• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIK

C. Analisis Rasio Keuangan

1. Pengertian Rasio Keuangan

Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim, rasio merupakan hubungan antara satu jumlah dengan jumlah lain. Dimana Agnes Sawir menambahkan perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan (Fahmi, 2011:106). Penggunaan kata rasio ini sangat fleksible penempatannya, dimana itu sangat dipengaruhi oleh apa dan dimana rasio itu dipergunakan.

Rasio keuangan sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Informasi tentang kondisi keuangan perusahaan dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan (Fahmi, 2011:107).

2. Pengertian Analisis Ratio Keuangan

Menurut Warsidi dan Bambang (Fahmi, 2011:45-46), „Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan bersangkutan‟.

Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz (Fahmi, 2011:46) bahwa „To evaluate the financial condition and performance of a firm, the financial analyst need certain yardstick. The yardstick frequently used is a ratio, index, relating two pieces of financial data of to each other’. Jadi untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan rasio yang merupakan perbandingan angka-angka yang terdapat pada pos-pos laporan keuangan. Dari pendapat ini dapat dimengerti bahwa rasio keuangan dan kinerja perusahaan mempunyai hubungan yang erat.

Analisis rasio keuangan dimulai dengan laporan keuangan dasar yaitu neraca, perhitungan laba-rugi, dan laporan arus kas. Perhitungan rasio keuangan akan menjadi lebih jelas jika dihubungkan antara lain dengan menggunakan pola historis perusahaan atau melakukan perbandingan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama (Fahmi, 2011:108).

Menurut Agnes Sawir, analisis rasio keuangan adalah menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba-rugi satu dengan yang lainnya sehingga dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini (Ningtias et al, 2014).

3. Manfaat Analisis Rasio Keuangan

Menurut Fahmi (2011:109) manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan yaitu,

a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat suatu perencanaan.

c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.

d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor digunakan untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.

e. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak

stakeholder organisasi.

4. Klasifikasi Rasio Keuangan

Rasio keuangan ada banyak jumlahnya dan setiap rasio memiliki kegunaan masing-masing. Ada tiga rasio keuangan yang paling dominan yang dijadikan rujukan untuk melihat kondisi kinerja suatu perusahaan yaitu (Fahmi, 2011:53):

a. Rasio Likuiditas.

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini penting karena kegagalan dalam membayar kewajiban dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Rasio ini mengukur pada kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancarnya

(Hanafi dan Halim, 2012:75). Dua ratio likuiditas yang sering digunakan adalah:

1). Current ratio

Rasio lancar (current ratio) mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Rasio lancar untuk perusahaan yang normal berkisar pada angka 2, meskipun tidak ada standar yang pasti dalam penentuan rasio lancar yang seharusnya (Hanafi dan Halim, 2012:75). Adapun rumus current ratio adalah (Fahmi, 2011:121) :

Current assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau siklus operasi usaha normal yang lebih besar.

Current liabilities merupakan kewajiban pembayaran dalam satu tahun atau siklus operasi yang normal dalam usaha (Fahmi, 2011:121). Current assets dan current liabilities terdapat dalam laporan posisi keuangan (neraca).

2). Quick ratio

Rasio cepat (quick ratio/acid test ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar

Current assets Current liabillities =

kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Hal ini dilakukan karena inventories (sediaan barang) dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya (Kasmir, 2013: 137). Adapun rumus quick ratio adalah (Fahmi, 2011:125) :

Current assets dan current liabilities terdapat dalam laporan posisi keuangan (neraca). Inventories (sediaan barang) merupakan bagian dari current assets yang juga terdapat dalam laporan posisi keuangan (neraca).

b. Rasio Solvabilitas.

Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya (Kasmir, 2013:151). Ada beberapa macam rasio yang bisa dihitung:

1). Debt to total assets ratio atau Debt Ratio

Debt to total assets merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.

Current assets - Inventories Current liabilities

Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Kasmir, 2013:156). Adapun rumus debt to total assets ratio atau debt ratio adalah (Fahmi, 2011:128):

Semakin rendah ratio ini semakin baik (Fahmi, 2011:128) karena perusahaan memiliki resiko kerugian yang lebih rendah. Total liabilities dan total assets terdapat dalam laporan posisi keuangan (konsolidasi).

2). Debt to equity ratio

Mengenai debt to equity ratio ini, Joel G. Siegel dan Jae K Shim dalam Analisis Laporan Keuangan (Fahmi, 2011:128) mendefinisikan sebagai „Ukuran yang dipakai dalam menganalisa laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor‟. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang (Kasmir, 2013:158). Adapun rumus debt to equity ratio adalah (Fahmi, 2011:128):

Debt to total

assets ratio =

Total Liabilities Total assets

Total shareholder’s equity adalah total modal sendiri diperoleh dari total aset dikurangi total utang. Semakin rendah ratio ini semakin baik karena aman bagi kreditor saat likuidasi (Fahmi, 2011:128).

c. Rasio Profitabilitas.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2013:196).

