta Internasional Hotel & development Tbk √ ×

24. JSPT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk √ ×

25. KARK Dayaindo Resources Internasional Tbk √ ×

26. KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk √ ×

27. KPIG Global Land Development Tbk √ ×

28. LAMI Lamicitra Nusantara Tbk 13

29. LCGP Laguna Cipta Griya Tbk √ ×

30. LPCK Lippo Cikarang Tbk √ ×

31. LPKR Lippo Karawaci Tbk 14

32. MAMI Mas Murni Indonesia Tbk √ ×

33. MDLN Modernland Realty Ltd Tbk √ ×

34. MTSN Metro Supermarket Realty Tbk √ ×

35. OMRE Indonesia Prima Property Tbk √ ×

36. PSAB Pelita Sejahtera Abadi Tbk 15

37. PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk 16

38. PNSE Pudjiadi & Sons Tbk 17

39. PTRA New Century Development Tbk √ ×

40. PUDP Pudjiadi Prestige Limited Tbk 18

41. PWON Pakuwon Jati Tbk √ ×

Dokumen terkait