• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH SONIA NADIA AISYAH (Halaman 65-83)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (X) yang terdiri dari Citra merek (X1), Harga (X2), Kualitas Produk (X3) terhadap variabel terikat (Y) yaitu Keputusan Pembelian.

Tabel 4.6

a. Dependent Variable: keputusanpembelian b. All requested variables entered.

Sumber : Lampiran 12

Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen dimasukkan dalam analisis ini, atau dengan kata lain tidak ada variabel independen yang tidak digunakan, atau disebut metode enter.

Tabel 4.7

Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

a. Dependent Variable: keputusanpembelian Sumber: Lampiran 13

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 4.7 dapat dirumuskan model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y= 0.0614+ 0,479X1 + 0,314X2+ 0,395X3

Berdasarkan persamaan tersebut dapat diuraiakan sebagai berikut:

1. Konstan (β0) = 0,614.ini menunjukkan bahwa jika citra merek, harga dan kualitas produk = 0, keputusan pembelian sebesar 0,614.

2. Koefisien X1(b1)= 0,479. Ini menunjukkan bahwa variabel Cita merek (X1) berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian Mascara Maybelline. Jika citra merek meningkat satu satuan maka Keputusan Pembelian Mascara Maybelline akan meningkat sebesar 0,479.

3. Koefisien X2(b2) = 0,314. Ini menunjukkan bahwa variabel Harga (X2) berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian produk Mascara Maybelline. Jika Harga meningkat satu satuan maka Keputusan Pembelian

produk Mascara Maybelline akan menurun sebesar 0,314.

4. Koefisien X3(b3) = 0,395. Ini menunjukkan bahwa variabel kualitas produk (X3) berpengaruh positif terhadap keputusan Pembelian produk Mascara Maybelline Jika Kualitas Produk meningkat satu satuan maka Keputusan Pembelian produk Mascara Maybelline akan meningkat sebesar 0,395.

4.3 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik yaitu dengan grafik Histogram dan Normal P-P Plot of Regression Standarizied Residual.

Selain itu uji normalitas juga dilakukan dengan menggunakan uji Kolomogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas ditunjukkan sebagai berikut:

Uji Normalitas Data dengan pendekatan histogram menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan telah berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari garis histogram tidak menceng ke kiri atau ke kanan, sehingga penyebaran datanya telah berdistribusi secara normal. Dapat dilihat pada Gambar 4.2

Sumber : Lampiran 14

Gambar 4.2

Histogram Uji Normalitas

b. Uji Normalitas Pendekatan Grafik Normal Probability Plot

Uji Normalitas dengan pendekatan Grafik Normal Probability Plot dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:

Sumber : Lampiran 15

Gambar 4.3

Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan pendekatan grafik diatas, dapat diketahui bahwa data memiliki distribusi atau penyebaran yang normal, hal ini dapat dilihat dari penyebaran titik berada disekitar sumbu diagonal dari grafik. Namun untuk lebih memastikan bahwa data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).

c. Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) Tabel 4.8

Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 85

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.11447470 Most Extreme Differences Absolute .050

Positive .045 Negative -.050

Test Statistic .050

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Lampiran 16

Berdasarkan table 4.8, terlihat bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,200, ini berarti nilainya di atas nilai siginifikan 5% (0,005).Oleh karena itu, sesuai dengan analisi grafik, analisis statistik dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-simirnov (K-S) juga menyatakan bahwa variabel residual berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, yaitu:

a. Metode Grafik

Dasar analisis metode ini adalah jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

Sumber: Lampiran 17

Gambar 4.4

Scatterplot Uji Heteroskedastisits

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,

model regresi.

b. Uji Glejser

Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen.Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel independen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 4.9 Uji Glejser

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 1,735 ,744 2,332 ,022

CitraMerek -,078 ,072 -,137 -1,079 ,284

Harga -,062 ,068 -,105 -,913 ,364

Kualitas

Produk 0,27 ,057 ,060 ,463 ,645

Sumber : Lampiran 18

Kriteria pengambilan keputusan dengan uji glejser sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas

2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka mengalami gangguan heteroskedastisitas.

