commit to user
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN FAKTOR RISIKO
KEHAMILAN DAN JENIS PERSALINAN DI RSUD
DR. MOEWARDI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
ARIESTA PERMATASARI
G0009028
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
commit to user
iv ABSTRAK
Ariesta Permatasari, G0009028, 2012. Hubungan antara Pengetahuan Faktor Risiko Kehamilan dan Jenis Persalinan di RSUD Dr. Moewardi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Latar Belakang: Angka kematian maternal di Indonesia masih sangat tinggi. Persalinan tindakan pervaginam dengan ekstraksi vakum atau forsep dapat meningkatkan bahaya robekan jalan lahir dan perdarahan pasca persalinan yang merupakan faktor penyebab kematian ibu sebesar 2,5-5%, sedangkan dari tindakan seksio sesarea sebesar 14%. Pengetahuan ibu hamil merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan cakupan ibu hamil. Pengetahuan yang kurang mengenai faktor risiko kehamilan dapat berdampak pada kualitas kehamilan yang akan menentukan proses persalinannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan faktor risiko kehamilan dan jenis persalinan.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 66 subjek penelitian dipilih dengan metode fixed-disease sampling dari ibu-ibu bersalin di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Mei-Juli 2012. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh pasien dengan wawancara langsung dan rekam medik pasien. Data dianalisis menggunakan metode analisis regresi logistik ganda, dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.00 for Windows.
Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mengontrol variabel perancu yaitu paritas dan tinggi badan, diketahui bahwa pengetahuan yang kurang tentang faktor risiko kehamilan memiliki risiko untuk mengalami jenis persalinan tindakan 5.6 kali lebih tinggi daripada pengetahuan yang baik (OR = 5.60; CI 95% 1.726 hingga 18.170; p = 0.004).
Simpulan Penelitian: Adanya hubungan yang secara statistik signifikan antara pengetahuan faktor risiko kehamilan dan jenis persalinan. Simpulan ini dibuat setelah mengontrol pengaruh variabel perancu, yaitu paritas dan tinggi badan.
commit to user
v ABSTRACT
Ariesta Permatasari, G0009028, 2012. Relationship between Knowledge of Risk Factor in Pregnancy and Types of Delivery at RSUD Dr Moewardi. Mini Thesis. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta
Background: Maternal mortality in Indonesia is still high. Vaginal delivery with vacuum extraction or forceps may increase the risk of birth canal laseration and postpartum hemorrhage which is a factor of maternal mortality as many as 2.5% to 5%, while the act of caesarean section rate is 14%. Knowledge of pregnant women is hypothesized to affect the success of birth delivery. Less knowledge about risk factor in pregnancy can impact the quality of pregnancy that will determine the process of labor. This study aimed to analyze the relationship between knowledge of risk factor in pregnancy and types of delivery.
Methods: This analytic study was observational with cross-sectional approach. A sample of 66 study subjects was selected by fixed-disease sampling from mothers who give birth at RSUD Dr. Moewardi Surakarta in Mei-July 2012. The data were collected by interview using a set of questionnaire and from medical records. The data was analyzed using multiple logistic regression method on Statistical Product and Service Solution(SPSS) version 16.00 for Windows.
Results: The study showed that with controlling the counfounding factors such as parity and maternal height, known that lack of knowledge about risk factor in pregnancy is the risk of operative delivery 5.6 times as many level than a good knowledge (OR = 5.60; CI 95% 1.726 hingga 18.170; p = 0.004).
Conclusion: There was a statistically significant relationship between knowledge of risk factor in pregnancy and types of delivery. This conclusion was drawn after controlling for the effects of confounding factors such as parity and maternal height.
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR BAGAN ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Keaslian Penelitian ... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... ... 7
1. Pengetahuan dan Pengukurannya... ... 7
a. Definisi Pengetahuan... 7
b. Pengukuran Pengetahuan... ... … 9
c. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Faktor Risiko Kehamilan ... ... 11
commit to user
viii
a. Pengertian... ... 15
b. Faktor-Faktor Risiko 4T dalam Kehamilan ... ... … 16
c. Kurangnya Perawatan Kehamilan (Antenatal Care) ... 19
3. Jenis Persalinan ... 21
a. Definisi Persalinan... ... 21
b. Etiologi Persalinan... ... 21
c. Diagnosis Persalinan... ... 21
d. Jenis-jenis Persalinan... ... 23
e. Persalinan Spontan... ... 24
f. Persalinan dengan Tindakan... ... 26
g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan... 31
4. Hubungan antara Pengetahuan Faktor Risiko Kehamilan dan Jenis Persalinan ... 33
B. Kerangka Pemikiran ... 36
C. Hipotesis ... 36
BAB III. METODE PENELITIAN ... 37
A. Jenis Penelitian ... 37
B. Lokasi Penelitian ... 37
C. Subjek Penelitian ... 37
D. Teknik Sampling ... 38
E. Besar Sampel ... 38
commit to user
ix
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 39
H. Instrumen Penelitian ... 41
I. Cara Kerja ... 41
J. Teknik Analisis Data ………... 42
K. Rancangan Penelitian ………... 44
BAB IV. HASIL PENELITIAN... 45
A. Karakteristik Sampel Penelitian ... 45
1. Karakteristik Data Berdasarkan Data Kontinyu … ... .. 45
2. Karakteristik Data Berdasarkan Data Kategorikal ... 45
B. Analisis Bivariat ... 46
1. Hubungan Jenis Persalinan dengan Pengetahuan Faktor Risiko Kehamilan ...….. ... 47
2. Hubungan Jenis Persalinan dengan Paritas ... ... 48
3. Hubungan Jenis Persalinan dengan Tinggi Badan ... ... 48
C. Analisis Regresi Logistik Ganda ... 49
BABV. PEMBAHASAN ... 51
BABVI. SIMPULAN DAN SARAN ... 56
A. Simpulan ... 56
B. Saran ... 56
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan di
Indonesia ialah Angka Kematian Ibu (AKI). WHO sebagai Organisasi
Kesehatan Dunia memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu tiap
tahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia pada tahun 2009 masih cukup
tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup, dan menurut survei kesehatan
daerah Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 adalah 20
orang dengan jumlah kelahiran hidup 24.176 orang (Prawirohardjo, 2009).
Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah menurunkan
tiga perempat angka kematian maternal pada tahun 2015, yaitu sekitar 102 per
100.000 kelahiran hidup. Namun target yang diharapkan itu masih sulit untuk
dicapai (Depkes RI, 2009).
Angka kematian ibu berhubungan erat dengan tingginya kasus kehamilan
risiko tinggi, yang merupakan penyebab terjadinya bahaya dan komplikasi
lebih besar yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janin (Kusmarjadi,
2008). Kematian ibu tersebut berkaitan pula dengan karakteristik ibu yang
meliputi umur, paritas, pendidikan dan perilaku yang berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan ibu selama hamil yang dapat mempengaruhi jenis
persalinannya, baik normal maupun dengan tindakan (Ningrum, 2005). Hal ini
commit to user
berlangsung normal, 30,7% persalinan disertai dengan komplikasi, yang mana
bila tidak ditangani dengan baik dan cepat dapat meningkatkan kematian ibu
(Depkes RI, 2000).
