• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas Dan Profitabilitas Perusahaan, (Studi Kasus di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Anak Perusahaan, Periode 2006-2010)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas Dan Profitabilitas Perusahaan, (Studi Kasus di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Anak Perusahaan, Periode 2006-2010)"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi listrik dalam jumlah yang cukup merupakan salah satu faktor penting dalam memajukan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat modern saat ini. Semua aspek kehidupan sudah menggunakan teknologi sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan kualitas, dan sebagian besar peralatan berbasis teknologi tinggi membutuhkan listrik sebagai sumber tenaga. Perkembangan kebutuhan energi listrik ini akan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat.

Pesatnya pertumbuhan dan kemajuan di berbagai bidang mendorong peningkatan kebutuhan penyediaan tenaga listrik yang cukup besar. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan dan perkembangan dinamika kehidupan yang terjadi di lingkungan global, maka pembangunan disektor ketenagalistrikan perlu direncanakan secara cermat dengan perencanaan sistem ketenagalistrikan yang baik. Pembangunan tersebut juga harus mempertimbangkan likuiditas dan profitabilitas perusahaan agar tidak menimbulkan kerugian besar.

Penyediaan tenaga listrik di Indonesia dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT PLN (Persero) memiliki tugas untuk menyediakan listrik untuk penggunaan publik dengan jumlah dan kualitas yang memadai, meningkatkan nilai perusahaan dan melaksanakan tugas pengadaan listrik untuk menunjang pembangunan, dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sebagai perseroan terbatas. Salah satu bentuk pelayanan yang dibuktikan oleh PT PLN Persero adalah dalam pemungutan pembayaran iuran rekening listrik di akhir bulan (pasca bayar). Sementara dalam kegiatan pembayaran listrik pasca bayar ini, masih saja terjadi penunggakan listrik oleh konsumen.

(2)

konsumen lain. , pelanggan PLN di Depok terdiri 600.000 rumah tangga dan lebih dari 500.000 pelanggan itu menunggak. Untuk mengatasi tunggakan tersebut PT PLN (Persero) melakukan penagihan secara berulang sampai terjadi penyegelan meteran listrik. Bagi yang sudah melakukan pelunasan dan pemasangan baru, aliran listriknya akan dihidupkan lagi. (Indopos, diakses 10 Desember 2011)

Contoh lain adalah penunggakan yang terjadi di Bandung. Tunggakan listrik masyarakat pada 2011 mengalami pembengkakan hingga mencapai Rp270 miliar. Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan tunggakan pada 2010 yang hanya mencapai Rp156 miliar. Tunggakan tersebut berasal dari 1.142.000 pelanggan dari total 8,9 juta pelanggan PLN DJBB. Jumlah pelanggan yang menunggak pada tahun ini lebih banyak dibandingkan jumlah pelanggan yang menunggak pada 2010 yang mencapai 1.073.000. Lebih lanjut dia menyatakan para pelanggan yang menunggak merupakan para pelanggan umum. Kemudian daerah yang paling banyak memiliki jumlah pelanggan penunggak terbanyak adalah di wilayah kerja PLN Bekasi sebanyak 141.000 pelanggan dengan nilai tunggakan mencapai Rp79 miliar. (Inilah Jabar, diakses 30 Desember 2011)

Proses tagihan dengan birokrasi yang rumit serta masalah operasional di lapang seperti rumah tangga yang melakukan penunggakan, membuktikan bahwa perusahaan membutuhkan sebuah strategi yang tepat untuk menghadapi birokrasi yang ada. Salah satu strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan manajemen piutang. Manajemen piutang di PT PLN Persero ini meliputi proses kontrol tagihan sampai dengan pencairan tagihan dan masuk dalam rekening perusahaan. Manajemen piutang sangat diperlukan guna menjaga ketersediaan dana yang cukup dan menjaga likuiditas perusahaan, meminimumkan jumlah piutang yang terlambat tertagih serta mengantisipasi piutang tak tertagih.

1.2 Perumusan Masalah

(3)

beberapa pelanggan yang tidak membayar tagihan listrik tepat pada waktunya sehingga dapat merugikan pihak perusahaan, terutama pada pengelolaan likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Informasi piutang akibat penunggakan pembayaran listrik yang tercatat di kartu piutang, buku besar piutang dan jumlah piutang di dalam neraca tidak selalu sama serta diragukan keakuratannya. Banyak piutang yang ketertagihannya rendah (diragukan). Banyak piutang yang tidak diakui sebagai utang oleh pelanggan listrik. Piutang yang tersajikan di dalam neraca tidak mencerminkan bahwa piutang tersebut adalah aset likuid yang dimiliki perusahaan yang bisa diharapkan sebagai sumber kas masuk untuk mendanai operasional perusahaan. Sistem pencatatan piutang tagihan listrik terhadap jasa yang telah diberikan menggunakan metode akrual basis dimana proses pengakuan piutang terjadi dan terhitung sejak awal pemakaian tenaga listrik (pencatatan meter listrik) akan tetapi penagihannya tidak langsung ditagih kepada pelanggan melainkan dikumpulkan terlebih dahulu selama satu bulan, sehingga hampir 100 persen penjualan yang dilakukan PT PLN merupakan penjualan kredit. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain :

1. Bagaimana gambaran manajemen piutang pada PT Perusahaan Listrik Negara dan Anak Perusahaan ?

2. Bagaimana pengaruh sistem pasca bayar pembayaran rekening listrik terhadap likuiditas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan?

(4)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gambaran manajemen piutang pada PT Perusahaan Listrik Negara dan Anak Perusahaan

2. Mennganalisis pengaruh sistem pasca bayar pembayaran rekening listrik terhadap likuiditas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan

3. Menganalisis pengaruh sistem pasca bayar dalam pembayaran rekening listrik terhadap profitabilitas perusahaan PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi beberapa pihak yang berkepentingan antara lain :

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada perusahaan dalam hal pengelolaan pembayaran sistem pasca bayar tagihan listrik.

2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut yang kaitannya dengan topik yang sama.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini diarahkan pada analisis manajemen piutang terhadap likuiditas dan profitabilitas keuangan perusahaan dengan membatasi pada pengolahan data berjangka waktu 5 tahun yaitu tahun 2006-2010 yang dilakukan di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Piutang

Piutang adalah tagihan kepada perorangan atau badan yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit tanpa disertai dengan janji tertulis secara formal (Manullang dan Sinaga, 2005)

Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia dalam Manullang dan Sinaga 2005, piutang dipakai dalam arti yang sempit, yaitu hanya menunjukkan tagihan yang akan dilunasi dengan uang. Piutang dapat digolongkan atas :

a. Piutang usaha : Piutang usaha merupakan segala tagihan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan. Jika tagihan itu didukung dengan tagihan tertulis oleh debitor kepada perusahaan untuk membayar pada suatu tanggal tertentu, piutang tersebut adalah piutang wesel.

b. Piutang lain-lain : Adapun piutang lain-lain merupakan tagihan yang tidak berasal dari penjualan barang maupun jasa dalam kegiatan normal perusahaan.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi dalam Piutang

Menurut Riyanto (2001), Faktor yang dapat mempengaruhi piutang adalah a. Volume Penjualan Kredit : Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah investasi dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang, dan meski berisiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan meningkat.

(6)

2/10 net 30. Ini berarti bahwa apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu pembayaran barang, si pembeli akan mendapatkan potongan waktu penyerahan barang, si pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan, dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang. Jadi, batas waktu pembayaran adalah 30 hari. Semakin panjang waktu pembayarannya, semakin besar jumlah investasi dalam piutang.

c. Ketentuan tentang pembatasan Kredit : Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafon bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi plafon yang diberikan kepada para pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan ke dalam piutang. Selain itu, penentuan kriteria pihak yang akan diberi kredit juga dapat memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian, pembatasan kredit di sini dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

d. Kebijakan dalam Penagihan Piutang : Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif maupun pasif, dapat dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini, namun dapat memperkecil risiko dan tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan cara memungut secara langsung dan memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan

(7)

dalam piutang. Apabila sebagian besar pelanggan membayar dalam masa discount, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas. Artinya, investasi dalam piutang semakin kecil

2.3 Likuiditas

Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban uang jangka pendek. Likuiditas dibedakan menjadi dua, yaitu likuiditas badan usaha dan likuiditas perusahaan. Likuiditas badan usaha merupakan kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Sementara itu, Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga perusahaan mampu menyelenggarakan proses produksi. Sugiyarso dan Winarni (2005)

2.4 Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva dan pengelolaan utang terhadap hasil operasi (laba). Rasio profitabilitas merupakan suatu model analisis yang berupa perbandingan data keuangan sehinga informasi keuangan tersebut menjadi lebih berarti. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab dengan analisis profitabilitas mencakup kemampuan manajemen menciptakan laba dari aktiva perusahaan, cara manajemen mendanai investasinya dan kecukupan pendapatan yang dapat diterima pemegang saham biasa dari investasi mereka.