Jika dilihat keterangan dari tabel maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi di atas tingkat kepercayaan 5%, jadi model regresi menunjukkan tidak adanya heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji adanya korelasi antara variabel independen.Jika terjadi korelasi maka dinamakan multikol, yaitu adanya masalah multikolinieritas.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar independen.

Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .614 1.143 .537 .593

citramerek .479 .099 .385 4.825 .000 .824 1.214

harga .314 .110 .221 2.849 .006 .870 1.149

kualitasproduk .395 .083 .402 4.737 .000 .730 1.370

a. Dependent Variable: keputusanpembelian Sumber : Lampiran 19

Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa:

a. Nilai VIF dari variabel Citra merek, harga dan Kualitas produk lebih kecil atau dibawah 5 (VIF < 5), ini berarti tidak terdapat multikolineritas antar variabel independen dalam model regresi.

b. Nilai Tolerance dari variabel Citra merek, harga dan Kualitas produk lebih besar dari 0,1 (Nilai Tolerance > 0,1) ini berarti tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

4.4 Pengujian Hipotesis 1. Uji Secara Simultan (Uji F)

Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas (X) yang

serentak atau bersama-sama terhadap variabel terikat (Y). Untuk menentukan nilai Ftabel, maka diperlukan adanya derajat bebas pembilang dan derajat bebas penyebut, dengan rumus sebagai berikut:

df (Pembilanng ) = k-1 df (Penyebut) = n-k Keterangan :

n = jumlah sampel penelitian

k = jumlah variabel bebas dan terikat.

Pada penelitian ini diketahui jumlah sampel (n) adalah 85 dan jumlah keseluruhan variabel (k) adalah 4. Sehingga diperoleh :

df1 = k – 1 = 4 – 1 = 3 df2 = n – k = 85 – 4 = 81

Nilai Fhitung akan diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS, kemudian akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat α = 5%

Tabel 4.11

Uji Secara Serempak (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 140.856 3 46.952 36.452 .000b

Residual

104.333 81 1.288

Total

245.188 84

a. Dependent Variable: keputusanpembelian

b. Predictors: (Constant), kualitasproduk, harga, citramerek Sumber: Lampiran 20

Maka dapat dilihat bahwa nilai Fhitung adalah 36,452 dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95%( α = 0,05) adalah 2,72.

< 0,05 menunjukkan bahwa variabel bebas (citra merek, harga dan kualitas produk) secara serempak adalah berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk Mascara Maybelline pada mahasiswi Hukum USU.

2. Uji Parsial ( Uji t)

Uji-t digunakan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Hasil Pengujian adalah :

Tingkat kesalahan (α) = 5% dan derajat kebebasan (df) =(n-k) = 85-4 = 81 Tabel 4.12

Uji Secara Simultan (Uji t)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .614 1.143 .537 .593

Citramerek .479 .099 .385 4.825 .000

Harga .314 .110 .221 2.849 .006

kualitasproduk .395 .083 .402 4.737 .000

a. predictors: (constant), Kualitas produk, harga, citra merek b. Dependent Variable: keputusanpembelian

Sumber : Lampiran 21

Berdasarkan Tabel 4.12 terlihat bahwa:

a. Variabel citra merek berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian hal ini terlihat dari nilai t-hitung (4,825) >

ttabel ( 1,664) dan signifikan (0,000) < 0,05 artinya jika variabel citra merek ditingkatkan satu satuan maka keputusan pembelian akan meningkat sebesar 4,825.

b. Variabel harga berpengaruh positif dan tidak signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian hal ini terlihat dari nilai thitung (2,849) > ttabel

(1,664) dan signifikan (0,006) > 0,05 artinya jika variabel harga

sebesar 2,849.

c. Variabel kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian hal ini terlihat dari nilai thitung(4,737) > ttabel

(1,664) signifkan (0,000) < 0,05 artiya jika variabel kualitas produk d. ditingkatkan satu satuan maka keputusan pembelian akan meningkat

sebesar 4,737.

