MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI (DMR)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian
dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
oleh
SAHYUDIN
NIM 1204648
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Berpikir Kreatif Siswa Melalui Model Pembelajaran
Diskursus Multi Representasi (DMR)
Oleh Sahyudin
S.Pd IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Matematika
© Sahyudin 2014
Universitas Pendidikan Indonesia April 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Nanang Priatna, M. Pd
NIP.196303311988031001
Pembimbing II
Dr. Stanley Dewanto, M. Pd
NIP. 195203111980111001
Mengetahui :
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Turmudi, M. Ed, M. Sc, Ph. D
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i
ABSTRAK
. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Berpikir Kreatif Melalui Pembelajaran Diskursus Multi Representasi
Sahyudin (1204648)
Pembelajaran yang sering dilakukan pada sekolah menengah pertama biasanya menggunakan model pembelajaran langsung (PL). Pembelajaran ini lebih mengarah pada pembelajaran satu arah, dimana guru merupakan pusat informasi dan siswa hanya menerima informasi tersebut, sehingga menyebabkan siswa kurang mampu atau lemah dalam penguasaan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif.
Salah satu alternatif untuk meningkatkan kedua kemampuan tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran diskursus multi representasi (DMR). Model pembelajaran ini menekankan pada penyajian masalah sehari-hari yang bersifat kontektual sebagai sumber pembelajaran. Permasalahan utama pada penelitian ini adalah: apakah pembelajaran diskursus multi representasi dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII pada salah satu SMP di Kabupaten Pandeglang sedangkan sampel diambil secara acak dengan mengambil dua kelas yang setara menggunakan purposive sampling. Kelas pertama adalah kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan berupa model pembelajaran dengan menggunakan model diskursus multi representasi (DMR), dan kelas kedua diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung (PL) sebagai kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan tes kemampuan berpikir kreatif.
Untuk keperluan menguji hipotesis dilakukan uji ANOVA dua jalur. Berdasarkan pada hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa yang menerima pembelajaran diskursus multi representasi lebih baik dari pada siswa yang menerima pembelajaran langsung pada semua tingkat kemampuan siswa (tinggi, sedang, atau rendah). Ada pengaruh namun kurang signifikan secara bersama-sama antara pembelajaran (diskursus multi representasi dan pembelajaran langsung) untuk semua level (tingi, sedang, renah) pada kemampuan pemecahan masalah matematis, namun untuk kemampuan berpikir kreatif pengaruhnya signifikan. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif pada siswa berkemampuan sedang lebih baik dari pada siswa yang berkemampuan tinggi maupun rendah.
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iii ABSTRACT
The Enhancement of Mathematical Problem Solving Ability and Creative Thinking Ability by Multi Representatif Discorse Model
Sahyudin (2014)
Generally, a conventional-styled of mathematics learning process in secondary school is still direct instruction. In this instruction pressed on one way instruction, Where the teacher is center of information and students as object received. This situation will cause the students’ mathematical problem solving ability and creative thinking ability that is low.
One of the alternative learning approaches that can enhance problem solving ability is realistic mathematics and creative thinking ability. Multi representation discourse model considers that learning Mathematics should direct the students in using various situation and opportunity to reinvent Mathematics by their own ways. Many problems surrounding the students can be presented from various situations (context), which felt meaningful so they become learning resource. The main problem in this study is; Is learning by multi representation discourse model can enhance students’ mathematical problem solving ability and creative thinking ability.
The population of this study is all students of class VIII at secondary school in Mekarjaya 1 at Pandeglang City, whereas samples is taken from two classes is taken by purposive sampling technique. Experiment group will be given a learning treatment by multi representation discourse model, whereas control group is not given the treatment, which is learning by direct instruction model. Instrument that used are: (1) problem solving ability test and creative thinking ability test;
For hypothesis test purpose, data is analyzed by t-test, ANOVA two path- test. Based on data analyses result, the conclusion is obtained: problem solving abilities and creative thinking of students who learn multi representation discourse model are better than students who learn by using direct instruction, for whole students as well as based on students’ ability level that is high, medium and low. There is significant influence collectively between learning multi representation discourse model and direct instruction model) with students’ ability level (high, medium and low) in problem solving ability as well as creative thinking ability. The enhancement of problem solving ability and creative thinking ability of students who learn by using multi representation discourse model, in students with medium ability level are better compared with students with high ability as well as low ability level.
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR………. i
UCAPAN TERIMAKASIH……… ii
DAFTAR ISI……… iv
DAFTAR GAMBAR………... vii
DAFTAR TABEL……… viii
DAFTAR LAMPIRAN – LAMPIRAN………..…… xi
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
A.Latar Belakang………. 1
B. Rumusan Masalah……….... 7
C.Tujuan Penelitian ………. 7
D.Manfaat Penelitian ……….……….. 8
E. Definisi Operasional………..………… 9
1. Kemampuan Pemecahan Masalah ………...…. 9
2. Kemampuan Berpikir Kreatif ………..…. 9
3. Pembelajaran Diskursus Multi Representasi ….……...…. 9
4. Pembelajaran Langsung ……… 10
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS……… 11
A.Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika…..………….…. 11
1. Pengertian Masalah Matematika ……….……….. 11
2. Jenis-jenis Masalah Matematika...………. 12
3. Pemecahan Masalah Matematika…………... 13
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Ciri-Ciri Berpikir Kreatif……….….. 19
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis.……….………. 21
C. Model Pembelajaran Diskursus Multi Representasi (DMR)………... 23
1. Representasi Matematis...………...………... 23
2. Diskursus dalam Pembelajaran Matematika……..…….. 24
3. Intervensi Guru……… 26
4. Pengambilan Keputusan………..….. 28
5. Peran Kelas dalam Diskursus……….. 30
6. Tugas dalam Diskursus……….. 31
D.Model Pembelajaran Langsung………. 32
E. Perbedaan Model Pembelajaran DMR dan Model Pembelajaran Langsung ……….. 35
F. Teori Belajar Yang Mendukung………...……. 35
1. Teori Konstruktivisme ……… 36
2. Teori Belajar Bermakna………... 38
G.Hasil Penelitian yang Relevan ………...….. 39
H.Kerangka Berpikir ……….…….. 41
I. Hipotesis Penelitian………...……. 41
BAB III. METODE PENELITIAN………... 42
A. Desain Penelitian ………... 42
B. Subjek Penelitian……… 44
C. Pengelompokan Kemampuan Awal Matematika (KAM)…. 46
D. Variabel Penelitian……… 47
E. Instrumen Penelitian ……… …… 48
1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis..……. 48
2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis…………. 48
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Prosedur Penelitian ... 60
BAB IV. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ………….. 63
A.Deskripsi Hasil Tes KPM dan KBK Siswa………. 64
B.Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah …………... 68
1. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah …………. 68
2. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Berdasarkan Pembelajaran dan KAM………. 73
1) Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Berdasarkan Pembelajaran ……… 72
2) Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Berdasarkan KAM ……….……… 77
3) Analisis Interaksi Kemampuan Pemecahan Masalah
Berdasarkan Pembelajaran dan KAM……….. 79 C.Analisis Data Kemampuan Berpikir Kreatif……… 81
1. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif …………...…... 81
2. Analisis Data Kemampuan Berpikir Kreatif Berdasarkan
Pembelajaran dan KAM……… 85
1) Analisis Data Kemampuan Berpikir Kreatif
Berdasarkan Pembelajaran ……… 87
2) Analisis Data Kemampuan Berpikir Kreatif
Berdasarkan Kategori KAM ………... 90
3) Analisis Interaksi Kemampuan Berpikir Kreatif
Berdasarkan Pembelajaran dan KAM……… 91
D.Pembahasan Hasil Penelitian………. 94
1) Pembahasan Hasil Analisis Data KPM Siswa…….. 94
2) Pembahasan Hasil Analisis Data KBK Siswa…….. 96
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI……….. 98
A.Kesimpulan………. 98
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C.Rekomendasi………... 99
DAFTAR PUSTAKA……… 102
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Hal
1.1
Gambar Diagram Alur Penelitian ………...
