• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal didefenisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dapat mengalokasikan dananya dengan lebih efisien, karena pihak investor tersebut dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang optimal. Pasar modal secara umum diartikan sebagai pasar yang bersifat abstrak

dalam hal jual beli produknya. Dalam bentuk konkritnya, produk yang diperjualbelikan di pasar modal berupa surat-surat berharga di bursa efek. Sekuritas yang umum diperjualbelikan di pasar modal adalah saham, obligasi, reksadana dan instrument derivatif. Dalam penelitian kali ini pasar modal yang menjadi kajian peneliti adalah pasar modal yang memperjualbelikan saham yang selanjutnya disebut sebagai pasar saham.

2.1.8. SAHAM a. Pengertian Saham

Sekuritas yang umumnya dikenal masyarakat dan cukup popular untuk diperjualbelikan di pasar modal adalah saham. Saham (stock atau share) dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji dan Fakhrudin, 2006). Jenis-jenis dari saham itu sendiri adalah:

1) Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham preferen memiliki sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa deviden preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi. Dibandingkan dengan saham biasa, pemegang saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas deviden tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.

2) Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi yang paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (Darmadji dan Fakhrudin, 2006). Walaupun pemegang saham biasa adalah pihak yang terakhir dalam penerimaan deviden, namun pemegang saham tersebut mempunyai hak suara (voting rights) untuk memilih direktur maupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

3) Saham Treasuri (Treasury Stock)

Menurut Jogiyanto (2000) “saham treasuri (treasury stock) adalah saham perusahaan yang pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri.

b. Harga Saham

Harga saham merupakan penerimaan besarnya pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga dari suatu saham akan ditentukan antara kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi di pasar modal. Dan kekuatan permintaan dan penawaran saham ini tentunya dipengaruhi oleh informasi keuangan dari perusahaan yang terlibat dalam pasar modal.

Market price merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price).

c. Return Saham dan Abnormal Return

Return saham adalah tingkat keuntungan yang dimilki/ dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi dalam bentuk saham yang dilakukanya, tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor (pemodal) tidak akan melakukan investasi. Menurut Ang (1997) dalam Siregar (2012), setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai

tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tak langsung.

Tingkat keuntungan atau return merupakan tingkat kembalian yang diterima oleh investor atas suatu informasi yang dilakukannya. Ang (1997) dalam Siregar (2012) menyatakan bahwa tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak akan mau berinvestasi, jika pada akhirnya tidak akan ada hasilnya. Lebih lanjut setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan utuma yaitu untuk memperoleh keuntungan.

Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektesi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis.

Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan, sebagai dasar dari penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko di masa yang akan datang. Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang. Return ekspektasi ini muncul karena adanya ketidakpastian perolehan return dimasa yang akan datang yang diperoleh investor. Investor termotivasi untuk melakukan investasi yang dilakukanya. Return dapat berupa return realisasi (realized return). Return realisasi merupakan return yang terjadi dan dihitung berdasarkan histories. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentu return ekspektasi, sedangkan return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa yang akan datang.

Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya, yang dirumuskan sebagai berikut :

R it = (P it – P it-1) / P it-1 Dimana:

R it = return saham perusahaan I pada hari t

P it = harga penutupan saham perusahaan i pada hari t P it-1 = harga penutupan saham perusahaan i pada hari t-1

Jogiyanti (2000) menyebutkan return ekspektasi dihitung dengan menggunakan model pasar (market model). Sebenarnya terdapat beberapa model untuk menghitung return ekspektasi.

