• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Strategi Pemecahan Masalah Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa di Kelas V MI Al Mursyidiyyah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Strategi Pemecahan Masalah Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa di Kelas V MI Al Mursyidiyyah."

Copied!
239
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMECAHAN MASALAH POLYA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KREATIF MATEMATIS SISWA DI KELAS V MI AL

MURSYIDIYYAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Nuraprilliani NIM 109018300114

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Nuraprilliani (109018300114), Efektivitas Strategi Pemecahan Masalah Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa di Kelas V MI Al Mursyidiyyah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan strategi pemecahan masalah Polya dalam meningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa aspek berpikir luwes (flexibility) dan berpikir terperinci (elaboration). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan subjek penelitian 25 siswa di MI Al Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang. Data dikumpulkan melalui tes, observasi, wawancara dan angket.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa pembelajaran matematika menggunakan strategi pemecahan masalah Polya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil rata-rata tes akhir siklus I sebesar 62,4 menjadi 79,1 pada siklus II. Aktivitas siswa mengalami peningkatan rata-rata presentase pada siklus I sebesar 60,94 % termasuk kategori baik menjadi 85,16 % termasuk kategori sangat baik pada siklus II. Selain itu siswa menunjukan respon positif terhadap strategi yang digunakan.

(6)

ii

ABSTRACT

Nuraprilliani (109018300114), The Effectiveness of Polya Problem Solving Strategy to Enhance the Ability of Students’ Mathematical Creative Thinking in the Fifth Grade of MI Al Mursyidiyyah.

The purpose of this study is to analyze the use of Polya problem solving

strategy to increase the ability of students’ mathematical creative thinking on

flexibility aspect and elaboration aspect. The method used is classroom action research which the subject of the research is 25 students of MI Al Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang. The data was collected by test, observation, interview, and questionnaire.

The research findings showed that the learning process of mathematics

subject by using Polya problem solving strategy can enhance the students’

mathematical creative thinking. The improvement can be seen on the average result of cycle I test 62,4 become 79,1 on cycle II. The students’ activity increase at the average percentage on cycle I 60,94%, including in good category become 85,16%, including in excellent category on cycle II. Moreover, the students showed the positive response towards the strategy.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat bimbingan, pengarahan,

do’a, serta dukungan dari berbagai pihak yang sangat membantu, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebagai ungkapan rasa hormat kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Fauzan, M.A, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing selama masa perkuliahan. 3. Bapak Dr. Kadir, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan staf Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

5. Ibu Hj. Murdati, S.Ag, selaku kepala sekolah MI Al Mursyidiyyah yang telah mengizinkan melakukan penelitian di sekolah tersebut.

6. Ibu Hj. Umi Kalsum, S.Ag, selaku guru bidang studi matematika, Ibu Irma Handayani, S.Ag, selaku wakil kepala sekolah, segenap guru serta siswa siswi kelas V MI Al Mursyidiyyah yang telah membantu selama melaksanakan penelitian.

(8)

iv

Yusuf Wibiksono, Dedi, Mul, dan Setyo Wibowo yang tak henti-hentinya

mendo’akan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan

materil kepadaku, serta keponakanku Andika Prasetyo dan Rama tersayang dengan semua kecerian bersama kalian. Semoga Allah SWT memberikan balasan terindah dan terbaik untuk kalian semua.

8. Sahabat-sahabat kosan Maret, Ira, Eka, Liza, Nerfi, Cimi, Yuni, Diah, dan Rahma yang selama 4 tahun ini yang telah menemani dan memberikan kenangan terindah semoga tali silaturahmi dan persahabatan kita selalu terjalin dengan baik.

9. Sahabat hati yang selalu sabar memberikan dukungan dan semangat Muhammad Soleh Subekhan.

10.Kepada seluruh mahasiswa/i seperjuangan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2009, khususnya kelas C. Semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan di masa mendatang.

11.Kepada seluruh keluarga besar IMT Ciputat yang telah memberikan pengalaman organisasi yang sangat berharga bagi penulis. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Hanya do’a yang penulis panjatkan semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan terindah dari Allah SWT, amiin.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan.

Jakarta, Maret 2014

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ... 8

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 8

1. Pembelajaran Matematika ... 8

a. Pengertian Belajar ... 8

b. Hakekat Matematika dan Pembelajaran Matematika ... 9

2. Pengertian Efektivitas ... 10

3. Strategi Pemecahan Masalah Polya ... 11

4. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 17

a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 17

(10)

vi

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 21

C. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 23

C. Subjek Penelitian ... 26

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 26

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 27

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan... 30

G. Data dan Sumber Data... 30

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 30

I. Teknik Pengumpulan Data ... 32

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 34

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 37

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan... 38

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Deskripsi Data ... 39

B. Analisis Data ... 86

C. Pembahasan ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran-Saran... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Strategi Pemecahan Masalah Menurut Para Ahli ... 12

Tabel 3.1 Tahap Penelitian Kegiatan Pendahuluan... 27

Tabel 3.2 Tahap Penelitian Siklus I ... 28

Tabel 3.3 Tahap Penelitian Siklus II ... 29

Tabel 3.4 Analisis Penskoran Jawaban Angket ... 34

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 36

Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 37

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran Siswa Siklus I ... 55

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Mengajar Siklus I ... 58

Tabel 4.3 Hasil Angket Siklus I ... 60

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Siklus I ... 62

Tabel 4.5 Hasil Refleksi Strategi Pemecahan Masalah Polya... 65

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran Siswa Siklus II ... 77

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Mengajar Siklus II ... 80

Tabel 4.8 Hasil Angket Siklus II ... 82

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Siklus II ... 83

Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran Siswa Siklus I dan Siklus II Kreatif Matematis Siswa ... 87

Tabel 4.11 Statistik Deskriptif Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 88

(12)

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Poligon Dan Histogram Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa Siklus I ... 63 Grafik 4.2 Grafik Poligon Dan Histogram Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Desain PTK Model Kurt Lewin ... 25