Rata-rata dan Standar Deviasi N-Gain Kelas DMR dan PL ………..
Diagram Batang Rata-rata N-Gain KPM berdasarkan KAM………
Diagram Batang Rata-rata N-Gain KAM berdasarkan Pembelajaran.
Grafik Interaksi Antara DMR dan PL dengan KAM Pada KPM …..
Diagram Batang Rata-rata dan Standar Deviasi N-Gain KBK Kelas DMR dan PL……… Diagram Batang Rata-rata N-Gain KBK berdasarkan KAM……….
Diagram Batang Rata-rata N- Gain KAM berdasarkan Model Pembelajaran……… Grafik Interaksi Antara DMR dan PL dengan KAM Pada KBK …..
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Hal
2.1
Fase dan Peran Guru Dalam Pembelajaran Langsung………. Perbedaan Model Pembelajaran DMR dan PL……… Tabel Weiner tentang Variabel Bebas, Terikat, dan Kontrol (Kemampuan Matematika Siswa)……….. Deskripsi Kemampuan Awal Matematika (KAM) Subyek Penelitian Berdasarkan Nilai Ulangan di Semester Genap Kelas VII……….. Uji Normalitas Distribusi Data KAM Kelas DMR dan KAM PL………... Uji Homogenitas Varians Data KAM DMR dan PL………... Hasil Analisis Uji-t Data Kelas DMR dan PL………. Pengelompokan KAM Kelas DMR dan PL………. Klasifikasi Koefisien Validitas……… Interpretasi Uji Validitas Tes KPM……… Interpretasi Uji Validitas Tes KBK………...……….. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ……….. Hasil Uji Reliabilitas Tes KPM Dan KBK………. Klasifikasi Indeks Kesukaran……….. Klasifikasi Effect Size (d) ……….. Data Deskripsi Hasil Pretes KPM dan KBK siswa……… Hasil Uji Normalitas Data Pretes KPM dan KBK………. Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Pretes KPM dan KBK………….. Hasil Uji Kesamaan Rata-rata……… N-Gain Kelas untuk KPM……….. N-Gain KPM Kelas DMR dan Kelas PL Berdasarkan KAM……… Data Hasil Uji Normalitas N-Gain Berdasarkan KAM……….. Data Hasil Uji Homogenitas Varians N-Gain Berdasarkan KAM………. Data Deskripsi N-Gain KPM Siswa Berdasarkan KAM……… Data Hasil Uji ANOVA Dua Jalur KPM Berdasarkan pembelajaran dan
KAM………
Data Hasil Uji ANOVA Dua Jalur KPM Berdasarkan KAM ……… Data Hasil Uji ANOVA Dua Jalur KPM Berdasarkan pembelajaran dan KAM... Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Terkait KPM Siswa
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19
4.20 4.21
4.22
Taraf Signifikansi 5%... N-Gain Kelas DMR dan PL pada KBK ……….. N-Gain KBK Kelas DMR dan Kelas PL Berdasarkan KAM……… Uji Normalitas Disribusi Data N-Gain Kelas DMR dan PL……… Uji Homogenitas Varians Data N-Gain Kelas DMR dan PL ………. Data Deskripsi N-Gain KBK Berdasarkan KAM………... Data Hasil Uji Anova Dua Jalur KBK Berdasarkan Pembelajaran dan KAM... Data Hasil Uji Anova Dua Jalur KBK Berdasarkan KAM ……… Data Hasil Uji ANOVA Dua Jalur KBK Berdasarkan Pembelajaran dan KAM... Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Terkait Kemampuan Kemampuan Berpikir Kreatif Taraf Signifikansi 5%...
79 81 82 86 87 88
89 90
91
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
RPP Pertemuan ke-1 sampai dengan ke-5……….
Lembar Kerja Siswa………..
1
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai salah satu produk peradaban manusia senantiasa
berkembang terus seiring dengan perkembangan hidup manusia. Matematika
sebagai salah satu produk pendidikan ikut berperan dalam perkembangan
peradaban manusia, dengan perannya sebagai raja sekaligus pembantu dari ilmu
pengetahuan.
Oleh karena peran gandanya tersebut, matematika menjadi salah satu tolok
ukur dari maju mundurnya suatu negara. Ajang persaingan dalam bentuk
olimpiade–olimpiade menjadi ajang yang paling bergengsi di tingkat dunia. Negara-negara maju tidak henti-hentinya mengadakan penelitian pendidikan agar
dapat meningkatkan hasil atau prestasi dalam bidang matematika.