Semakin tinggi rasio profitabiilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan (Fahmi, 2011:135). Ada beberapa rasio yang sering muncul yaitu:

1). Net Profit margin

Net profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan (Halim dan Hanafi, 2012:81). Adapun rumus net profit margin

adalah (Fahmi, 2011:136): Debt to Equity

Ratio =

Total Liabilities Total Shareholder's equity

Net profit merupakan laba bersih yaitu laba setelah pajak atau

earning after tax (Fahmi, 2011:136). Net profit maupun sales terdapat dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.

2). Return on total asset (ROA)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA (Return on total asset) juga sering disebut juga ROI ( Return On Investment) (Hanafi dan Halim, 2012:81). Rasio ini bisa dihitung sebagai berikut:

Net profit terdapat dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan laba rugi konsolodasian. Total assets terdapat dalam laporan posisi keuangan.

3). Return on equity (ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri

100% × Net Profit Margin = Net Profit Sales 100% Return on assets = Net profit Total assets ×

(Kasmir, 2013:204). Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Adapun rumus return on equity adalah sebagai berikut (Fahmi, 2012:137):

Ukuran kinerja keuangan berfokus pada aspek-aspek keuangan suatu organisasi. Dari hasil pnelitian-penelitian yang dilakukan, banyak sekali istilah yang digunakan untuk menyebut ukuran kinerja keuangan. Para peneliti tersebut sepakat bahwa ukuran kinerja keuangan adalah ukuran-ukuran kinerja yang berdasarkan akuntansi (laporan laba rugi dan neraca) yang fokusnya pada kinerja suatu organisasi seperti current ratio, return on investment, residual income, profit margin, return on assets, earning per share, economic value added, market value added, dan debt to total assets ratio. Ukuran-ukuran tersebut digunakan untuk mengevaluasi kinerja organisasi dalam dimensi-dimensi yang penting bagi kesehatan dan keberlangsungan organisasi tersebut yaitu dari dimensi tingkat likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas (rentabilitas) (Krismiaji dan Aryani, 2011:348).

5. Penggunaan Standar pada Analisis Rasio

Analisis keuangan akan lebih tajam jika angka-angka dibandingkan dengan standar/norma tertentu. Dengan melakukan perbandingan, akan terlihat

× 100% Return on

equity =

Net Profit Shareholder's equity

baik atau tidaknya suatu angka. Menurut Munawir (2008:111), pada umumnya, ada empat jenis standar sebagai pembanding:

a. Standar objektif, yang diperoleh dari pengalaman penganalisa.

b. Rasio yang dianggarkan, yang ditetapkan pada awal periode yang direview berdasarkan data anggaran.

c. Data historis, yang menunjukkan kinerja perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya.

d. Kinerja perusahaan lain terutama yang menjadi pesaing atau rata-rata industri.

Menurut Bambang Riyanto (2013:329), penganalisa keuangan dalam mengadakan analisa rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam cara perbandingan, yaitu:

a. Rasio tahun lalu (rasio historis), membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu dari perusahaan yang sama. b. Rasio rata-rata industri, membandingkan rasio-rasio dari suatu

perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis untuk waktu yang sama.

Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rata-rata industri akan diketahui apakah perusahaan bersangkutan berada di atas rata-rata industri (above average), berada pada rata-rata (average), atau terletak di bawah rata-rata (below average).

Penganalisa keuangan sedapat mungkin menghindari penggunaan the rule of the thumb, pedoman kasar dalam mengadakan analisa laporan keuangan

suatu perusahaan. Penganalisa harus menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan dalam hubungannya dengan perusahaan-perusahaan lain yang bekerja dalam bidang usaha yang sama dengan perusahaan yang dianalisa. Dengan demikian adalah tidak tepat apabila seorang penganalisa mengatakan bahwa untuk semua perusahaan, current ratio kurang dari 200% adalah kurang baik, yang hanya mendasarkan pada pedoman kasar (Riyanto, 2013:330). Selain itu pula, angka pembanding “standar ratio” untuk Indonesia sampai saat ini belum dapat dilaksanakan karena belum ada lembaga atau badan yang menyusun ratio industri atau standar rasio tersebut (Munawir, 2007:102).

Jika standar ratio tidak ada dalam bentuk yang tetap maka penganalisa dapat membuat standar rasio tersebut dengan langkah-langkah sebagai berikut (Munawir, 2007:66-67) :

a. Pengumpulan laporan keuangan dari perusahaan yang dapat diperbandingkan dalam industri.

b. Menghitung angka ratio yang dipilih untuk tiap-tiap perusahaan dalam industri.

c. Menyusun ratio-ratio tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah dan menghapuskan ratio yang ekstrim.

d. Menghitung rata-rata hitungnya. Rata-rata hitung (Mean) adalah suatu nilai yang diperoleh dengan jalan membagi seluruh nilai pengamatan dengan banyaknya pengamatan. Rata-rata hitung dalam industri dihitung dengan rumus (Arikunto, 2013:284-285):

Yang biasanya ditulis dalam rumus sederhana:

Dengan keterangan adalah rerata nilai, ∑ adalah tanda jumlah, X adalah nilai mentah yang dimiliki subjek, dan N adalah banyaknnya subjek yang memiliki nilai.

Dokumen terkait