Gambar 4.1 Hasil Jawaban Siswa ... 43

Gambar 4.2 Kegiatan siswa mengerjakan soal secara berkelompok ... 48

Gambar 4.3 Jawaban hasil diskusi kelompok ... 48

Gambar 4.4 Siswa sedang menuliskan hasil jawaban di depan kelas ... 52

Gambar 4.5 Siswa sedang mengerjakan soal tes akhir siklus I ... 54

Gambar 4.6 Aktivitas siswa saat pembelajaran di kelas pada siklus I ... 57

Gambar 4.7 Aktivitas siswa saat pembelajaran di kelas pada siklus II ... 72

Gambar 4.8 Contoh jawaban tes siklus I ... 94

Gambar 4.9 Contoh jawaban tes siklus II ... 95

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 102

Lampiran 2 Materi... 124

Lampiran 3 Lembar Kerja Kelompok ... 139

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa ... 145

Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 163

Lampiran 6 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siklus I ... 164

Lampiran 7 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siklus II ... 166

Lampiran 8 Kunci Jawaban Tes Siklus I... 168

Lampiran 9 Kunci Jawaban Tes Siklus II ... 172

Lampiran 10 Hasil Validitas Instrumen Tes ... 177

Lampiran 11 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes ... 178

Lampiran 12 Hasil Daya Pembeda Instrumen Tes ... 179

Lampiran 13 Hasil Tingkat Kesukaran ... 180

Lampiran 14 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Siswa Siklus I ... 181

Lampiran 15 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Siswa Siklus II ... 182

Lampiran 16 Hasil Perhitungan Distribusi Frekuensi Siswa Siklus I ... 183

Lampiran 17 Hasil Perhitungan Distribusi Frekuensi Siswa Siklus II ... 186

Lampiran 18 Hasil Perhitungan Mean, Presentase, dan Standar Deviasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Tes Siklus I ... 189

Lampiran 19 Hasil Perhitungan Mean, Presentase, dan Standar Deviasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Tes Siklus II .... 190

(15)

xi

Lampiran 21 Langkah-Langkah Perhitungan Mean, Standar Deviasi, dan Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Berdasarkan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa Siklus I ... 192

Lampiran 22 Langkah-Langkah Perhitungan Mean, Standar Deviasi, dan Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Berdasarkan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Siklus I ... 193

Lampiran 23 Lembar Koisioner Tanggapan Siswa ... 194

Lampiran 24 Hasil Perhitungan Angket Siklus I ... 195

Lampiran 25 Hasil Perhitungan Angket Siklus II ... 197

Lampiran 26 Pedoman Wawancara Guru ... 199

Lampiran 27 Hasil Wawancara dengan Guru ... 201

Lampiran 28 Pedoman Wawancara Siswa ... 206

Lampiran 29 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 207

Lampiran 30 Pedoman Observasi Guru Dalam Mengajar ... 209

Lampiran 31 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa ... 214

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan dasar. Di samping itu juga berfungsi mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.1 Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dikuti oleh siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah bahkan sampai ke perguruan tinggi yang diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif sesuai pada Standar Kompetensi Tingkat SD, MI dan SDLB pada kurikulum KTSP 2006. Hal ini disebabkan matematika sangat dibutuhkan dan berguna hampir di semua bidang studi yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dan kompleks. Maka guna mengimbangi tuntutan laju perkembangan IPTEK tersebut kiranya menuntut kita untuk memahami, melatih diri agar terampil dalam memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu kemampuan utama yang memegang peranan penting dalam perkembangan manusia adalah kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat. Hal baru itu tidak perlu selalu sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya, tetapi menemukan kombinasi baru, hubungan baru, konstruk baru yang memiliki

1

(17)

kualitas yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Jadi hal baru itu adalah sesuatu yang sifatnya inovatif..2

Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan tak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan Negara tergantung pada sumbangan kreatif berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan tekhnologi baru dari anggota masyarakatnya. Untuk mencapai hal itu perlulah sikap dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan tetapi menghasilkan pengetahuan baru tidak hanya menjadi pencari kerja tetapi mampu menciptakan pekerjaan baru atau wiraswasta.

Dalam pendidikan, guru mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dalam mewujudkan potensi anak. Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik berarti mewujudkan kemampuan potensial mereka dalam menciptakan sesuatu yang baru. Siks menekankan bahwa hanya sedikit mata pelajaran yang diajarkan dengan cara yang begitu kaku berdasarkan buku teks, tanpa imajinasi terutama pada tingkat sekolah dasar seperti matematika, padahal matematika bagitu penting bagi siswa berbakat pada abad otomatisasi dan tekhnologi ini.3 Oleh karena itu salah satu hal untuk mewujudkan potensi anak sejak dini yang dapat dilakukan pendidik kepada siswa adalah dengan cara mengajarkan berpikir kreatif melalui pembelajaran matematika di sekolah.

Pengembangan kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu fokus pembelajaran matematika. Namun di lingkungan sekolah, siswa kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya karena kurikulum yang begitu padat. Hal lainnya kebanyakan soal atau masalah yang diberikan guru atau sekolah penekanannya lebih pada hafalan dan menuntut siswa untuk dipecahkan dengan pemikiran konvergen yaitu menuju satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Sebaliknya pemikiran divergen atau

2

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 104.

3

(18)

3

pemikiran kreatif yang menuntut siswa mencetuskan lebih dari satu kemungkinan jawaban atau pemecahan masalah jarang dilatih oleh guru. Sehingga mengakibatkan kemampuan berpikir kreatif siswa rendah dan tidak berkembang.

Fakta dilapanganpun menunjukan hal yang sama, berdasarkan hasil observasi menunjukan guru kurang mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah. Soal-soal yang diberikan guru tergolong mudah dan kurang bervariasi sehingga siswa tidak terbiasa dan mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal yang sulit dan berbeda dari contoh yang guru berikan. Sehingga dari cara mengerjakanpun siswa belum menunjukan kemampuan berpikir kreatifnya. Selain itu, cara penyelesaian soal matematika setiap siswa terlihat homogen, masih terpaku pada contoh pengerjaan di buku paket dan tidak ada yang mengerjakan soal dengan cara penyelesaian selain yang diajarkan guru karena takut salah. Padahal yang dikehendaki adalah para siswa dapat memberikan alasan atas proses pemikiran mereka dalam mendapatkan jawabannya secara lancar, luwes, orisinal dan terperinci.