Selain matematika sebagai induk sekaligus pembantu ilmu pengetahuan
ternyata matematika juga dipandang dapat mengubah sikap pribadi yang
mempelajarinya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 menguraikan
tujuan pembelajaran matematika sebagai berikut :
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efesien, dan
tepat dalam pemecahan masalah;
2) Menggunakan pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika;
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh;
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
2
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pendapat yang sejalan dengan tujuan pembelajaran di atas Sumarmo
(2005) mengklasifikasikan kemampuan dasar matematika dalam lima standar
kemampuan sebagai berikut :
1. Pemahaman matematis (mathematical understanding)
2. Pemecahan masalah matematis (mathematical problem solving)
3. Penalaran matematis (mathematical reasoning)
4. Koneksi matematis (mathematical connection)
5. Komunikasi matematis (mathematical communication).
Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah salah satu dari lima
kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik seperti pendapat
Ruseffendi (1991) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah lebih
mengutamakan proses dari pada hasil, sehingga hal itu akan melatih siswa untuk
kritis, logis, dan kreatif.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) tahun 2000
mengungkapkan bahwa siswa diharapkan memiliki kemampuan koneksi dan
pemecahan masalah matematika, karena keduanya merupakan keterampilan yang
harus dibangun dan dipelajari agar kemampuan dan ketrampilan tersebut dapat
dimanfaatkan dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan kehidupan
individu sehari-hari.
Selain dua kemampuan di atas, Sumarmo (2010) mengatakan bahwa ada
efek iringan yang ditimbulkan dalam pengembangan kemampuan dan disposisi
matematis diantaranya adalah :
1) Pemahaman yang lebih dalam terhadap koneksi antar konsep ;
2) Lebih menyadari pentingnya dan kegunaan matematika dalam menyelesaikan
3
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Lebih mampu berfikir logis, kritis, sistematik, kreatif dan inovatif dalam
menyelesaikan masalah dan ;
4) Peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Salah satu dari efek iringan dari pengembangan kemampuan matematis di
atas adalah kemampuan berfikir kreatif. Kemampuan kreatif secara umum
dipahami sebagai kreativitas. Seringkali, individu yang dianggap kreatif adalah
pemikir sintesis yang benar-benar baik yang membangun koneksi antara berbagai
hal yang tidak disadari orang–orang lain secara spontan. Suatu sikap kreatif adalah sekurang-kurangnya sama pentingnya dengan keterampilan berpikir kreatif
Schunk & Zimmerman (1998). Sejalan dengan pendapat tersebut, Saefudin (2012)
mengatakan bahwa dalam pemecahan masalah matematika, diperlukan pemikiran
dan gagasan yang kreatif dalam membuat (merumuskan) dan menyelesaikan
model matematika serta menafsirkan solusi dari suatu masalah matematika.
Kondisi real di lapangan sebagaimana tergambar pada hasil
penelitian-penelitian berikut diantaranya: Rosnawati (2013) mengungkapkan data capaian
skor rata-rata peserta Indonesia pada TIMSS 2011 adalah 386. Skor ini
menandakan bahwa kemampuan Indonesia secara umum berada pada level
rendah. Selanjutnya Program For International Assessment (2003) untuk peserta
didik dengan usia 15 tahun pada literasi sains dan matematika berada pada posisi
ke-38 dari 40 negera peserta, bahkan untuk literasi membaca pada posisi ke-39
OECD (2004) begitu pula pada PISA 2009 Indonesia turun peringkatnya menjadi
61dari 65 peserta.
Selain data yang yang berskala internasional di atas terdapat skor
kemampuan awal kemampuan pemecahan masalah pada pre-tes yang dilakukan
oleh Sulastri (2012), Zamnah (2012), Effendi (2012), Amelia (2012)
menunjukkan angka yang masih rendah rata-rata dibawah 4.00. Sedangkan untuk
4
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Darodjat (2010), Budiman (2011) hasil tes kemampuan awal yang didapat masih
di bawah 3.00.
Informasi-informasi di atas menggambarkan kemampuan matematis siswa
SMP di Indonesia secara umum berada pada level rendah, karena tes yang
dilakukan oleh TIMSS dan PISA mewakili semua kamampuan matematis. Secara
khusus berdasarkan data kemampuan awal matematika (KAM) baik kemampuan
pemecahan masalah maupun kemampuan berpikir kreatif di atas masih sangat
rendah. Hal ini menunjukkan terdapat kesenjangan antara hasil belajar yang
diinginkan dengan kondisi nyata yang ada. Oleh karena itu perlu adanya usaha
untuk meningkatkan dan menumbuhkembangkan kemampuan matematis siswa.
Menurut Henningsen dan Stein (1997) mengatakan bahwa untuk
mengembangkan kemampuan matematis siswa, pembelajaran harus menjadi
lingkungan di mana siswa mampu terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan
matematika yang bermanfaat. Sejalan dengan pendapat tersebut Saefudin (2012),
mengatakan bahwa pemikiran dan gagasan yang kreatif tersebut akan muncul dan
berkembang jika proses pembelajaran matematika di dalam kelas menggunakan
model pembelajaran yang tepat.
Namun kenyataan di lapangan pembelajaran matematika masih jauh dari
harapan seperti di atas, Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa selama ini dalam
proses pembelajaran matematika di kelas pada umumnya siswa mempelajari
matematika hanya diberitahu oleh gurunya dan bukan melalui kegiatan eksplorasi.
Hal ini terbukti dengan adanya temuan oleh Wahyudin (1999) mengatakan bahwa
sebagian besar siswa tampak mengikuti dengan baik setiap penjelasan atau
infornasi dari guru, siswa sangat jarang mengajukan pertanyaan pada guru,
sehingga guru asyik sendiri menjelaskan apa yang telah disiapkannya, berarti
siswa hanya menerima saja apa yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya
Wahyudin (1999) mengatakan bahwa guru pada umunya mengajar dengan metode
5
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagian besar pemebeajaran berlangsung satu arah, dimana peran guru sebagai
pusat pemberi informasi dan siswa hanya sebagai objek pembelajaran.
Hal senada juga disampaikan Romberg & Kaput (1999) menyatakan
bahwa pembelajaran matematika yang berpijak pada model pembelajaran
langsung terdiri atas tiga segmen, yaitu (1) memeriksa PR yang lalu; (2)
menyajikan materi baru disertai contoh; dan (3) memberikan soal untuk keesokan
harinya. Lebih lanjut lagi dalam iklim pembelajaran langsung menurut Thompson
dan Senk (Turmudi, 2008) bahwa setiap unsur diperkenalkan dengan menyatakan
aturan (rule) atau rumus, aturan diikuti oleh satu contoh menerapkan rumus
tersebut kemudian memberikan soal-soal latihan. Jika hal tersebut yang dilakukan,
maka siswa hanya mengerjakan prosedur simbolik, tidak berpikir kritis dan
kreatif.