2.5 Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Likuiditas Perusahaan

Menurut Riyanto (2001), makin cepat suatu piutang berputar, maka makin likuidlah piutang itu. Itu berarti bahwa periode piutang menjadi semakin pendek. Sehingga semakin pendek periode piutang, maka semakin likuidlah piutang itu. Demikian juga halnya dengan persediaan, hutang dan kas.

2.6 Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Profitabilitas Perusahaan

(8)

menurunkan profitabilitas. Manajer keuangan perlu melakukan tindakan, misal memperketat kebijakan kredit. Disamping itu, kenaikan piutang yang tidak terkendali bisa mengindikasikan kondisi bisnis yang semakin buruk. Monitoring piutang dagang bisa dilakukan dengan mengawasi periode pengumpulan piutang.

2.7 Pengelolaan dan Sistem Pencatatan Kas Kecil

Menurut Waluyo (2008), dana kas kecil disediakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil. Pengelola kas kecil adalah kasir kas kecil yang bertanggungjawab terhadap pembayaran-pembayaran melalui kas kecil. Ada dua metode yang digunakan untuk mengelola kas kecil ini, yaitu metode imprest dan metode fluktuasi.

a. Imprest Method

Pada metode atau sistem imprest, jumlah pada akun “kas kecil” selalu tetap , yaitu sebesar cek yang diserahkan kepada kasir kecil untuk membentuk dana kas kecil. Kasir kas kecil selalu menguangkan cek ke bank yang digunakan untuk membayar pengeluaran kecil dan setiap melakukan pembayaran, kasir kas kecil membuat bukti pengeluaran. Pencatatan pengeluaran dilakukan pada saat pengisian kembali.

b. Fluctuation Method

Metode fluktuasi (fluctuation method) tidak berbeda dengan metode imprest dalam hal pembentukan dana. Namun pada metode fluktuasi, saldo uang yang dicatat pada akun kas kecil selalu berubah (tidak tetap). Fluktuasi tersebut sesuai dengan jumlah pengisian kembali dan pengeluaran-pengeluaran dari kas kecil. Pencatatan dilakukan secara langsung pada saat pengeluaran. Pada akhir periode tidak diperlukan lagi penyusunan ayat jurnal penyesusaian karena setiap pengeluaran kas kecil telah dilakukan pencatatan.

2.8 Penelitian Terdahulu

(9)

besarnya piutang serta mengetahui keefektivan pengelolaaan manajemen piutang. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa secara bersamaan (simultan) manajemen piutang tidak berpengaruh terhadap kas pada PT.”X” akan tetapi manajemen piutang terdapat pengaruh terhadap likuiditas pada PT.”X” dengan beberapa saran yang diberikan yaitu perusahaan dapat mengatasi permasalahan cashflow disini dengan memperbaiki masa tertagihnya piutang sesuai dengan standart yang telah ditentukan perusahaan yakni 30 hari perbaikan masa tertagihnya piutang dapat dilakukan dengan menambah keagresifan karyawan penagihnya dengan monitoring setiap hari mengenai perkembangan invoice, membuat daftar monitoring tersebut sebagai bahan evaluasi dan informasi efektif dalam perencanaan strategi pencairan invoice.

(10)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Data laporan keuangan perusahaan konsolidasi digunakan sebagai dasar dari analisis manajemen piutang PT PLN (Persero). PT PLN (Persero) membutuhkan suatu manajemen piutang untuk melakukan pengelolaan piutang yang disebabkan dari penunggakan rekening listrik. Manajemen piutang yang dilakukan meliputi pengukuran aspek output yang dapat dilihat dari pengukuran kinerja piutang. Fungsi dari pengukuran kinerja piutang ini adalah mengukur dan mengevaluasi dampak dari kebijakan proses penagihan yang dijalankan terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini pengukuran output menggunakan analisis dari rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio dan periode penagihan rata-rata (Average Collection Period). Likuiditas disini diukur dengan analisis ratio likuiditas yang meliputi rasio cepat dan rasio lancar dan profitabilitas diukur dengan analisis rasio probitabilitas yang meliputi ROE (Return on Equity) dan ROA (Return on Asset)

Pengukuran kinerja piutang dalam penelitian ini dipergunakan untuk melihat perkembangan proyeksi trend menggunakan analisis trend serta melihat pengaruhnya terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil dari analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menjalankan sistem pengendalian piutangnya dengan baik, karena akan berkaitan dengan likuiditas dan profitabilitas perusahaannya. Pemahaman lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 : Kerangka Pemikiran Penelitian.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

(11)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT PLN PERSERO

Manajemen Piutang

Sistem Pembayaran Listrik Pasca Bayar

Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan Laba Rugi Neraca

Analisis Rasio Likuiditas  Rasio Cepat  Rasio Lancar  Rasio Kas Analisis Penilaian Kinerja Piutang

 Rasio Perputaran Piutang

 Rasio Periode Penagihan Rata-Rata Analisis Rasio Profitabilitas

 ROE (Return on Equity)  ROA (Return on Asset)

Analisis Regresi Berganda Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji F Uji T

(12)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber yang diperoleh peneliti untuk mendapatkan data mengenai objek yang diteliti di dapat langsung dari PT PLN (Persero), untuk menunjang hasil penelitian maka peniliti menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa data laporan keuangan triwulan konsolidasi periode 2006-2010 dan beberapa data penunjang diperoleh dari artikel, internet serta buku-buku sebagai landasan teoritis yang berhubungan dengan penelitian.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini memperoleh data langsung dari perusahaan dan kemudian diolah serta dianalisis menggunakan metode statistik yaitu analisis penilaian kinerja piutang, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas dan analisis trend dengan menggunakan minitab versi 14 serta analisis regresi linear berganda dengan menggunakan SPSS versi 16 untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari penerapan manajemen piutang terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Selain itu, perangkat lunak komputer yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah Microsoft Excel 2007.

3.4.1 Analisis Penilaian Kinerja Piutang

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kinerja piutang perusahaan. Pengukuran yang dipakai adalah dengan menggunakan analisis rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) dan periode penagihan rata-rata (Average Collection Period)

a. Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) Perputaran piutang adalah besarnya rasio total penjualan kredit terhadap saldo piutang rata-rata selama periode tertentu. Periode dimaksud biasanya untuk satu tahun. Walaupun demikian, untuk kepentingan analisis dapat digunakan satuan waktu berdasarkan kuartalan, bulanan dan seterusnya (Kuswadi,2008). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

(13)

b. Periode Penagihan Rata-Rata (Average Collection Period)

Salah satu hal terpenting yang harus menjadi pusat perhatian adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan piutang perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi pengumpulan piutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin lama waktu yang diperlukan untuk menagih piutangnya. Dengan kata lain, kemampuan penagihannya menjadi semakin kecil. Berarti, jumlah dana yang terikat pada piutang menjadi semakin besar sehingga kebutuhan modal kerja pun meningkat. (Kuswadi, 2008)

3.4.2 Analisis Likuiditas

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban atau utang lancarnya. Rasio-rasio likuiditas digunakan untuk mengukur sampai seberapa baik perusahaan dapat memenuhi utang jangka pendeknya (utang lancar). Rasio likuiditas terdiri dari :

a. Rasio Lancar

Rasio lancar mengindikasikan bahwa semakin besar angka rasio ini, semakin kuat atau besar kemampuan perusahaan dalam menjamin setiap rupiah utang-utang lancarnya dengan harta lancarnya.

b. Rasio Kas

Menurut Kuswadi (2008), Dalam rasio kas, harta lancar yang digunakan untuk perbandingan hanyalah uang kas atau uang tunai, baik yang ada di dalam perusahaan maupun yang ada di Bank, termasuk Surat-Surat Berharga.