Penelitian oleh Clark et al (2008) menunjukkan hubungan yang positif
dan signifikan antara kematian maternal dan operasi sesar. Dikatakan bahwa 20
dari 58 (34.5%) kematian terkait dengan persalinan sesar. Begitu juga menurut
survei WHO di negara-negara Asia, persalinan tindakan pervaginam dan
operasi caesar secara signifikan meningkatkan risiko kematian ibu dan indeks
morbiditas dibandingkan dengan persalinan spontan, terutama persalinan
tindakan tanpa adanya indikasi (Lumbiganon et al., 2010). Komplikasi obstetri
yang timbul akibat bedah sesar salah satunya ialah ruptur uteri yang signifikan
dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Matsubara et al., 2011).
Hasil penelitian Felly dan Snewe (2003), 25,2% responden yang
mengalami persalinan tindakan yang terbesar disebabkan oleh komplikasi
persalinan dan partus lama. Dari kejadian tersebut 27,5% terjadi pada
responden yang berumur lebih dari 35 tahun, dan pemeriksaan kehamilan
kurang dari 4 kali.
Dari hasil penelitian Sibuea (2007) tercatat bahwa ibu yang mengalami
persalinan dengan tindakan seksio sesarea akibat partus tidak maju sebanyak
226 (50,33%) dan 366 (81,5%) tidak melakukan perawatan terhadap
kehamilannya. Kematian akibat persalinan patologis lebih rendah pada ibu usia
20-30 tahun dan pada ibu dengan jumlah paritas yang rendah. Tingkat
commit to user
persalinan tindakan. Ini berkaitan dengan perawatan ibu selama masa
kehamilan yang kurang baik sehingga dalam persalinan banyak mengalami
permasalahan bahkan komplikasi yang dapat mempengaruhi terjadinya
persalinan tindakan.
Persalinan tindakan pervaginam dengan ekstraksi vakum atau forsep
dapat meningkatkan bahaya robekan jalan lahir dan perdarahan pasca
persalinan yang merupakan faktor penyebab kematian ibu sebesar 2,5-5%,
sedangkan dari tindakan seksio sesarea sebesar 14% (Djaja et al., 2002). Di RS
Dr. Moewardi Surakarta, tercatat kematian ibu dengan latar belakang karena
persalinan tindakan operasi sebanyak 34%, dengan penyebab preeklampsia
berat sebanyak 54% dan perdarahan 20% (Tjiptosisworo et al., 2004).
Menurut Wiknjosastro (2005) sebanyak 65% persalinan tindakan yang
terjadi di Indonesia disebabkan oleh karakteristik ibu yang dikenal sebagai
empat terlalu, yaitu: terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan terlalu sering
melahirkan. Di samping faktor ibu hamil sendiri (karakteristik) untuk
memeriksakan kehamilanya, juga terdapat beberapa faktor yang perlu
diperhatikan untuk meningkatkan hasil cakupan ibu hamil. Di antaranya yaitu
faktor biaya, petugas pelayanan kesehatan, sarana dan fasilitas kesehatan yang
tersedia serta pengetahuan ibu hamil. Nurachmah (2004) mengatakan bahwa
kurangnya pengetahuan tentang kehamilan merupakan penyebab utama
terjadinya kematian ibu pada saat melahirkan, karena kualitas kehamilan sangat
commit to user
Seorang ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang lebih tentang risiko
tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu tersebut akan berpikir untuk
menentukan sikap yang tepat, berperilaku untuk mencegah, menghindari atau
mengatasi risiko kehamilan tersebut untuk menjaga agar kehamilan dan
persalinannya berjalan baik dan aman. Dan ibu memiliki kesadaran untuk
melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga
apabila terjadi risiko pada masa kehamilan tersebut dapat ditangani secara dini dan
tepat oleh tenaga kesehatan (Depkes RI, 2004a).
Berdasarkan paparan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan antara Pengetahuan Faktor Risiko
Kehamilan dan Jenis Persalinan di RSUD Dr.Moewardi.”
B.Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara pengetahuan faktor risiko kehamilan dan jenis
persalinan di RSUD Dr. Moewardi?
C.Tujuan Penelitian
Menganalisis hubungan antara pengetahuan fakor risiko kehamilan dan
jenis persalinan.
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
hubungan antara pengetahuan faktor risiko kehamilan dan jenis persalinan
commit to user
2. Manfaat Praktis
Apabila hasil penelitian ini menunjukkan bukti hubungan antara
pengetahuan faktor risiko kehamilan dan jenis persalinan, maka bukti itu
dapat digunakan sebagai dasar pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya menambah pengetahuan dan
mengenal risiko kehamilan agar terjaganya kesehatan ibu selama kehamilan
dan menjamin ibu untuk melakukan persalinan aman di fasilitas kesehatan.
E.Keaslian Penelitian
Penelitian tentang analisis hubungan antara pengetahuan faktor risiko
kehamilan dan jenis persalinan ini belum pernah dilakukan di RSUD
Dr.Moewardi Surakarta. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian
ini adalah :
1. Erni Damayanti (2009), dalam penelitiannya yang berjudul: “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Risiko Tinggi Kehamilan dengan
Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care di RSUD Pandan Arang Boyolali”.
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan
cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan dari kedua
variabel.
2. Purnawati Eka Lestari (2009), dalam penelitiannya yang berjudul:
“Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Risiko Persalinan dengan Sikap
Ibu Hamil Memilih Persalinan secara Sectio Caesaria.” Jenis penelitian ini
adalah penelitian observasional, berdasarkan waktunya penelitian ini
commit to user
analisis data penelitian ini merupakan deskriptif analitik. Dari analisis data
didapatkan sebagian besar ibu hamil pengetahuannya baik (66,7%) dan
sebagian besar ibu hamil yang berpengetahuan baik lebih memlih persalinan
normal (63,3%) bila dibandingkan dengan persalinan sectio caesaria.
3. Novida Irawatisiahaan (2010), dalam penelitiannya yang berjudul:
“Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Risiko 4T di Klinik Bersalin
Sally Medan Tahun 2010.” Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas dari
segi demografi, yaitu berdasarkan umur 20-35 tahun sebanyak 65 orang
(86,7%), berdasarkan pendidikan menengah sebanyak 61 orang (81,3%),
berdasarkan paritas yaitu multigravida sebanyak 54 orang (72,0%),
berdasarkan sumber informasi secara tidak langsung sebanyak 45 orang
(60,0%). Dari segi pengetahuan responden berpengetahuan cukup sebanyak
68 orang (90,7%), dan dari segi sikap responden bersikap positif sebanyak
commit to user
7 PENGETAHUAN
PERILAKU
PENGARUH LAIN SIKAP
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka
1. Pengetahuan dan Pengukurannya
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil mengetahui dan memahami dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
atau informasi tertentu. Untuk memperoleh pengetahuan dibutuhkan
proses kognitif yang merupakan hal penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh sumber informasi
yang didapat dalam pengalaman hidupnya. Dengan pengetahuan yang
dimilikinya maka seseorang akan merubah sikap, niat, dan perilakunya
dalam mencegah, menghindari atau mengatasi faktor-faktor risiko dalam
kehamilan (Soekanto, 1992). Cara mengubah ketidaktahuan serta sikap
dan perilaku itu antara lain melalui pendidikan (Suryaningrat, 2005).