Untuk menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan berpikir kreatif tersebut, perlu adanya usaha-usaha mencoba
pembelajaran yang baru selain usaha yang selama ini dijalani yang sering disebut
dengan pembelajaran langsung. Model pembelajaran yang akan diujicobakan
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran diskursus multi representasi
(DMR). Diskursus multi representasi adalah sebuah model pembelajaran yang di
dalamnya terdiri dari sebuah proses strategi yang mempengaruhi aktivitas
pembelajaran matematika dimana dengan menkonkritisasi ide-ide matematika
yang dihadirkan dalam bentuk multi representasi.
6
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang tergambar dalam diagram sebagai berikut :
Gambar 1.1 Skema Pembelajaran DMR
Pembelajaran dengan model DMR dirancang dengan kelompok-kelompok
kecil yang terdiri atas siswa yang beragam karakteristiknya. Diharapkan dengan
dibentuknya kelompok-kelompok kecil, dan dalam satu kelompok terdiri dari
individu yang berbeda pula sehingga terjadi interaksi dalam suasana saling
menghargai dan saling berbagi dan terjadi sebuah diskursus, dan hasil dari
diskursus tersebut berupa berbagai macam representasi sebagai hasil latar
belakang yang berbeda-beda.
Model representasi matematika yang digunakan dalam pembelajaran,
selain berperan sebagai alat bantu pemahaman, juga berkaitan dengan kemampuan
dan kesiapan seseorang. Pada tahap yang lebih tinggi, di mana kemampuan dan
kesiapan siswa dalam mempelajari matematika telah berada pada tingkat tertentu,
siswa tidak lagi memerlukan bantuan sajian model konkrit, tetapi dapat berupa
representasi matematika yang lain, seperti: grafik, simbol, tabel ataupun berupa
deskripsi verbal dengan permodelannya, sedangkan kemampuan representasi
matematika seseorang, selain menunjukkan tingkat pemahaman, juga terkait erat
dengan kemampuan pemecahan masalah dalam matematika. Suatu masalah yang
dianggap rumit dan kompleks, biasanya menjadi lebih sederhana, jika strategi dan
pemanfaatan representasi matematika yang digunakan sesuai dengan
permasalahan tersebut. Sebaliknya permasalahan menjadi sulit dipecahkan jika
penggunaan representasinya keliru. Kesulitan ini menjadi semakin kompleks jika
siswa tidak dapat menemukan atau membuat representasi matematika yang tepat
karena keterbatasan referensi representasi alternatif yang dimilikinya.
Oleh karena itu otomatisasi pemilihan model representasi yang dimiliki
siswa sangat berperan dalam pengambilan keputusan strategi pemecahan masalah
matematika yang tepat dan akurat. Dari peran representasi ini menunjukkan
7
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang tidak dapat terpisahkan dengan pemahaman matematika sebagai
pengetahuan formal.
Penulis tertarik untuk mencoba menggunakan model pembelajaran DMR
sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
berpikir kreatif. Peneliti mempunyai anggapan awal bahwa dengan DMR bisa
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah dan berpikir
kreatif, karena karakteristik dari DMR yang didalamnya lebih mengedepankan
sebuah diskusi interaktif antar siswa dengan siswa lain disertai dengan
pembelajaran yang menampilkan masalah dalam bentuk multi representasi. Dari
multi representasi tersebut diharapkan siswa mempunyai kemampuan
penyelesaian masalah dan berpikir kreatif yang lebih baik.
Telah banyak penelitian yang terkait dengan kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan berpikir kreatif dengan berbagai model pembelajaran.
Untuk itu peneliti ingin mencoba meneliti dengan tema Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Siswa SMP melalui Model
Pembelajaran Diskursus Multi Representasi (DMR).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang muncul berdasarkan pada uraian latar belakang di
atas pada penelitian ini akan difokuskan pada pertanyaan-pertanyaan berikut :
1) Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model DMR lebih baik dari pada siswa yang
pembelajarannya menggunakan pembelajaran langsung (PL).
2) Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model DMR dengan
siswa yang pembelajarannya menggunakan model PL ditinjau dari
8
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Apakah ada interaksi antara pembelajaran (DMR dan PL) dengan KAM siswa
(tinggi, sedang atau rendah) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
4) Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang
pembelajarannya menggunakan model DMR lebih baik dari pada siswa yang
pembelajarannya menggunakan pembelajaran langsung (PL).
5) Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang
pembelajarannya menggunakan model DMR dengan siswa yang
pembelajarannya menggunakan model PL ditinjau dari kemampuan awal
matematis (KAM) siswa tinggi, sedang atau rendah
6) Apakah ada interaksi antara pembelajaran (DMR dan PL) dengan KAM siswa
tinggi, sedang atau rendah terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif
siswa.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah ingin mengetahui apakah
terdapat pengaruh penggunaan pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran DMR terhadap kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
berpikir kreatif siswa. Namun secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1) Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan model DMR lebih baik dari pada siswa yang
pembelajarannya menggunakan pembelajaran langsung (PL).
2) Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model DMR dengan
siswa yang pembelajarannya menggunakan model PL ditinjau dari
9
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Apakah ada interaksi antara pembelajaran (DMR dan PL) dengan KAM siswa
(tinggi, sedang atau rendah) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
4) Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang
pembelajarannya menggunakan model DMR lebih baik dari pada siswa yang
pembelajarannya menggunakan pembelajaran langsung (PL).
5) Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang
pembelajarannya menggunakan model DMR dengan siswa yang
pembelajarannya menggunakan model PL ditinjau dari kemampuan awal
matematis (KAM) siswa tinggi, sedang atau rendah
6) Apakah ada interaksi antara pembelajaran (DMR dan PL) dengan KAM siswa
tinggi, sedang atau rendah terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif
siswa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau berguna bagi :
1) Peneliti sendiri, yaitu memberikan informasi secara jelas mengenai pengaruh
dari pembelajaran dengan model DMR terhadap kemampuan pemecahan
masalah dan berpikir kreatif matematis siswa
2) Para pemangku kebijakan di sekolah, bahwa pembelajaran dengan model
DMR dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir
kreatif matematis siswa
3) Untuk para guru matematika, penelitian ini dapat memberikan motivasi bagi
para guru matematika untuk tidak putus asa dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis siswa dengan salah satu
model pembelajaran yang bisa membantu untuk mengatasi hal tersebut yaitu
10
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Untuk siswa, memberikan pengalaman baru dengan model DMR akan dapat
meningkatkan semangat belajar sehingga meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan berpikir kreatif dalam pelajaran matematika.