Jogiyanti (2000) menyebutkan tiga model yang dapat digunakan untuk mengukur abnormal return, yaitu:

a) Model Disesuaikan Rata-rata (Mean Adjusted Model)

Model ini beranggapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Dalam model ini, return ekspektasi suatu sekuritas pada periode tertentu diperoleh melalui pembagian return realisasi sekuritas tersebut dengan lamanya periode estimasi. Tidak ada patokan untuk lamanya periode estimasi, periode yang umum dipakai berkisar dari 100 sampai dengan 300 hari untuk mendapatkan data harian dan 24 sampai dengan 60 bulan untuk data bulanan.

b) Model Pasar (Market Model)

Perhitungan return ekspektasi dengan model ini dilakukan melaui dua tahapan, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi return estimasi. Kemudian menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi pada periode jendela/periode peristiwa. Model ekspektasi dapat dibentuk dengan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan:

R ij = α i + β i . R Mj + ε ij Dimana:

Rij = return realisasi sekuritas ke i pada periode estimasi ke-j αi = intersep untuk sekuritas ke i

βi = koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i

R Mj = return indeks pasar pada periode estimasi ke j yang dapat dihitung dengan rumus :

R Mj = (IHSG – IHSG j-1) / IHSG j-1 Dimana:

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan

ε ij = kesalahan residu sekuritas ke i pada periode estimasi ke-j

Hasil dari persamaan regresi tersebut menghasilkan model return ekspektasi dengan persamaan sebagai berikut :

E(R it) = α i + β i . R Mj c) Model Disesuaikan Pasar (Market Adjusted Model)

Model ini berangggapan bahwa penduga yang terbaik dalam mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

Abnormal return merupakan selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dikurangi return yang diharapkan atau return ekspektasi (Jogiyanti, 2000). Dengan kata lain abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terhadap return normal.. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang

diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return merupakan selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. Sedangkan Cummulative Abnormal Return (CAR) merupakan penjumlahan dsari abnormal return hari sebelumnya di dalam periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas (Jogiyanto, 2000).

Return tidak normal (abnormal return), yang merupakan selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi, dirumuskan sebagai berikut :

AR it = R it – E(R it) Dimana:

AR it = return tidak normal (abnormal retun) sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.

R it = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

E (R it) = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t

2.1.9. Teori Sinyal (Signaling Theory)

Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Apabila pengumuman tersebut

mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, dimana pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam harga saham, dimana harga saham menjadi naik. Pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam harga saham.

Hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi harga saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Efisiensi pasar merupakan konsep dasar yang bisa membantu kita memahami bagaimana sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar modal. Jika investor bertransaksi dalam sebuah pasar yang efisien, maka mereka dapat mendasarkan pada harga-harga yang merefleksikan berbagai rangkaian informasi, termasuk informasi laporan keuangan, dan mereka tidak harus memproses semua informasi secara langsung (Beaver, 2002).

Fama (1970) membagi efisiensi pasar ke dalam tiga bentuk utama berdasarkan informasi sebagai berikut :

1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Dengan demikian, nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang.

2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)

Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information), termasuk informasi yang berada pada laporan keuangan perusahaan emiten.

3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)

Pasar dikatakan efisien kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia, termasuk informasi yang privat.

Untuk menguji apakah sinyal / informasi yang disampaikan manajemen mengandung kandungan informasi, maka dilakukan pengujian kandungan informasi (information content) untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu informasi tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto, 2000).

Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika abnormal return yang timbul direaksi dan diserap pasar secara cepat untuk menuju ke harga keseimbangan yang baru (Jogiyanto, 2000).

Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberi informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara

perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor).

Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik atau pun pihak yang berkepentingan lainnya. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain.

Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor yang akan digunakan untuk membuat keputusan investasi termasuk laporan laba-rugi karena laporan laba-rugi merupakan bagian dari laporan keuangan sehingga laporan laba-rugi seharusnya juga berguna untuk pengambilan keputusan. Investor diharapkan melaksanakan analisis terhadap laporan laba-rugi sehingga mereka akan dapat mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasinya, dengan kata lain menunjukkan bagaimana reaksi pasar modal terhadap laporan keuangan dalam hal ini laporan laba-rugi suatu perusahaan.

Dokumen terkait