• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Deskripsi Unit Penangkapan Jaring Arad

5.2.5 Analisis Revenue Cost ratio (R-C ratio)

Analisis R-C ratio adalah analisis yang bertujuan untuk melihat seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. R-C ratio menggunakan perbandingan antara total penerimaan (TR) per tahun dengan total biaya (TC) yang dikeluarkan setiap tahun. Total penerimaan dari usaha penangkapan jaring arad di PPP Muara Ciasem sebesar Rp 82.300.500,00 per tahun dengan total biaya yang dikeluarkan Rp 61.415.735,00, sehingga dari data tersebut diperoleh nilai R/C ratio sebesar 1,34. Hal ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah total biaya yang dikeluarkan dalam usaha unit penangkapan jaring arad di PPP Muara Ciasem akan menghasilkan total penerimaan sebesar 1,34 rupiah. Sedangkan total penerimaan dari usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan sebesar Rp 185.935.600,00 per tahun dengan total biaya yang dikeluarkan Rp 150.727.393,00, sehingga dari data tersebut diperoleh nilai R/C ratio sebesar 1,23. Hal ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah total biaya yang dikeluarkan dalam usaha unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan akan menghasilkan total penerimaan sebesar 1,23 rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini bersifat menguntungkan karena nilai rasio antara penerimaan dan biaya (R/C ) lebih besar dari satu.

5.3 Uji beda nyata

Misalkan µ1 dan µ2 adalah tingkat pendapatan usaha armada jaring arad di PPP Muara Ciasem dan PPI Blanakan dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden dari masing-masing pelabuhan perikanan. Pengujian hipotesis

48   

dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel untuk melakukan uji t, dengan taraf nyata 0,05; σ1 ≠σ dan tidak diketahui, maka diperoleh hasil sebagai 2 berikut: α = 0,05 ; x1 = 20.884.765; x2 = 35.208.207; S1 = 2.098.829; S2 = 2.292.555; wilayah kritik : t < -2.301 dan t > 2.301.

Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa nilai t hitung adalah -25.241, dimana nilai t hitung jatuh di wilayah kritik, maka keputusannya: Tolak H0 dan dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan usaha armada jaring arad di PPP Muara Ciasem dan PPI Blanakan tidak sama. Karena nilai t hitung jatuh di wilayah kritik bagian kiri, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan usaha armada jaring arad di PPP Muara Ciasem lebih rendah daripada tingkat pendapatan usaha armada jaring arad di PPI Blanakan. Rincian mengenai uji beda tingkat pendapatan armada jaring arad di kedua lokasi pelabuhan perikanan tersebut disajikan dalam Lampiran 19.

5.4 Analisis deskriptif

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapang yang dilakukan di dua lokasi pelabuhan perikanan yaitu PPP Muara Ciasem dan PPI Blanakan, menunjukkan terdapat beberapa faktor yang sangat mempengaruhi tingkat pendapatan usaha armada jaring arad di dua lokasi tersebut. Faktor-faktor yang dibahas terbatas pada faktor berikut:

(1) Perbekalan operasi penangkapan

Armada jaring arad di PPP Muara Ciasem dan PPI Blanakan memiliki perbedaan dalam jumlah perbekalan operasi penangkapan. Armada jaring arad di PPP Muara Ciasem yang melakukan operasi penangkapan secara one day fishing hanya membutuhkan perbekalan melaut yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan armada jaring arad di PPI Blanakan yang melakukan operasi penangkapan selama 3 hari. Perbedaan perbekalan melaut armada jaring arad di kedua lokasi pelabuhan perikanan tersebut disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Perbekalan Operasi Penangkapan Armada Jaring Arad di PPP Muara Ciasem dan PPI Blanakan (per trip)

Sumber: Data primer 2010 (diolah kembali)

Harga berbagai macam bahan perbekalan di PPP Muara Ciasem sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga perbekalan di PPI Blanakan, hal tersebut menyebabkan jumlah perbekalan melaut yang dibawa oleh nelayan jaring arad di PPP Muara Ciasem lebih sedikit jika bandingkan dengan nelayan jaring arad di PPI Blanakan yang disebabkan karena adanya keterbatasan finansial nelayan arad di PPP Muara Ciasem yang hanya mampu membeli perbekalan hanya untuk satu hari operasi penangkapan (one day fishing). Perbandingan harga perbekalan (solar dan es balok) di PPP Muara Ciasem dan PPI Blanakan disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Perbandingan harga perbekalan solar dan es balok di PPP Muara Ciasem dan PPI Blanakan

Bahan Perbekalan PPP Muara Ciasem (Rp) PPI Blanakan (Rp)

Solar (Rp/liter) 5000 4500 Es balok (Rp/balok) 18.000 – 20.000 11.000 – 14.000 Sumber: Data primer 2010 (diolah kembali)