E. Definisi Operasional
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan
memecahkan soal-soal atau masalah matematis rutin dan tidak rutin yang tidak
dapat segera dapat dipecahkan dengan mengikuti langkah-langkah: memahami
masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan penyelesaian (melakukan
perhitungan) dan, memeriksa kembali langkah-langkah dan hasil yang diperoleh.
2. Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan dasar
matematika yang meliputi ketrampilan kelancaran (fluency), keluwesan
(flexibility), keaslian (originality), menguraikan (elaboration), dan menilai
(evaluation).
3. Pembelajaran Diskursus Multi Representasi
Pembelajaran Diskursus Multi Representasi adalah sebuah pembelajaran
yang dirancang oleh guru yang terdiri dari persiapan, pendahuluan, pelaksanaan,
penerapan dan evaluasi melalui penyajian berbagai macam bentuk representasi
matematika untuk membangkitkan siswa agar terjadi interaksi dalam kelompok
kecil dan berdiskusi dan mempresentasikan hasilnya dalam bentuk representasi
eksternal matematis.
4. Pembelajaran Langsung
Pembelajaran Langsung adalah pembelajaran yang menekankan pada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa
11
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
42
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pada penelitian ini subyek data yang diperolehnya bersifat acak, maka
peneliti menggunakan data seadanya sesuai dengan kenyataan yang ada di
lapangan. Kelas yang digunakan adalah kelas yang sudah ada tanpa
pengelompokkan kembali hanya pengambilan kelasnya saja secara acak.
Berdasarkan sifat data tersebut, maka peneliti menggunakan kuasi eksperimen.
Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yang setara dalam satu jenjang
namun dilakukan perlakuan yang berbeda. Kelas pertama adalah kelas eksperimen
yang diberikan perlakuan berupa sebuah model pembelajaran dengan
menggunakan model diskursus multi representasi (DMR), dan kelas kedua
diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung (PL) sebagai kelas
control atau kelas pembanding. Desain pada penelitian ini akan disajikan sebagai
berikut :
Kelas DMR 0 X 0
Kelas PL 0 0
Keterangan :
O : Tes yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa (pretes
dan postes)
X : Pembelajaran yang menggunakan model DMR
---
: Subjek tidak dikelompokkan secara acakPenelitian ini dilaksanakan untuk melihat adanya peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis (KPM) dan berpikir kreatif (KBK) siswa yang
mendapat pembelajaran model diskursus multi representasi (DMR) dan siswa
yang mendapatkan pembelajaran model pembelajaran langsung (PL).
Selanjutnya, untuk melihat pengaruh penggunaan kedua pendekatan
tersebut terhadap KPM dan KBK, maka dalam penelitian ini melibatkan tingkat
43
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
antar variabel bebas, terikat, dan PL disajikan dalam model Weiner yang disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 3. 1. Tabel Weiner tentang Variabel Bebas, Terikat, dan PL (Kemampuan Matematika Siswa)
Tinggi(T) DMRKPMT PLKPMT DMRKBKT PLKBKT
Sedang(S) DMRKPMS PLKPMT DMRKBKS PLKBKS Rendah(R) DMRKPMR PLKPMR DMRKBKR PLKBKR
Keterangan:
DMRKPM : Kemampuan pemecahan masalah siswa kelas DMR.
DMRKPMT : Kemampuan pemecahan masalah siswa yang pembelajarannya
menggunakan DMR kelas kemampuan tinggi.
DMRKPMS : Kemampuan pemecahan masalah siswa yang pembelajarannya
menggunakan DMR kelas kemampuan sedang.
DMRKPMR : Kemampuan pemecahan masalah siswa yang pembelajarannya
menggunakan DMR kelas kemampuan rendah.
PLKPM : Kemampuan pemecahan masalah siswa kelas PL
PLKPMT : Kemampuan pemecahan masalah siswa yang pembelajarannya
menggunakan PL kelas kemampuan tinggi.
PLKPMS : Kemampuan pemecahan masalah siswa yang pembelajarannya
menggunakan PL kelas kemampuan sedang
PLKPMR : Kemampuan pemecahan masalah siswa yang pembelajarannya
menggunakan PL kelas kemampuan rendah.
DMRKBK : Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas DMR menggunakan
DMR.
DMRKBKT : Kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya
44
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DMRKBKS : Kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya
menggunakan DMR kemampuan sedang.
DMRKBKR : Kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya
menggunakan DMR kemampuan rendah.
PLKBK : Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas PL
PLKBKT : Kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya
menggunakan PL kemampuan tinggi.
PLKBKS : Kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya
menggunakan PL kemampuan sedang
PLKBKR : Kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya
menggunakan PL kemampuan rendah.
B. Subjek Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah siswa SMPN 1 Mekarjaya tahun
pelajaran 2012/2013. Namun, untuk mempersempit dan mengingat
keterjangkauan dari populasi, maka dalam penelitian ini populasi terjangkaunya
adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Mekarjaya. Dari populasi terjangkau tersebut
diambil secara acak untuk dijadikan sampel penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan kelas PL Non-Equivalen maka dalam penentuan sampelnya
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sebuah pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu.
