• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : NABILA

KESIMPULAN DAN SARAN 60 1 Kesimpulan

II. TINJAUAN PUSTAKA

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.4.5 Analisis Regresi berganda

Kegunaannya uji regresi ganda yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua atau lebih. Uji regresi ganda adalah alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih (X1, X2, X3,….,Xn) dengan satu variabel terikat.

Pada penelitian ini analisis regresi berganda menghubungkan antara variable kinerja piutang ; Rasio Perputaran Piutang (X1), Periode Penagihan rata- rata (X2) dengan Likuiditas (Y1) dan menghubungkan juga dengan dengan Profitabilitas (Y2). Hubungan ini ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi, dimana variable terikat (Y) dihubungkan dengan lebih dari satu variable bebas (X1, X2, X3,….,Xn) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = f (X) , Y = f (X1, X2,...,Xn) Dimana : Likuiditas Y1 = f (X1, X2) , Y1 = a + b1X1 + b2X2

Profitabilitas Y2 = f (X1, X2) , Y2 = a + b1X1 + b2X2 Keterangan :

Y1 = Likuiditas X1 = Rasio Perputaran Piutang Y2 = Profitabilitas X2 = Periode Penagihan rata-rata a = Nilai Intercept b = Koefisien regresi

Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan : a. Uji Normalitas

Uji normalitas data ini sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat berapa cara, antara lain adalah dengan nilai skewness, histrogam dan Normal P-Plot. Nilai ini digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva serta letak tersebarnya titik-titik pada Normal P-Plot adalah menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal.

Pengujian dengan SPSS berdasarkan pada uji Kolmogorov–Smirnov. Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : data residual berdistribusi normal H1 : data residual tidak berdistribusi normal

Dengan demikian, normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikasi (α ) tertentu (Biasanya α= 0.05 atau 0.01). Sebaliknya, jika hasil uji signifikan maka normalitas tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom signifikansi (Sig.).

Untuk menetapkan kenormalan, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut.

 Tetapkan tarap signifikansi uji misalnya α = 0.1

 Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh

 Jika signifikansi yang diperoleh > α , maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, jika signifikansi yang diperoleh < α , maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas artinya antarvariabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah adalah koefisien korelasi variabel tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga. Salah satu metode uji multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai tolerance dan inflantion factor (VIF) pada model regresi. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil daripada 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar daripada nilai 10 (hair et al. 1992)

c. Uji Autokorelasi (Durbin Watson)

Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).

Model regresi dikatakan tidak terdapat autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson berkisar 1,55 sampai 2,46 (untuk n < 15).

d. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu uji heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola titik-titik pada grafik regresi.

e. Uji F

ANOVA atau analisis varian merupakan uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) untuk menguji signifikansi pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. (Priyatno 2009). Adapun langkah- langkah Uji F adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis

Ho : variable Perputaran piutang dan Penagihan Rata-Rata secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variable Likuiditas/Profitabilitas.

Ha : variable Perputaran piutang dan Penagihan Rata-Rata secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable Likuiditas/Profitabilitas. 2. Menentukan F hitung dan signifikansi

3. Menentukan F tabel

F tabel dapat dilihat pada tabel statistik (terlampir) pada tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df=(n- k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah variable termasuk konstanta. 4. Kriteria Pengujian

 Bila F Hitung < F Tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti semua variable independen secara simultan tidak mempunyai hubungan linear yang signifikan terhadap variable dependen.  Bila F Hitung > F Tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti

semua variable independen secara simultan mempunyai hubungan linear yang signifikan terhadap variable dependen.

f. Uji T

Uji T (uji koefisien regresi secara parsial). Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis

 Ho1 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata tidak berpengaruh terhadap variabel Likuiditas

 Ha1 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata berpengaruh terhadap variabel Likuiditas

 Ho2 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata tidak berpengaruh terhadap variabel Profitabilitas

 Ha2 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata berpengaruh terhadap variabel Profitabilitas.