Dengan demikian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berupa kemampuan untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu memberikan macam-macam kemungkinan jawaban secara lancar, fleksibel atau luwes dan orisinal,4 kurang dirangsang dan kurang mendapat perhatian guru. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang akan memberikan peserta didik kesempatan untuk melakukan identifikasi masalah matematika yang mendalam terutama dalam pokok bahasan luas bangun datar. Sehingga dapat mengkontruksi dengan berbagai ide-ide, opsi atau alternatif-alternatif segala pemecahannya secara kreatif.

Siswa sekolah dasar umumnya berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun. Menurut piaget, mereka berada pada fase operasioanal konkret dimana dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika masih

4

(19)

terikat dengan objek yang bersifat konkret.5 Dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai kurikulum dan pola pikir siswa. Karena dalam mengajarkan matematika guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika.

Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang mendukung kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah siswa terkait dalam pembelajaran matematika adalah strategi pemecahan masalah Polya. Pemecahan masalah merupakan suatu usaha memecahkan masalah dan salah satu manfaat pemecahan masalah Polya dapat menjadikan siswa lebih berhati-hati dalam mengenali tahap-tahap pemecahan masalah dengan kerangka kerja yang tersusun rapi dalam membantunya menyelesaikan soal. George Polya memberikan proses penyelesaian masalah secara rinci bagaimana suatu masalah dapat diselesaikan yang terkenal dengan Heuristik Polya, yaitu: memahami masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana dan meninjau kembali.

Menurut Polya matematika dianggap sulit oleh para siswa dikarenakan terlalu sering dihadapkan pada persoalan kaku, siswa tidak ditekankan terlebih dahulu tentang pemahaman, rencana-rencana yang dilakukan agar dapat menyelesaikan soal, sehingga soal terlihat oleh siswa sebagai sesuatu yang mudah dan menimbulkan ketertarikan untuk menyelesaikan.6

Dengan kata lain, para siswa harus menerapkan apa yang telah mereka pelajari dan memikirkan prosedur pemikiran mereka. Karena belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.7 Dengan tahapan-tahapan yang dikemukakan

5

Heruman, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.2.

6

Gelar Dwirahayu (eds.), Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar: Sebuah Antologi”, (Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007), h. 52.

7

(20)

5

Polya tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematika. Disini peneliti mencoba menggunakan penelitian tindakan pada pokok bahasan luas bangun datar sederhana. Oleh karena itu penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Strategi Pemecahan Masalah Polya untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa di Kelas V MI Al Mursyidiyyah”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan seperti:

1. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam pembelajaran matematika.

2. Pembelajaran matematika di kelas belum memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis

3. Siswa kurang terlatih untuk menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematika karena soal-soal yang diberikan guru tergolong mudah dan kurang bervariasi.

4. Cara penyelesaian soal-soal matematika siswa homogen, masih terpaku pada apa yang diajarkan guru maupun contoh pengerjaan di buku paket.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Untuk memudahkan penyusunan skripsi dan agar tidak menimbulkan penafsiran berbeda-beda, jelas dan tidak meluas maka penelitian ini memberi batasan pada hal-hal sebagai berikut:

(21)

2. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang akan ditingkatkan pada penelitian ini terbatas pada indikator berpikir luwes (flexibility) dan berpikir terperinci (elaboration).

3. Materi luas bangun datar yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi luas persegi panjang, luas persegi, luas segitiga, luas jajar genjang, luas trapesium dan luas layang-layang.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah strategi pemecahan masalah Polya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di kelas V MI Al Mursidiyyah?

2. Bagaimana aktivitas belajar matematika siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah Polya? 3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan strategi pemecahan masalah Polya?

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah diterapkannya strategi pemecahan masalah Polya.

2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika setelah diterapkannya strategi pemecahan masalah Polya.

3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan strategi pemecahan masalah Polya

Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

(22)

7

menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematika. Sebagai bekal dimasa yang akan datang agar menjadi pribadi yang kreatif dan mampu bersaing di masyarakat.

2. Guru

Sebagai bahan masukan untuk lebih memotivasi siswa dalam belajar matematika serta dapat membantu siswanya dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis agar dapat dijadikan bahan untuk perubahan pengajaran yang lebih baik dan dapat mengurangi permasalahan yang dihadapi siswa.

3. Peneliti

(23)

8

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Adapun proses kegiatan belajar mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang, perubahan yang terjadi berlaku dalam waktu relatif lama dan disertai usaha.8 Perubahan yang dimaksudkan adalah terjadi dalam berbagai bentuk perilaku dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Bloom, perubahan tingkah laku yang didapat setelah proses belajar dapat diamati melalui tiga ranah yaitu meliputi:

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan kemampuan intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian..

2. Ranah afektif, berkenaan dengan kemampuan emosional atau sikap dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai dan karakterisasi diri.

8

(24)

9

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan.9

b. Hakekat Matematika dan Pembelajaran Matematika

Berdasarkan asal katanya matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan berpikir (bernalar).10 Menurut Ruseffendi, matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman maupun aktivitas manusia secara empiris, kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.11

Menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.12

Menurut James dan James, matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya yang terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.13 Bidang studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang, yaitu aritmatika, aljabar dan geometri. Aritmatika merupakan cabang matematika yang mencakup pengetahuan tentang bilangan, sedangkan aljabar berkenaan dengan penggunaan abjad dalam aritmatika, dan geometri berkenaan dengan titik dan garis.14

9

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung:Alfabeta, 2010), h. 33.

10

Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung:UPI Press, 2006) h.3.

11

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA UPI, 2001), h. 18.

12

Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 202

13

Suherman, loc. cit.

14

(25)

Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa.15 Dengan demikian pembelajaran matematika adalah suatu upaya membelajarkan siswa untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi dengan menghubungkan informasi maupun pengetahuan yang telah dimiliki dalam struktur berpikirnya berupa konsep-konsep matematika.