Selanjutnya untuk menentukan kelas DMR dan kelas PL, dilakukan
pemilihan secara acak dari masing masing kelas yang terpilih sebagai subyek
penelitian. Pengambilan dua kelas sebagai kelas DMR maupun kelas PL, dengan
harapan agar diperoleh sampel yang heterogen. Untuk keperluan kesetaraan
kemampuan awal matematika (KAM) siswa pada kedua kelas subyek penelitian
(kelas DMR dan kelas PL), dilakukan uji normalitas dan homogenitas berdasarkan
45
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelas VII). Deskripsi pengetahuan awal matematika siswa kedua kelas disajikan
46
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2
Deskripsi KAM Subyek Penelitian
Berdasarkan Nilai Ulangan di Semester Genap Kelas VII Kelas N Min Max Mean Standar Deviasi
DMR 39 55 95 73.87 11.567
PL 38 52 95 73.42 12.742
Keterangan : Skor Maksimal : 100
Tabel 3.2 di atas terlihat bahwa nilai rata-rata dan deviasi standar kedua
kelas data relatif sama, walaupun demikian kebenarannya perlu diuji secara
statistik. Untuk itu, berikut ini akan dilakukan uji normalitas dan homogenitas
variansi serta kesetaraan kedua kelas data. Hasil uji normalitas kedua kelas data
dapat dilihat pada ringkasannya yang disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.3
Uji Normalitas Distribusi Data KAM KAM DMR dan KAM PL
KAM SD Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed) DMR 73.87 11.567 0.981 0.291
PL 73.42 12.742 1.087 0.188
H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha : Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal
Dari Tabel 3.3 terlihat bahwa nilai Z Kolmogorov-Smirnov untuk kelas
DMR dan kelas PL berturut-turut 0.981 dan 1.087 dengan nilai asimtotik
signifikansi masing-masing sebesar 0.291 dan 0.188. Nilai signifikansi asimtotik
ini lebih besar dari taraf signifikansi 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kedua kelas data berasal dari populasi yang berdistribusi normal (H0 diterima).
Selanjutnya, untuk menguji homogenitas variansi kedua kelas data dilakukan uji
47
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4
Uji Homogenitas Variansi Data KAM Kelas DMR dan PL Levene Statistic (F) Sig.
0.401 0.529
H0: Tidak ada perbedaan variansi antar kedua kelas data
Ha : Ada perbedaan variansi antar kedua kelas data
Dari Tabel 3.4 terlihat bahwa nilai signifikansi statistik uji Levene 0.529.
Nilai signifikansi ini lebih besar dari taraf signifikansi 0.05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variansi kedua kelas data sama. Ini berarti kedua kelas data
memiliki variansi yang homogen (H0 diterima). Selanjutnya untuk mengetahui
kesetaraan rata-rata kedua kelas data yang ringkasannya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.5 Hasil Analisis Uji-t Data Kelas DMR dan PL
KAM KAM
Perbedaan Rata - rata T Sig. (2-tailed)
DMR dengan PL 73.87>73.42 0.162 0.871
H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata kedua kelas data
Ha : Ada perbedaan rata-rata kedua kelas data
Dengan melihat ringkasan hasil analisis pada Tabel 3.5 di atas terlihat
bahwa nilai rata-rata kelas DMR (=73.87) nilai ini lebih besar dari nilai rata-rata
kelas PL (= 73.42). Walaupun demikian, dari hasil uji t diperoleh nilai t sebesar
0.162 dan Sig. (2-tailed) adalah 0.871. Nilai sigifikansi ini lebih besar dari taraf
signifikansi 0.05 yang ditetapkan, sehingga hipotesis nol diterima, atau tidak ada
perbedaan rata-rata kedua kelas data. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa
data KAM kedua kelas (DMR dan PL) setara. Atau dengan kata lain KAM kelas
DMR dan PL sama.
C.Pengelompokan KAM
Penelitian ini dikembangkan tidak hanya secara global untuk semua siswa namun dilakukan perkelas siswa yang terdiri dari dari kemampuan tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan rendah. Diharapkan akan terlihat bagaimana peningkatan pemecahan masalah dan berpikir kreatif secara rinci pada tiap-tiap jenjang kemampuan.
Batas pengelompokan kedudukan siswa adalah sebagai berikut : - Kelompok Kemampuan atas
48
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(x ≥x+1SD).
- Kelompok Kemampuan sedang
Adalah semua siswa yang mempunyai skor antara rata-rata –1 kali SD sd
rata-rata +1kali SD ( x-1SD≤x<x+1SD). - Kelompok Kemampuan rendah
Adalah semua siswa yang mempunyai skor di bawah rata-rata – 1 kali SD ( <
x-1SD). (Arikunto, S. 2012)
Berdasarkan ketentuan di atas, maka hasil pengelompkan tersebut :
1. Mean(x) KAM DMR = 73.87
Tabel 3.6. Pengelompokan KAM DMR dan PL
49
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 16
72 73
17 70 72
18 70
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini mengandung tiga variabel yang terdiri dari
satu variabel bebas dan dua variabel terikat yang terinci sebagai berikut:
1. Variabel model pembelajaran sebagai variabel bebas yaitu variabel yang
mempengaruhi atau variabel penyebab
2. Variabel kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif
matematis sebagai variabel terikat, yaitu variabel yang tergantung pada
variabel bebas.
E. Instrumen Penelitian
Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen yang disusun
dalam bentuk tes kemampuan matematika yang akan dijawab oleh responden
secara tertulis. Tes kemampuan matematika yang digunakan adalah tes
kemampuan matematika berkaitan dengan KPM dan KBK. Untuk mengetahui
kemampuan ini akan terlihat dari proses kerja siswa, sehingga penulis
menggunakan tes uraian. Adapun gambaran atau deskripsi dari instrumen tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut .
1. Tes KPM
Tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah (KPM) ini disusun
dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan prosedur penyusunan instrumen
yang baik dan benar. Indikator yang diukur dalam tes ini adalah: memahami
masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan penyelesaian atau
melakukan perhitungan, dan memeriksa langkah-langkah penyelesaian dan hasil
yang diperoleh. Tes KPM yang yang disusun terdiri dari 6 butir soal, dan setiap
50
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tes Kemampun Berpikir Kreatif Matematis
Tes untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif (KBK) ini disusun dan
dikembangkan oleh peneliti berdasarkan prosedur penyusunan instrumen yang
baik dan benar. Indikator yang diukur dalam tes tersebut adalah:
kefasihan/kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), peguraian (elaboration),
dan hal yang baru (originality). Tes kemampuan berpikir kreatif terdiri dari 6 butir
soal, setiap indikator KBK masing-masing diukur dengan minimal 1 butir soal.
Untuk mendapatkan instrumen penelitian yang baik maka perlu dilakukan
langkah-langkah penyusunan kisi-kisi, penyusunan butir soal dan selanjutnya di
uji cobakan terlebih dulu pada kelas satu tingkat di atasnya yaitu kelas IX dengan
jenjang yang sama untuk mendapatkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran
dan daya pembeda, yang diuraikan lebih jelas pada bagian berikut ini.
1) Analisis Validitas Soal
Validitas soal merupakan sesuatu yang mutlak melekat pada sebuah
soal, karena nilai kevalidan suatu soal akan mempengaruhi hasil penilaiannya.
Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau shahih) apabila alat tersebut dapat
mampu mengevalusi apa yang seharusnya di evaluasi (Suherman, 20003).
Jadi semakin semakin valid suatu soal maka akan semakin tepat hasil
evaluasi yang diperoleh. Sehingga hasil evaluasinya akan menunjukkan kondisi
yang sesungguhnya pada suatu objek evaluasi.
Penentuan validitas berdasarkan data skor siswa yang didapat setelah
instrumen diujicobakan terlebih dahulu, untuk menganalisisnya digunakan
software Anates Versi 4.0.7
Interpretasi yang lebih rinci mengenai perhitungan tersebut dibagi ke
dalam kategori-kategori seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7. Klasifikasi Koefisien Validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0.90<rxy<1.00 Sangat tinggi
0.70<rxy<0.90 Tinggi
51
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0.20<rxy<0.40 Rendah
0.00<rxy<0.20 Sangat rendah
rxy<0.00 Tidak Valid
Hasil analisis soal untuk kemampuan pemecahan masalah dan berpikir
kreatif menggunakan Anates Versi 4.0.7 dapat dilihat pada tabel 3.12 dan 3.13
berikut:
Tabel 3.8 Interpretasi Uji Validitas Tes KPM
No. Soal Korelasi Interpretasi Validitas Signifikasi 1 0.875 Tinggi Sangat Signifikan 2 0.892 Tinggi Sangat Signifikan 3 0.701 Tinggi Sangat Signifikan 4 0.738 Tinggi Sangat Signifikan 5 0.777 Tinggi Sangat Signifikan 6 0.796 Tinggi Sangat Signifikan
Tabel 3.9 Interpretasi Uji Validitas Tes KBK
No. Soal Korelasi Interpretasi Validitas Signifikasi
1 0.944 Sangat tinggi Sangat Signifikan 2 0.870 Tinggi Sangat Signifikan 3 0.899 Tinggi Sangat Signifikan 4 0.725 Tinggi Sangat Signifikan 5 0.877 Tinggi Sangat Signifikan 6 0.883 Tinggi Sangat Signifikan
Dari tabel 3.8 dan 3.9 di atas menunjukkan bahwa enam butir soal KPM
dan soal KBK mempunyai validitas rxy korelasi yang tinggi bahkan pada soal
nomor 1 berpikir kreatif rxy sangat tinggi, artinya semua soal mempunyai korelasi
yang sangat signifikan.
2) Analisis Realibilitas Soal
Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu
alat yang memberikan hasil yang tetap sama/konsisten atau ajeg. Hasil
pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukuran yang diberikan
pada subjek yang sama, meskipun dilakukan oleh orang berbeda, waktu yang
52
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan kondisi. Alat ukur yang realibilatasnya tinggi disebut alat ukur yang reliabel
(Suherman, 2003).
Peneliti menggunakan program anates versi 4.0.7 untuk menghitung
koefisien reliabilitas seperti pada perhitungan validitas butir soal. Hasil uji coba di
cocokan dengan klasisifikasi Guilford (Suherman, 2003), seperti yang ditunjukkan
pada tabel 3.10 berikut:
Tabel. 3.10 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi
0.90< r11<1.00 Sangat tinggi
0.70< r11<0.90 Tinggi
0.40< r11<0.70 Sedang
0.20< r11<0.40 Rendah
r11<2.00 Sangat rendah
Hasil perhitungan reliabilitas soal dapat di lihat pada hasil uji realibilitas
untuk tes KPM dan KBK pada tabel 3.11 berikut ini:
Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Tes KPM Dan KBK
Kemampuan Koefisien Reliabilitas Interpretasi
KPM 0.88 Tinggi
KBK 0.97 Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 3.11, terlihat bahwa reliabilitas tes KPM termasuk dalam
kategori tinggi, dan untuk tes KBK termasuk kategori sangat tinggi. Hal ini berarti
kedua instrumen ini reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur.
3) Analisis Indeks Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit
atau sukar. Angka yang menunjukkan derajat kesukaran suatu butir soal disebut
indeks kesukaran (Suherman, 2003). Berikut adalah klasifikasi indeks kesukaran
yang menjadi acuan, seperti dalam tabel 3.12 berikut:
53
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
IK=1.00 Soal Sangat Mudah 0.70< IK<1.00 Soal Mudah 0.30< IK <0.70 Soal Sedang 0.00< IK <0.30 Soal Sukar
IK=0.00 Sangat sukar
Hasil analisis menggunakan software Anates versi 4.0.7, dihasilkan uji
tingkat kesukaran untuk tes KPM dan KBK terlihat pada tabel berikut dibawah
ini.
Tabel 3.13 Tingkat Kesukaran Tes KPM
Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0.73 Mudah
Tabel 3.14 Tingkat Kesukaran Tes KBK
Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0.72 Mudah
4) Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa kurang pandai atau
54
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
soal dihitung dengan menggunakan program Anates Versi 4.0.7. Adapun kriteria
pengklasifikasian yang banyak digunakan sebagai ketentuan penafsiran kofisien
daya pembeda setiap butir soal adalah sebagai berikut (Suherman, 2003).
Tabel. 3.15 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda Koefisien Daya Pembeda Interpretasi
0.70< DP<1.00 Sangat baik 0.40< DP<0.70 Baik 0.20< DP<0.40 Cukup 0.00< DP<2.00 Jelek
DP<0.00 Sangat jelek
Hasil perhitungan daya pembeda soal KPM dan KBK didapat data seperti
tertera dalam tabel 3.16 dan 3.17 berikut:
Tabel 3.16
Daya Pembeda Tes KPM
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0.38 Cukup
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0.52 Baik
pembeda yang cukup oleh karena itu instrumen soal KPM layak untuk dijadikan
55
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada Tabel 3.17 soal KBK semuanya mempunyai daya beda baik semua
sehingga dapat disimpulkan bahwa soal KBK juga layak digunakan sebagai
instrumen dalam penelitian ini.
Dari kedua Tabel di atas maka dapat disimpulkan walaupun tidak pada
posisi baik namun instrumen tersebut cukup berfungsi untuk membedakan anatara
kelopok berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
5) Analisis Data Tes KPM dan KBK
Mengetahui terdapat tidaknya perbedaan KPM dan KBK siswa pada
pembelajaran dengan model DMR dan pembelajaran PL, perlu dilakukan uji
perbedaan rata-rata. KPM dan KBK matematis siswa dapat diketahui dengan
menggunakan instrumen berupa tes yang berupa pre dan pos test.
