• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara faktor produksi dengan produksi dalam usahatani jagung varietas Bisi-2 ditunjukkan dengan model fungsi produksi Cobb- Douglas. Faktor produksi yang dimasukkan ke dalam persamaan adalah luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk urea, dan pupuk Phonska.

Model fungsi produksi Cobb-Douglas adalah regresi non linier, sehingga untuk melakukan analisis regresi linier berganda harus diubah ke dalam bentuk persamaan linier. Untuk itu persamaan yang ada dilogaritmakan menjadi model regresi linier berganda. Adapun model fungsi produksi jagung varietas Bisi-2 adalah sebagai berikut:

Y = 12,331. X10,231. X20,692. X3-0,028. X40,292. X50,021. X60,183

Keterangan:

Y = Produksi jagung varietas Bisi-2 (kg) X1 = Luas lahan (Ha)

X2 = Tenaga kerja (HKP)

X3 = Benih (kg)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

X5 = Pupuk urea (kg)

X6 = Pupuk Phonska (kg)

Setelah dilakukan pengujian terhadap model tersebut dapat diketahui bahwa hasil uji f adalah signifikan. Hasil uji t menunjukkan bahwa dari enam variabel bebas yang digunakan dalam penelitian (luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk urea dan pupuk Phonska), hanya dua variabel bebas yang signifikan yaitu tenaga kerja dan pupuk kandang. Hasil analisis menunjukkan nilai Adjusted R2 sebesar 0,886 atau 88,6%. Nilai Adjusted R2 yang cukup besar sementara hanya ada dua variabel yang signifikan berdasarkan uji t mengindikasikan adanya penyakit/penyimpangan terhadap asumsi klasik di dalam model. Oleh karena itu diperlukan adanya uji multikolinearitas.

Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai matriks pearson correlation. Bila matriks pearson correlation tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil analisis regresi SPSS pada Lampiran 13 dapat dilihat bahwa terdapat matriks yang bernilai lebih dari 0,8 yaitu matriks antara variabel X1 dengan X2 dan X2 dengan X1 (0,894), X1 dengan X4 dan X4

dengan X1 (0,800), serta X5 dengan X6 dan X6 dengan X5 (0,930). Oleh karena

itu dapat disimpulkan bahwa terjadi multikolinearitas dalam model, sehingga perlu dilakukan pengobatan multikolinearitas.

Langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengobati multikolinearitas adalah dengan meregresikan antar variabel, kemudian nilai variabel hasil regresi dijadikan sebagai variabel baru. Namun demikian, setelah dilakukan analisis kembali ternyata masih terdapat multikolinearitas dalam model sehingga langkah yang harus dilakukan selanjutnya adalah mengeluarkan satu atau lebih variabel yang terkena multikolinearitas. Variabel yang dikeluarkan adalah variabel luas lahan (X1) dan pupuk urea (X5), sehingga menyisakan

empat variabel. Dari empat variabel yang tersisa kemudian dilakukan analisis regresi linear berganda kembali untuk memperoleh model fungsi produksi

commit to user

yang baru. Adapun model fungsi produksi jagung varietas Bisi-2 yang baru adalah sebagai berikut:

Y = 2,042. X20,947. X3-0,043. X40,355. X60,244

Keterangan:

Y = Produksi jagung varietas Bisi-2 (kg) X2 = Tenaga kerja (HKP)

X3 = Benih (kg)

X4 = Pupuk kandang (kg)

X6 = Pupuk Phonska (kg)

1. Pengujian Model yang Baru

a. Uji F

Pengaruh penggunaan faktor produksi tenaga kerja, benih, pupuk kandang dan pupuk Phonska secara bersama-sama terhadap produksi jagung varietas Bisi-2 dapat diketahui dengan melakukan uji F (F-test). Tabel 19. Analisis Varians Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani

Jagung Varietas Bisi-2 MT Mei-Agustus 2010 di Kabupaten Bantul Model Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhitumg Ftabel (α:0,05) Sig. Regression Residual 1,189 0,127 4 25 0,297 0,005 58,530** 2,92 0,000a Total 1,316 29

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 14)

Keterangan: **) : Berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui nilai F hitung sebesar 58,530 lebih besar dari F tabel (2,92). Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi berupa tenaga kerja, benih, pupuk kandang dan pupuk Phonska secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi jagung varietas Bisi-2 di Kabupaten Bantul.

b. Uji t

Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi jagung varietas Bisi-2 dapat diketahui melalui uji keberartian koefisien regresi dengan uji t (t-test).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Tabel 20. Analisis Uji Keberartian Koefisien Regresi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Jagung Varietas Bisi-2 MT Mei-Agustus 2010 di Kabupaten Bantul

No Variabel Koefisien Regresi t hitung t tabel (

:5%) 1. 2. 3. 4. Tenaga Kerja Benih Pupuk Kandang Pupuk Phonska 0,947 -0,043 0,355 0,244 5,233** -0,357ns 4,001** 2,780** 2,060 2,060 2,060 2,060 Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 14)

Keterangan : **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%

ns

) : tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%

Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa nilai t hitung faktor produksi tenaga kerja adalah 5,233 dan nilai ini lebih besar dari t tabel (2,060) sehingga tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi jagung varietas Bisi-2. Faktor produksi tenaga kerja memiliki hubungan positif dengan produksi jagung varietas Bisi-2 dengan koefisien regresi sebesar 0,947.

Nilai t hitung faktor produksi benih sebesar -0,226 atau lebih kecil dari t tabel (2,060) sehingga faktor produksi benih tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung varietas Bisi-2. Nilai t hitung faktor produksi pupuk kandang 4,001 yang lebih besar dari t tabel (2,060), berarti faktor produksi pupuk kandang tersebut berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Nilai koefisien regresi faktor produksi pupuk kandang adalah 0,355 sehingga faktor produksi tersebut berhubungan positif dengan produksi jagung.

Nilai t hitung faktor produksi pupuk Phonska lebih besar dari t tabel (2,780 > 2,060), berarti faktor produksi pupuk Phonska berpengaruh nyata terhadap produksi jagung varietas Bisi-2. Nilai koefisien regresi faktor produksi pupuk Phonska adalah 0,244 sehingga faktor produksi tersebut berhubungan positif dengan produksi jagung. c. Uji Standard Koefisien Regresi (b’)

Nilai standard koefisien regresi digunakan untuk menentukan variabel independen yang paling mempengaruhi nilai variabel dependen dalam suatu model regresi liniear. Nilai standar koefisien regresi yang

commit to user

paling tinggi menunjukan variabel independen yang paling dominan dalam penentuan nilai variabel dependen (Arif, 1993). Nilai standard koefisien regresi variabel yang berpengaruh terhadap produksi jagung varietas Bisi-2 dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Nilai Standard Koefisien Regresi Variabel yang Berpengaruh terhadap Produksi Jagung Varietas Bisi-2 MT Mei-Agustus 2010 di Kabupaten Bantul

No. Faktor Produksi Standard Koefisien

Regresi (b’) Peringkat 1. 2. 3. Tenaga Kerja (X2) Pupuk Kandang (X4) Pupuk Phonska (X6) 0,531 0,373 0,243 1 2 3 Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 14)

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa variabel yang mempuyai nilai standar koefisien regresi terbesar adalah variabel tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja merupakan variabel yang paling dominan terhadap produksi jagung varietas Bisi-2 MT Mei- Agustus 2010 di Kabupaten Bantul.

d. Uji Adjusted R2 ( 2)

UjiAdjusted R2 ( 2) digunakan untuk menunjukan kemampuan model untuk menjelaskan hubungan antara faktor produksi yang digunakan dalam usahatani jagung varietas Bisi-2 dan produksi jagung varietas Bisi-2. Dalam analisis regresi ini jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model ada lebih dari dua variabel bebas, sehingga koefisien determinasi yang digunakan adalah Adjusted R2 atau koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Priyatno, 2009). Dari hasil analisis diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar 0,888 atau 88,8%, yang berarti bahwa variasi produksi jagung Bisi-2 88,8% dipengaruhi oleh variabel luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk urea dan pupuk Phonska, sedangkan 11,2% sisanya dijelaskan oleh faktor lain seperti kondisi kesuburan tanah, cuaca, serta faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

2. Pengujian Asumsi Klasik Model yang Baru

Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik maka dilakukan pengujian untuk mendeteksi ada tidaknya Multikolinearitas, Autokorelasi dan Heteroskedastisitas.

a. Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai matriks

pearson correlation. Bila matriks pearson correlation tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil analisis regresi SPSS pada Lampiran 14 dapat dilihat bahwa tidak terdapat matriks yang bernilai lebih dari 0,8. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model.

b. Autokorelasi

Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Menurut Sulaiman (2002), untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam model regresi digunakan angka D-W (Durbin-Watson). Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukan pada lampiran 14 diperoleh nilai D-W sebesar 1,828. Karena nilai D-W yang diperoleh terletak diantara 1,65 < DW < 2,35, berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

c. Heteroskedastisitas

Menurut Priyatno (2009), uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola sebaran titik-titik pada diagram scatterplot. Berdasarkan diagram scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu, berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model yang digunakan.

D. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada

Dokumen terkait