Perbedaan harga perbekalan di PPP Muara Ciasem yang lebih tinggi dari PPI Blanakan disebabkan karena terdapat beberapa fasilitas pelabuhan yang tidak memadai, contohnya tidak tersedianya fasilitas pabrik es dan SPDN (Solar Packed Dealer Nelayan). PPP Muara Ciasem hanya memiliki tangki BBM yang berjumlah 3 unit dengan kapasitas masing-masing 16.000 liter. Tidak terdapatnya SPDN di pelabuhan tersebut menyebabkan nelayan terpaksa membeli bahan bakar (solar) di kios-kios yang diusahakan secara perorangan di sepanjang

Jenis Perbekalan Satuan (per trip) PPP Muara Ciasem PPI Blanakan

1. Ransum rupiah 20000 200000

2. Solar liter 15 170

3. Oli liter 4 4

4. Minyak tanah liter 1 3

50   

pinggiran sungai dengan harga yang sedikit lebih tinggi dari harga yang seharusnya (Rp 4.500,00). Solar yang tersedia di kios-kios tersebut dipasok dari daerah sekitar yaitu Pamanukan dan Eretan.

Ketiadaan pabrik es di PPP Muara Ciasem juga termasuk salah satu faktor yang menyebabkan harga perbekalan (es balok) di pelabuhan tersebut cukup tinggi. Nelayan jaring arad di PPP Muara Ciasem mendapatkan es balok dari depot es kecil yang terletak di sepanjang pinggiran sungai yang biasanya melayani perahu-perahu berukuran kecil yang sedang berlabuh di sisi sungai. Depot es yang dimiliki oleh PPP Muara Ciasem memiliki luas bangunan 60 m2 dan merupakan tempat penyimpanan balok-balok es sebelum disalurkan kepada nelayan, hal tersebut karena depot es tidak memproduksi es sendiri melainkan hanya menampung es yang didatangkan dari daerah Blanakan. Depot es ini biasanya hanya menampung 120 balok es/hari. Sedangkan kebutuhan es rata-rata di PPP Muara Ciasem adalah 80 balok es/hari. Tingginya harga perbekalan di PPP Muara Ciasem menyebabkan nelayan jaring arad di pelabuhan tersebut hanya mampu membeli bahan perbekalan untuk satu hari operasi penangkapan (one day fishing).

(2) Unit penangkapan

Unit penangkapan armada jaring arad terdiri dari perahu, alat tangkap dan nelayan. Jika dibandingkan antara unit penangkapan jaring arad di PPP Muara Ciasem dan PPI Blanakan, maka dapat diketahui bahwa unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan lebih besar dari unit penangkapan jaring arad di PPP Muara Ciasem.

(1) Perahu

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapang, diketahui bahwa dimensi perahu yang digunakan oleh nelayan jaring arad di PPP Muara Ciasem lebih kecil dari perahu yang digunakan oleh nelayan jaring arad di PPI Blanakan. Keterbatasan dalam dimensi perahu yang digunakan oleh nelayan jaring arad di PPP Muara Ciasem tersebut menyebabkan perahu tidak mempunyai tempat yang cukup luas untuk menyimpan terlalu banyak muatan, sehingga perahu ini hanya membawa satu buah mesin motor, alat tangkap yang berukuran

kecil dan tempat penyimpanan hasil tangkapan yang tidak terlalu besar. Pada umumnya, semakin besar teknologi yang digunakan maka dimensi perahu/kapalnya akan semakin besar pula.

Salah satu faktor pendukung keberhasilan operasi penangkapan yaitu teknologi, contohnya penggunaan mesin. Mesin motor yang digunakan oleh nelayan arad di PPP Muara Ciasem hanya satu unit sehingga untuk menarik jaring ketika proses hauling hanya mengandalkan tenaga manusia. Sedangkan nelayan arad di PPI Blanakan menggunakan dua buah mesin, yaitu mesin utama dan mesin tambahan yang berfungsi untuk menggerakan gardan yang digunakan untuk menarik jaring ketika proses hauling. Dengan demikian pengoperasian alat tangkap akan menjadi lebih mudah. Keterangan mengenai perbedaan dimensi perahu disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Perbedaan dimensi perahu jaring arad di PPP Muara Ciasem dan PPI Blanakan

Keterangan PPP Muara Ciasem PPI Blanakan

Panjang (meter) 7 10-12 Lebar (meter) 2,5 3,0-3,5 Dalam (meter) 1,7 1,5-1,8 Jumlah mesin (unit) 1 2

Sumber: Data primer 2010 (diolah kembali)

(2) Jaring arad

Jaring arad yang digunakan oleh nelayan di PPP Muara Ciasem berukuran lebih kecil dibandingkan dengan jaring arad yang digunakan nelayan di PPI Blanakan. Ukuran alat tangkap yang lebih besar dapat menjaring lebih banyak hasil tangkapan dibandingkan dengan alat tangkap yang berukuran lebih kecil. Hal tersebut menyebabkan hasil tangkapan nelayan arad di PPI Blanakan lebih banyak dari nelayan arad di PPP Muara Ciasem. Data mengenai ukuran jaring arad di kedua lokasi pelabuhan perikanan tersebut disajikan pada Tabel 15.

52   

Tabel 15 Ukuran dari tiga bagian utama alat tangkap jaring arad di PPP Muara Ciasem dan PPI Blanakan

Komponen Alat Tangkap PPP Muara Ciasem PPI Blanakan

Sayap (meter) 10 14 Badan (meter) 5 10

Kantong (meter) 5 7

Sumber: Data primer 2010 (diolah kembali)

(3) Nelayan

Nelayan yang mengoperasikan jaring arad di PPP Muara Ciasem pada umumnya berjumlah 2-3 orang, dimana salah satu nelayan merupakan pemilik perahu arad. Pembagian tugasnya adalah nahkoda dan ABK. Sedangkan jaring arad di PPI Blanakan dioperasikan oleh 3-4 orang. Pembagian tugasnya adalah nahkoda (1 orang), ABK (2 orang) dan juru masak (1 orang). Jumlah ABK yang semakin banyak maka akan mempermudah proses pengoperasian alat tangkap. Nelayan arad di PPP Muara Ciasem sangat mengandalkan kekuatan fisik dari ABKnya karena untuk melakukan proses hauling (pengangkatan alat tangkap) nelayan tidak menggunakan bantuan gardan sehingga harus menarik jaring arad secara manual, yaitu dengan menggunakan tangan. Oleh sebab itu jumlah nelayan menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan operasi penangkapan ikan.

(3) Jumlah hari/trip penangkapan

Berdasarkan hasil wawancara di lapang, sebagian besar nelayan jaring arad di PPI Blanakan melakukan operasi penangkapan selama 3 hari/trip. Sedangkan nelayan jaring arad di PPP Muara Ciasem melakukan operasi penangkapan hanya satu hari/trip. Hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi jumlah hasil tangkapan yang didapatkan oleh nelayan jaring arad baik di PPP Muara Ciasem maupun di PPI Blanakan. Nelayan jaring arad yang melakukan operasi penangkapan ikan selama 3 hari akan memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak dari nelayan yang melakukan operasi penangkapan ikan selama satu hari.

Perbedaan jumlah hari/trip penangkapan di kedua pelabuhan tersebut dipengaruhi oleh adanya perbedaan unit penangkapan, jumlah perbekalan (seperti yang telah dijelaskan pada poin 1) perbekalan operasi penangkapan), teknologi

penangkapan dan kemampuan finansial pemilik arad dalam menyediakan biaya operasional untuk melakukan satu kali operasi penangkapan ikan.

(4) Proses pemasaran hasil tangkapan

Nelayan jaring arad yang berbasis di PPI Blanakan mendaratkan hasil tangkapanannya di bantaran sungai sekitar pelabuhan dan menjual hasil tangkapannya ke TPI Blanakan. Proses pemasaran selanjutnya TPI menyalurkan hasil tangkapan ke pengolah, bakul kecil dan bakul besar. Pengolah, bakul kecil maupun bakul besar menjual hasil tangkapan kepada konsumen baik melalui pasar luar daerah atau langsung ke tangan konsumen. Skema pemasaran hasil tangkapan nelayan jaring arad di PPI Blanakan disajikan dalam Lampiran 20. Sedangkan nelayan jaring arad di PPP Muara Ciasem, tidak menyalurkan hasil tangkapannya ke TPI melainkan langsung ke pengumpul yang kemudian akan memasarkan hasil tangkapannya langsung ke pengusaha perikanan di luar daerah. Hal tersebut menyebabkan harga hasil tangkapan di PPP Muara Ciasem lebih rendah dari PPI Blanakan karena hasil tangkapannya tidak melalui proses lelang sehingga harga hasil tangkapan ditentukan oleh satu penyalur.  Skema pemasaran hasil tangkapan nelayan jaring arad di PPP Muara Ciasem disajikan dalam Lampiran 21.

Proses pelelangan hasil tangkapan berperan dalam melindungi para nelayan dari persaingan yang tidak sehat dalam menjual hasil tangkapan ikan sehingga pendapatan/taraf hidupnya bisa meningkat. Penyelenggaraan pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan dapat meningkatan sumber Pendapatan Asli Daerah Retribusi dari pelelangan yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan serta memantapkan kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan untuk melaut.

Dokumen terkait