Setelah diperoleh data pretes dan postest, dan kemudian disajikan dalam
bentuk tabel. Setelah selesai, dihitung rata-rata dan standar deviasi skor pretes dan
postes. Kemudian dihitung gain ternormalisasinya dengan kriteria indeks gain
(Hake, 1999). Untuk mendapatkan indeks tersebut menggunakan rumus :
)
Dengan kriteria indeks –gain seperti pada tabel 3.18 di bawah ini :
Tabel 3.18 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi
Skor Gain Interpretasi
g>0,70 Tinggi
Sedang
g < 0,30 Rendah
Perhitungan N-Gain ini dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan
faktor tebakan siswa dan efek nilai tertinggi sehingga terhindar dari kesimpulan
yang bias menurut Hake dalam(Nurhayati, 2013). Rentang nilai N-Gain adalah 0
sampai dengan 1. Selanjutnya, nilai N-Gain inilah yang diolah, dan
pengolahannya disesuaikan dengan permasalahan dan hipotesis yang diajukan.
56
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Uji Statistik
Setelah didapatkan skor normalized gain, langkah selanjutnya yaitu
melakukan uji statistik. Sebelum dilakukan uji tersebut sebelumnya dilakukan uji
asumsi statistik yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas variansi.
a) Uji Normalitas
Pengujian normalitas data normalized gain dilakukan untuk mengetahui
apakah data normalized gain KPM dan KBK siswa berdistribusi normal atau
tidak. Perhitungan uji normalitas skor gain ternormalisasi dilakukan dengan
menggunakan uji kolmogorov smirnov-z dengan bantuan IBM SPSS versi 17.0.
Langkah perhitungan uji normalitas pada setiap data skor gain ternormalisasi
adalah sebagai berikut.
1) Perumusan Hipotesis
H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2) Dasar pengambilan keputusan
Jika Asymp sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak
Jika Asymp sig > 0,05 maka H0 diterima
b) Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas varians data normalized gain antara kelompok DMR
dan PL dilakukan untuk mengetahui apakah variansi data normalized gain kedua
kelompok sama atau berbeda. Perhitungan uji homogenitas variansi data gain
ternormalisasi menggunakan uji statistik levene test dengan bantuan IBM SPSS
versi 17.0. Langkah-langkah perhitungan uji homogenitas variansi adalah sebagai
berikut.
1) Permusan Hipotesis
H0 :
Variansi gain ternormalisasi siswa kedua kelas homogen
H1 :
57
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
: variansi skor gain ternormalisasi kelas DMR
: variansi skor gain ternormalisasi kelas PL
2) Dasar Pengambilan Keputusan Jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak
Jika Sig > 0,05 maka H0 diterima
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi statistik, langkah selanjutnya melakukan uji
hipotesis. Perhitungan statistik dalam menguji hipotesis dilakukan dengan bantuan
IBM SPSS versi 18.0. Langkah-langkah melakukan uji hipotesis adalah sebagai
berikut.
a) Uji perbedaan dua rata-rata data pretest
Uji perbedaan dua rata-rata pretest dilakukan menggunakan uji t
independen (independent sample t test). Langkah-langkah perhitungan melakukan
uji perbedaan dua rata-rata skor pretest pada kedua kelompok adalah sebagai
berikut.
1) Perumusan Hipotesis
Rata-rata skor pretest kelas DMR dan PL tidak berbeda
Rata-rata skor pretest kelas DMR dan PL berbeda
Keterangan:
: Rata-rata skor pretest kelas DMR
: Rata-rata skor pretest kelas PL 2) Dasar Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
membandingkan nilai probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05 atau dengan
58
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai
probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05, maka kriterianya adalah sebagai berikut. Jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak
Jika Sig > 0,05 maka H0 diterima
Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai t
hitung dan t tabel, maka kriteriaya yaitu terima H0 jika – t 1- ½α < t hitung < t 1- ½α,
dimana t 1- ½α didapat dari daftar tabel t dengan dk = ( n1 + n2 – 1) dan peluang
1- ½α sedangkan untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.
Perhitungan tersebut berlaku jika skor pretest berdistribusi normal dan
homogen. Jika skor pretest berdistribusi normal namun tidak homogen, maka perhitungannya menggunakan uji t’ atau dalam output SPSS yang diperhatikan adalah equal varians not assumed. Jika skor pretest tidak berdistribusi normal,
maka perhitungan uji dua rata-rata menggunakan uji statistik non parametrik yaitu
uji Man-Whitney U.
b) Uji Anova Dua Jalur
Dalam menguji hipotesis pertama sampai ke enam dilakukan uji anova dua
jalur. Tabel 3.19 berikut menyajikan tabel anova dua jalur tersebut.
Tabel 3.19 Tabel ANOVA Dua Jalur
Sumber Jumlah
JKa : Jumlah kuadrat menurut faktor A
JKb : Jumlah kuadrat menurut faktor B
59
Sahyudin, 2014
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif siswa melalui model pembelajaran diskursus multi representasi (DRM)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
JKi : Jumlah kuadrat inter kelompok
n : Banyaknya anggota per kelompok
K : Banyaknya kolom
J : Banyaknya baris
(Ruseffendi, 1993)
Dari Tabel 3.19 di atas dapat diperoleh tiga output yaitu:
1) Kelas : pada baris kelas dapat diperoleh informasi untuk menjawab uji
hipotesis pertama dan ke empat. Perhitungan statistik dalam menguji hipotesis
dilakukan dengan bantuan IBM SPSS versi 17.0. Langkah-langkah melakukan
uji hipotesis adalah sebagai berikut.
(a) Perumusan Hipotesis
H0 : µ N-Gain. DMR = µ N-Gain. PL
Rata-rata peningkatan KPM dan KBK siswa yang dalam
pembelajarannya menggunakan DMR sama dengan siswa yang
dalam pembelajarannya menggunakan PL
H1 : µ N-Gain. DMR > µ N-Gain. PL
Rata-rata peningkatan KPM dan KBK siswa yang dalam
pembelajarannya menggunakan DMR lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan PL
(b) Dasar Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
membandingkan nilai probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05 atau dengan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel.
Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai
probabilitas (nilai sig) dengan α=0,05, maka kriterianya adalah sebagai
berikut.
Jika Sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak