BAB IV HASIL PENELITIAN
4.5 Analisis Data
4.5.2 Analisis Regresi Linear Sederhana
Setelah data sudah valid, reliable, dan normal maka akan dilakukan analisis regresi linear sederhana. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel X (store atmosphere) terhadap keputusan pembelian konsumen Chirurgie Cafe and Books. Analisis regresi linear sederhana diketahui dengan menggunakan program SPSS 23. Untuk lebih jelas hasil uji analisi regresi sederhana dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.33
Analisis Regresi Sederhana
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 6,158 2,254 2,732 ,007 Store Atmosphere ,348 ,038 ,687 9,271 ,000
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 23, 2016
Melalui tabel di atas, diketahui bahwa apabila store atmosphere ditingkatkan satu satuan, maka keputusan pembelian akan meningkat sebesar 0,348 satuan. Persamaan regresi linear sederhana adalah Y= 6,158 + 0,348x.
4.5.3 Pengujian Hipotesis 1. Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial (uji t) dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independen yaitu store atmosphere terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian. Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Ketentuannya adalah ketika hasil menunjukkan bahwa thitung> t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sedangkan apabila thitung< t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Adapun hipotesisnya yaitu:
3. Ha : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen.
4. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen.
Tabel 4.34
Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 6,158 2,254 2,732 ,007 Store Atmosphere ,348 ,038 ,687 9,271 ,000
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 23, 2016
Berdasarkan tabel 4.34 di atas, diketahu bahwa nilai thitung store atmosphere sebesar 9,271 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai ttabel pada (df=98-2) dan α= 0,05 adalah 1,660. Ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel dan nilai Sig. < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu terdapat pengaruh yang positif dan signifikan store atmosphere terhadap keputusan pembelian.
4.5.4 Koefisien Determinasi (R2)
Koefesien determinasi bertujuan mengukur seberapa jauh variabel independen menerangkan variasi variabel dependen yaitu store atmosphere. Nilai koefesien determinasi adalah antara nol dan satu. Apabila hasil R2 mendekati 1 maka hasil tersebut mengindikasikan korelasi yang kuat antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Tabel 4.35
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,687a ,472 ,467 2,987
a. Predictors: (Constant), Store Atmosphere
Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai R square adalah 0,472. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel store atmosphere terhadap keputusan pembelian adalah 47,2%. Sedangkan 52,8% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar penelitian ini.
4.6 Pembahasan
Chirurgie Cafe and Books Medan merupakan salah satu bisnis yang bergerak di bidang kuliner. Konsumen memegang peranan besar dalam kegiatan bisnis tersebut, karena setiap produk yang dihasilkan oleh Chirurgie Cafe and Books memang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen dan konsumenlah yang secara sadar mengambil keputusan membeli atau tidak membeli. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013: 120), yang mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua pilihan alternatif atau lebih. Semua perilaku sengaja dilandaskan pada keinginan yang dihasilkan ketika konsumen secara sadar memilih salah satu di antara tindakan alternatif yang ada.
Menyadari bahwa konsumen adalah pemegang keputusan, maka pelaku bisnis, termasuk pemilik Chirurgie Cafe and Books berupaya melakukan berbagai strategi pemasaran agar dapat memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Salah satu diantaranya adalah dengan menerapkan store atmosphere yang baik. Menurut Mowen dan Minor (2002: 139), atmospherics berhubungan dengan bagaimana para manajer dapat memanipulasi desain bangunan, ruang interior, tata ruang lorong-lorong, tekstur karpet dan dinding, bau, warna, bentuk, dan suara yang dialami para pelanggan (semuanya untuk mencapai pengaruh tertentu).
Unsur-unsur ini disatukan dalam definisi yang dikembangkan oleh Philip Kotler, yang menggambarkan atmospherics sebagai usaha merancang lingkungan membeli untuk menghasilkan pengaruh emosional khusus kepada pembeli yang kemungkinan meningkatkan pembeliannya. Di tengah-tengah perubahan pola makan dan gaya hidup masyarakat dimana mereka datang ke kafe bukan hanya makan dan minum saja tetapi juga ada kebutuhan lain yaitu menikmati suasananya. Hal ini juga dinyatakan oleh Tan yang mengemukakan bahwa alasan kebanyakan konsumen mengunjungi HoReKa (Hotel, Restoran, Kafe) bukan hanya untuk makan dan minum melainkan mereka lebih cenderung menikmati suasana khas HoReKa dan kesempatan bertemu dengan orang lain (Tan, 2002: 13). Bahkan berdasarkan data primer yang ada, peneliti menemukan ada 26 responden (26,5%) yang kurang setuju dan tidak setuju bahwa mereka datang karena kebutuhan makan dan minum, melainkan memang untuk menikmati suasana atau sekedar mengobrol dengan teman-teman.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, dari 98 orang responden, mayoritas pengunjung Chirurgie Cafe and Books adalah dari kalangan remaja sampai dewasa yaitu umur 17-27 tahun sebanyak 90 orang. Hal ini berarti secara umum , store atmosphere yang diterapkan adalah untuk kalangan muda dan berdasarkan pekerjaan mayoritas pengunjung adalah mahasiswa.