2. Menentukan t hitung dan signifikansi 3. Menentukan tabel

Untuk menentukan nilai t-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df=(n-2) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variable termasuk konstanta

4. Kriteria Pengujian

 Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

 Jika –t hitung< -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak. Berdasarkan signifikansi :

 Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima  Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. 5. Membuat kesimpulan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara (“Perusahaan”) didirikan pada tahun 1961 dalam bentuk Jawatan di dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga. Perusahaan merupakan kelanjutan usaha beberapa perusahaan listrik Belanda yang diambilalih oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah). Perusahaan listrik Belanda tersebut meliputi NV ANIEM, NV SEM, NV OJEM, NV EMS, NV EMBALOM, NV GEBEO, NV OGEM dan NV WEMI.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1965, status Perusahaan berubah menjadi perusahaan yang berbadan hukum. Selanjutnya ditetapkan menjadi Perusahaan Umum (Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1970 yang dipertegas dengan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972. Kemudian berdasarkan akta No. 169 tanggal 30 Juli 1994 dari Sutjipto S.H., notaris di Jakarta, status badan hukum Perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama Perusahaan Perseroan PT Perusahaan Listrik Negara disingkat PT PLN (Persero). Akta perubahan ini disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman No. C2-11.519.HT.01.01.Th.94 tanggal 1 Agustus 1994, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 73 tanggal 13 September 1994, Tambahan No. 6731. Perusahaan Perseroan (Persero). Anggaran dasar Perusahaan terakhir diubah (i) berdasarkan akta No. 2 tanggal 1 Juli 2008 dari Lenny Janis Ishak S.H., notaris di Jakarta, dalam rangka penyesuaian dengan Undang-undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas. Akta perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. AHU-46951.AH.01.02 Th 2008 tanggal 1 Agustus 2008, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 92 tanggal 14 Nopember 2008, Tambahan No. 23523 (ii) berdasarkan akta No. 15 tanggal 30 Januari 2009 dari Lenny Janis Ishak S.H., notaris di Jakarta, atas perubahan pasal 10 dan 11 mengenai tugas dan wewenang direksi. Akta perubahan ini telah diterima dan dicatat di Departemen Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat No. AHUAH. 01.10-02240 tanggal 20 Maret 2009.

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, maksud dan tujuan Perusahaan adalah untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dan memiliki 46 unit pelaksana yang tersebar di wilayah Indonesia. Kantor Pusat Perusahaan beralamat di Jl. Trunojoyo Blok M I No. 135, Jakarta. Sesuai dengan Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang “Badan Usaha Milik Negara (BUMN)”, Pemerintah wajib memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan oleh BUMN termasuk margin yang diharapkan kepada BUMN yang diberikan penugasan khusus. Perusahaan merupakan BUMN yang sedang melaksanakan penugasan khusus berupa penyediaan tenaga listrik bersubsidi kepada masyarakat. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan masing-masing 46.296 karyawan dan 45.000 karyawan.

4.2 Bisnis PLN

PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero) berkewajiban untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan sesuai dengan Undang-Undang No.19/2000. Kegiatan usaha perusahaan meliputi :

1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan pembangkitan, penyaluran, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik.

2. Menjalankan usaha penunjang dalam penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan konsultasi, pembangunan, pemasangan, pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan, Pengembangan teknologi peralatan yang menunjang penyediaan tenaga listrik.

3. Menjalankan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi lainnya untuk kepentingan penyediaan tenaga listrik, Melakukan pemberian jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada pembangkitan, penyaluran, distribusi dan retail tenaga listrik, Menjalankan kegiatan perindustrian perangkat keras dan perangkat lunak bidang ketenagalistrikan dan peralatan lain yang terkait dengan tenaga listrik, 4. Melakukan kerja sama dengan badan lain atau pihak lain atau badan

penyelenggara bidang ketenagalistrikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri di bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi dan informasi yang berkaitan dengan ketenagalistrikan.

4.3 Anak Perusahaan PT PLN (Persero) dan Bidangnya

1. PT Indonesia Power (IP) Bergerak dalam bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha lain yang terkait. Anak Perusahaan PT IP adalah PT Cogindo Daya Bersama bergerak di bidang usaha cogeneration, distribute generation dan jasa operation & maintenance, PT Artha Daya Coalindo bergerak di bidang usaha trading dan jasa transportasi batubara, PT Indo Pusaka Berau dengan kegiatan usaha penyediaan listrik dari produksi PLTU Lati di Berau, Kaltim.

2. PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) Bergerak dalam bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha lain yang terkait. Anak perusahaan PT PJB yang bergerak di bidang operasi dan pemeliharaan yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali Services yang berdomisili di Surabaya.

3. PT Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam) bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Pulau Batam.

4. PT Indonesia Comnets Plus (PT ICON +) bergerak dalam bidang usaha telekomunikasi.

5. PT Prima Layanan Nasional Enjiniring (PT PLN Tarakan) bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Pulau Tarakan.