2. Pengertian Efektivitas

Efektivitas memiliki arti ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan. Efektif merupakan kata dasarnya yang berarti berhasil dan tepat guna, sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas.16 Menurut Mulyasa,

“Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju dan bagaimana suatu organisasi berhasil dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.17 Sehingga sesuatu dapat dikatakan efektif jika dapat memberikan hasil yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan atau sudah mampu mewujudkan tujuan dalam aspek yang dikerjakan tersebut.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa dalam penelitian ini dapat dikatakan efektif jika pada penggunaan strategi pemecahan masalah Polya dapat mencapai sasaran atau tujuan yang ditentukan sebelumnya, sesuai dengan yang diinginkan yaitu peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, aktivitas belajar siswa, dan respon atau tanggapan siswa mengenai pembelajaran menggunakan strtaegi pemecahan masalah Polya yang ditandai jika presentase peningkatannya melebihi kriteria batas minimal yang ditentukan sebelumnya.

15

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.2.

16

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Gitamedia Press, 2006) h. 100.

17

(26)

11

3. Strategi Pemecahan Masalah Polya

Secara harfiah, kata “strategi” dapat diartikan sebagai seni (art) melaksanakan stratagem yakni siasat atau rencana. Sedangkan dalam perspektif psikologi, kata strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Menurut Michael J. Lawson, “Mengartikan strategi sebagai prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang

menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan tertentu”.18

Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.

Hakikat pemecahan masalah adalah melakukan operasi prosedural urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistematis, sebagai seorang pemula

(novice) memecahkan suatu masalah.19 Lerner mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen yaitu konsep, keterampilan dan pemecahan masalah. Konsep menunjuk pada pemahaman dasar, keterampilan menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang yang cenderung berkembang dan dapat ditingkatkan melalui latihan, sedangkan pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan. Pemecahan masalah menekankan pada pengajaran tentang cara memecahkan masalah dan pemrosesan informasi matematika. Dalam menghadapi masalah matematika khususnya soal cerita, siswa harus melakukan analisis dan interpretasi informasi untuk menentukan pilihan dan keputusan. Siswa harus mengaplikasikan konsep dan keterampilan komputasi dalam berbagai situasi yang berbeda-beda.20

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan

18

Muhibbin Syah, op.cit., h.210-211.

19

Wena, op.cit., h.52.

20

(27)

serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat masalah tidak rutin mencakup aplikasi prosedur matematika dengan pemikiran yang lebih mendalam dengan situasi yang menuntut adanya penyelesaian yang diperoleh tidak dapat hanya dikerjakan dengan prosedur rutin yang sama atau mirip dengan hal yang baru dipelajari, tetapi perlu penalaran yang lebih luas dan rumit untuk mencari jawabannya.21 Adapun tahapan atau sintaks penyelesaian masalah (problem solving) yang dikemukakan ahli lain dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 2.1

Strategi Pemecahan Masalah Menurut Para Ahli

John Dewey Gagne Solso George Polya

1. Mengenali adanya masalah 2. Mengidentifikasi masalah 3. Memanfaatkan pengalaman sebelumnya 4. Menguji hipotesis 5. Mengevaluasi

penyelesaian dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti.22 1. Menyajikan masalah 2. Menyatakan

masalah dalam bentuk operasional 3. Menyusun

hipotesis alternatif dan prosedur kerja 4. Mengetes hipotesis

dan melakukan kerja untuk memperoleh hasil 5. Memeriksa kembali.23 1. Idefinisikasi masalah 2. Representasi masalah 3. Perencanaan Pemecahan 4. Menerapkan/ mengimplemen tasikan perencanaan 5. Menilai perencanaan 6. Menilai hasil

pemecahan.24 1. Memahami masalah 2. Membuat rencana 3. Melaksanakan rencana 4. Meninjau kembali.

Pemecahan masalah sering melibatkan beberapa langkah. Pada penelitian ini strategi pemecahan masalah yang digunakan adalah strategi pemecahan menurut George Polya. Menurut Sukayasa, fase-fase pemecahan masalah menurut Polya lebih populer digunakan dalam memecahkan masalah

21

Suherman, op.cit., h. 83.

22

Dwirahayu, op.cit., h.54.

23

Dwirahayu, loc.cit.

24

(28)

13

matematika dibandingkan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

1) Fase-fase dalam proses pemecahan masalah yang dikemukan Polya cukup sederhana.

2) Aktivitas-aktivitas pada setiap fase yang dikemukakan Polya cukup jelas 3) Fase-fase pemecahan masalah menurut Polya telah lazim digunakan dalam

memecahkan masalah matematika.25

Menurut Polya, matematika dianggap sulit oleh para siswa dikarenakan terlalu sering dihadapkan pada persoalan kaku, siswa tidak ditekankan terlebih dahulu tentang pemahaman, rencana-rencana yang akan dilakukan agar dapat menyelesaikan soal, mengkaji ulang soal, sehingga soal terlihat oleh siswa sebagai sesuatu yang mudah dan menimbulkan ketertarikan untuk menyelesaikannya.26 Polya mengelompokan masalah ditinjau dari cara menganalisis masalah tersebut ada dua macam, yaitu:

1. Masalah untuk menemukan, baik teoritis atau praktis, konkret atau abstrak, termasuk teka-teki. Kita harus mencari semua variabel, mencoba untuk mendapatkan, menghasilkan atau mengkontruksi semua jenis objek yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Untuk itu kita harus merumuskan bagian pokok dari masalah, yang nantinya sangat diperlukan sebagai landasan untuk dapat menyelesaikan masalah ini yaitu: Apa yang dicari?, Bagaimana data yang diketahui?, dan Bagaimana syaratnya?.

2. Masalah yang berkaitan dengan membuktikan adalah untuk menunjukan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah dan tidak keduanya. Lebih lanjut Polya mengemukakan bahwa masalah untuk menemukan lebih

25

Leni Marlina, Penerapan Langkah Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita Keliling dan Luas Persegi Panjang, Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika, Vol.01, 2013, h. 2.