3. Pengujian Koefisien Determinasi (𝑅2)

Koefisien Determinasi (𝑅2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel citra merek, harga, dan kualitas produk terhadap variabel keputusan pembelian.Jika Koefisien Determinasi (𝑅2) semakin besar (mendekati satu) menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y dimana 0 <𝑅2< 1. Sebaliknya, jika semakin kecil (mendekati nol), maka akan dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah kecil terhadap variabel terikat. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.

Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R square. Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R squareyang sudah disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square, karena di sesuaikan dengan jumlah variabel bebas dalam penelitian. Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square berkisar 0 sampai 1.

Tabel 4.13

Uji Koefisien Determinasi (𝑹𝟐)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .758a .574 .559 1.13493

a. Predictors: (Constant), kualitasproduk, harga, citramerek b. Dependent Variable: keputusanpembelian

Sumber : Lampiran 22

Berdasarkan Tabel 4.13 terlihat bahwa nilai R terlihat bahwa :

a. Nilai R sebesar 0,758 berarti 75,8% menunjukkan bahwa hubungan antara variabel citra merek, harga dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian hubungannya erat.

b. Adjusted R Square sebesar 0,559 berarti 55,9% faktor-faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh citra merek, harga dan kualitas produk.

Sedangkan 44,1% dijelaskan oleh faktor –faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.5 Pembahasan

Berdasarkan uji validitas yang dilakukan, dinyatakan bahwa 14 pernyataan yang mewakili variabel adalah valid. Hal ini terbukti dari rhitung pada Corrected Item-Total Correlation yang lebih besar dari rtabel (3,61), sehingga 14 pernyataan tersebut dapat digunakan untuk penelitian.

Uji Reliabilitas yang dilakukan memperoleh nilai Cronbach`s alpha sebesar 0,807. Menurut Situmorang dan Lutfi (2012:82), suatu konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach`s alpha lebih besar dari 0,80.

Dari teori tersebut dapat dinyatakan bahwa seluruh pernyataan dalam penelitian ini

besar dari 0,80. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, variabel citra merek, harga dan kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk Mascara Maybelline pada mahasiswi Hukum Universitas Sumatera Utara. Hal Ini dapat dilihat dari hasil uji Fhitungyang menunjukkan bahwa nilai Fhitung pada kolom (F) adalah sebesar 36,452 , lebih besar dari nilai Ftabelsebesar 2,72. Nilai signifikan Fhitung pada kolom (sig.) adalah 0,00 nilai ini lebih kecil dari tingkat kesalahan (α) 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari citra merek, harga dan kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat keputusan pembelian. Dari analisis karakteristik responden yang diteliti maka dapat disimpulkan bahwa produk Mascara Maybelline lebih besar populasi mahasiswi senior yang menggunakan produk Mascara Maybelline dikarenakan mahasiswi senior yang telah lebih dahulu berpengalaman menggunakan produk sehingga lama kelamaan dan hingga kini mereka telah merasa cocok dengan produk yang di tawarkan Maybelline, sedangkan mahasiswi junior belum terlalu mengerti dengan produk dan lebih cenderung untuk mencari dan memilih produk yang sesuai.

1. Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, hal ini terlihat dari Tabel 4.12 nilai t-hitung (4,825) > t-tabel( 1,664) dan nilai signifikan (0,000) <

0,05. Citra merek merupakan indikator yang dicari oleh konsumen pada sebuah produk yang akan dibelinya, tak heran jika konsumen rela membeli produk yang

mahal demi memperoleh citra merek yang ada pada sebuah produk. Menurut Kotler&Keller (2012:263-264) Citra merek adalah konsumen yang menganut persepsi dan kepercayaan sesuai dengan pengalaman yang telah mereka rasakan dan terangkum di dalam ingatan mereka.

Dari distribusi jawaban responden untuk variabel citra merek menunjukkan bahwa terdapat 39 (45,9%) responden menyatakan setuju bahwa citra merek produk Mascara Maybelline dikenal dan 41 (48,2%) menyatakan setuju bahwa produk Mascara Maybelline memiliki track record yang lebih baik ketimbang produk sejenis lainnya, hal ini menunjukan bahwa produk Mascara Maybelline memiliki citra yang baik oleh penggemarnya yang menjadikan produk Mascara Maybelline dapat memperoleh track record yang baik.

Distribusi jawaban responden untuk citra merek produk menunjukan bahwa terdapat 49 (57,6%) responden yang menyatakan setuju bahwa produk Mascara Maybelline memiliki banyak variasi. Dalam hal ini perusahaan harus

tetap mempertahankan dalam membuat variasi yang lebih banyak dan produk variasi variasi yang di ciptakan haruslah sesuai dengan kebutuhan konsumen agar nantinya variasi yang diciptakan mampu diterima di setiap kalangan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghina Atikah (2017)

“Pengaruh Citra Merek, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Bedak Pixy di Kota Padang” Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Citra Merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

2. Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel harga berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian, hal ini terlihat dari Tabel 4.12 nilai t-hitung (2.849) > t-tabel( 1,664) dan nilai tidak signifikan (0,006) > 0,05. Menurut Kotler (2010:1) setiap pemasar harus memahami apa yang dibutuhkan konsumen sehingga dapat menjawab kebutuhan konsumen tersebut dengan menyediakan produk yang berkualitas dan harga yang terjangkau sehingga dapat menarik minat konsumen hingga akhirnya memutuskan untuk melakukan pembelian.

Dari distribusi jawaban responden untuk variabel harga menunjukan bahwa 42 (49,4%) responden setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa harga produk Mascara Maybelline sesuai dengan kualitas yang di tawarkan. Artinya harga yang di tawarkan oleh Maybelline tidak menjadi masalah pada konsumen karena harga yang di tawarkan oleh Maybelline sesuai dengan kualitas produk yang di anggap baik. Untuk itu, Maybelline harus mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk yang ada sekarang, karena dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk tentu akan menjaga loyalitas konsumen terhadap produk karena konsumen merasa telah nyaman mengkonsumsi produk tersebut sehingga harga yang di tawarkan tidak menjadi masalah untuk konsumen.

Dari distribusi jawaban responden untuk variabel harga menunjukan bahwa 6 (7,1%) responden menyatakan sangat setuju bahwa keterjangkauan harga produk Mascara Maybelline mempengaruhi konsumen untuk melakukan

pembelian, pernyataan ini di dukung oleh 34 (40%) responden yang menyatakan setuju bahwa keterjangkauan harga produk Mascara Maybelline mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa walaupun hanya terdapat 6 (7,1) responden yang menyatakan sangat setuju namun 34 (40,0%) lainnya menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa menurut konsumen harga yang di tawarkan oleh produk Mascara Maybelline masih terbilang terjangkau dan tidak mengalami masalah. Hal tersebut tentu menguntungkan Maybelline, walaupun harga yang di tetapkan Maybelline terbilang tinggi namun pada kenyataannya hal tersebut masih di anggap wajar dan terjangkau oleh konsumen. Walaupun begitu produk Mascara Maybelline harus tetap menjaga stabilitas harga produk dan jangan mempunyai anggapan karena harga yang di tetapkan sekarang tidak mengalami masalah pada konsumen, maka harga dapat di naikkan sewaktu waktu dengan tujuan mencapai keuntungan yang lebih banyak.

Dari distribusi jawaban responden untuk variabel harga menunjukkan bahwa 3 (3,5%) responden sangat setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa harga yang di tawarkan Mascara Maybelline lebih murah di banding dengan produk Mascara sejenis lainnya. Namun disisi lain terdapat 54 (63,5%) responden yang menyatakan kurang setuju dengan pernyataan bahwa harga yang di tawarkan Mascara Maybelline lebih murah di bandingkan harga Mascara sejenis lainya. Jika dilihat dari pernyataan responden terdapat hasil yang kontradiktif mengenai jawaban responden pada pernyataan tersebut. Hal

ini yang menjadi landasan kuat mengapa produk Mascara Maybelline lebih berorientasi pada kualitas produk, karena dengan meningkatkan kualitas produk penjualan akan tetap stabil. Stabilitas penjualan tersebutlah yang membuktikan bahwa konsumen percaya dan loyal terhadap produk Mascara Maybelline walaupun produknya terbilang mahal.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghina Atikah (2017)

“Pengaruh Citra Merek, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Bedak Pixy di Kota Padang” Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Harga berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian.

3. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, hal ini terlihat dari Tabel 4.14 nilai thitung (4,737) > ttabel (1,664) signifikan (0,000) < 0,05.

Pengertian kualitas produk menurut Kotler dan Armstrong (2014 : 352) yaitu segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen.

Dari distribusi jawaban responden untuk variabel kualitas produk menunjukan bahwa 42 (49,4) menyatakan setuju bahwa produk Mascara Maybelline adalah produk yang mudah digunakan. Dalam hal ini yang harus dilakukan oleh perusahaan Mascara Maybelline adalah tetap mempertahankan dan lebih meningkatkan keualitas produknya, Karena dengan mempertahankan dan

meningkatkan kualitasnya maka Maybelline akan mampu menjadi perusahaan mascara yang lebih maju dan berkembang pesat ketimbang perusahaan dengan produk sejenis.

Dari distribusi jawaban responden untuk variabel harga menunjukan bahwa 38 (44,7%) responden menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa produk Mascara Maybelline memiliki daya tahan produk yang lebih lama. Hal ini

menjadi keunggulan tersendiri terhadap produk Mascara Maybelline karena dapat menjadi daya tarik kepada konsumen untuk melakukan pembelian terhdap produk tersebut.

Dari distribusi jawaban responden untuk variabel harga menunjukan bahwa sebagian besar responden berpendapat bahwa produk Mascara Maybelline dapat memperindah mata. Hal yang menjadi asumsi dari peneliti adalah setiap orang memiliki karakter wajah dan pola mata yang yang berbeda walaupun dapat di katakan bertolak belakang dengan tujuan produk yakni memperindah mata namun kemungkinan beberapa responden memiliki pola mata yang kurang sesuai dengan produk atau mungkin terdapat kekeliruan pada proses pemakaiannya maka hal yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah membuat produk yang lebih sesuai dengan karakter dan pola mata konsumen nya dan terus melakukan sosialisasi tentang bagaimana cara menggunakan produk agar hasilnya lebih baik dan dapat terlihat sesuai ketika digunakan.

Dari distribusi jawaban responden untuk variabel kualitas produk menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa desain produk yang ditawarkan oleh produk Mascara Maybelline lebih banyak.

Hal ini akan menambah keunggulan dari produk Mascara Maybelline senhingga konsumen akan lebih mudah untuk memilih dan menyesuaikan produk yang ingin digunakan dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan Maybelline.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghina Atikah (2017)

“Pengaruh Citra Merek, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Bedak Pixy di Kota Padang” Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas Produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Berdasarkan perhitungan maka didapatkan bahwa pada penelitian ini R 0,758 berarti 75,8% menunjukkan bahwa hubungan antara variabel citra merek (X1), harga (X2) dan kualitas produk (X3) terhadap keputusan pembelian (Y) mempunyai hubungan erat.

Angka Adjusted R Square sebesar 0,559 berarti 55,9% faktor-faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh citra merek, harga, kualitas produk.

Sedangkan 44,1% dijelaskan oleh faktor –faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH SONIA NADIA AISYAH (Halaman 65-83)

Dokumen terkait