Dilihat dari frekuensi berkunjung, persentase responden yang sudah berkunjung lebih dari satu kali mencapai 65,3%. Berdasarkan data yang diperoleh, ada 56 responden (57,1%) yang menyatakan setuju dan 27 responden (27,6%) yang menyatakan sangat setuju bahwa suasana yang tercipta baik dari desain interior, eksterior Chirurgie Cafe and Books membuat tertarik untuk
membeli. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat jelas bahwa konsumen Chirurgie Cafe and Books memberikan respon positif terhadap pelaksanaan suasana toko (store atmosphere).
Keputusan pembelian konsumen yang meningkat berarti volume penjualan meningkat dan diikuti oleh peningkatan laba yang diperoleh. Berdasarkan analisis regresi sederhana yang telah dilakukan apabila store atmosphere di Chirurgie Cafe and Books ditingkatkan sebesar satu satuan, maka keputusan pembelian ikut meningkat sebesar 0,348 satuan. Sederhananya adalah apabila store atmosphere diperbaiki atau ditingkatkan maka keputusan pembelian juga akan ikut meningkat. Hal ini sesuai dengan teori yang sudah dikemukakan oleh Levy & Weitz (2001: 556) mengemukakan bahwa “customer purchasing behavior is also influenced by the store atmosphere“ yang artinya perilaku pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh suasana toko. Hal ini berarti store atmosphere menjadi satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam memengaruhi keputusan pembelian konsumen agar volume penjualan naik. Hal ini juga diperkuat oleh uji parsial (uji t), dimana nilai probabilitasnya adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang artinya pengaruh store atmosphere terhadap kepututusan pembelian konsumen signifikan dan positif.
Berdasarkan pengujian lainnya yaitu uji determinasi menunjukkan bahwa store atmosphere memengaruhi keputusan pembelian sebesar 47,2%. Sedangkan sisanya sebesar 52,8% dipengaruhi oleh faktor- faktor lain di luar penelitian ini. Melihat besarnya pengaruh store atmosphere yang hampir mencapai 50% menunjukkan bahwa store atmosphere menjadi satu strategi pemasaran yang perlu diberi perhatian khusus.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Frans Kristanto (Universitas Sumatera Utara, 2014) dengan topik yang berkaitan yaitu skripsi dengan judul penelitian “Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Pada Next Salon For Men Medan”. Berdasarkan perhitungan dengan koefisien determinan, didapatkan suatu kesimpulan bahwa besarnya pengaruh store atmosphere terhadap keputusan pembelian pada Next Salon For Men Medan adalah sebesar 70.6% sedangkan sisanya 29.4% dipengaruhi oleh faktor lain diluar dari penelitian tersebut.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian data dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Store atmosphere merupakan salah satu bagian dari strategi pemasaran yang diperhatikan oleh Chirurgie Cafe and Books. Mulai dari exterior (bagian luar kafe), general interior (bagian dalam), store layout (tata letak toko), dan display (dekorasi) ditata dengan baik. Hal ini terbukti oleh respon positif yang diberikan oleh konsumen Chirurgie Cafe and Books Medan terhadap pelaksanaan store atmosphere di kafe tersebut. 2. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari kuesioner menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dan positif store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen Chirurgie Cafe and Books Medan. Ini terlihat dari hasil uji regresi linear sederhana yang menunjukkan apabila store atmosphere ditingkatkan sebesar satu satuan, maka keputusan pembelian ikut meningkat sebesar 0,348 satuan. Berdasarkan uji determinasi menunjukkan bahwa store atmosphere memengaruhi keputusan pembelian sebesar 46,7%.