6. PT PLN Batubara PT PLN Batubara, merupakan anak perusahaan yang bergerak di bidang usaha tambang batubara sebagai bahan utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

7. PT PLN Geothermal PT PLN Geothermal adalah anak perusahaan PLN yang bidang usahanya terfokus kepada usaha penyediaan tenaga listrik terbarukan, melalui kegiatan pengembangan dan pengoperasian pembangkit tenaga listrik panas bumi yang ekonomis bermutu tinggi dengan keandalan yang baik.

8. PT Geo Dipa Energi (PT GDE) adalah Perusahaan patungan PLN- PERTAMINA, bergerak dalam bidang pembangkitan tenaga listrik terutama yang menggunakan energi panas bumi.

9. Majapahit Holding BV Majapahit Holding BV merupakan suatu lembaga keuangan yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda.

4.4 Penyajian laporan Keuangan Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dasar penyusunan laporan keuangan konsolidasi, kecuali untuk laporan arus kas, adalah dasar akrual. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah. Laporan keuangan konsolidasi tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing- masing akun tersebut. Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

4.5 Prinsip Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi menggabungkan laporan keuangan Perusahaan dan entitas yang dikendalikan oleh Perusahaan dan anak perusahaan (termasuk entitas bertujuan khusus). Pengendalian dianggap ada apabila Perusahaan mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan operasional dari investor untuk memperoleh manfaat dari aktivitasnya. Pengendalian juga dianggap ada apabila Perusahaan memiliki baik secara

langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari 50 persen hak suara. Hak minoritas terdiri dari jumlah kepemilikan pada tanggal terjadinya penggabungan usaha dan bagian minoritas dari perubahan ekuitas sejak tanggal dimulainya penggabungan usaha. Kerugian yang menjadi bagian minoritas melebihi hak minoritas dialokasikan kepada bagian induk perusahaan. Hasil dari anak perusahaan yang diakuisisi atau dijual selama tahun berjalan dari tanggal efektif akuisisi atau sampai dengan tanggal efektif penjualan termasuk dalam laporan laba rugi konsolidasi. Penyesuaian dapat dilakukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan agar kebijakan akuntansi yang digunakan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Perusahaan. Seluruh transaksi antar perusahaan, saldo, penghasilan dan beban dieliminasi pada saat konsolidasi.

4.6 Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero)

Pendapatan Penjualan Tenaga Listrik adalah pendapatan yang diperoleh PT PLN (Persero) dari penyerahan tenaga listrik kepada pelanggan atas dasar pemakaian listrik. Pendapat ini diperoleh dari pelanggan sebesar nilai penjualan litsrik, yaitu jumlah pemakaian listrik dalam satu bulan dikalikan dengan tarif dasar listrik (TDL) yang berlaku untuk masing-masing golongan. Produk yang diperjualbelikan PT PLN (Persero) berupa arus listrik. Penjualan tenaga listrik merupakan penjualan yang diperoleh dari penyerahan Kwh (kilo watt hour) kepada pelanggan atas dasar pemakaian listrik menurut Tarif dasar Listrik (TDL) yang berlaku.

Pengukuran pendapatan penjualan tenaga listrik adalah sejumlah nilai rupiah yang harus dilunasi oleh pelanggan pada rekening yang tercetak sesuai dengan Tarif dasar Listrik (TDL) yang berlaku,. Pengukurannya dengan mengalikan jumlah pemakaian listrik dalam satuan kwh dengan Tarif Dasar Listrik yang dikenakan pelanggan tersebut. Sebagai perusahaan yang menyediakan dan menjual tenaga listrik, maka pendapatan penjualan tenaga listrik merupakan pendapatan terbesar yang diterima oleh PT PLN (Persero). Pendapatan penjualan tenaga listrik diakui pada saat penertiban rekening listrik. Pengakuan atas pendapatan penjualan tenaga listrik dilakukan pada saat rekening listrik telah tercetak atas tenaga listrik yang telah digunakan oleh pelanggan. Penyajian pendapatan penjualan tenaga listrik sebagai bagian dari pendapatan usaha pada

laporan laba rugi. Menurut sumbernya, pendapatan penjualan tenaga listrik PT PLN (persero), berasal dari :

a. Berasal dari cetak rekening : Pendapatan cetak rekening adalah oendapatan yang berasal dari penjualan normal tenaga listrik.

b. Berasal dari Non Cetak Rekening ini misalnya adalah pendapatan tariff multi guna atau yang disebut sebagai pendapatan pesta. Pendapatan ini berasal dari penggunaan tenaga listrik karena adanya permohonan pemasangan listrik yang biasanya pada pesta atau acara tertentu dimana keperluan Kwh-nya lebih besar dari daya yang seharusnya.

c. Berasal dari Penertiban Penggunaan Tenaga Listrik (P2TL) : P2TL yaitu penertiban penggunaan tenaga listrik atau juga sering disebut dengan OPAL yaitu Operasi Penertiban Aliran Listrik. Sumber ini merupakan pendapatan tenaga listrik akibat dari penggunaan tenaga listrik yang dilakukan masyarakat secara illegal. Dapat juga disebut pencurian aliran. Untuk itu masyarakat yang terbukti melakukan pemakaian listrik secara illegal akan dikenakan pembayaran ganti rugi atas tenaga listrik yang telah dipakainya.

Tabel 1. Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) periode tahun 2006- 2010 berdasarkan klasifikasi pelanggan :

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah)

4.7 Sistem Informasi Pengelolaan Piutang

Seiring dengan pertumbuhan jumlah pelanggan dan perkembangan teknologi informasi, sistem pengelolaan piutang pelanggan di PT PLN (Persero) dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Pedoman Tata Usaha Langganan (TUL) tahun 1994 yang berbasis manual untuk terakhir kali menjadi

2006 2007 2008 2009 2010

Umum 65.376.925 70.452.488 77.792.961 83.106.215 94.797.099 Pemerintah 2.728.538 3.027.220 3.395.280 3.671.535 4.489.597 BUMN 2.201.851 2.349.475 2.545.628 2.812.670 2.936.997 TNI dan Polri 427.837 457.012 515.857 581.680 749.838 Jumlah 70.735.151 76.286.195 84.249.726 90.172.100 102.973.531

acuan penyelenggaraan administrasi pengelolaan piutang, dimana unsur ketergantungan terhadap SDM (pelaksana) sangan dominan. Sejalan dengan berkembangnya teknologi, sistem Tata Usaha Langganan (TUL) 1994 mengalami metamorfosis, membentuk sistem baru berbasis teknologi informasi dalam pengelolaan piutang pelanggan yang dikenal dengan Sistem Administrasi Pengelolaan Piutang Pelanggan (SAP3), selanjutnya terakhir dikenal sebagai Sistem Informasi Piutang (SIP3). Dengan SIP3 presentasi aspek kendali manual dalam operasi pengelolaan piutang pelanggan mulai berkurang dan beralih kepada suatu sistem yang berbasis teknologi informasi. Hal ini perlu dilakukan mengingat tingkat pertumbuhan pelanggan yang berbanding lurus dengan tuntutan peningkatan kualitas pelayanan pelanggan.

Payment Point Online Back (PPOB) merupakan salah satu generasi lanjutan dari sistem informasi pengelolaan piutang pelanggan (SIP3). Salah satu ciri utama dari sistem ini adalah berkurangnya peran atau keterlibatan SDM di unit pelaksana suatu cabang dalam mengelola piutang pelanggan, terutama berkaitan dengan transaksi pembayaran dari pelanggan. Payment Point Online Back (PPOB) sistem, yaitu sistem pembayaran rekening secara tunai melalui teknologi tinggi dengan menggunakan perangkat lunak yang di desain secara khusus dengan mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi. Perubahan ini dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi

wireless seperti GPRS serta kemampuan bank-bank memberdayakan para mitranya. Server data tagihan PLN dihubungkan dengan server bank-bank. Bank- bank tersebut mengembangkan aplikasi layanan pembayaran secara online dengan menggunakan EDC (Electronic Data Capture). EDC berhubungan dengan server bank melalui komunikasi saluran telepon tetap atau lewat jaringan seluler dengan teknologi GPRS. Bentuk tujuan sistem PPOB adalah peningkatan pelayanan dan pengamanan pendapatan dengan mengalihkan penerimaan pembayaran tagihan PLN langsung ke bank.

Pengamanan pendapatan atau revenue protection di PT PLN (Persero) merupakan salah satu fungsi operasi dari sistem pengelolaan piutang secara administrasi pengelolaan piutang, tetapi secara administrastif struktural merupakan bagian dari fungsi keuangan. Pengamatan pendapatan atau revenue

protection adalah bagian dari manajemen piutang pelanggan (account receivable management) yang harus dikelola dengan baik untuk menjamin kelangsungan operasional perusahaan berkaitan dengan target cash in flow yang harus dicapai. Salah satu dampak dari implementasi Payment Point Online Bank (PPOB) adalah tumbuh pesatnya payment point baru. Collecting agent sebagai mitra kerja, dapat menambah payment point dowline hanya dengan ijin tertulis dari PLN, semua infrastruktur payment point disediakan collecting agent, memungkinkan jumlah payment point tumbuh dengan cepat tanpa memerlukan biaya investasi dari PT PLN (Persero). Dengan sistem PPOB, terjadi transparansi dan akuntabilitas yang mengarah pada peningkatan kepuasan konsumen PLN, dengan begitu PLN dapat lebih berkonsentrasi pada peningkatan kinerja pelayanan ketenagalistrikan (keandalan penyaluran, mutu tegangan) dan peningkatan kualitas pasokan listrik. Dengan diberlakuknnya sistem tersebut, PLN berupaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembayaran. Kebijakan ini diambil karena banyak kendala yang dihadapi atas pembayaran dari masyarakat yang dilakukan melalui payment point konvensional. Selain masalah ketidaktepatan waktu penerimaan juga kadang ada kasus uang PLN dari masyarakat yang disalahgunakan dan tidak dibayarkan oleh kolektor. Dengan melakukan Payment Point (PP) tagihan listrik oleh mitra-mitra bank, proses bisnis PLN akan menjadi sangat efisien, dan PLN terhindar dari risiko-risiko penanganan uang kas seperti perampokan dan penggelapan.

PLN telah melakukan pengelompokkan pelanggan yang dapat mempermudah pengelolaan piutang dalam hal penagihan. PLN juga telah memberlakukan system on line untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan dan memberikan kemudahan atau nilai tambah bagi pelanggan agar dapat melunasi tagihan rekeningnya dengan memilih layanan tempat pembayaran sesuai dengan yang diinginkan secara tepat waktu, akurat, mudah dan otomatis. Pembayaran di luar wilayah perusahaan menggunakan sistem Pembayaran Rekening Listrik Fleksibel dan Otomatis “PRAQTIS” (Online), perusahaan melakukan perjanjian dengan Bank-bank rekanan perusahaan dan dibayarkan lewat ATM (Automatic Teller Machine), Auto Debet Rekening; Phone Banking;

setelah melakukan pembayaran di bank maka pihak bank menyerahkan daftar pembayaran tagihan rekening listrik dan memberikan laporan penambahan rekening perusahaan yang terdapat di bank, selanjutnya perusahaan membuat laporan pelunasan piutang. Perusahaan rekanan tersebut (bank) bekerjasama saling menguntungkan dengan PT PLN. Kontrak kerjasama tersebut menggunakan jasa timbal balik saling menguntungkan, perusahaan rekanan mendapatkan fee atau pendapatan dari para pelanggan yang akan dibayarkan perusahaan yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4.8 Klasifikasi Piutang Usaha

Klasifikasi piutang usaha perusahaan pada PT PLN (Persero) dibagi menjadi dua yaitu menurut sumber dan umurnya. Menurut sumbernya terbagi menjadi dua yaitu intern dan ekstern.

a. Intern merupakan piutang yang berasal dari pihak intern perusahaan, antara lain : Pembayaran persekot kepada pegawai yang harus diperhitungkan kembali untuk keperluan kesejahteraan pegawai maupun perjalanan dinas, Piutang cicilan akibat jual beli sesuatu kepada pegawai, dan Piutang cicilan sebagai akibat tuntutan ganti rugi perusahaan kepada pegawai.

b. Ekstern merupakan piutang pihak ekstern kepada perusahaan atau perorangan yang berasal dari : Penjualan tenaga listrik, Piutang cicilan biaya penyambungan , Pemasangan instalasi rumah dari listrik pedesaan, Pembayaran uang muka kepada perusahaan rekanan, Operasi penertiban aliran listrik “OPAL” yang merupakan piutang dari penggunaan tenaga listrik yang dilakukan masyarakat secara illegal (pencurian aliran listrik). Dan Piutang tarif multiguna yang berasal dari penggunaan tenaga listrik karena adanya permohonan pemasangan listrik karena acara tertentu dimana keperluan pemakaian listrik lebih besar dari daya yang seharusnya.

Sedangkan menurut umurnya juga terbagi menjadi dua :

a. Jangka Pendek yaitu piutang mempunyai umur kurang dari 1 tahun. b. Jangka Panjang yaitu piutang yang mempunyai umur lebih dari satu

Dokumen terkait