(14)

3.4.3 Analisis Profitabilitas

Ukuran atau rasio laba dengan aktiva ini digunakan untuk mengukur penggunaan sumber-sumber yang ada untuk menghasilkan laba perusahaan. Dari rasio ini dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan dan menghasilgunakan aktiva dan atau modal sendiri yang dimiliki untuk menghasilkan laba yang memuaskan.

a. ROE (Return On Equity)

Menurut Margaretha (2005) ROE merupakan perbandingan antara laba setelah biaya bunga dan pajak (laba bersih/EAT) dengan total ekuitas. ROE merupakan cara mengukur tingkat pengembalian bagi pemegang saham biasa.

b. ROA (Return On Asset)

Menurut Halim dan Sarwoko (2008) ROA adalah perbandingan antara laba sebelum biaya bunga dan pajak dengan aktiva operasi (aktiva yang secara aktif digunakan dalam operasi perusahaan).

3.4.4 Analisis Trend

Analisis Trend dihitung dengan menentukan tahun dasar sebagai pembanding, kemudian dicari angka indeksnya. Rumus untuk mencari Angka Indeks adalah sebagai berikut (Kasmir, 2008):

(15)

3.4.5 Analisis Regresi berganda

Kegunaannya uji regresi ganda yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua atau lebih. Uji regresi ganda adalah alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih (X1, X2, X3,….,Xn) dengan satu variabel terikat.

Pada penelitian ini analisis regresi berganda menghubungkan antara variable kinerja piutang ; Rasio Perputaran Piutang (X1), Periode Penagihan rata-rata (X2) dengan Likuiditas (Y1) dan menghubungkan juga dengan dengan Profitabilitas (Y2). Hubungan ini ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi, dimana variable terikat (Y) dihubungkan dengan lebih dari satu variable bebas (X1, X2, X3,….,Xn) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = f (X) , Y = f (X1, X2,...,Xn) Dimana : Likuiditas Y1 = f (X1, X2) , Y1 = a + b1X1 + b2X2

Profitabilitas Y2 = f (X1, X2) , Y2 = a + b1X1 + b2X2 Keterangan :

Y1 = Likuiditas X1 = Rasio Perputaran Piutang Y2 = Profitabilitas X2 = Periode Penagihan rata-rata a = Nilai Intercept b = Koefisien regresi

Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan : a. Uji Normalitas

(16)

Pengujian dengan SPSS berdasarkan pada uji Kolmogorov–Smirnov. Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : data residual berdistribusi normal H1 : data residual tidak berdistribusi normal

Dengan demikian, normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikasi (α ) tertentu (Biasanya α= 0.05 atau 0.01). Sebaliknya, jika hasil uji signifikan maka normalitas tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom signifikansi (Sig.).

Untuk menetapkan kenormalan, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut.

 Tetapkan tarap signifikansi uji misalnya α = 0.1

 Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh

 Jika signifikansi yang diperoleh > α , maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, jika signifikansi yang diperoleh < α , maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas artinya antarvariabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah adalah koefisien korelasi variabel tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga. Salah satu metode uji multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai tolerance dan inflantion factor (VIF) pada model regresi. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil daripada 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar daripada nilai 10 (hair et al. 1992)

c. Uji Autokorelasi (Durbin Watson)

(17)

Model regresi dikatakan tidak terdapat autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson berkisar 1,55 sampai 2,46 (untuk n < 15).

d. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu uji heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola titik-titik pada grafik regresi.

e. Uji F

ANOVA atau analisis varian merupakan uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) untuk menguji signifikansi pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. (Priyatno 2009). Adapun langkah-langkah Uji F adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis

Ho : variable Perputaran piutang dan Penagihan Rata-Rata secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variable Likuiditas/Profitabilitas.

Ha : variable Perputaran piutang dan Penagihan Rata-Rata secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable Likuiditas/Profitabilitas. 2. Menentukan F hitung dan signifikansi

3. Menentukan F tabel

F tabel dapat dilihat pada tabel statistik (terlampir) pada tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df=(n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah variable termasuk konstanta. 4. Kriteria Pengujian

 Bila F Hitung < F Tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti semua variable independen secara simultan tidak mempunyai hubungan linear yang signifikan terhadap variable dependen.  Bila F Hitung > F Tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti

semua variable independen secara simultan mempunyai hubungan linear yang signifikan terhadap variable dependen.

(18)

f. Uji T

Uji T (uji koefisien regresi secara parsial). Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis

 Ho1 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata tidak berpengaruh terhadap variabel Likuiditas

 Ha1 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata berpengaruh terhadap variabel Likuiditas

 Ho2 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata tidak berpengaruh terhadap variabel Profitabilitas

 Ha2 = Variabel Perputaran Piutang dan Penagihan Rata-Rata berpengaruh terhadap variabel Profitabilitas.

2. Menentukan t hitung dan signifikansi 3. Menentukan tabel

Untuk menentukan nilai t-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df=(n-2) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variable termasuk konstanta

4. Kriteria Pengujian

 Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

 Jika –t hitung< -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak. Berdasarkan signifikansi :

(19)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara (“Perusahaan”) didirikan pada tahun 1961 dalam bentuk Jawatan di dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga. Perusahaan merupakan kelanjutan usaha beberapa perusahaan listrik Belanda yang diambilalih oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah). Perusahaan listrik Belanda tersebut meliputi NV ANIEM, NV SEM, NV OJEM, NV EMS, NV EMBALOM, NV GEBEO, NV OGEM dan NV WEMI.

(20)

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat No. AHUAH. 01.10-02240 tanggal 20 Maret 2009.

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, maksud dan tujuan Perusahaan adalah untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dan memiliki 46 unit pelaksana yang tersebar di wilayah Indonesia. Kantor Pusat Perusahaan beralamat di Jl. Trunojoyo Blok M I No. 135, Jakarta. Sesuai dengan Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang “Badan Usaha Milik Negara (BUMN)”, Pemerintah wajib memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan oleh BUMN termasuk margin yang diharapkan kepada BUMN yang diberikan penugasan khusus. Perusahaan merupakan BUMN yang sedang melaksanakan penugasan khusus berupa penyediaan tenaga listrik bersubsidi kepada masyarakat. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan masing-masing 46.296 karyawan dan 45.000 karyawan.

4.2 Bisnis PLN

PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero) berkewajiban untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan sesuai dengan Undang-Undang No.19/2000. Kegiatan usaha perusahaan meliputi :

1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan pembangkitan, penyaluran, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik.

(21)

3. Menjalankan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi lainnya untuk kepentingan penyediaan tenaga listrik, Melakukan pemberian jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada pembangkitan, penyaluran, distribusi dan retail tenaga listrik, Menjalankan kegiatan perindustrian perangkat keras dan perangkat lunak bidang ketenagalistrikan dan peralatan lain yang terkait dengan tenaga listrik, 4. Melakukan kerja sama dengan badan lain atau pihak lain atau badan

penyelenggara bidang ketenagalistrikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri di bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi dan informasi yang berkaitan dengan ketenagalistrikan.

4.3 Anak Perusahaan PT PLN (Persero) dan Bidangnya

1. PT Indonesia Power (IP) Bergerak dalam bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha lain yang terkait. Anak Perusahaan PT IP adalah PT Cogindo Daya Bersama bergerak di bidang usaha cogeneration, distribute generation dan jasa operation & maintenance, PT Artha Daya Coalindo bergerak di bidang usaha trading dan jasa transportasi batubara, PT Indo Pusaka Berau dengan kegiatan usaha penyediaan listrik dari produksi PLTU Lati di Berau, Kaltim.

2. PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) Bergerak dalam bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha lain yang terkait. Anak perusahaan PT PJB yang bergerak di bidang operasi dan pemeliharaan yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali Services yang berdomisili di Surabaya.

3. PT Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam) bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Pulau Batam.

4. PT Indonesia Comnets Plus (PT ICON +) bergerak dalam bidang usaha telekomunikasi.

(22)

6. PT PLN Batubara PT PLN Batubara, merupakan anak perusahaan yang bergerak di bidang usaha tambang batubara sebagai bahan utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

7. PT PLN Geothermal PT PLN Geothermal adalah anak perusahaan PLN yang bidang usahanya terfokus kepada usaha penyediaan tenaga listrik terbarukan, melalui kegiatan pengembangan dan pengoperasian pembangkit tenaga listrik panas bumi yang ekonomis bermutu tinggi dengan keandalan yang baik.

8. PT Geo Dipa Energi (PT GDE) adalah Perusahaan patungan PLN-PERTAMINA, bergerak dalam bidang pembangkitan tenaga listrik terutama yang menggunakan energi panas bumi.

9. Majapahit Holding BV Majapahit Holding BV merupakan suatu lembaga keuangan yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda.

4.4 Penyajian laporan Keuangan Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dasar penyusunan laporan keuangan konsolidasi, kecuali untuk laporan arus kas, adalah dasar akrual. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah. Laporan keuangan konsolidasi tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

4.5 Prinsip Konsolidasi

(23)

langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari 50 persen hak suara. Hak minoritas terdiri dari jumlah kepemilikan pada tanggal terjadinya penggabungan usaha dan bagian minoritas dari perubahan ekuitas sejak tanggal dimulainya penggabungan usaha. Kerugian yang menjadi bagian minoritas melebihi hak minoritas dialokasikan kepada bagian induk perusahaan. Hasil dari anak perusahaan yang diakuisisi atau dijual selama tahun berjalan dari tanggal efektif akuisisi atau sampai dengan tanggal efektif penjualan termasuk dalam laporan laba rugi konsolidasi. Penyesuaian dapat dilakukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan agar kebijakan akuntansi yang digunakan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Perusahaan. Seluruh transaksi antar perusahaan, saldo, penghasilan dan beban dieliminasi pada saat konsolidasi.

4.6 Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero)

Pendapatan Penjualan Tenaga Listrik adalah pendapatan yang diperoleh PT PLN (Persero) dari penyerahan tenaga listrik kepada pelanggan atas dasar pemakaian listrik. Pendapat ini diperoleh dari pelanggan sebesar nilai penjualan litsrik, yaitu jumlah pemakaian listrik dalam satu bulan dikalikan dengan tarif dasar listrik (TDL) yang berlaku untuk masing-masing golongan. Produk yang diperjualbelikan PT PLN (Persero) berupa arus listrik. Penjualan tenaga listrik merupakan penjualan yang diperoleh dari penyerahan Kwh (kilo watt hour) kepada pelanggan atas dasar pemakaian listrik menurut Tarif dasar Listrik (TDL) yang berlaku.

(24)

laporan laba rugi. Menurut sumbernya, pendapatan penjualan tenaga listrik PT PLN (persero), berasal dari :

a. Berasal dari cetak rekening : Pendapatan cetak rekening adalah oendapatan yang berasal dari penjualan normal tenaga listrik.

b. Berasal dari Non Cetak Rekening ini misalnya adalah pendapatan tariff multi guna atau yang disebut sebagai pendapatan pesta. Pendapatan ini berasal dari penggunaan tenaga listrik karena adanya permohonan pemasangan listrik yang biasanya pada pesta atau acara tertentu dimana keperluan Kwh-nya lebih besar dari daya yang seharusnya.

c. Berasal dari Penertiban Penggunaan Tenaga Listrik (P2TL) : P2TL yaitu penertiban penggunaan tenaga listrik atau juga sering disebut dengan OPAL yaitu Operasi Penertiban Aliran Listrik. Sumber ini merupakan pendapatan tenaga listrik akibat dari penggunaan tenaga listrik yang dilakukan masyarakat secara illegal. Dapat juga disebut pencurian aliran. Untuk itu masyarakat yang terbukti melakukan pemakaian listrik secara illegal akan dikenakan pembayaran ganti rugi atas tenaga listrik yang telah dipakainya.

Tabel 1. Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010 berdasarkan klasifikasi pelanggan :

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah)

4.7 Sistem Informasi Pengelolaan Piutang

Seiring dengan pertumbuhan jumlah pelanggan dan perkembangan teknologi informasi, sistem pengelolaan piutang pelanggan di PT PLN (Persero) dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Pedoman Tata Usaha Langganan (TUL) tahun 1994 yang berbasis manual untuk terakhir kali menjadi

2006 2007 2008 2009 2010

(25)

acuan penyelenggaraan administrasi pengelolaan piutang, dimana unsur ketergantungan terhadap SDM (pelaksana) sangan dominan. Sejalan dengan berkembangnya teknologi, sistem Tata Usaha Langganan (TUL) 1994 mengalami metamorfosis, membentuk sistem baru berbasis teknologi informasi dalam pengelolaan piutang pelanggan yang dikenal dengan Sistem Administrasi Pengelolaan Piutang Pelanggan (SAP3), selanjutnya terakhir dikenal sebagai Sistem Informasi Piutang (SIP3). Dengan SIP3 presentasi aspek kendali manual dalam operasi pengelolaan piutang pelanggan mulai berkurang dan beralih kepada suatu sistem yang berbasis teknologi informasi. Hal ini perlu dilakukan mengingat tingkat pertumbuhan pelanggan yang berbanding lurus dengan tuntutan peningkatan kualitas pelayanan pelanggan.

Payment Point Online Back (PPOB) merupakan salah satu generasi lanjutan dari sistem informasi pengelolaan piutang pelanggan (SIP3). Salah satu ciri utama dari sistem ini adalah berkurangnya peran atau keterlibatan SDM di unit pelaksana suatu cabang dalam mengelola piutang pelanggan, terutama berkaitan dengan transaksi pembayaran dari pelanggan. Payment Point Online Back (PPOB) sistem, yaitu sistem pembayaran rekening secara tunai melalui teknologi tinggi dengan menggunakan perangkat lunak yang di desain secara khusus dengan mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi. Perubahan ini dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi

wireless seperti GPRS serta kemampuan bank-bank memberdayakan para mitranya. Server data tagihan PLN dihubungkan dengan server bank-bank. Bank-bank tersebut mengembangkan aplikasi layanan pembayaran secara online dengan menggunakan EDC (Electronic Data Capture). EDC berhubungan dengan server bank melalui komunikasi saluran telepon tetap atau lewat jaringan seluler dengan teknologi GPRS. Bentuk tujuan sistem PPOB adalah peningkatan pelayanan dan pengamanan pendapatan dengan mengalihkan penerimaan pembayaran tagihan PLN langsung ke bank.

(26)

protection adalah bagian dari manajemen piutang pelanggan (account receivable management) yang harus dikelola dengan baik untuk menjamin kelangsungan operasional perusahaan berkaitan dengan target cash in flow yang harus dicapai. Salah satu dampak dari implementasi Payment Point Online Bank (PPOB) adalah tumbuh pesatnya payment point baru. Collecting agent sebagai mitra kerja, dapat menambah payment point dowline hanya dengan ijin tertulis dari PLN, semua infrastruktur payment point disediakan collecting agent, memungkinkan jumlah payment point tumbuh dengan cepat tanpa memerlukan biaya investasi dari PT PLN (Persero). Dengan sistem PPOB, terjadi transparansi dan akuntabilitas yang mengarah pada peningkatan kepuasan konsumen PLN, dengan begitu PLN dapat lebih berkonsentrasi pada peningkatan kinerja pelayanan ketenagalistrikan (keandalan penyaluran, mutu tegangan) dan peningkatan kualitas pasokan listrik. Dengan diberlakuknnya sistem tersebut, PLN berupaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembayaran. Kebijakan ini diambil karena banyak kendala yang dihadapi atas pembayaran dari masyarakat yang dilakukan melalui payment point konvensional. Selain masalah ketidaktepatan waktu penerimaan juga kadang ada kasus uang PLN dari masyarakat yang disalahgunakan dan tidak dibayarkan oleh kolektor. Dengan melakukan Payment Point (PP) tagihan listrik oleh mitra-mitra bank, proses bisnis PLN akan menjadi sangat efisien, dan PLN terhindar dari risiko-risiko penanganan uang kas seperti perampokan dan penggelapan.

