• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

C. Analisis Regresi Logistik Ganda

Setelah melakukan analisis bivariat terhadap pengetahuan faktor risiko kehamilan dan variabel perancu yaitu paritas, didapatkan pengetahuan dan paritas secara signifikan berpengaruh terhadap jenis persalinan baik secara spontan ataupun tindakan. Analisis regresi logistik ganda dilakukan dengan memperhitungkan variabel pengetahuan, paritas, dan tinggi badan sehingga didapatkan hasil yang lebih valid karena telah mengontrol variabel-variabel perancu yang dapat mempengaruhi hubungan jenis persalinan dengan pengetahuan faktor risiko kehamilan.

commit to user

Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda tentang Hubungan antara Pengetahuan Faktor Fisiko Kehamilan dan Jenis Persalinan

CI 95%

Variabel OR Nilai p

independen Batas Batas

Bawah Atas Pengetahuan kurang <13 5.60 1.73 18.17 0.004 Paritas ≥2 3.75 1.19 11.78 0.024 Tinggi badan <145cm 2.45 0.24 25.24 0.451 N observasi 66 -2 log likelihood 73.74 Negerkerke R² 31.10%

Interpretasi dari Tabel 4.6 menunjukkan hasil regresi logistik ganda bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan faktor risiko kehamilan dengan jenis persalinan dan secara statistik signifikan. Pasien berpengetahuan kurang tentang faktor risiko kehamilan memiliki risiko jenis persalinan tindakan 5.6 kali lebih tinggi dari pada pasien yang berpengetahuan baik. (OR = 5.60; CI 95% 1.726 hingga 18.170; p = 0.004). Pasien dengan riwayat obstetri lebih dari satu memiliki risiko jenis persalinan tindakan 3.75 kali lebih tinggi dari pada pasien primigravida. (OR = 3.75; CI 95% 1.194 hingga 11.775; p = 0.024). Pasien dengan tinggi badan < 145 cm memiliki risiko jenis persalinan tindakan 2.45 kali lebih tinggi dari pada pasien dengan tinggi badan ≥145 cm. Namun secara statistik tidak signifikan antara tinggi badan dan jenis persalinan. (OR = 2.45; CI 95% 0.238 hingga 25.244; p = 0.451). Negerkerke R² = 31.1% mengandung arti bahwa variabel pengetahuan, paritas dan tinggi badan sebagai variabel independen dalam model regresi logistik (Tabel 4.6) mampu menjelaskan terjadi jenis persalinan tindakan sebesar 31.1%.

commit to user

51 BAB V PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian mengenai pengetahuan faktor risiko kehamilan dan jenis persalinan yang dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2012 di RSUD Dr. Moewardi telah diperoleh 66 subjek penelitian. Data yang didapatkan tersebut dianalisis dengan model regresi logistik ganda untuk mengontrol pengaruh sejumlah variabel perancu dan kemudian disajikan pada tabel-tabel di atas.

Distribusi subjek penelitian berdasarkan pengetahuan pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata responden yang mengisi kuesioner ialah 12.12 dengan nilai terendah 5 dan nilai tertinggi yaitu 15. Alat ukur yang dipakai ialah kuesioner dengan 15 pertanyaan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa sebagian besar ibu berpengetahuan kurang tidak mengetahui umur berisiko untuk hamil serta jarak kehamilan yang aman. Namun rata-rata dari pasien tersebut sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai antenatal care.

Jumlah pasien berpengetahuan kurang yang mengalami persalinan spontan hanya sebanyak 7 orang (24.10%) dan yang mengalami persalinan tindakan sebanyak 22 orang (75.90%). Pada tabel 4.3 tersebut hasil uji Chi-Square menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan jenis persalinan (p = 0.001). Hal ini sesuai dengan teori-teori sebelumnya yang mengatakan bahwa pengetahuan yang kurang mengenai faktor risiko kehamilan akan meningkatkan risiko persalinan tindakan, terutama pengetahuan mengenai jarak kehamilan. Jarak antara dua persalinan yang terlalu dekat maupun jauh akan mempengaruhi proses

commit to user

persalinan baik dari faktor bayi (passanger) maupun faktor ibunya (Zhu et al., 1999 ; Stephenson et al., 2000 ). Penelitian Huang et al (2000) di Amerika menyimpulkan bahwa jarak antarkelahiran kurang dari 19 bulan berhubungan dengan angka keberhasilan persalinan pervaginam setelah seksio sesarea sebelumya.

Selain itu pengetahuan terhadap risiko kehamilan juga akan mempengaruhi kondisi ibu dan bayinya. Penelitian di Nigeria menjelaskan bahwa dengan peningkatan pengetahuan dan penanganan yang lebih baik pada kondisi ibu, jumlah bayi lahir mati yang terjadi setiap tahun di negara-negara berkembang akan berkurang (Ojofeitimi, 2010). Sebab pengetahuan berpengaruh pada perilaku ibu seperti menentukan saat memulai kehamilan, jarak kehamilan serta perawatan kehamilan yang mana akan berdampak pada proses persalinannya. Pengetahuan tersebut penting untuk menghindari persalinan tindakan yang dapat menimbulkan komplikasi dan berdampak pada ibu dan bayinya.

Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan tindakan baik dari faktor intrinsik bayi (berat badan janin, letak janin, dan kelainan janin) maupun faktor maternal biologi (umur ibu, paritas, jarak kelahiran, tinggi badan (<145cm), dan kelainan jalan lahir) (Read et al., 1994). Banyak dari pasien tersebut tidak mengetahui batas umur yang berisiko dalam kehamilan seperti yang telah dipaparkan yaitu 20-35 tahun (Stewart et al., 2007).

Berdasarkan tabel 4.4 dengan analisis uji bivariat diperoleh bahwa persalinan tindakan lebih sedikit terjadi pada kelompok primigravida yaitu

commit to user

sebanyak 10 orang (35.70%) dari total 28 orang. Dan lebih banyak terjadi pada kelompok multigravida yaitu berjumlah 25 orang (65.80%). Hal tersebut dapat diartikan bahwa ibu yang paritasnya tinggi mempunyai peluang lebih untuk mengalami risiko tinggi pada kehamilannya dibandingkan dengan ibu yang paritasnya rendah. Sesuai dengan penelitian yang ada bahwa paritas tinggi telah diidentifikasi sebagai faktor risiko untuk berbagai komplikasi intrapartum, di antaranya plasenta previa, malpresentasi janin, persalinan tindakan pervaginam, kelahiran sesar, perdarahan postpartum, prematuritas, kegawatan bayi baru lahir dan kematian ibu (Babinszki et al., 1999). Dari penelitian Evaldson (1990) dikatakan ibu multigravida memiliki risiko terjadinya inersia uteri yaitu kontraksi uterus yang tidak adekuat yang merupakan salah satu indikasi persalinan tindakan.

Melalui perhitungan statistik dari karakteristik sampel penelitian paritas (p = 0,016) dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik terhadap jenis persalinan. Menurut Depkes (1996) risiko kematian ibu (akibat perdarahan setelah partus) akan meningkat dengan semakin banyaknya paritas atau jumlah anak yang dilahirkan dan secara tidak langsung mempengaruhi atau menyebabkan kematian ibu. Maka hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa jumlah paritas yang banyak memiliki angka kematian maternal lebih tinggi dan paritas di atas 4 dengan usia ibu yang sudah tua secara fisik maka akan mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan (Depkes RI, 2004b). Berdasarkan penelitian di United States dikatakan bahwa lebih banyak wanita multigravida yang memilih untuk persalinan secara sesarea dikarenakan

commit to user

ketakutannya akan pengalamannya sebelumnya saat persalinan spontan (Fuglenes et al., 2011).

Di RSUD Dr. Moewardi ini sebagian pasien ibu bersalin merupakan rujukan yang sudah ada kelolaan sebelumnya, sehingga banyak ibu multigravida yang dirujuk untuk menjalani persalinan tindakan akibat adanya indikasi.

Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan pasien yang memiliki tinggi badan <145 cm lebih banyak mengalami persalinan tindakan, yaitu sebanyak 5 (83.30%) dari total 6 orang. Hal tersebut sesuai dengan teori yang ada bahwa tinggi badan yang pendek biasanya mempunyai bentuk panggul yang sempit, sehigga tidak proporsional untuk jalan lahir kepala (disproporsi panggul kepala) (Gifford et al., 2000). Prevalensi persalinan seksio sesarea pada wanita dengan tubuh pendek lebih sering terjadi. Hal ini merupakan indikasi utama untuk persalinan seksio sesarea (Kirchengast & Hartmann, 2007). Studi lain oleh Shirima dan Kinabo (2005) juga menjelaskan hal yang sama bahwa peningkatan risiko seksio sesarea terjadi pada wanita bertubuh pendek.

Tabel 4.5 menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara hubungan tinggi badan dengan jenis persalinan (OR = 5.00; Cl 95% 0,551 s.d. 45.391; p = 0,119), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel perancu. Hal ini mungkin disebabkan karena sebagian besar pasien yang menjadi subjek penelitian di RSUD Dr. Moewardi memiliki tinggi badan ≥145 cm, sangat jarang pasien bersalin saat itu yang memiliki tinggi badan <145cm.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan faktor risiko kehamilan dan jenis persalinan. Pada Tabel 4.3 menunjukkan

commit to user

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan jenis persalinan (p = 0.001). Untuk semakin memperjelas hubungan dari hasil analisis data yang didapat maka dilakukan kontrol terhadap variabel perancu, yaitu paritas dan tinggi badan dengan analisi regresi logistik ganda. Tabel 4.6 merupakan hasil analisis regresi yang menunjukkan hubungan signifikan antara pengetahuan dan jenis persalinan (p = 0.004) dengan Odd Ratio = 0.18. Paritas pasien secara statistik mempengaruhi kejadian persalinan tindakan. Namun berdasarkan tinggi badan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik terhadap jenis persalinan atau data ini telah memiliki keseragaman. Hasil yang diperoleh ini akan menjadi lebih valid karena dalam penelitian variabel-variabel perancu yang dapat mempengaruhi variabel terikat telah dikontrol terlebih dahulu.

Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah adanya faktor – faktor lain yang tidak diteliti sebagai faktor perancu. Dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, maka penelitian ini hanya mengendalikan sejumlah variabel yang dipilih sedemikian rupa. Adanya faktor lain yang tidak diteliti seperti faktor gizi pada ibu menjadi keterbatasan dari penelitian ini sehingga tidak dapat menentukan status gizi ibu yang berpengaruh pada masa kehamilannya. Selain itu, penelitian ini kurang dapat digeneralisasikan secara luas pada populasi di Kota Surakarta karena hanya terbatas pada lingkungan RSUD Dr.Moewardi Surakarta saja.

commit to user

56 BAB VI

Dokumen terkait