• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ratio Keuangan

4.3 Metode Pengambilan Sampel

4.4.2 Analisis Ratio Keuangan

Menurut Jumingan (2006) analisis ini merupakanan Analisis eksternal yang dilakukan oleh mereka yang tidak bisa mendapatkan data yang terperinci mengenai suatu perusahaan. Bagi seorang penganalisis eksternal hanya tersedia laporan keuangan yang lazimnya diumumkan pada khayalak ramai, yaitu neraca dan laporan laba-rugi, sehingga tentu tidak bisa secara mendalam dalam menyinggung masalah dalam perusahaan. Data akan dianalisis dalam bentuk tabulasi, deskriptif, dan kuantitatif. Proses menganalisis data dengan pendekatan akuntansi yaitu analisis rasio keuangan. Analisis kinerja keuangan koperasi menurut Rasmussen (1975) berupa analisis rasio terdiri dari Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas dan Efisensi. Kuswandi (2006) menjabarkan keempat analisis rasio tersebut dengan menjelaskan fungsi rasionya.

1. Likuiditas

a. Rasio lancar (Current Ratio) Harta Lancar = ... x Kewajiban Lancar

Rasio lancar merupakan perbandingan antara harta lancar dan kewajiban jangka pendek dari kegiatan operasional (Kuswadi, 2006). Harta lancar dimaksud adalah harta yang dianggap perusahaan dapat dicairkan segera atau dalam waktu setahun atau kurang. Kewajiban jangka pendek (Utang Lancar) adalah kewajiban yang jatuh temponya setahun atau kurang. Rasio lancar biasanya digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atas harta lancarnya. Walaupun tidak ada tolak ukur yang pasti tentang berapa rasio lancar minimal yang harus dimiliki suatu perusahaan, umumnya angka dua dibanding satu (2 : 1) atau harta lancar dua kali lipat kewajiban lancarnya dianggap cukup aman bagi perusahaan. Sebenarnya, pengertian aman ini sangat relatif karena hal tersebut sangat dipengaruhi oleh

20 jenis bisnis dan produknya. Jadi, kurang bijaksana jika untuk mendapatkan rasa aman sehubungan dengan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancar atas harta lancarnya Untuk lebih amannya dan demi kehati-hatian dapat menggunakan rasio cair.

b. Rasio Cair

Harta Lancar - (persediaan + pembayaran di muka) = ...x Kewajiban Jangka Pendek

Perhitungan rasio cair, nilai persediaan dan pembayaran muka tidak diikutsertakan. Standart untuk rasio cair tersebut (1:1) mengandung arti bahwa perusahaan boleh merasa aman jika memiliki harta lancar diluar persediaan dan pembayaran di muka, minimal sebesar jangka pendeknya (Kuswandi, 2006). Untuk lebih menyempurnakan rasio likuiditas ini dapat digunakan rasio yang lebih baik yaitu rasio kas atau rasio tunai.

c. Rasio Kas

Uang Kas dan Bank = ... x Kewajiban Jangka Pendek

Dengan alasan-alasan tertentu, perusahaan masih merasa belum aman jika hanya melihat pada rasio lancar dan rasio cair sehingga kemudian menggunakan rasio kas. Dengan rasio kas, harta lancar yang digunakan untuk perbandingan hanyalah uang kas atau uang tunai, baik yang ada dalam perusahaan maupun yang di bank. Menurut Kuswandi (2006) uang kas dan bank adalah harta yang paling cair yang dimiliki perusahaan karena uang kas dan bank dapat segera dicairkan tanpa harus melalui proses untuk menghasilkan pendapatan atau penjualan terlebih dahulu.

2. Solvabilitas

a. Rasio Kewajiban Jangka Panjang dan Harta Kewajiban jangka Panjang x 100persen Harta

Rasio ini merupakan gambaran tentang berapa banyak (%) dana perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang dibandingkan dengan harta perusahaan. Angka rasio yang rendah mengidentifikasikan adanya perlindungan

21 yang lebih banyak kepada kreditor jangka panjang. Oleh karena semua pinjaman mengandung resiko, semakin besar presentasinya, semakin besar pula risiko yang ditanggung perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya utang jangka panjang dalam (%) yang berasal dari kreditor dibandingkan dengan harta yang dimiliki perusahaan (Kuswandi, 2006). Apabila terlalu banyak berutang, perusahaan dapat mengalami masalah dalam pembayaran angsuran utang beserta bunganya. Rasio ini menggambarkan persentase dana total yang berasal dari para kreditur. Jika angkanya terlalu besar, berarti perusahaan mempunyai banyak utang yang tentunya akan menimbulkan risiko dalam kesulitan membayar.

b. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal Kewajiban Jangka Panjang x 100%

Modal

Rasio ini bertujuan untuk melihat berapa besarnya utang jangka panjang dibandingkan dengan modal perusahaan. Semakin kecil angka rasio semakin baik solvabilitas perusahaan (Kuswandi, 2006). Salah satu rasio yang paling banyak digunakan adalah rasio utang jangka panjang atas modal. Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami perimbangan antara resiko dan laba yang diperoleh.

c. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi Kewajiban Jangka Panjang x 100%

Kapitalisasi

Kapitalisasi solvabilitas adalah total sumber dana Jangka Panjang yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal (Kuswandi, 2006). Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam pengelolaan total sumber dana jangka panjang (utang jangka panjang + modal). Semakin rendah angka rasio, berarti semakin baik.

3. Profitabilitas

a. Rasio laba Bersih atas Penjualan

SHU x 100% Total Penjualan Bersih

22 Laba tidak diukur dari besarnya secar mutlak, tetapi diperbandingkan dengan unsur-unsur atau tolak ukur lainnya, karena perolehan laba yang besar belum tentu menggambarkan profitabilitas yang besar juga. Setiap usaha menginginkan dan berusaha mengejar laba. Semakin besar laba semakin baik. Akan tetapi, laba yang besar tidak cukup menggambarkan bahwa usaha telah dikelola dengan baik. Kita baru dapat melihat gambaran perolehan laba yang lebih baik jika besarnya dibandingkan dengan elemen-elemen yang terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi. Total laba bersih adalah jumlah dari laba bersih operasi dan laba bersih non-operasi, sedangkan total penjualan adalah total pendapatan dari hasil penjualan bersih yang berasal baik dari kegiatan operasi maupun non-operasi (Kuswandi, 2006). Rasio apapun yang dipakai, semakin besar angka rasio, semakin baik. Rasio laba bersih atas penjualan dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan dari waktu ke waktu dalam profitabilitas. Selain itu, rasio ini juga dapat dipakai untuk memperkirakan atau meramalkan laba bersih perusahaan pada masa yang akan datang atas dasar estimasi penjualannya.

b. Return On Invesment (ROI)

SHU x 100persen Kapitalisasi

Penjualan x SHU Kapitalisasi Penjualan

Rasio SHU atas kapitalisasi profitabilitas berasal dari perkalian antara rasio penjualan atas kapitalisasi dikali SHU atas penjualan (Rasmussen, 1975). Perbandingan terhadap penjualan belum dapat menyimpulkan suatu koperasi dapat mengoperasikan dan menghasilkan SHU. Kapitalisasi merupakan jumlah kekayaan bersih yang bersumber dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, donasi, modal sumbangan, modal penyertaan, SHU tidak dibagi, dan SHU tahun berjalan. Investor di dalam koperasi sangat berbeda dengan perusahaan. Investasi yang berada di koperasi merupakan modal yang berasal dari anggota dan pembagian SHU sesuai dengan keterlibatan anggota dengan persen pembagian yang telah disepakati. Return Of Invesment (ROI) merupakan rasio

23 SHU atas modal sendiri digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih berdasarkan modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio berarti semakin produktif tingkat pemakaian modal dalam menyumbangkan SHU bagi anggota, sehingga semakin tinggi kemampuan koperasi dalam menghasilkan SHU.

4. Efektivitas

a. Rasio Harga Pokok Penjualan atas Penjualan Harga Pokok Penjualan x 100persen Penjualan

Harga Pokok Penjualan disini adalah HPP Operasi, sedangkan penjulan bersih adalah hasil penjualan bersih operasi (Kuswandi, 2006). Walaupun tidak ada standar, semakin rendah persentase HPP terhadap penjualan maka semakin baik.

5. Produktifitas

Rasio produktifitas dalam koperasi adalah pencapaian output atas input yang digunakan jika >1 maka disebut produktif. Produktifitas dilihat setiap tahun dari Tahun 2005-2009 untuk mengetahui hasil dari volume usaha yang ada di KKP ITB dengan jumlah karyawan, jumlah anggota, total aset dan jumlah modal. Selain itu juga dapat diketahui modal yang dipergunakan yang berasal dari sendiri maupun modal dari pihak luar. Rasio produktifitas yang dihitung adalah dengan membagi antara volume usaha dengan jumlah karyawan, jumlah anggota, total aset dan jumlah modal. Untuk modal, dibagi menjadi dua yaitu modal sendiri dan modal dari luar dan dihitung perbandingan antara keduanya.

24

V. GAMBARAN UMUM

Dokumen terkait