5.2 Saran
Berdasarkan pengujian data dan pembahasan yang sudah dilakukan, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Warna, tekstur dinding dan tampilan luar memberikan keputusan terbesar dalam pengambilan keputusan konsumen Chirurgie Cafe and Books Medan. Sehingga, dalam sebuah kafe hal ini perlu diperhatikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan inovasi dan kreasi secara terus menerus seperti mengganti booth foto secara berkala dan menambah beberapa penerangan pada bagian luar kafe untuk meningkatkan keputusan pembelian.
2. Lokasi parkir memberikan keputusan paling kecil dalam pengambilan keputusan konsumen Chirurgie Cafe and Books Medan. Oleh karena itu, sebaiknya lokasi parkir juga harus diperhatikan. Pertama, hal ini diperhatikan agar membuat konsumen merasa nyaman dan tidak terganggu tentang keamanan kendaraan saat di kafe dan yang kedua adalah tidak tersedianya lokasi parkir dapat membuat konsumen yang menggunakan kendaraan batal melakukan pembelian.
3. Sebaiknya arus lalu lintas pada Chirurgie Cafe and Books juga perlu diberi perhatian agar tidak mengganggu kenyamanan yang lain berada di dalam kafe.
BAB II
KERANGKA TEORI 2.1 Perilaku Konsumen
2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Schiffman dan Kanuk (dalam Nitisusastro, 2013: 31), dalam bukunya yang berjudul Consumer Behaviour, menyatakan batasan perilaku konsumen adalah, ‘The term consumer behavior refers to the behavior that consumer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products and services that they expect will satisfy their needs’. Artinya ‘Istilah perilaku konsumen merujuk kepada perilaku yang diperlihatkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk barang dan produk jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka’.
Menurut Sangadji dan Sopiah (2013: 9), perilaku konsumen adalah disiplin ilmu yang mempelajari perilaku individu, kelompok, atau organisasi dan proses-proses yang digunakan konsumen untuk menyeleksi, menggunakan produk, pelayanan, pengalaman (ide) untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, dan dampak dari proses-proses tersebut pada konsumen dan masyarakat; Tindakan yang dilakukan oleh konsumen guna mencapai dan memenuhi kebutuhannya baik dalam penggunaan, pengosumsian, maupun penghabisan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan yang menyusul; Tindakan atau perilaku yang dilakukan konsumen yang dimulai dengan merasakan adanya kebutuhan dan keinginan, kemudian berusaha mendapatkan produk yang diinginkan, mengonsumsi produk tersebut, dan
berakhir dengan tidakan-tindakan pasca pembelian, yaitu perasaan puas atau tidak puas.
Sementara menurut Supranto dan Limakrisna (2007: 4), “Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, menggunakan (memakai, mengkonsumsi) dan menghabiskan produk (barang dan jasa) termasuk proses yang mendahului dan mengikuti tindakan ini”.
2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumen
Tujuan kegiatan pemasaran adalah memengaruhi konsumen supaya mengambil keputusan pembelian barang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan oleh karena itu setiap perusahaan seharusnya memahami faktor- faktor yang dapat memengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian. Faktor-faktor tersebut adalah pengaruh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi (Simamora, 2003: 4).
a. Faktor Kebudayaan a) Kultur
Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Hewan dituntun oleh naluri sedangkan manusia belajar dari lingkungan sekitarnya.
b) Subkultur
Tiap kultur mempunyai subkultur yang lebih kecil, atau kelompok orang dengan sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama.
c) Kelas Sosial
Kelas sosial adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak ditentukan oleh faktor tunggal seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variabel lainnya.
b. Faktor Sosial
a) Kelompok referensi
Kelompok rujukan adalah kelompok yang merupakan titik perbandingan secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan sikap seseorang. b) Keluarga
Keluarga adalah dua atu lebih orang yang dipersatukan oleh hubungan darah, pernikahan atau adopsi, yang hidup bersama. Anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat dalam perilaku pembeli. Berdasarkan perannya, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga orientasi dan keluarga prokreasi. Keluarga orientasi adalah keluarga yang terdiri dari orangtua dan anak-anak kandung (siblings), dimana orangtua memberikan anak orientasi pada agama, politik dan ekonomi, ambisi, harga diri, dan cinta. Pada keluarga prokreasi, yaitu keluarga yang terdiri atas suami-isteri dan anak, pengaruh keluraga terhadap pembelian itu lebih terasa. Pada keluarga prokreasi ini, keluarga adalah unit pengambil keputusan.
c. Faktor Pribadi
a) Umur dan tahapan dalam siklus hidup
Orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup mereka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia. b) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang akan memengaruhi barang dan jasa yang akan dibelinya. Dengan demikian pemasar dapat mengidentifikasi kelompok yang berhubungan dengan jabatan di atas rata-rata terhadap produk mereka.
c) Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi akan sangat memengaruhi pilihan produk. Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhatikan kecendrungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat bunga.
d) Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. e) Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis yang unik yang menimbulkan respons reaktif konstan terhadap lingkungannya sendiri kepribadian sangat bermanfaat untuk menganilisis perilaku konsumen bagi beberapa pilihan produk dan merek.
2.2 Keputusan Pembelian Konsumen
2.2.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen
Setiadi (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013: 121), mendefinisikan bahwa inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua perilaku alternatif atau lebih dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berprilaku.
Schiffman dan Kanuk (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013: 120), mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua pilihan alternatif atau lebih. Semua perilaku sengaja dilandaskan pada keinginan yang dihasilkan ketika konsumen secara sadar memilih salah satu di antara tindakan alternatif yang ada.
Peter-Olson (dalam Nitisusastro, 2013: 195) dalam The American Marketing Association menegaskan bahwa pengambilan keputusan konsumen merupakan proses interaksi antara sikap afektif, sikap kognitif, sikap behavioral dengan faktor lingkungan dengan mana manusia melakukan pertukaran dalam semua aspek kehidupannya. Sikap kognitif merefleksikan sikap pemahaman, sikap afektif merefleksikan sikap keyakinan dan sikap behavioral merefleksikan tindakan nyata. Keputusan membeli atau tidak membeli merupakan bagian dari unsur yang melekat pada diri individu konsumen yang disebut behaviour dimana ia merujuk kepada tindakan fisik yang nyata yang dapat dilihat dan dapat diukur oleh orang lain.
2.2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Kotler & Armstrong (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013: 36), proses keputusan pembelian konsumen terdiri dari lima tahap yang meliputi : 1. Pengenalan Masalah
Pengenalan masalah merupakan tahap pertama dari proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang akan muncul, apa yang memunculkan mereka, dan bagaimana, dengan adanya masalah tersebut, konsumen akan termotivasi untuk memilih produk tertentu.
2. Pencarian Informasi
Pencarian informasi (information search) merupakan tahap di mana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi. Dalam hal ini, konsumen mungkin hanya akan meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi. Konsumen dapat memperoleh informasi dari sumber mana pun, misalnya:
a. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan;
b. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan; c. Sumber publik: media massa, organisasi penilai pelanggan;
d. Sumber pengalaman: menangani, memeriksa, dan menggunakan produk. 3. Evaluasi Alternatif
Evaluasi berbagai alternatif (alternative evaluation) merupakan tahap di mana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek
alternatif dalam susunan pilihan. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individu dan situasi pembelian tertentu. 4. Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian sampai konsumen benar-benar membeli produk.
5. Perilaku Pascapembelian
Perilaku pascapembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian di mana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka rasakan.
Proses keputusan pembelian dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.1 Skema Pengambilan Keputusan Konsumen
Sumber : Kotler & Armstrong (Sangadji dan Sopiah, 2013: 36)
2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu (1) faktor internal, (2) faktor eksternal, dan (3) faktor situasional. Menurut Sangadji dan Sopiah (2013: 41), faktor internal meliputi: persepsi, keluarga, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, pembelajaran, kelompok usia, dan gaya hidup, sedangkan faktor eksternal meliputi: budaya, kelas sosial, dan keanggotaan dalam suatu kelompok.
Problem Recognition Information Search
Alternative Evaluation Product Choice
1. Faktor Internal
Faktor internal atau faktor pribadi memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan konsumen, khususnya bila ada keterlibatan yang tinggi dan risiko yang dirasakan atas produk atau jasa yang memiliki fasilitas publik.
a. Persepsi
Persepsi adalah proses individu untuk mendapatkan, mengorganisasi, mengolah, dan menginterpretasikan informasi. Informasi yang sama bisa dipersepsikan berbeda oleh individu yang berbeda (Sangadji dan Sopiah, 2013: 42).
b. Keluarga
Menurut Schiffman dan Kanuk (dalam Simamora, 2003: 7) keluarga adalah dua atau lebih orang yang dipersatukan oleh hubungan darah, pernikahan atau adopsi, yang hidup bersama.
c. Motivasi dan Keterlibatan
Menurut Sumarwan (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013: 42) motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.
d. Pengetahuan
Menurut Engel (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013: 43) pengetahuan dapat didefinisikan sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar disebut pengetahuan.
e. Sikap
Sikap merupakan kecendrungan faktor motivasional yang belum menjadi tindakan. Sikap merupakan hasil belajar. Sikap merupakan nilai yang bervariasi (suka-tidak suka). Sikap ditujukan kepada suatu objek, bisa personal atau nonpersonal (Sangadji dan Sopiah, 2013: 44). f. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses yang dilakukan secara sadar yang berdampak terhadap adanya perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor secara konsisten dan relatif permanen. Pembelajaran terjadi ketika konsumen berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan (Sangadji dan Sopiah, 2013: 45).
g. Kelompok Usia
Usia memengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Anak- anak mengambil keputusan dengan cepat, cenderung tidak terlalu banyak pertimbangan. Ketika membuat keputusan, remaja sudah mempertimbangkan berbagai hal (Sangadji dan Sopiah, 2013: 46). h. Gaya Hidup
Gaya hidup didefinisikan sebagai “bagaimana seseorang hidup”, gaya hidup juga berlaku bagi: individu (perorangan), sekelompok kecil orang yang berinteraksi dan kelompok orang yang lebih besar, seperti segmen pasar (Limakrisna dan Supranto, 2007: 145).
2. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal terdiri atas budaya, kelas sosial, dan keanggotaan dalam suatu kelompok.
a. Budaya
Budaya merupakan variabel yang memengaruhi perilaku konsumen yang tercermin dari hidup, kebiasaan, dan tradisi dalam permintaan akan bermacam-macam barang dan jasa yang ditawarkan (Sangadji dan Sopiah, 2013: 47).
b. Kelas Sosial
Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu hirarki kelas-kelas status yang berbeda, sehingga anggota dari setiap yang relatif sama mempunyai kesamaan (Suryani, 2008: 263).
c. Keanggotaan dalam suatu kelompok (group membership)
Setiap orang akan bergabung dengan kelompok-kelompok tertentu. Alasan bergabungnya individu dengan suatu kelompok bisa bermacam-macam, misalnya karena ada kesamaan hobi, profesi, pendidikan, suku, etnis, budaya, agama, bangsa, dan lain-lain. Suatu kelompok akan memengaruhi perilaku anggotanya, termasuk dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk (Sangadji dan Sopiah, 2013: 49).
3. Faktor Situasional
Menurut Engel (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013: 49), Situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik objek. Faktor situasional meliputi lingkungan fisik toko.
2.3 Store Atmosphere
2.3.1 Pengertian Store Atmosphere
Menurut Mowen dan Minor (2002: 139), Atmospherics adalah istilah yang lebih umum digunakan daripada tata ruang toko; atmospherics berhubungan dengan bagaimana para manajer dapat memanipulasi desain bangunan, ruang interior, tata ruang lorong-lorong, tekstur karpet dan dinding, bau, warna, bentuk, dan suara yang dialami para pelanggan (semuanya untuk mencapai pengaruh tertentu). Unsur-unsur ini disatukan dalam definisi yang dikembangkan oleh Philip Kotler, yang menggambarkan atmospherics sebagai usaha merancang lingkungan membeli untuk menghasilkan pengaruh emosional khusus kepada pembeli yang kemungkinan meningkatkan pembeliannya.
Menurut Sunyoto (2015: 211), “Store Atmosphere adalah konsep serta ide- ide kreatif pengelolaan yang mengintegrasikan desain interior, pilihan barang, konsep toko dan strategi penjualan barang yang menghadirkan suasana belanja
yang nyaman dan menyenangkan”. Suasana toko sengaja diciptakan oleh pelaku
usaha untuk memberikan kenyamanan berbelanja kepada pengunjung. Simamora (2003: 169) mengemukakan bahwa “Atmosfer toko adalah keseluruhan efek emosional yang diciptakan oleh atribut fisik toko. Pada umumnya, setiap orang akan lebih tertarik pada toko yang dapat menawarkan lingkungan berbelanja yang aman dan nyaman”.
Store Atmosphere sebagai salah satu bagian dari bauran ritel merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh setiap pelaku usaha. Dengan memperhatikan aspek store atmosphere ini, maka pembeli akan tertarik untuk menentukan pilihannya dan menimbulkan hasrat membeli sehingga terjadi transaksi.
Pengertian store atmosphere menurut Berman dan Evan (2007: 454) adalah “Atmosphere refers to the store’s physical characteristics that project an image