26

(29)

penting dalam matematika elementer, sedangkan masalah untuk membuktikan lebih penting dalam matematika lanjut.27

Berbicara pemecahan masalah tidak lepas dari tokoh utamanya yaitu George Polya. Menurut Polya, solusi pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian. Pertama memahami masalah, tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Selanjutnya merencanakan penyelesaian, fase kedua ini sangat begantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian. Fase berikutnya adalah menyelesaikan masalah sesuai rencana yang dianggap paling tepat. Dan langkah terakhir adalah melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan untuk mengoreksi kembali berbagai kesalahn yang tidak perlu sehingga didapat jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.28 Berikut gambaran umum dari kerangka kerja Polya:

“First, we have to understand the problem; we have to see clearly what is required. Second, we have to see how the various item are connected, how the unknown is linked to the data, in order to obtain the idea of solution, to make a plan. Third, we carry out our plan. Fourth, we look back at the complete solution, we review and discuss it”.29

Yang artinya pertama, kita harus memahami masalah; kita harus melihat secara jelas apa yang diperlukan. Kedua, kita harus melihat bagaimana berbagai objek dihubungkan, bagaimana yang ditanyakan dikaitkan dengan data, yang bertujuan untuk memperoleh ide pemecahan masalah, untuk membuat sebuah rencana. Ketiga, kita melaksanakan rencana kita. Keempat, kita melihat kembali pada keseluruhan solusi, kita meninjau ulang dan membahasnya. Empat langkah penyelesaian yang diperkenalkan Polya yang

27

Endang Setyo Winarni dan Sri Harmini, Matematika untuk PGSD, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010) h. 116-117.

28

Suherman, op.cit., h. 84.

29

(30)

15

dikenal dengan Heuristik Polya digambarkan dalam diagram sebagai berikut:30

Dari diagram tersebut, tahap pemecahan masalah menurut Polya meliputi:31 1. Memahami persoalan

Maksudnya mengerti masalah dan melihat apa yang dikehendaki. Masalah harus dibaca berulang-ulang agar dapat dipahami kata demi kata, kalimat demi kalimat. Pada tahap ini menggambarkan secara lengkap apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. Tahap pemahaman soal ini meliputi: mengenali soal, menganalisis soal dan menterjemahkan informasi yang diketahui termasuk membuat gambar atau diagram untuk membantu siswa membayangkan kondisinya.

2. Membuat rencana

Pada tahap ini siswa harus dapat memikirkan langkah-langkah apa saja yang penting dan saling menunjang untuk dapat memcahkan masalahnya. Siswa dapat mencari konsep-konsep atau teori-teori yang menunjang atau menentukan rumus atau teorema yang berhubungan dengan soal. Untuk itu dalam menyusun perencanaan pemecahan masalah dibutuhkan suatu

30

Dwirahayu. loc.cit.

31

Ibid., h. 53

2a. Menentukan rumus dalil, teorema yang akan

digunakan 2. Membuat Rencana

3. Melaksanakan Rencana

4. Meninjau Kembali

1a. Menulis soal dengan kata-kata sendiri

1b. Menulis soal dalam bentuk yang lebih operasional

1c. Menulis soal dalam bentuk rumus 1d. Menulis soal dalam bentuk gambar

(31)

kreativitas dalam menyusun strategi pemecahan masalah yang mungkin diperkenalkan pada anak sekolah dasar antara lain sebagai berikut:

a. Strategi Act It Out

b. Membuat gambar atau diagram c. Menemukan pola

d. Membuat tabel

e. Memperhatikan semua kemungkinan secara sistematik f. Tebak dan periksa (Guess and Check)

g. Strategi kerja mundur

h. Menentukan yang diketahui, yang ditanyakan, dan informasi yang diperlukan

i. Menggunakan kalimat terbuka

j. Menyelesaikan masalah yang lebih mudah k. Mengubah sudut pandang.32

l. Menggunakan rumus m. Menggunakan penalaran n. Menggunakan algoritma

o. Menggunakan variabel, persamaan dan lain sebagainya.33 3. Melaksanakan rencana

Pada tahap ini siswa melakukan perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan termasuk konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai. Siswa harus dapat membentuk sistematika yang lebih baku dalam arti rumus-rumus yang akan digunakan merupakan rumus yang siap untuk dipergunakan sesuai apa yang ditanyakan dalam soal, kemudian memasukan data-data sehingga menjurus pada suatu rencana sehingga apa yang diharapkan dapat dibuktikan.

32

Suwangsih dan Tiurlina, op.cit., h.129-131.

33

(32)

17

4. Meninjau kembali

Tahap ini dimaksudkan untuk menyakinkan bahwa jawaban yang diperoleh tersebut masuk akal atau rasional. Siswa melakukan refleksi atau pengecekan ulang dan menelaah kembali dengan teliti setiap langkah yang dilakukan.

Jadi strategi pemecahan masalah Polya adalah sejumlah langkah atau tahapan prosedural pemecahan masalah menurut Polya, yakni memahami masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana dan meninjau kembali yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang diaplikasikan dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan tahap-tahap pemecahan masalah diatas, indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Memahami masalah - Apa yang diketahui? - Apa yang ditanyakan? 2. Membuat rencana

Menentukan rumus yang akan digunakan 3. Melaksanakan rencana

Melakukan penyelesaian perhitungan 4. Meninjau kembali

Melakukan pengecekan kembali dengan:

a. menentukan cara lain yang berbeda (flexibility)

b. mengapa cara tersebut dipilih (elaboration)

4. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

(33)

atau menciptakan sesuatu yang baru mencakup pemecahan masalah.34 Dengan kata lain, perlunya berpikir agar dapat menggunakan informasi yang kita miliki sebaik-baiknya untuk melakukan sesuatu yang kreatif, membuat rencana, memulai usaha, dan melakukan sesuatu yang baru.

Berpikir pada dasarnya merupakan suatu rangkaian proses kognisi yang pemrosesan informasi berlangsung selama munculnya stimulus sampai dengan munculnya respon.35 Pada definisi yang berbeda berpikir sebagai keterampilan mental yang memadukan kecerdasan dan pengalaman.36

Menurut Peter Reason berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat dan memahami. Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya, Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi yang baru dari suatu persoalan yang dihadapi.37 Kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.38

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir adalah sebagai kemampuan pembelajaran kognisi yang menunjukan keterampilan dan proses mental yang lebih dari sekedar mengingat dan memahami fakta atau gagasan untuk melakukan sesuatu suatu persoalan yang dihadapi.

Guilford mengemukakan dua cara berpikir, yaitu cara berpikir konvergen dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan pandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah

34

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 142.

35

Ngalimun, dkk., Perkembangan dan Pengembangan Kreativitas, (Yogyakarta:Aswaja ,2013), h.38.

36

Edward de Bono, Revolusi Berpikir Edward de Bono, (Bandung: Kaifa, 2007), h. 24.

37

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), Ed. 1. Cet.8, h.230.

38

(34)

19

kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan.39 Istilah lain yang sama pengertiannya dengan berpikir divergen ialah berpikir kreatf.

Kreativitas merupakan suatu konsep yang multi dimensional, terdiri dari berbagai dimensi, yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian), dimensi psikomotor (keterampilan kreatif). Dimensi kognitif dari kreativitas yaitu berpikir divergen mencakup kelancaran, kelenturan, orisinalitas dalam berpikir dan kemampuan untuk merinci (elaborasi).40

Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Supriadi mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.41

Menurut Munandar, “Kreativitas dapat dirumuskan sebagai

kemampuan mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas) dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”.42 Adapun Semiawan mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.43

Rhodes menyebutkan empat jenis definisi tentang kreativitas sebagai: Four P’s of Creativity: Person, Process, Press, Product. Kempat P ini saling berkaitan yaitu pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses

39

Ngalimun, dkk., op. cit., h.44.

40

Munandar, op. cit., h. 59.

41

Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 13.

42

S.C. Munandar, op. cit., h. 50.

43

(35)

kreatif, dan dengan dukungan dari dan dorongan (Press) dari lingkungan menghasilkan produk kreatif.44

Secara umum kreativitas dipahami sebagai suatu kemampuan untuk menghasilkan produk atau gagasan yang baru dan berbeda atau tidak lazim. Kreativitas lebih merupakan proses cara berpikir yang mengarah pada berbagai kemungkinan penyelesaian menghasilkan banyak ide, bukan sekedar hasil berpikir.45

Dari beberapa definisi diatas kreativitas atau berpikir kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan, menciptakan maupun memberikan gagasan yang baru maupun yang telah ada sebelumnya yang mengarah pada melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Dalam kaitannya dengan matematika, maka kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan menyelesaikan masalah matematika dengan memberikan gagasan maupun alternatif jawaban secara lancar, luwes, orisinal dan terperinci. Dimana menghasilkan beberapa kemungkinan jawaban dan solusi yang beragam atau bervariasi, memberikan gagasan baru yang berbeda serta memperinci suatu objek atau ide secara jelas.

b. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, diperlukan ketentuan penilaian. Munandar memberikan uraian mengenai indikator kemampuan berpikir kreatif yang dijabarkan dari ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif dari dimensi kognitif intelektual (Aptitude) yaitu:46

44

Munandar, op. cit., h.20.

45

Tim Pustaka Familia, Warna-warni Kecerdasan Anak dan Pendampingnya, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 245.

46

(36)

21

1. Berpikir lancar

Menghasilkan banyak gagasan/ jawaban yang relevan, arus pemikiran lancar dimana memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

2. Berpikir luwes (fleksibel)

Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam atau bervariasi, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

3. Berpikir orisinal

Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memberikan cara atau jawaban yang tidak lazim, lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang.

4. Berpikir terperinci (elaborasi)

Mengembangkan, menambahkan dan memperkaya suatu gagasan atau produk, memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi, mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah terperinci.

Adapun batasan peneliti dalam penelitian untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ini hanya pada dua dari empat aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu berpikir luwes (fleksibel) untuk menghasilkan beberapa cara atau gagasan-gagasan yang beragam dalam menyelesaikan soal dan berpikir terperinci (elaborasi) untuk memberikan jawaban dengan melakukan langkah-langkah terperinci.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan sebagai bahan penguat pada penelitian ini adalah: 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Atiqoh tahun 2011 dalam

penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pemecahan Masalah Polya

Terhadap Kemampuan Analisis Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis” pada

(37)

masalah Polya terhadap kemampuan analisis siswa pada konsep listrik dinamis.

2. Berdasarkan hasil penelitian oleh Muncarno yang berjudul “Penerapan Model Penyelesaian Soal Matematika Dengan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 1

SMP” di SLTP 01 Punggur Lampung Tengah tahun ajaran 2003/2004 bahwa

pembelajaran penyelesaian soal cerita dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat melatih cara berfikir siswa yang lebih sistematis dimana peningkatan prestasi hasil belajar siswa tersebut dibuktikan dengan peningkatan perolehan rata-rata evaluasi selama pembelajaran.

3. Berdasarkan hasil penelitian oleh Tanti Diyah Rahmawati tahun 2010 yang

berjudul “Kompetensi Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pemecahan Masalah Matematika di SMP Negeri 2 Malang” dimana kemampuan peserta didik

berpikir kritis dan kreatif tergolong cukup baik dengan presentase 56% dan 54, 2%.

4. Berdasarkan hasil penelitian oleh Ihyani Toyibah tahun 2012 yang berjudul

“Pengaruh Metode Guided Inquiry terhadap kemampuan berpikir kreatif

Matematis Siswa”. di MTs Al Makmur Parung Panjang, dimana rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa menggunakan metode guided inquiry lebih tinggi daripada menggunakan metode konvensional.

C. Hipotesis Tindakan

(38)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di MI Al Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang di kelas V.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan peneliti terdiri dari dua siklus berulang. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.47 Dalam PTK dipaparkan gabungan definisi dari tiga pengertian kata sebagai berikut:

1. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data dan informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan merupakan suatu gerak yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian membentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.48

47

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 58.

48

(39)

Berdasarkan pemahaman terhadap tiga kata kunci tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan suatu tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan dalam suatu siklus, dimana tindakan tersebut dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti atau berkolaborasi bersama orang lain untuk meningkatkan mutu praktik pembelajaran di kelasnya.

Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas dan bukan pada input kelas, seperti silabus dan materi.49 PTK bersifat reflektif, artinya guru secara sadar, terencana dan sistematis melakukan refleksi atau perenungan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.50 Hal ini sesuai pendapat yang dikemukakan oleh

Suhardjono bahwa, ”Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara

menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan

berikutnya”.51

Proses refleksi memegang ini memegang peran yang sangat tajam dan terpercaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentukan tindakan selanjutnya.52 Metode penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pemecahan masalah Polya guna meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada pokok bahasan luas bangun datar.

Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kurt Lewin, model ini menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan. Konsep pokok penelitian tindakan model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu

49

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 66.

50

Ibid., h. 65.

51

Suharsimi, op. cit., h. 80.

52

(40)

25

perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).53 Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang digambar sebagai berikut.54

[image:40.612.123.526.151.568.2]

Gambar 3.1

Desain PTK Model Kurt Lewin

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan, diantaranya yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Penelitian menyiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar soal-soal latihan berupa lembar kerja siswa dan lembar kerja kelompok, lembar tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, lembar observasi, lembar angket, dan lembar wawancara.

53

Djunaidy Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 64.

54

(41)

2. Tindakan (Acting)

Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau isi rancangan yaitu menggunakan rencana penelitian tindakan kelas.

3. Pengamatan (Observation)

Tahap ketiga yaitu peneliti dibantu oleh observer mengamati aktivitas dan respon siswa terhadap skenario pembelajaran yang telah dibuat peneliti dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu juga peneliti mencatat semua hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul dengan cara menganalisis hasil pengamatan yang telah dilakukan. Apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian siswa-siswi kelas V tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 19 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki. Partisipasi yang terlibat dalam penelitian ini adalah peneliti, guru bidang studi matematika.

D. Peran dan Posisi Penelitian

(42)

27

E. Tahap Intervensi Tindakan

[image:42.612.126.529.192.576.2]

Tahapan penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama berupa siklus I. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Prosedur tindakan yang dilakukan dalam penelitian diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tahap Penelitian Kegiatan Pendahuluan Pendahuluan

1. Observasi ke MI Al Mursyidiyyah 2. Mengurus surat izin penelitian 3. Membuat instrumen penelitian 4. Menghubungi kepala sekolah

5. Melakukan wawancara dengan guru wali kelas di sekolah tersebut dan menentukan kelas subjek penelitian

6. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian

(43)
[image:43.612.121.532.93.627.2]

Tabel 3.2

Tahap Penelitian Siklus I

Tahap Perencanaan

1. Membuat acuan program pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan

3. Mempersiapkan lembar observasi siswa dan guru, angket, pedoman wawancara, catatan lapangan serta keperluan observasi lain

4. Menyiapkan lembar kerja siswa dan lembar kerja kelompok untuk setiap pertemuan

5. Menyiapkan soal tes siklus I 6. Menyiapkan alat dokumentasi

Tahap Pelaksanaan

1. Melakukan pengajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat yang berisi tentang penerapan strategi pemecahan masalah Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

2. Memberikan tes akhir siklus I kepada setiap siswa 3. Melakukan wawancara terhadap siswa

Tahap Observasi

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi atau mengamati terhadap aktivitas siswa dan guru (peneliti) di kelas selama proses pembelajaran, mendokumentasikan kegiatan siswa dibantu guru kolaborator

Tahap Refleksi

(44)
[image:44.612.123.533.95.672.2]

29

Tabel 3.3

Tahap Penelitian Siklus II Tahap Perencanaan

1. Membuat acuan program pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan perbaikan dari siklus I

2. Memadukan hasil refleksi siklus I agar siklus II lebih efektif 3. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan

4. Mempersiapkan lembar observasi siswa dan guru, angket, pedoman wawancara, catatan lapangan serta keperluan observasi lain

5. Menyiapkan lembar kerja siswa dan lembar kerja kelompok pada setiap pertemuan

7. Menyiapkan soal tes akhir siklus II 8. Menyiapkan alat dokumentasi

Tahap Pelaksanaan

1. Melakukan pengajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat yang berisi tentang penerapan strategi pemecahan masalah Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

2. Memberikan tes akhir siklus II kepada setiap siswa

3. Melakukan wawancara terhadap siswa dan guru (kolaborator)

Tahap Observasi

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi atau mengamati terhadap aktivitas siswa dan guru (peneliti) di kelas selama proses pembelajaran, mendokumentasikan kegiatan siswa dibantu guru kolaborator

Tahap Refleksi

(45)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Dari hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah.

1. Dengan menggunakan strategi pemecahan masalah Polya diharapkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa meningkat dengan rata-rata nilai kelas yang diperoleh mencapai 70.

2. Dengan menggunakan strategi pemecahan masalah Polya diharapkan terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang menunjukan skor rata-rata presentase aktivitas keseluruhan siswa mencapai 70 %.

3. Dengan menggunakan strategi pemecahan masalah Polya siswa diharapkan memberikan respon positif dalam proses pembelajaran dengan skor rata-rata presentase respon positif keseluruhan siswa mencapai 70 %.

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif: lembar observasi yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dan aktivitas mengajar guru selama proses pembelajaran, pedoman wawancara terhadap guru dan siswa, hasil angket dan dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).

2. Data kuantitatif: nilai hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang dikerjakan siswa diukur dengan melihat definisi operasional berpikir kreatif matematis aspek berpikir luwes (flexibilitas) dan berpikir terperinci (elaborasi)

Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan peneliti

H. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen yang digunakan. Instrumen pengumpul data yang digunakan antara lain:

(46)

31

Tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, tes berbentuk pemberian tugas berupa pertanyaan yang dapat menunjukan dan mengambarkan kemampuan berpikir kreatif siswa yang harus dijawab dan dikerjakan sehingga diperoleh hasil pengukuran instrumen tes tersebut. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti, maka setiap instrumen harus mempunyai skala. Skala pengukuran yang terkait dengan penelitian ini adalah menggunakan rating scale dimana data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Yang terpenting adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen.55

2. Non tes

a. Lembar Observasi

Berupa pengamatan terhadap objek yang akan dicatat datanya, dengan persiapan yang matang dilengkapi dengan instrumen tertentu. Observasi biasanya digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya, maupun dalam situasi buatan.56

b. Lembar Angket

Cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pernyataan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.57

c. Lembar Wawancara

Pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan secara lisan, dan pertanyaan yang diajukan dalam wawancara itu telah dipersiapkan secara tuntas.

d. Dokumentasi

55

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2010), h.141.

56

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h.76.

57

(47)

Dilakukan dengan meneliti bahan dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.

I. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Observasi, Lembar observasi digunakan peneliti untuk mengukur atau menilai, mencatat hasil dan proses belajar misalnya aktivitas atau tingkah laku siswa maupun guru (peneliti) saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun aspek yang diamati dalam aktivitas belajar siswa mulai dari kegiatan pra pembelajaran, kegiatan inti sampai akhir pembelajaran, yakni mencakup memperhatikan penjelasan, mengajukan dan menjawab pertanyaan, keterlibatan dalam kegiatan belajar, menghargai pendapat, ketertarikan pada materi, membuat catatan dan mengerjakan tugas. Sedangkan aspek yang diamati pada aktivitas guru meliputi: membuka pelajaran, merumuskan tujuan, penguasaan materi, pengajuan pertanyaan, memotivasi siswa, pengelolaan kelas, pengaturan kelompok, membimbing siswa, pemberian tugas/ latihan, menyusun alat evaluasi, dan menutup pelajaran

(48)

33

3. Wawancara, dilakukan dengan guru bidang studi matematika diawal dan diakhir penelitian serta pada siswa diakhir tiap siklus. Instrumen wawancara guru berisikan tentang tanggapan dan kendala yang dialami ketika proses pembelajaran matematika di kelas serta bagaimana tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan strategi Polya (lihat lampiran 26). Sedangkan wawancara dengan siswa diakhir tiap siklus pembelajaran dilakukan terhadap perwakilan tiga orang siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Instrumen wawancara siswa menitikberatkan pada tanggapan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatifnya, ketertarikan dan kendala siswa setelah diterapkan strategi pemecahan masalah Polya.

4. Dokumentasi, digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dan sebagai gambaran nyata tentang kegiatan pembelajaran. Dokumentasi biasanya berupa foto-foto yang diambil pada saat pembelajaran berlangsung. Adapun dokumentasi yang diambil peneliti berupa foto-foto kegiatan siswa saat pembelajaran di kelas pada siklus I dan siklus II, berdiskusi kelompok, mengerjakan tes akhir siklus dan contoh hasil jawaban pengerjaan siswa.

(49)

kepada seluruh siswa berjumlah 25 siswa pada tiap akhir siklus I dan siklus II untuk kemudian dianalisis (lihat lampiran 23).

Bentuk analisis skala pengukuran untuk mengetahui respon siswa menggunakan skala pengukuran Guttman dimana data berupa interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif) terhadap suatu permasalahan yang

ditanyakan yaitu ”ya-tidak”. Jawaban dapat dibuat skor tinggi 1 dan terendah 0. Misalnya untuk jawaban ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0 (nol).58 Analisa penskoran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Analisis Penskoran Jawaban Angket

Setelah angket terkumpul dan diberikan skor dari setiap jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam angket, maka data yang didapat dari setiap item pertanyaan dibuat dalam tabel frekuensi yang dilengkapi dengan persentase, dalam hal ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: P = Presentase

F = Frekuensi Jawaban Responden N = Jumlah Responden

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Agar diperoleh data yang valid sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen berpikir kreatif terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui dan mengukur validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Adapun proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan miscrosoft excel.

58

Sugiyono, op. cit., h.139.

No. Alternatif Jawaban Pernyataan Positif Negatif

1. Ya 1 0

2. Tidak 0 1

(50)

35

a. Uji validitas

Adapun perhitungan uji validitas yang digunakan pada instrumen soal akhir silklus adalah dengan menggunakan validitas butir soal. Perhitungan validitas dilakukan dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut:59

rxy =

√[ ][ ]

Keterangan:

rxy = Angka Indeks Korelasi ”r” Product Moment

N = Number of Cases (Banyak Subjek)

ΣX = Jumlah seluruh skor X ΣY = Jumlah seluruh skor Y

ΣXY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y r tabel = r (α , dk) = r (α , n – 2)

Untuk menentukan kriteria uji instrumennya, jika: r hitung < r tabel maka butir item dinyatakan tidak valid r hitung > r tabel maka butir item dinyatakan valid b. Uji reliabilitas

Untuk mengukur koefisien reliabilitas tes uraian kemampuan berpikir kreatif matematis menggunakan rumus alpha:60

r 11 =

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes 1 = Bilangan konstan

= Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

= Varian total

Untuk menghitung Si 2dan St 2 gunakan rumus varians berikut ini:

S 2

=

59

Sudijono, op. cit., h. 206.

60

(51)

Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:

1. Apabila r11 0,70 memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable)

2. Apabila r11 0,70 belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un-reliable).61 c. Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang menjawab dengan benar (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang menjawab salah (berkemampuan rendah). Untuk mengetahui daya pembeda dalam instrumen penelitian ini, maka digunakan rumus sebagai berikut:

D<

Gambar

Gambar 3.1 Desain PTK Model Kurt Lewin
Tabel 3.1 Tahap Penelitian Kegiatan Pendahuluan
Tabel 3.2 Tahap Penelitian Siklus I
Tabel 3.3 Tahap Penelitian Siklus II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara berpikir positif dan kreatif dengan kemampuan pemecahan. masalah

Melalui pembelajaran matematika dengan pemecahan masalah siswa dilatih untuk menggunakan kemampuan berpikir kritis dalam setiap tahapan pemecahan masalah mulai dari

Temuan ini menunjukkan bahwa strategi MHM berbasis masalah lebih unggul daripada pembelajaran konvensional dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah bisa menjadi salah satu alternatif yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran ekspositori, atau lebih jauh

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kepercayaan diri siswa adalah strategi pembelajaran Contextual Teaching

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa independent dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah berbasis pemodelan matematika pada materi

Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif diperlukan ketika menganalisis atau mengidentikasi masalah, memandang masalah dari berbagai perspektif,