Feldstein membuat model tentang perilaku seseorang terhadap
suatu objek (Dayakisni dan Hudaniyah, 2003 ; Notoatmodjo, 2003).
Yang termasuk pengaruh lain adalah agama, nilai-nilai yang dianut,
commit to user
Sikap terdiri dari komponen perasaan, pikiran, dan dilihat melalui
tindakan. Sikap dapat bersifat positif atau juga negatif. Memberikan
perhatian, menyenangi dan mendekati adalah manifestasi dari sikap
positif. Sedangkan kebalikan dari hal itu seperti menghindari,
memberikan jarak dan membencinya adalah sikap yang negatif (Boulay,
1999). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup dalam
kawasan kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
1) Tahu (know)
Tahu artinya sebagai pengingatan terhadap suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi di sini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus,
commit to user
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian dalam dari suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
fondasi baru dari formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penelitian
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sediri atau menggunakan
kriteria – kriteria yang telah ada.
Oleh karena itu penilaian dan pendidikan dapat meningkatkan
pengetahuan dan mempengaruhi kebutuhan seseorang (Reksohadiprodjo
dan Handoko, 2001).
b. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
diketahui disesuaikan dengan tingkat-tingkat dalam kawasan kognitif
commit to user
Skinner seperti dikutip oleh Notoatmodjo (2003) mengatakan
bahwa bila seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai
suatu bidang tertentu dengan baik secara lisan atau tulisan, maka dapat
dikatakan dirinya mengetahui bidang itu. Sekumpulan jawaban verbal
yang diberikan orang tersebut dinamakan pengetahuan (knowledge).
Pertanyaan dapat dipergunakan untuk mengukur pengetahuan dan
dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu : (Notoatmodjo, 2003)
1) Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay
2) Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan berganda (multiple
choice), benar-salah, dan pertanyaan menjodohkan.
Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif
khususnya pilihan berganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat
pengukuran karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang
akan diukur dan lebih cepat dinilai.
Untuk mengetahui hasil pengukuran pengetahuan digunakan cara
perhitungan dengan menggunakan rumus:
X = ∑ fx
N
Keterangan : X = mean atau nilai rata-rata
∑ fx = jumlah total nilai
N = besar sampel
Baik : bila skor ≥ X
commit to user
c. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Faktor Risiko
Kehamilan
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengetahuan ibu mengenai kehamilan. Bila pengetahuan ibu sudah baik
terhadap perawatan kandungan maka kepatuhan seseorang untuk
memeriksakan kehamilannya juga akan dapat terjaga. Apabila
pengetahuan belum sepenuhnya dimiliki, maka untuk mengikuti anjuran
untuk memeriksakan kehamilannya kurang dapat terwujud. Hal-hal yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu hamil di antaranya:
1) Faktor Internal
a) Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal
ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa (Nursalam
dan Pariani, 2001). Menurut Wirawan (2002) bertambahnya usia,
maka tingkat perkembangan akan sesuai dengan pengetahuan yang
pernah didapat juga dari pengalamannya sendiri. Pada umur dua
puluh seseorang telah memiliki kemampuan mental yang
diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi
baru, misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari,
commit to user
pertengahan usia tiga puluhan, kebanyakan orang mudah mampu
menyelesaikan masalah-masalahnya dengan cukup baik sehingga
menjadi stabil, tenang secara emosional.
b) Pengalaman
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan.
c) Motivasi
Adalah dorongan yang bertindak untuk memuaskan suatu
kebutuhan, dorongan ini diwujudkan dalam bentuk tindakan dan
perilaku. Motivasi yang rendah akan menghasilkan tindakan yang
kurang baik, motivasi yang diberikan oleh petugas kesehatan secara
terus-menerus akan dapat mempengaruhi seseorang untuk merubah
perilakunya ke arah perilaku yang positif (Solikhah, 1997).
d) Persepsi
Pengamatan yang merupakan kombinasi dari penglihatan,
pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu. Suatu obyek
yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda oleh beberapa orang
commit to user
e) Intelligence Quotient (IQ)
Semakin tinggi IQ seseorang akan semakin cerdas pula,
secara potensial seseorang yang IQ-nya kurang akan banyak
mengalami kesulitan belajar (Ahmadi, 1991). Seseorang yang
memiliki IQ rendah akan terhambat proses belajarnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya juga terlambat.
2) Faktor Eksternal
a) Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang
baru diperkenalkan (Nursalam dan Pariani, 2001). Menurut IB
Mantra (1994) makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin
mudah orang tersebut untuk menerima informasi sedangkan
menurut Koentjoroningrat (1997) dikutip Nursalam (2001)
sebaiknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan, pengetahuan dan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai baru yang diperkenalkan dan menurut Soekidjo Notoatmodjo
(1997) bahwa pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan
lebih tinggi akan mempunyai wawasan pemahaman yang lebih luas
serta tingkat pendidikan yang rendah susah menerima pesan atau
commit to user
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan untuk
menunjang kehidupan dan kehidupan keluarganya. Dengan bekerja
seseorang dapat berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat
memperoleh berbagai pengalaman (Notoatmodjo, 2003). Menurut
Sarwono dan Wirawan (2005) seseorang yang bekerja,
pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang tidak bekerja,
karena seseorang akan banyak mempunyai informasi serta ibu yang
bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap
berbagai informasi, termasuk kesehatan sehingga pengetahuan dan
pengalaman lebih banyak.
Menurut Affandi (2000) lingkungan kerja dapat memberi
pengaruh yang cukup besar bagi ibu hamil. Pada umumnya wanita
yang mempunyai pekerjaan formal akan aktif dalam
kegiatan-kegiatan sosial, sehingga kelompok wanita tersebut akan
mendapatkan informasi mengenai kesehatan lebih banyak.
c) Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui
metode penyuluhan, dengan bertambahnya pengetahuan seseorang
commit to user
d) Media Masa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula
bermacam-macam media masa yang dapat mempengaruhi masyarakat tentang
inovasi baru (Notoatmodjo, 2003).
e) Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan
adalah input ke dalam diri seseorang sebagai system adaptif yang
melibatkan baik faktor internal maupun eksternal. Menurut Affandi
(2000) penduduk yang tinggal di daerah perkotaan sering
dihubungkan dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan juga lebih
baiknya sarana untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan
sehingga pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan risiko tinggi
lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di daerah perkotaan
dibandingkan penduduk yang tinggal di pedesaan.
2. Faktor-Faktor Risiko dalam Kehamilan
a. Pengertian
Risiko adalah suatu kemungkinan untuk terjadinya keadaan gawat
darurat yang tidak diinginkan pada masa datang, yaitu kemungkinan
terjadinya komplikasi obstetrik pada saat persalinan yang dapat
menyebabkan kematian dan kesakitan pada ibu dan bayinya (Rochjati,
commit to user
Ibu hamil dengan risiko tinggi adalah ibu yang mempunyai risiko
atau bahaya yang lebih besar pada kehamilan/persalinan dibandingkan
dengan kehamilan/persalinan normal. Ada sekitar 5-10% kehamilan yang
termasuk dalam risiko tinggi (Suririnah, 2008).
b. Faktor-faktor Risiko 4T dalam Kehamilan
1) Terlalu muda (primi muda)
a) Pengertian terlalu muda (primi muda)
Terlalu muda (primi muda) adalah ibu hamil pertama pada usia
kurang dari 20 tahun, dimana kondisi panggul belum berkembang
secara optimal dan kondisi mental yang belum siap menghadapi
kehamilan serta menjalankan peran sebagai ibu (BKKBN, 2007).
b) Risiko yang dapat terjadi
Menurut Rochjati (2003), risiko yang dapat terjadi pada kehamilan
terlalu muda (primi muda) adalah :
(1) Bayi lahir belum cukup bulan
(2) Perdarahan dapat terjadi sebelum bayi lahir
(3) Perdarahan dapat terjadi setelah bayi lahir
c) Alasan yang perlu diketahui adalah :
(1) Secara fisik
Kondisi rahim dan panggul belum berkembang secara optimal,
mengakibatkan kesakitan dan kematian bagi ibu dan bayinya.
commit to user
(2) Secara mental
Tidak siap menghadapi perubahan yang akan terjadi pada saat
kehamilan.
2) Terlalu tua (primi tua) (Rochjati, 2003)
a) Pengertian terlalu tua (primi tua)
Terlalu tua (primi tua) adalah ibu hamil pertama pada usia ≥ 35
tahun. Pada usia ini organ kandungan menua ,jalan lahir tambah
kaku, ada kemungkinan besar ibu hamil mendapat anak cacat,
terjadi persalinan macet dan perdarahan.
b) Risiko yang dapat terjadi
Menurut Rochjati (2003), risiko yang dapat terjadi pada kehamilan
terlalu tua (primi tua ≥ 35 tahun) adalah :
(1) Hipertensi/tekanan darah tinggi
(2) Pre-eklampsi
(3) Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan
dimulai
(4) Persalinan macet: ibu yang mengejan lebih dari 1 jam, bayi
tidak dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir
biasa
(5) Perdarahan setelah bayi lahir
(6) Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah/BBLR < 2500 gr
c) Alasan yang perlu diketahui adalah :
commit to user
(2) Terlalu dekat jarak kehamilan pada usia ini kondisi kesehatan
ibu mulai menurun
(3) Fungsi rahim menurun
(4) Kualitas sel telur berkurang
3) Terlalu dekat jarak kehamilan
a) Pengertian terlalu dekat jarak kehamilan
Terlalu dekat jarak kehamilan adalah jarak antara kehamilan satu
dengan berikutnya kurang dari 2 tahun (24 bulan). Kondisi rahim
ibu belum pulih, waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi
kurang (BKKBN, 2007).
b) Risiko yang dapat terjadi
Menurut BKKBN (2007) risiko yang mungkin terjadi pada
kehamilan jarak dekat adalah :
(1) Keguguran
(2) Anemia
(3) Bayi lahir belum waktunya
(4) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
(5) Cacat bawaan
(6) Tidak optimalnya tumbuh kembang Balita
c) Alasan yang perlu diketahui adalah :
(1) Kondisi rahim ibu belum pulih
(2) Dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam kehamilan
commit to user
4) Terlalu banyak anak (grande multi) (Rochjati, 2003)
a) Pengertian terlalu banyak anak (grande multi)
Terlalu banyak anak (grande multi) adalah ibu pernah hamil atau
melahirkan lebih dari 4 kali atau lebih. Kemungkinan akan ditemui
kesehatan yang terganggu, kekendoran pada dinding perut, tampak
pada ibu dengan perut yang menggantung.
b) Risiko yang akan terjadi
Menurut Rochjati (2003), risiko yang dapat terjadi pada kehamilan
terlalu banyak anak (4 kali melahirkan) adalah :
(1) Kelainan letak, persalinan letak lintang
(2) Robekan rahim pada kelainan letak lintang
(3) Persalinan lama
(4) Perdarahan pasca persalinan
c) Alasan yang perlu diketahui adalah :
(1) Dapat mengakibatkan terjadinya gangguan dalam kehamilan
(2) Dapat menghambat proses persalinan, seperti kelainan letak
(3) Tumbuh kembang anak kurang optimal
(4) Menambah beban ekonomi keluarga
c. Kurangnya Perawatan Kehamilan (Antenatal care)
Antenatal care adalah pengupayaan observasi berencana dan
teratur terhadap ibu hamil melalui pemeriksaan, pendidikan, pengawasan
secara dini terhadap komplikasi dan penyakit ibu yang dapat
commit to user
pelayanan antenatal care menetapkan frekuensi antenatal sebaiknya
minimal empat kali selama kehamilan (Depkes, 2009). Menurut
Saifuddin, dkk. (2002) jadwal kunjungan antenatal adalah: a) Satu
kunjungan selama trimester I, pada usia kehamilan kurang dari 14
minggu; b) Satu kali kunjungan selama trimester II, pada usia kehamilan
antara 14-28 minggu; c) Dua kali kunjungan selama trimester III, pada
usia kehamilan antara 28-36 minggu dan sesudah 36 minggu. Perlu
segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila
janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003).
Selama melakukan kunjungan antenatal care, ibu hamil akan
mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya
memastikan ada tidaknya kehamilan dan deteksi dini berbagai
kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama
kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran
kehamilan (Adriaansz, 2008).
Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan kehamilan dapat menyebabkan
tidak dapat diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi
kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi.
Deteksi saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan
pengendalian risiko (Manuaba, 1999). Apalagi ibu hamil yang tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah
kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan risiko tinggi
commit to user
janinnya. Selain itu, juga dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi (Saifuddin, 2002).
3. Jenis Persalinan
a. Definisi Persalinan
Persalinan merupakan rangkaian proses yang berakhir degan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks
dan diakhiri oleh pelahiran plasenta (Varney, 2007). Sedangkan menurut
Manuaba (2002), persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
b. Etiologi Persalinan
Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori
yang kompleks. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostalglandin, struktur
uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf, dan nutrisi disebut sebagai
faktor-faktor yang mengakibatkan partus mulai. Perubahan-perubahan
dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan penyebab
mulai dan berlangsungnya partus, antara lain penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron (Wiknjosastro, 2005).
c. Diagnosis Persalinan
Sebelum terjadi persalinan, wanita hamil memasuki kala
commit to user
sebagai berikut: a) Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala
turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida, pada
multipara tidak terlalu terlihat; b) Perut kelihatan lebih lebar, fundus uteri
turun; c) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin; d) Perasaan sakit di
perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus,
kadang-kadang disebut “false labor pains”; e) Serviks menjadi lembek,
mulai mendatar, sekresinya bertambah, dan bisa bercampur darah
(bloody show) (Mochtar, 1998).
Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis normal yang
dialami oleh sebagian besar wanita tanpa komplikasi, dan komplikasi
pada ibu atau janin dapat muncul dengan cepat dan tanpa diduga-duga.
Salah satu diagnosis paling penting dalam obstetrik adalah diagnosis
persalinan secara akurat (Cunningham, 2007).
Kesalahan dalam mendiagnosis persalinan dapat menyebabkan
timbulnya kegelisahan dan penanganan yang tidak perlu. Diagnosis dan
konfirmasi saat persalinan dapat ditegakkan menurut kriteria sebagai
berikut: a) Curiga atau antisipasi adanya persalinan jika wanita tersebut
menunjukkan tanda atau gejala sebagai berikut: nyeri abdomen yang
bersifat intermitten setelah usia kehamilan 22 minggu, nyeri disertai
lendir darah, dan adanya pengeluaran air dari vagina atau keluarnya air
secara tiba-tiba; b) Pastikan keadaan inpartu jika serviks terasa melunak,
commit to user
persalinan dan dilatasi serviks, yaitu peningkatan diameter pembukaan
serviks yang diukur dalam sentimeter (Saifuddin dkk, 2002).
d. Jenis – jenis Persalinan
Ada beberapa jenis persalinan menurut Mochtar (1998). Menurut
cara persalinan dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Partus biasa (normal) adalah
proses lahirnya bayi pada Letak Belakang Kepala (LBK) dengan tenaga
ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Disebut juga sebagai
persalinan eutosia. Persalinan eutosia menunjukkan bahwa power (P),
passage (P), dan passenger (P) telah bekerja sama dengan baik; 2) Partus
luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi sesarea.
Adapun menurut usia kehamilan, Mochtar (1998), membaginya
menjadi: 1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum
janin dapat hidup (viable), berat janin di bawah 1.000 gram, dan tua
kehamilan kurang dari 28 minggu; 2) Partus prematurus adalah
persalinan dari hasil konsepsi pada usia kehamilan 28-36 minggu, janin
dapat hidup tetapi prematur, dan berat janin antara 1.000 sampai 2.500
gram; 3) Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada
kehamilan 36-40 minggu, janin matur, dan berat badan lebih dari 2.500
gram; 4) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2
minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut
commit to user
mungkin di kamar mandi, di atas becak, dan sebagainya; f) Partus
percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh
bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik.
e. Persalinan Spontan
Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis normal yang
dialami wanita (Cunningham, 2007). Persalinan spontan (eustosia)
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
sudah cukup bulan, melalui jalan lahir (pervaginam), dengan kekuatan
ibu sendiri atau tanpa bantuan (Manuaba, 1998).
Proses Persalinan
Dalam persalinan pervaginam terdapat tiga faktor yang memegang
peranan penting, yaitu 1) kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti
kekuatan his dan kekuatan mengedan (power); 2) keadaan jalan lahir
(passage); dan 3) janinnya sendiri (passenger) (Mochtar, 1998;
Wiknjosastro, 2005).
His adalah kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka
dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, jika his sudah
cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga
panggul. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul dapat dalam
keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus
dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam
keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan
commit to user
kepala (diameter biparietal) melewati pintu atas panggul atau ubun-ubun
kecil sudah terletak di bawah spina iskhiadika (bidang Hodge III) disebut
cakap (engaged) (Wolcott dan Bailey, 2007).
Sampai di dasar atas panggul kepala janin berada dalam keadaan
fleksi maksimum (Wiknjosastro, 2005). Fleksi menyebabkan
berkurangnya diameter anteroposterior kepala. Hal ini terjadi saat kepala
mengenai pita muskulus levator ani, sehingga terjadi pengurangan
diameter sekitar 1,5 cm sampai 2,5 cm. Selanjutnya juga terjadi fleksi
kembali sehingga tercapai diameter suboksipitobregmatikus 9,5 cm
(Wolcott dan Bailey, 2007).
Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan
intrauterine disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala
mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Rotasi ini
menyebabkan janin memutar kepala dari posisi melintang (UUK
melintang) menjadi anteroposterior (umumnya UUK depan). Ekstensi
kepala memungkinkan kepala keluar melalui introitus vagina dengan
posisi ubun-ubun kecil di depan (Wolcott dan Bailey, 2007). Sesudah
kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di
bawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai titik tumpuan
(hipomoklion), kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat
dilahirkan (Wiknjosastro, 2005).
Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak.
commit to user
Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut
tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya bahu. Sesudah kepala lahir,
kepala segera mengadakan rotasi yang disebut putaran paksi luar
(Wiknjosastro, 2005). Putaran paksi luar menyebabkan kepala kembali
ke posisi awal, yaitu melintang. Sementara itu diameter bisakromial
(bahu janin) mengadakan penyesuaian dalam posisi anteroposterior
dengan diameter terbesar pintu bawah panggul. Selanjutnya terjadi
pengeluaran bahu depan melalui bawah simfisis dan bahu belakang
melalui dinding posterior vagina (fourchette) (Wolcott dan Bailey,
2007).
f. Persalinan dengan Tindakan
Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan
normal secara spontan atau tidak berjalan sendiri, oleh karena terdapat
indikasi adanya penyulit. Sehingga persalinan dilakukan dengan
memberikan tindakan menggunakan alat bantu. Persalinan tindakan
dilakukan jika kelahiran spontan diduga berisiko lebih besar pada ibu
atau anak daripada tindakannya (Chamberlain dan Steer, 1999).
Persalinan tindakan terdiri dari:
1) Persalinan tindakan pervaginam
Apabila persyaratan pervaginam memenuhi. Persalinan tindakan
pervaginam meliputi: ekstraksi vakum dan forsep untuk bayi yang
commit to user
2) Persalinan tindakan perabdominan
Apabila persyaratan persalinan pervaginam tidak memenuhi.
Persalinan tindakan ini berupa seksio sesarea.
Hal-hal yang menyebabkan persalinan dilakukan dengan
tindakan adalah adanya faktor penyulit pada saat persalinan yang
berasal dari faktor kekuatan his ibu (power), faktor bayi (passanger)
atau faktor jalan lahir (passage).
Hambatan dalam persalinan normal sering muncul oleh karena
adanya faktor-faktor risiko yang kurang terdeteksi dengan baik pada
masa kehamilan, sehingga sering terjadi persalinan macet atau
persalinan lama. Kata persalinan lama atau distosia (penyulit)
merupakan persalinan yang gagal berjalan secara normal dan
menyebabkan kesulitan pada ibu dan bayi, jika persalinan tidak
lengkap atau selesai dalam 18 jam pada primigravida (wanita yang
pertama kali hamil sebelumnya) (Depkes RI, 1996). Penyebab
persalinan lama adalah :
a) Intensitas dan frekuensi dari kontraksi rahim yang tidak adekuat.
Hal ini sering disebut dengan inersia uteri, yaitu keadaan yang
menunjukkan kontraksi rahim melemah atau kekuatan kontraksi
rahim tidak sesuai dengan besarnya pembukaan mulut rahim.
Inersia uteri ada dua, yaitu:
(1) Inersia uteri primer, kontraksi rahim tidak pernah sesuai
commit to user
(2) Inersia uteri sekunder, kontraksi rahim pernah mencapi
kekuatan yang sesuai dengan besarnya pembukaan mulut
rahim, tetapi kemudian melemah.
Inersia uteri dapat disebabkan oleh infeksi selaput ketuban
(korioamnionitis), posisi ibu saat melahirkan, atau
ketidakseimbangan janin panggul (Endjun, 2002).
b) Kekuatan his yang tidak adekuat dari rahim (dalam kasus kembar
atau bayi besar).
c) Posisi dari bayi dalam rahim yang tidak baik/normal
d) Panggul yang tidak cukup untuk lewatnya kepala bayi (disproporsi
panggul-bayi), dalam hal ini seksio sesarea adalah pilihan yang
terbaik.
Dalam menangani masalah persalinan macet atau lama, maka
untuk menolong keselamatan ibu dan bayi dalam proses persalinan,
sering kali dilakukan tindakan persalinan operatif dengan
menggunakan bantuan alat-alat tertentu. Adapun tindakan tersebut
adalah:
a) Persalinan dengan Ekstraksi Vakum
Persalinan melalui vagina atau jalan lahir dengan
menggunakan bantuan alat ekstraksi vakum, yaitu suatu cup yang
terbuat dari baja atau sebuah plastik yang fleksibel lentur (Ling dan
Duff, 2001). Indikasi persalinan yang dapat ditolong dengan
commit to user
(1) Kelelahan ibu (berdebar, terengah-engah, suhu badan tinggi,
terlalu lelah untuk mendorong)
(2) Partus macet pada kala II
(3) Gawat janin yang ringan (denyut jantung yang tidak teratur,
meconium dalam cairan amnion).
(4) Toksemia gravidarum
(5) Ruptura uteri mengancam.
Persalinan dengan indikasi tersebut dapat dilakukan dengan
ekstraksi vakum dengan catatan persyaratan persalinan pervaginam
memenuhi (Chamberlain dan Steer, 1999).
Gambar 2.1 Persalinan Tindakan Ekstraksi Vakum
b) Persalinan dengan Forsep
Merupakan persalinan tindakan melalui jalan lahir dengan
menggunaan alat berbentuk bilah baja dobel yang ditempatkan
dalam vagina dan pada sisi lain terkunci sebagai penjepit kepala
bayi. Terdapat prasyarat tertentu yang wajib dipenuhi sebelum
commit to user
dilakukan terutama jika pembukaan jalan lahir lengkap dan kepala
bayi dengan ukuran yang terbesar telah melewati pintu atas
panggul dan hampir sepenuhnya berputar, kulit kepala kelihatan
secara mudah, dan kandung kencing ibu harus kosong (Depkes RI,
1996 ; Hadi, 2001)
Adapun indikasi persalinan dengan tindakan bantuan
ekstraksi forcep atara lain:
(1)Gawat janin, yang ditandai dengan denyut jantung janin menjadi
cepat atau lambat dan tidak teratur, serta adanya meconium
(pada janin letak kepala).
(2)Ruptur uteri mengancam
(3)Adanya edema pada vagina atau vulva
(4)Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meningkat, lokia
berbau
(5)Eklamsia mengancam
(6)Partus tidak maju-maju
(7)Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga (exhausted mother).
commit to user
c) Persalinan Operasi Seksio Sesarea
Persalinan seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut atau vagina. Persalinan ini dilakukan apabila
persalinan pervaginam tidak dimungkinkan. Indikasi utama
persalinan seksio sesarea terprogram adalah disproporsi kepala
panggul (panggul sempit), karena tidak mungkin lagi untuk
persalinan pervaginam. Sedangkan indikasi seksio sesarea tidak
terprogram adalah tidak adanya kemajuan persalinan atau partus
percobaan gagal (Gifford, 2000).
Gambar 2.3 Persalinan Tindakan Seksio Sesarea
g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :
1) Power
Power adalah kekuatan-kekuatan yang ada pada Ibu seperti
kekuatan his dan mengejan yang dapat menyebabkan serviks
commit to user
salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata
simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan
pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan,
kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh,
hingga tekanan dalam ruang amnion kembali ke asalnya (Hanifa,
2000).
2) Passage
Passage adalah keadaan jalan lahir. Jalan lahir mempunyai
kedudukan penting dalm proses persalinan untuk mencapai kelahiran
bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah satu
faktor yang menentukan apakah persalinan dapat berlangsung
pervaginam atau sectio caesarea. Pada jalan lahir dengan tulang
panggul ukuran normal apapun jenisnya, untuk kelahiran pervaginam
dengan janin berat badan normal tidak akan mengalami kesukaran.
Tetapi karena pengaruh gizi, lingkungan, atau hal-hal lain, ukuran
panggul dapat menjadi lebih kecil daripada standar normal sehingga
dapat mempersulit persalinan pervaginam (Wiknjosastro, 1999). Jalan
lahir bagian lunak yang berperan pada persalinan adalah segen bawah
rahim, servik uteri dan vagina. Di samping itu otot-otot jaringan ikat
dan ligamen yang menyokong alat-alat urogenital juga sangat
commit to user
3) Passenger
Faktor bayi atau janin sangat berpengaruh terhadap proses
persalinan. Pada keadaan normal, bentuk bayi, berat badan, posisi dan
letak dalam perkembangannya sampai pada akhir kehamilan dan siap
untuk dilahirkan, bayi mempunyai kekuatan mendorong dirinya keluar
sehingga persalinan berjalan spontan.
Distosia (penyulit) persalinan yang disebabkan oleh kelainan janin
atau bayi (passenger) antara lain (Patel dan Murphy, 2004) :
a) Kelainan pada letak kepala
b) Letak sungsang
c) Letak melintang
d) Presentasi rangkap/ganda
e) Kelainan bentuk dan besar janin (ada tidak kelainan kongenital)
f) Tali pusat menumbung
4. Hubungan antara Pengetahuan Faktor Risiko Kehamilan dan Jenis
Persalinan
Menurut WHO, pengetahuan seseorang berasal dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya pendidikan, media massa,
media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, kerabat dekat dan
sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga
seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yag sangat penting untuk terbentuknya tindakan
commit to user
Bila pengetahuan seorang ibu sudah baik terhadap perawatan
kandungan maka kepatuhan seseorang untuk memeriksakan kehamilannya
juga akan dapat terjaga. Apabila pengetahuan belum sepenuhnya dimiliki
maka untuk mengikuti anjuran untuk memeriksakan kehamilannya kurang
dapat terwujud, sehingga dengan kurangnya pengetahuan akan pentingnya
perawatan kehamilan akan memudahkan terjadinya permasalahan pada
kehamilan dan persalinan. Sesuai dengan penelitian Nurachmah (2004)
kurangnya pengetahuan tentang kehamilan merupakan penyebab utama
terjadinya kematian ibu pada saat melahirkan, karena kualitas kehamilan
sangat menentukan keberhasilan proses persalinan secara aman.
Pengetahuan tentang faktor risiko atau masalah kehamilan penting
diketahui oleh ibu, suami, dan keluarga. Karena dengan pengetahuan yang
baik, seorang ibu hamil akan tahu keadaan kehamilannya dan diharapkan
dapat berperilaku sehat, melakukan pemeriksaan kehamilan dengan baik.
Selain hal itu, ibu yang mengetahui keadaan dirinya dan kehamilannya
diharapkan dapat menentukan kepada siapa dan dimana akan melahirkan
secara aman. Karena setiap persalinan dapat timbul risiko bahaya bagi ibu
dan bayi (Rochjati, 2003).
Dengan mengetahui faktor risiko tersebut, diharapkan ibu hamil
mengetahui keadaan dirinya pada kelompok yag mana, apakah kelompok
risiko rendah, tinggi atau sangat tinggi. Selanjutnya dapat menentukan
persalinan yang aman, sedangkan bagi petugas kesehatan, untuk
commit to user
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan pengetahuan
yang baik tentang risiko tinggi kehamilan dan persalinan maka kehamilan
dapat terjaga dengan baik sehingga faktor-faktor penyulit persalinan dapat
commit to user
Terdapat hubungan antara pengetahuan faktor risiko kehamilan dan
jenis persalinan. Pengetahuan ibu kurang akan meningkatkan risiko persalinan
commit to user
37 BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik. Observasional karena
hanya mengamati (mengukur) variabel-variabel yang diteliti, tidak memberikan
intervensi atau perlakuan kepada subjek penelitian. Adapun analitik karena
bertujuan menganalisis hubungan antara pengetahuan faktor risiko kehamilan
dan jenis persalinan. Penelitian ini menggunakan pendekatan potong lintang
(cross sectional) karena semua variabel yang diteliti di ukur pada saat yang
sama.
B.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
C.Subjek penelitian
1. Populasi sasaran (target population)
Merupakan kumpulan dari keseluruhan subjek yang secara eksplisit
akan ditarik simpulannya. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai
populasi sasaran yaitu ibu bersalin yang persalinannya baik secara spontan
maupun dengan tindakan.
2. Populasi sumber (source population)
Merupakan himpunan subjek dari populasi sasaran yang digunakan
commit to user
dijadikan populasi sumber merupakan populasi terjangkau (accessible
population) yaitu di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Murti, 2010).
Untuk mengurangi adanya faktor perancu, maka kriteria eksklusi dalam
penelitian ini ialah:
a. Kelahiran ganda
b. Infeksi pada ibu
D.Teknik Sampling
Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode fixed-disease
sampling. Fixed-disease sampling merupakan prosedur pencuplikan
berdasarkan status pengambilan subjek, sedang status paparan subjek
bervariasi mengikuti status pengambilan subjek yang sudah fixed. Pada
pengambilan sampel ini, kelompok kasus dan kelompok kontrol berasal dari
satu populasi sumber, sehingga peneliti dapat melakukan perbandingan yang
valid antara kedua kelompok studi (Murti, 2010).
E.Besar Sampel
Menurut Thabane dalam salah satu teknik untuk mengontrol pengaruh
faktor perancu (confounding factor) adalah memperhitungkan pengaruh itu
dengan model analisis multivariat ketika peneliti sudah mempunyai data, maka
ukuran sampel untuk desain penelitian ini menggunakan analisis multivariat
(Murti, 2010).
Jumlah sampel ditentukan dari variabel independen x (15-20 observasi)
commit to user
sehingga jumlah sampel yang diperlukan adalah berkisar 3 x (15 x 20) = 45-
60 orang.
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan faktor risiko
kehamilan.
2. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jenis persalinan baik secara
spontan atau dengan tindakan.
3. Variabel perancu yang dikendalikan dalam analisis
Variabel perancu yang dianalisis dalam penelitian ini adalah tinggi badan
ibu dan paritas.
4. Variabel perancu yang tidak dapat dikendalikan
Variabel perancu yang tidak dianalisis dalam penelitian ini adalah ibu
dengan ketuban pecah dini, distosia bahu dan malpresentasi kepala bayi.
G.Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Pengetahuan Faktor Risiko Kehamilan
Merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek atau informasi tertentu yang
memperolehnya membutuhkan proses kognitif untuk terbentuknya suatu
commit to user
ibu tentang faktor risiko kehamilan. Data diukur melalui modifikasi
kuesioner faktor risiko kehamilan dari penelitian Irawatisiahaan (2010).
Alat ukur : Kuesioner
Skala pengukuran : Kontinyu
Untuk keperluan analisis, data kontinyu tersebut diubah menjadi
kategorikal, yaitu pengetahuan baik bila skor ≥ mean dan pengetahuan
kurang bila skor ≤ mean.
Tabel 3.1. Validitas Isi (Content Validity) Pengetahuan Faktor Risiko Kehamilan
Aspek/ Dimensi Nomor Butir Soal Jumlah Soal
Faktor Risiko 4 Terlalu 2,4,5,6,7,8,10,12,14,15 10 Perawatan Kehamilan 1,3,9,11,13 5 (ANC)
2. Variabel Terikat
Jenis Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri) (Manuaba, 2002).
Jenis persalinan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi persalinan
secara spontan maupun persalinan dengan tindakan.
Alat ukur : Rekam medik
commit to user
3. Variabel Perancu yang Dikendalikan
a. Tinggi badan
Tinggi badan ibu yang diukur secara akurat, dikategorikan menjadi tinggi
badan ≥ 145 cm dan < 145 cm.
Alat ukur : Rekam medik
Skala pengukuran : Kontinyu
b. Paritas
Jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup, dalam analisis dikategorikan
menjadi primigravida (paritas 1) dan multigravida (paritas >1).
Alat ukur : Kuesioner
Skala pengukuran : Kontinyu
H.Instrumen Penelitian
1. Rekam medik ibu di RSUD Dr. Moewardi Surakarta untuk mendapatkan
data mengenai jenis persalinan
2. Lembar persetujuan keikutsertaan dalam penelitian
3. Lembar kuesioner mengenai pengetahuan faktor risiko kehamilan
I. Cara Kerja
Setelah usulan penelitian disetujui, dilakukan pengumpulan data
responden yang diambil dari observasi dan rekam medik dari Mei - Juli 2012.
Data sekunder berupa jenis persalinan yang didapat dari rekam medik.
Data primer berupa pengetahuan faktor risiko kehamilan yang didapat dari
commit to user
dilanjutkan dengan tabulasi data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
statistik.
J. Teknik Analisis Data
Karakteristik sampel data kontinyu (misal usia dan tahun) di
deskripsikan dalam n, mean, SD, Minimum, dan Maksimum. Karakteristik
sampel data kategorikal (misal jenis persalinan) dideskripsikan dalam n dan
persen.
Hubungan antara pengetahuan faktor risiko kehamilan dengan jenis
persalinan, dengan mengontrol pengaruh sejumlah variabel perancu
(confounding factor) dianalisis dengan model regresi logistik ganda. Analisis
regresi logistik ganda adalah alat statistik yang sangat kuat untuk menganalisis
pengaruh antara sebuah paparan dan penyakit (yang diukur ordinal) dan dengan
serentak mengontrol pengaruh sejumlah faktor perancu potensial.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Murti, 2010) :
= a + b1.X1 + b2.X2+ b3.X3
keterangan :
p : Probabilitas wanita untuk persalinan dengan tindakan
1 - p : Probabilitas wanita hamil untuk persalinan normal.
a : Konstanta
b1..b3 : Konstanta regresi variabel bebas X1…X3
commit to user
X2 : Tinggi badan (0: ≥ 145 cm ; 1: < 145 cm)
X3 : Paritas (0: primigravida ; 1: multigravida)
Kekuatan hubungan variabel yang diteliti ditunjukkan oleh Odds Ratio (OR) =
exp (b)
Interpretasi:
OR = 1 Tidak ada hubungan
OR > 1 Ada hubungan positif. Pengetahuan kurang
meningkatkan risiko untuk mengalami jenis
persalinan tindakan
1 OR < 1 Ada hubungan negatif. Pengetahuan kurang
∞ menurunkan risiko untuk mengalami jenis
persalinan tindakan
Kemaknaan statistik dari OR diuji dengan Uji Wald. Hasilnya ditunjukkan oleh
commit to user K.Rancangan Penelitian
Bagan 3.1. Rancangan Penelitian
Jenis persalinan dengan tindakan Jenis persalinan
spontan
Pengetahuan baik
Analisis data Ibu yang Bersalin di RSUD
Dr. Moewardi, Surakarta
Kuesioner
Pengetahuan kurang Pengetahuan
kurang
commit to user
45 BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
pada bulan Mei - Juli 2012 diperoleh subjek penelitian sebanyak 66 ibu
melahirkan. Dari catatan rekam medik didapatkan 31 ibu melahirkan secara
spontan, 33 ibu melahirkan secara sesarea dan 2 ibu melahirkan dengan vakum.
A.Karakteristik Sampel Penelitian
Berdasarkan data tentang identitas sampel, dapat diketahui karakteristik
sampel berdasarkan jenis persalinan, pengetahuan, paritas, dan tinggi badan
seperti yang akan dipaparkan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kontinyu Skor Pengetahuan
Variabel n Mean SD Min Maks
Skor Pengetahuan 66 12.12 2.22 5 15
Tabel 4.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kategorikal
commit to user
Karakteristik sampel 66 pasien bersalin yang diteliti dapat dilihat dalam
Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 . Dari skor pengetahuan, rata-rata pasien mendapatkan
skor 12.12 dengan skor tertinggi adalah 15 dan skor terendah adalah 5. Dari
rata-rata tersebut dapat digolongkan ibu yang berpengetahuan baik, yaitu
berjumlah 37 pasien (56.06%) dan yang berpengetahuan kurang berjumlah 29
pasien (43.94%). Dilihat dari riwayat obstetri, pasien primigravida berjumlah
28 pasien (42.42%) dan multigravida berjumlah 38 pasien (57.58%).
Sedangkan dari tinggi badan, pasien yang memiliki tinggi badan <145 cm
hanya didapatkan 6 pasien (9.10%), dan tinggi badan ≥ 145 cm sebanyak 60
pasien (90.90%).
Dari catatan rekam medik jenis persalinan didapatkan sebanyak 31 ibu
melahirkan secara spontan (46.97%) dan 35 ibu melahirkan secara tindakan
(53.03%) yang terdiri dari 33 ibu melahirkan secara sesarea dan 2 ibu
melahirkan dengan vakum.
B.Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas (pengetahuan faktor risiko kehamilan) dan variabel terikat (jenis
persalinan) serta arah hubungannya. Analisis juga dilakukan terhadap faktor
perancu yaitu paritas (variabel bebas) dan tinggi badan (variabel bebas).
Adanya faktor perancu tersebut akan berpengaruh terhadap hasil analisis data
yang didapat. Untuk mengendalikannya, dilakukan analisis regresi logistik. Uji
statistik menggunakan Chi-Square Test dengan Confidence Interval (CI) =
commit to user
1. Hubungan Jenis Persalinan dengan Pengetahuan Faktor Risiko
Kehamilan
Tabel 4.3 Analisis Bivariat tentang Hubungan Jenis Persalinan dengan Pengetahuan Faktor Risiko Kehamilan
Jenis Persalinan
Variabel Spontan Tindakan Total OR p
n (%) n (%) n (%)
Pengetahuan
Baik 24 (64.90) 13 (35.10) 37 (100.00) 5.80 0.001
Kurang 7 (24.10) 22 (75.90) 29 (100.00)
Dari Tabel 4.3 didapatkan dari 37 pasien yang memiliki pengetahuan
baik tentang faktor risiko kehamilan, 24 pasien (64,9%) di antaranya
melahirkan secara spontan dan 13 pasien (35,1%) melahirkan secara tindakan.
Sedangkan dari 29 pasien yang berpengetahuan kurang, 7 pasien (24,1%)
melahirkan secara spontan dan sebanyak 22 pasien (75,9%) melahirkan secara
tindakan. Pasien dengan pengetahuan kurang memiliki risiko untuk mengalami
jenis persalinan tindakan 5.80 kali lebih tinggi dari pada pasien berpengetahuan
baik (OR = 5.80). Analisis bivariat terhadap hubungan antara pengetahuan
faktor risiko kehamilan dan jenis persalinan menunjukkan hubungan yang
signifikan (p = 0.001). Namun hasil ini belum mengontrol pengaruh dari
commit to user 2. Hubungan Jenis Persalinan dengan Paritas
Tabel 4.4 Analisis Bivariat tentang Hubungan Jenis Persalinan dengan Paritas Jenis Persalinan
Dari Tabel 4.4 didapatkan kelompok pasien primigravida yang berjumlah
28 orang mengalami persalinan spontan sebanyak 18 pasien (64.30%) dan yang
mengalami persalinan tindakan 10 pasien (35.70%). Kelompok pasien
multigravida berjumlah 38 orang, pasien yang mengalami persalinan spontan
sebanyak 13 pasien (34.20%) dan yang mengalami persalinan tindakan
berjumlah 25 pasien (65.80%). Analisis bivariat antara jenis persalinan dan
paritas menunjukkan hubungan yang signifikan (p = 0.016). Pasien
multigravida memiliki risiko untuk mengalami persalinan tindakan 3.46 kali
lebih tinggi daripada pasien primigravida (OR = 3.46), tetapi hasil ini belum
mengontrol pengaruh dari variabel perancu.
3. Hubungan Jenis Persalinan dengan Tinggi Badan
commit to user
Dari Tabel 4.5 didapatkan kelompok pasien dengan tinggi badan <145cm
di bawah SMA yang berjumlah 6 orang mengalami persalinan spontan
sebanyak 1 pasien (16.70%) dan yang mengalami persalinan tindakan
berjumlah 5 pasien (83.30%). Kelompok pasien dengan tinggi badan ≥145cm
berjumlah 60 orang, pasien yang mengalami persalinan spontan sebanyak 30
(50.00%) dan yang mengalami persalinan tindakan (50.00%). Analisis bivariat
terhadap hubungan jenis persalinan dengan tinggi badan menunjukan hubungan
yang tidak signifikan (p = 0.119). Pasien dengan tinggi badan <145cm
memiliki risiko untuk mengalami jenis persalinan tindakan 5 kali lebih tinggi
daripada tinggi badan ≥145cm (OR = 5.00), namun hasil ini belum mengontrol
pengaruh dari variabel perancu.
C.Analisis Regresi Logistik Ganda
Setelah melakukan analisis bivariat terhadap pengetahuan faktor risiko
kehamilan dan variabel perancu yaitu paritas, didapatkan pengetahuan dan paritas
secara signifikan berpengaruh terhadap jenis persalinan baik secara spontan
ataupun tindakan. Analisis regresi logistik ganda dilakukan dengan
memperhitungkan variabel pengetahuan, paritas, dan tinggi badan sehingga
didapatkan hasil yang lebih valid karena telah mengontrol variabel-variabel
perancu yang dapat mempengaruhi hubungan jenis persalinan dengan