PLN telah melakukan pengelompokkan pelanggan yang dapat mempermudah pengelolaan piutang dalam hal penagihan. PLN juga telah memberlakukan system on line untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan dan memberikan kemudahan atau nilai tambah bagi pelanggan agar dapat melunasi tagihan rekeningnya dengan memilih layanan tempat pembayaran sesuai dengan yang diinginkan secara tepat waktu, akurat, mudah dan otomatis. Pembayaran di luar wilayah perusahaan menggunakan sistem Pembayaran Rekening Listrik Fleksibel dan Otomatis “PRAQTIS” (Online), perusahaan melakukan perjanjian dengan Bank-bank rekanan perusahaan dan dibayarkan lewat ATM (Automatic Teller Machine), Auto Debet Rekening; Phone Banking;

(27)

setelah melakukan pembayaran di bank maka pihak bank menyerahkan daftar pembayaran tagihan rekening listrik dan memberikan laporan penambahan rekening perusahaan yang terdapat di bank, selanjutnya perusahaan membuat laporan pelunasan piutang. Perusahaan rekanan tersebut (bank) bekerjasama saling menguntungkan dengan PT PLN. Kontrak kerjasama tersebut menggunakan jasa timbal balik saling menguntungkan, perusahaan rekanan mendapatkan fee atau pendapatan dari para pelanggan yang akan dibayarkan perusahaan yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4.8 Klasifikasi Piutang Usaha

Klasifikasi piutang usaha perusahaan pada PT PLN (Persero) dibagi menjadi dua yaitu menurut sumber dan umurnya. Menurut sumbernya terbagi menjadi dua yaitu intern dan ekstern.

a. Intern merupakan piutang yang berasal dari pihak intern perusahaan, antara lain : Pembayaran persekot kepada pegawai yang harus diperhitungkan kembali untuk keperluan kesejahteraan pegawai maupun perjalanan dinas, Piutang cicilan akibat jual beli sesuatu kepada pegawai, dan Piutang cicilan sebagai akibat tuntutan ganti rugi perusahaan kepada pegawai.

b. Ekstern merupakan piutang pihak ekstern kepada perusahaan atau perorangan yang berasal dari : Penjualan tenaga listrik, Piutang cicilan biaya penyambungan , Pemasangan instalasi rumah dari listrik pedesaan, Pembayaran uang muka kepada perusahaan rekanan, Operasi penertiban aliran listrik “OPAL” yang merupakan piutang dari penggunaan tenaga listrik yang dilakukan masyarakat secara illegal (pencurian aliran listrik). Dan Piutang tarif multiguna yang berasal dari penggunaan tenaga listrik karena adanya permohonan pemasangan listrik karena acara tertentu dimana keperluan pemakaian listrik lebih besar dari daya yang seharusnya.

Sedangkan menurut umurnya juga terbagi menjadi dua :

a. Jangka Pendek yaitu piutang mempunyai umur kurang dari 1 tahun. b. Jangka Panjang yaitu piutang yang mempunyai umur lebih dari satu

(28)

Tabel 2. Piutang Usaha PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010

(314.973) (370.688) (625.222) (341.204) (330.451)

Bersih 2.362.125 2.166.974 1.708.320 2.555.458 2.875.168

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah)

4.9 Klasifikasi Pelanggan PT PLN (Persero)

Adapun Klasifikasi pelanggan dari piutang yang terdapat pada PT PLN (Persero) ini ialah ;

a. Piutang langganan - Umum

Merupakan piutang yang berasal dari langganan atas penjualan tenaga listrik termasuk denda akibat keterlambatan pembayaran tagihan rekening listrik.

b. Piutang langganan- Instansi Pemerintah Daerah

Merupakan piutang yang berasal dari penjualan tenaga listrik pemerintah daerah (termasuk perusahaan daerah) juga kepada pegawai-pegawainya apabila pembayaran rekening dilakukan oleh instansi pemerintah daerah.

c. Piutang langganan – Instansi Pemerintah NON TNI & POLRI

Merupakan piutang yang berasal dari penjualan tenaga listrik kepada instansi pemerintah NON TNI & POLRI, juga kepada pegawai-pegawainya apabila pembayaran rekening dilakukan oleh instansi pemerintah NON TNI & POLRI tersebut (tidak termasuk pemerintah daerah)

d. Piutang langganan – Instansi Pemerintah TNI & POLRI

(29)

pembayaran rekening dilakukan oleh instansi atau kesatuan yang bersangkutan.

e. Piutang langganan – Perusahaan Negara

Merupakan piutang yang berasal dari penjualan tenaga listrik kepada perusahaan-perusahaan negara (Perjan, Perum, Persero, Bank, dll) juga kepada pegawai-pegawainya apabila pembayaran rekening dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan negara tersebut.

f. Piutang macam-macam

Merupakan piutang yang berasal dari rekanan perusahaan dalam suatu kontrak kerjasama yang telah ditetapkan.

g. Piutang Ragu-Ragu

Merupakan piutang yang berasal dari saldo piutang-piutang sebelumnya yang belum dapat ditagih sehingga disisihkan kedalam penyisihan piutang ragu-ragu (tidak dapat tertagih) dan menghapus piutang ragu-ragu tersebut apabila ada ketetapan untuk menghapusnya.

Tabel 3. Piutang Usaha PT PLN (Persero) Tahun 2006-2010 berdasarkan Klasifikasi Pelanggan

2006 2007 2008 2009 2010

Umum 1.984.207 1.973.160 1.899.417 2.347.813 2.480.606

Pemerintah 198.949 105.684 116.023 108.997 170.014

BUMN 39.398 12.698 19.439 28.988 39.619

TNI dan Polri 454.544 446.120 298.663 410.864 515.380

Jumlah 2.677.098 2.537.662 2.333.542 2.896.662 3.205.619

Piutang Ragu-ragu (314.973) (370.688) (625.222) (341.204) (330.451)

Bersih 2.362.125 2.166.974 1.708.320 2.555.458 2.875.168

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah)

(30)

disebabkan adanya penambahan jumlah pelanggan dan daya tersambung. PLN memiliki kebijakan untuk melakukan pemutusan aliran listrik jika ada keterlambatan pembayaran pada periode tertentu. Namun demikian, sesuai dengan tingkat kolektibilitas piutang, ada piutang yang telah jatuh tempo lebih dari 360 hari, sehingga PLN harus menyisihkan sejumlah dana piutang ragu-ragu per 31 Desember 2006 sebesar Rp341,9 miliar begitupun juga dengan tahun-tahun berikutnya. PLN terus berupaya menyelesaikan piutang-piutang yang telah jatuh tempo lebih dari 360 hari ini sesuai dengan peraturan yang berlaku.

4.10 Penyisihan Piutang

Piutang dalam neraca konsolidasi PT PLN (Persero) dinyatakan dalam jumlah bersih setelah dikurangi penyisihan piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Penyisihan piutang tersebut dibentuk berdasarkan penelaahan terhadap keadaan masing-masing piutang pada akhir periode. Piutang dihapuskan dalam periode piutang tersebut saat piutang dipastikan tidak akan tertagih dan piutang diakui sebagai aset apabila terdapat kepastian tagihan dapat diterima dan jumlah piutang dapat diukur secara andal.

Penghapusan penyisihan piutang ragu-ragu yang dilakukan oleh PLN menggunakan metode langsung, dimana tidak ada ayat jurnal sampai suatu akun khusus telah ditetapkan secara pasti sebagai tak tertagih. Kemudian kerugian tersebut dicatat dengan mengkredit piutang usaha dan mendebit beban piutang tak tertagih.

Bagian Komersialisasi (unit piutang usaha) pada setiap cabang PT PLN (Persero) membuat perhitungan penyisihan piutang usaha berdasarkan kelompok unsur setiap 6 bulan sekali (per semester) dan menyisihkan piutangnya 0-3 bulan, 3-12 bulan dan diatas 12 bulan. Penyisihan piutang berdasarkan kelompok unsur pelanggan. Dibagi ke dalam 2 bagian :

1. Pihak ketiga : Pelanggan Umum 2. Pihak istimewa : BUMN

(31)

tagihan rekening listrik dan menagihnya untuk kategori pelanggan TNI & POLRI dan Pemerintah (Departemen dan Daerah). Setelah penentuan umur piutang pelanggan yang akan disisihkan, maka akan dibuatkan presentase penyisihan piutang pelanggan yaitu anak umur piutang 0 s/d 3 bulan , 3 s/d 12 bulan, dan diatas 12 bulan. Perusahaan menetapkan penyisihan piutang usaha (piutang pelanggan) sebesar 3% atas saldo piutang tertentu, sementara untuk penyisihan piutang tahun lalu (piutang ragu-ragu) disisihkan 50% (khusus pihak ketiga) setelah memperhitungkan uang jaminan langganan yang bersangkutan.

Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu memadai untuk menutup kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya piutang dan tidak terdapat resiko yang terkonsentrasi secara signifikan atas piutang usaha.

Tabel 4. Penyisihan Piutang Ragu-Ragu PT PLN (Persero) Tahun 2006-2010

2006 2007 2008 2009 2010

Saldo Awal Tahun (341.032) (314.973) (370.688) (625.222) (34.204)

Penambahan (9.945) (161.365) (375.707) (69.809) (89.062)

Penghapusan 125.509 105.650 121.173 353.827 (99.815)

Saldo Akhir Tahun (314.973) (370.688) (625.222) (341.204) (330.451)

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan (Dalam Jutaan Rupiah)

4.11 Pengakuan dan pencatatan piutang

(32)

pembacaan meter yang telah diverifikasi dan diproses menjadi data pemakaian Kwh (Kilo Watt per Hour). Proses pencatatan tagihan tersebut menggunakan sistem komputer CISRISI (Customer Informasi Riset Sistem Informasi) yang digunakan untuk mencatat pemakaian listrik, menghitung dan menghimpun tagihan listrik para pelanggan sehingga dapat mempermudah proses penagihan dan pembayarannya.

Sistem pencatatan piutang tagihan listrik terhadap jasa yang telah diberikan tersebut menggunakan metode akrual basis dimana proses pengakuan piutang terjadi dan terhitung sejak awal pemakaian tenaga listrik (pencatatan meter listrik) tetapi penagihannya tidak langsung ditagih kepada pelanggan dan dikumpulkan terlebih dahulu selama satu bulan.

4.12 Penerimaan Pembayaran Piutang

Pada awal bulan telah dihimpun dan dilaporkan serta dokumen bukti pembayaran tagihan rekening listrik siap dicetak, maka pelanggan dapat melakukan pembayaran piutang bulan Januari pada awal bulan Febuari. Perusahaan menerima pembayaran piutang atas jasa yang telah diberikan selama satu bulan dengan menyediakan tempat dan cara pembayarannya, hal tersebut ditujukan untuk memudahkan para pelanggannya membayar tagihan rekening listrik yang berada di wilayah perusahaan maupun diluar wilayah perusahaan dengan melakukan kerjasama dengan perusahaan rekanan. Pembayaran rekening listrik wilayah perusahaan dapat dilakukan diloket-loket pembayaran (payment point) yang telah disediakan perusahaan.

Batas pembayaran tagihan listrik disetiap cabang PT PLN (Persero) dibagi ke dalam 3 siklus (periode) per tanggal, yakni :

1. Siklus 1 (1-10 hari) 2. Siklus 2 (5-15 hari) 3. Siklus 3 (10-20 hari)

(33)

Bila pelanggan melakukan pembayaran melebihi batas pembayaran (siklus) yang telah ditetapkan, maka dalam waktu dua bulan kedepan pelanggan tersebut akan dikirim surat pemutusan sementara oleh PT PLN (Persero) bila pelanggan belum melunasi tagihan listriknya. Perusahaan akan memberikan jangka waktu 3 (tiga) bulan dan apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut konsumen belum juga membayar tagihan tersebut, maka perusahaan akan mencabut aliran listriknya dan akan menyebabkan piutang yang macet. Setelah aliran listriknya di cabut, maka PT PLN akan melakukan pencatatan untuk mendata konsumen yang belum membayar tagihannya, dan setelah di catat PT PLN akan menghapuskan piutang macet untuk menjadi piutang tak tertagih. Piutang tak tertagih disini maksudnya adalah Piutang pelanggan yang tidak dilunasi oleh Penanggung Hutang karena sukar ditagih atau diragukan pembayarannya serta telah dilaksanakan pemutusan rampung aliran tenaga listrik. Penyambungan kembali tenaga aliran listrik dilakukan apabila pelanggan sudah melunasi tagihan rekening listriknya ditambah dengan Biaya Keterlambatan (BK) sebesar 10% dari total tagihan dengan pengakuan sebagai pendapatan lain-lain. Apabila dalam jangka waktu dua bulan sejak tanggal pemutusan sementara pelanggan masih belum juga melunasi tunggakannya, maka PT (PLN) Persero berhak melakukan pemutusan rampung berupa penghentian penyambungan aliran tenaga listrik dengan mengambil seluruh instalasi milik perusahaan. Jika pelanggan menginginkan penyambungan kembali, maka diperlukan sebagai permintaan penyambungan baru dan pelanggan harus membayar biaya pasang kembali “paskem” sebesar Rp100.000,- serta melunasi seluruh kewajibannya terdahulu yang masih belum dibayar

4.13 Penilaian Kinerja Piutang di PT PLN (Persero)

(34)

rasio maka modal kerja yang ditawarkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio ini semakin rendah berarti terjadi over investment yang dapat mengakibatkan piutang semakin tinggi artinya perusahaan tidak efektif dalam melakukan penagihan. Ketidakefektifan dalam melakukan penagihan akan berpengaruh terhadap periode penagihan rata-rata.

Analisis yang sering digunakan untuk melakukan pemantauan adalah analisis rasio penagihan rata-rata. Rasio ini adalah salah satu alat analisis guna melihat keefektifan perusahaan dalam melakukan penagihan dari penjualan kredit yang dilakukan perusahaan. Rasio ini menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Semakin lama waktu yang dibutuhkan agar suatu piutang dapat tertagih maka semakin tinggi resiko kemungkinan piutang tersebut menjadi piutang tak tertagih.

Rasio perputaran piutang berbanding terbalik dengan periode penagihannya. Apabila masa penagihannya rendah, maka rasio perputaran piutang mempunyai nilai yang tinggi. Begitupun juga sebaliknya. Adapun ringkasan penilaian kinerja piutang PT PLN selama 5 periode disajikan pada Tabel dibawah ini :

Tabel 5. Penilaian Kinerja Piutang Tahun 2006-2010 PT PLN (Persero)

Komponen 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata Rasio Perputaran Piutang 32,34 30,57 41,02 37,72 36,95 35,72 Periode penagihan Rata-Rata 11,29 11,94 8,90 9,68 13,29 11,02 Sumber : laporan keuangan diolah

a. Rasio Perputaran Piutang

(35)

Gambar 2. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010

Putaran piutang pada triwulan IV tahun 2007 merupakan angka rasio terkecil jika dibandingkan dengan triwulan IV periode 2006-2010, hal ini menunjukkan terjadi penurunan efisisensi penagihan pada tahun 2007. Meskipun penjualan listrik meningkat 7,85 persen dari tahun 2006 menjadi Rp76.286,2 miliar di tahun 2007, akan tetapi peningkatan penjualan yang terjadi pada tahun 2007 tidak diiringi dengan peningkatan piutang. Piutang usaha pada tahun 2007 turun sebesar 8,26 persen menjadi Rp2.166,1 miiliar, Akibatnya perputaran piutang mengalami penurunan menjadi 30,57 kali..

Pada triwulan IV berikutnya terjadi penurunan rasio perputaran dari 41,02 ditahun 2008 menjadi 37,72 kali di tahun 2009 dan 36,95 kali di tahun 2010. Penurunan ini disebabkan terjadinya kenaikan piutang yang diimbangi dengan kenaikan penjualan yang sepadan. Pada kuartal IV tahun 2008 PT PLN didera krisis, namun PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) tetap mampu bertahan dengan banyaknya pertambahan pelanggan mencapai 1.510.357 pelanggan sehingga jumlah pelanggan pada tahun 2008 meningkat menjadi 38.844.086 pelanggan atau 4,05% lebih besar dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar 37.333.729 pelanggan. Pertambahan jumlah pelanggan tentu

Tahun Trend Analysis Plot for Rasio Perputaran Piutang (kali)

(36)

saja mengakibatkan terjadinya pertumbuhan penjualan energi listrik, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penjualan energi listrik sebesar 6,41% yaitu dari 121,24 TWh di tahun 2007 menjadi sebesar 129,01 TWh di tahun 2008. Selanjutnya peningkatan penjualan tenaga listrik ini berpengaruh pada peningkatan rasio perputaran piutang pada triwulan IV tahun 2008. Tahun 2008 merupakan perjalanan yang penuh tantangan bagi PT PLN (Persero), namun merupakan landasan yang kuat bagi perusahaan untuk menatap ke depan dengan penuh optimisme untuk menciptakan nilai maksimal bagi pemegang saham, investor dan pelanggan. Meskipun terus didera krisis, PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) tetap mampu bertahan dengan pertumbuhan penjualan energi listrik sebesar 6,4% dibanding tahun sebelumnya meskipun di tahun ini terjadi krisis global. Hal ini menyebabkan rasio perputaran piutang di tahun 2008 cenderung meningkat.

(37)

Tantangan lain di tahun 2009 yang juga dihadapi adalah terbitnya UU Kelistrikan No. 30 tahun 2009 yang memposisikan PLN bukan lagi menjadi Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan seperti yang diatur dalam Undang-undang sebelumnya. Sesuai dengan UU.30/2009, sangat dimungkinkan pihak lain selain PLN untuk melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang penyediaan tenaga listrik. Walaupun demikian, PLN masih tetap optimis bahwa prospek usaha di bidang ketenagalistrikan masih berpeluang luas untuk berkembang secara pesat mengingat rasio elektrifikasi (perbandingan antara jumlah pelanggan listrik sektor rumah tangga terhadap total rumah tangga di Indonesia) tahun 2009 baru mencapai 63,75% dan konsumsi listrik masih akan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan penghasilan masyarakat.

Tantangan-tantangan di tahun 2009 ini menyebabkan penurunan produksi yang akan berdampak terhadap penurunan penjualan dan berpengaruh terhadap penurunan rasio perputaran piutang dari tahun 2008 sebesar 8,05 % menjadi 38 kali di tahun 2009. Program yang telah dicanangkan untuk menghadapi tahun 2010 adalah tetap berupaya untuk memenuhi kebutuhan akan daya listrik dengan membangun fasilitas tenaga listrik, melakukan pembelian tenaga listrik dari swasta, meningkatkan pelayanan, meningkatkan efisiensi serta mengurangi beban finansial perusahaan dan membuat orientasi perusahaan menjadi lebih komersial.

Menghadapi masa yang akan datang, manajemen beserta seluruh jajarannya bertekad untuk meningkatkan kinerja operasional dan keuangan sehingga dapat mencapai puncak keemasan pada tahun 2012 sebagai perusahaan yang sehat, mandiri dan tumbuh berkembang.

(38)

Langganan di PLN. Melalui langkah ini, maka akan tercipta sentralisasi informasi dan standarisasi proses bisnis PT PLN. P2APST merupakan bentuk pemanfaatan teknologi dalam rangka mendukung kemudahan dan kenyamanan pelanggan prabayar. Pada intinya sistem ini melayani permintaan pelanggan yang akan membeli pulsa listrik. Sistem P2APST telah diaplikasikan melalui kerja sama dengan berbagai bank nasional maupun swasta di seluruh Indonesia, memanfaatkan seluruh jaringan ATM bank-bank tersebut.

Pemusatan sistem P2APST juga mengharuskan dikumpulkannya Data Piutang Pelanggan (DPP) pada satu tempat, sehingga pihak Switching Company

tidak perlu lagi mengakses DPP yang ada di Distribusi, melainkan akan langsung mengakses DPP pada data center pusat yang menampung DPP dari kelima area Distribusi. Dengan adanya program tersebut terjadi pengurangan pada jumlah piutang yang dikarenakan terjadi peralihan pelanggan yang menggunakan listrik prabayar, meskipun pengurangan tersebut belum terlalu signifikan karena pada tahun 2010 ini jumlah pelanggan yang menggunakan pembayaran prabayar baru mencapai 10 persen.

Proyeksi trend Rasio Perputaran Piutang PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Hasil Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang

Tahun Periode Peramalan

2011

Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 25,8257 kali Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 26,5756 kali Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 27,3473 kali Tahun yang berakhir pada 31 Desember 28,1414 kali Kecenderungan pada proyeksi trend Rasio Perputaran Piutang pada empat (4) periode ke depan adalah meningkat. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan listrik pra-bayar, dan konsumen beralih dari pemakaian listrik pasca bayar ke pemakaian listrik pra bayar. Sehingga akan mengurangi jumlah piutang yang akan berdampak pada semakin tingginya perputaran piutang yang terjadi.

b. Periode penagihan rata-rata

(39)

Rata-rata periode pengumpulan piutang perusahaan pada akhir tahun atau triwulan ke IV selama kurang lebih 5 tahun adalah 11 hari. Perusahaan dapat kembali mengumpulkan pembayaran atas piutang yang belum dibayar oleh pelanggan dalam waktu kurang lebih 11 hari. Dari hasil perhitungan membuktikan pengelolaan piutang pada PLN telah sesuai dengan rata-rata standart yang ada. Rata-rata dari rasio periode penagihan rata-rata yang sebesar 11 hari telah menggambarkan perputaran piutang yang baik, 11 hari ini mengindikasikan PT PLN membutuhkan waktu 11 hari dalam melakukan satu kali perputaran piutang. Hal ini sesuai dengan waktu pembayaran piutang yang dalam satu bulan dibagi menjadi 3 kali siklus pembayaran. Sehingga dalam 1 siklus dibutuhkan waktu 9-11 hari dalam melakukan satu kali perputaran piutang.

Gambar 3 . Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Periode Penagihan Rata-Rata PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010.

PLN telah melakukan pengelompokkan pelanggan yang dapat mempermudah pengelolaan piutang dalam hal penagihan. Prosedur pengumpulan piutang (penagihan) PLN ini menggunakan metode imprest dengan melakukan pengklasifikasian dari pelanggan-pelanggan yang tidak dapat membayar rekening listriknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Bila antara sasaran (target) dengan realisasi masih lebih rendah, maka manajemen untuk periode selanjutnya

Tahun Trend Analysis Plot for Periode Penagihan (hari)

(40)

harus melakukan improvement dari realisasi tersebut agar dapat mencapai sasaran atau target dalam pencapaian Collecting Period (COP). Sebagaimana diterapkan dalam proyek dan rencana kerja unit untuk kinerja. Akuntansi unit harus sering melakukan kordinasi dengan pengawasan kredit (Administrasi Pelayanan Pelanggan) untuk dapat mengakuntabilitas dari penyajian saldo piutang listrik yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Berikut data mengenai penilaian dan rincian piutang selama 5 periode yaitu dari tahun 2006 sampai dengan 2010.

Proyeksi trend Rasio Periode Penagihan Rata-Rata PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Hasil Proyeksi Trend Periode Penagihan Rata-Rata

Tahun Periode Peramalan

2011

Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 14,1332 hari Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 13,7344 hari Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 13,3468 hari Tahun yang berakhir pada 31 Desember 12,9702 hari Kecenderungan pada proyeksi trend Periode Penagihan Rata-Rata pada empat (4) periode ke depan adalah menurun. Hal ini seiring dengan proyeksi trend kenaikan rasio perputaran piutang yang akan diiringi dengan penurunan jumlah hari dalam melakukan penagihan.

4.14 Analisis Likuiditas

Analisis Likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) lancarnya yang sudah ataupun yang akan jatuh tempo. Selain itu analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek. Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aset lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Pengukuran tingkat Likuiditas PT PLN Persero menggunakan rasio lancar dan rasio kas. Ringkasan perkembangan rasio likuiditas selama periode 2006-2010 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :

Tabel 8. Analisis Likuiditas Periode Tahun 2006-2010 PT PLN (Persero)

(41)

Rata-rata Rasio Likuiditas selama lima tahun terakhir adalah sebesar 64,07 persen, dimana nilai tersebut hasil bagi setelah kedua rasio, rasio lancar dan rasio kas dijumlahkan. Meliputi rasio lancar 93,50 persen dan rasio kas sebesar 34,64 persen. Nilai rasio lima tahun terakhir yang sebesar 64.07 ini menggambarkan kemampuan PT PLN (Persero) untuk setiap Rp100,00 kewajiban lancarnya dapat dijamin dengan aset lancarnya sebesar Rp64,07. Dari Rasio Likuiditas terlihat perusahaan tidak cukup likuid karena untuk setiap tahunnya perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva yang dimiliki perusahaan dan angka rasio likuiditas ini berada dibawah 200 persen. Nilai 200 persen mengacu pada aturan umum yang biasa dipakai, jika rasio likuiditas 2:1 atau lebih baik lagi maka perusahaan cukup baik secara keuangan, sementara rasio dibawah 2:1 menujukkan peningkatan risiko likuiditas. Aturan 2:1 ini menunjukkan bahwa tersedia asset lancar Rp2 untuk setiap Rp1 kewajiban lancar atau jika dipandang dari sudut lain, nilai asset lancar pada saat likuidasi dapat turun hampir sebesar 50 persen dan perusahaan masih dapat melunasi kewajiban lancar.

Sumber likuiditas PT PLN (Persero) terutama diperoleh dari arus kas masuk aktivitas usaha dan pendanaan. Perusahaan dan anak perusahaan telah membentuk kerangka kerja manajemen risiko likuiditas yang sesuai untuk pengelolaan dana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dan persyaratan likuiditas manajemen. Perusahaan dan anak perusahaan mengatur risiko likuiditas dengan mempertahankan cadangan yang memadai, fasilitas perbankan dan fasilitas cadangan pinjaman, dengan terus memantau perkiraan dan arus kas aktual, dan mencocokkan profil jatuh tempo aset keuangan dan kewajiban.

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

(42)

Tahun Trend Analysis Plot for Rasio Lancar (%)

Quadratic Trend Model

Yt = 87.1227 + 2.19867*t - 0.0904609*t**2

Gambar 4. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Rasio Lancar PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010

Jumlah aset lancar pada setiap triwulan mengalami fluktuasi, rata-rata terjadi kenaikan pada triwulan III dan penurunan di triwulan IV. Pada tahun 2006 dan 2007 jumlah aset lancar masih berada pada kisaran angka yang lebih besar dari pada jumlah kewajiban lancar dan kewajiban lancar tersebut yang sebagian besar

berupa hutang dapat dibayar dengan aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Pada

tahun 2008, 2009 dan 2010 jumlah aset lancar berada dibawah jumlah kewajiban

lancarnya sehingga nilai aset lancar pada tahun ini dibawah 100 persen.

Rasio Lancar terkecil terjadi pada tahun 2008 hal ini disebabkan karena pada bulan September 2008, terjadi krisis keuangan di Amerika Serikat yang membawa dampak terjadinya krisis keuangan secara global, termasuk di negara Indonesia dan PT PLN (Persero). Pengaruh dari krisis ini mengakibatkan terjadinya depresiasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap US Dollar. Akibat utamanya adalah langkanya likuiditas pada triwulan IV tahun 2008 dan tingginya tingkat suku bunga serta kurs mata uang asing. Kondisi ini mencakup pula penurunan harga saham dan pengetatan penyediaan kredit PT PLN (Persero).

(43)

menunjukkan perubahan ke angka yang lebih besar. Tahun 2010 rasio lancar perusahaan adalah sebesar 81,6 %, menurun dari posisi 98,12 % di tahun 2009. Hal ini menunjukkan adanya penurunan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya.

Proyeksi trend Rasio Lancar PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 9 :

Tabel 9. Hasil Proyeksi Trend Rasio Lancar PT PLN (Persero)

Tahun Periode Peramalan

2011

Periode 3 Bulan yang berakhir 31 Maret 93,4 % Periode 6 Bulan yang berakhir 30 Juni 91,7 % Periode 9 Bulan yang berakhir 30 September 89,8 % Tahun yang berakhir pada 31 Desember 87,8 % Kecenderungan pada proyeksi trend rasio lancar pada empat (4) periode ke depan adalah menurun dalam satu periode, namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 trend rasio lancar mengalami kenaikan sebesar 6,18 persen.

b. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas ini merupakan indikator paling likuid dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar tepat pada waktunya. perusahaan belum cukup memiliki kas untuk memenuhi kewajibannya.

Nilai rata-rata rasio kas perusahaan adalah 34,64 persen. Ini menunjukkan setiap Rp. 100,- kewajiban lancar perusahaan dijamin dengan Rp. 34,64 uang kas dan bank. Dalam hal ini perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya dengan kas, meskipun sebagian besar pemasukan aset lancar perusahaan berasal dari kas dan bank.

(44)

Tahun Trend Analysis Plot for Rasio Kas (%)

Growth Curve Model Yt = 31.9893 * (1.00066**t)

Gambar 5. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Tren Rasio Kas PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010

Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan arus kas dari aktivitas pendanaan yaitu hasil emisi obligasi dan perolehan hutang bank. Peningkatan ini sesuai dengan prioritas jangka pendek perusahaan yaitu mengatasi kekurangan pasokan listrik untuk mengurangi pemadaman di hampir seluruh wilayah Indonesia, mengatasi krisis likuiditas, dan meningkatkan kemampuan pendanaan jangka pendek. Akibat adanya tiga kegiatan dalam perusahaan, yaitu kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan terdapat jumlah penyesuaian pada ketiga kegiatan ini yang dapat dilihat pada tabel 10.

Proyeksi trend Rasio Kas PT PLN untuk empat (4) periode ke depan disajikan pada Tabel 11.

Tabel 10. Hasil Proyeksi Trend Rasio Kas PT PLN (Persero)

Tahun Periode Peramalan

2011

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 2. Piutang Usaha PT PLN (Persero) periode tahun 2006-2010
Gambar 2. Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Rasio Perputaran Piutang
Gambar 3 . Grafik Perkembangan dan Proyeksi Trend Periode Penagihan Rata-
+7

Referensi

Dokumen terkait

hydrophila memiliki ciri utama yaitu berbentuk seperti batang yang berukuran 0,8-1 x 1-3,5 µm, bersifat Gram negatif, fakultatif aerobik (dapat hidup dengan atau tanpa oksigen),

Inovasi Tjaraka Buana, framework audit yang di gunakan adalah COBIT 5 domain DSS (Deliver, Service, and Support) yang cocok untuk mengevaluasi permasalahan yang ada pada

Berdasarkan hasil observasi di kelas X SMAN 11 Makassar, peneliti menemukan beberapa masalah yang berkaitan dengan pemahaman konsep dalam pembelajaran

dibawah ini adalah untuk mendapatkan dan menganalisis informasi persyaratan yang cukup untuk mempersiapkan model yang mengkomunikasikan apa yang diperlukan dari

Sebagai agama sempuma, bagi pemikir politik Islam tipologi ini, Islam bukanlah sekedar agama dalam pengertian Barat yang sekuler, tetapi merupakan suatu pola hidup

Tujuan komunikasi dari Perancangan Mandala Sebagai Media Belajar Dalam Meningkatkan Kreatifitas Pada Siswa/i SMK Prima Unggul Jurusan Multimedia adalah

membuat sol belerang dengan cara menggerus butir- butir belerang yang dicampur butir gula lalu di- larutkan dalam

Untuk mencegah terjadinya anak putus sekolah yang disebabkan faktor ketidakmampuan ekonomi dan sekaligus menarik anak usia sekolah yang tidak sekolah agar masuk