Identifikasi Sumber Risiko Produksi
Sumber risiko pada usaha produksi ikan yaitu hama, penyakit, suhu air, kualitas air, cuaca, kualitas induk, pakan, dan sumber daya manusia. Berdasarkan identifikasi sumber risiko di Arifin fish farm tidak semua sumber risiko yang di hadapi pembudidaya ikan sama. Adapun beberapa pertimbangan bahwa hama, suhu air, cuaca, kualitas induk, pakan dan sumber daya manusia tidak termasuk kedalam kategori sumber risiko, pertimbangan sebagai berikut:
a. Hama
Hama tidak terdapat pada kegiatan pendederan I di Arifin fish farm, karena pemeliharaan larva dan benih didalam rumah atau ruangan, dengan didinding rumah terbuat dari tembok dan atap rumah menggunakan asbes dan plastic. Keadaan tempat pendederan I yang dirancang dan dibuat tertutup, bertujuan untuk melindungi ikan dari serangan hama yang dapat memangsa larva dan benih yang dipelihara di Arifin fish farm.
b. Suhu air
Suhu air dapat membunuh ikan jika terjadi perubahan suhu secara drastis yaitu berkisar 5°C dan suhu tidak cocok untuk kondisi ikan black ghost yaitu berkisar kurang dari 25 dan lebih dari 28°C. Suhu air pada penelitian ini tidak termasuk kedalam sumber risiko. Suhu air di Arifin fish farm relative konstan berkisar 27-28°C.
c. Cuaca
Cuaca bukanlah merupakan sumber risiko, melainkan merupakan faktor yang menyebabkan perubahan kualitas air dan suhu yang berubah-rubah. Cuaca pun tidak memberikan dampak kematian langsung terhadap benih melainkan mempengaruhi langsung terhadap pH dan suhu setelah mempengaruhi pH dan suhu maka akan memungkinkan larva dan benih mati.
d. Kualitas induk
Indukan tidak termasuk kedalam sumber risiko, karena indukan berasal dari hasil seleksi dan indukan yang sudah afkir tidak dipelihara lagi melainkan dijual. Adapun criteria indukanyang dipilih yaitu indukan yang memiliki struktur organ yang lengkap, warna hitam, lincah dan sehat. Proses seleksi ini dilakukan oleh Bapak Arifin dan istri.
e. Pakan
Pakan tidak termasuk kedalam sumber risiko, melainkan faktor yang membawa penyakit. Pakan yang digunakan adalah cacing rambut, cacing ini tidak menyerang ikan melainkan menjadi pembawa atau inang bagi penyakit seperti cendawan, parasit, dan bakteri yang dapat menyerang ikan sehingga ikan memungkinkan untuk mati.
f. Tenaga kerja
Berdasarkan pengamatan peneliti dan menurut pemilik usaha, bahwa tenaga kerja di Arifin fish farm tidak termasuk kedalam sumber risiko karena tenaga
kerja yang menjabat sebagai pemimpin, manajer produksi dan manajer keuangan merupakan lulusan pendidikan S1 dalam ilmu perikanan dan sudah menjalankan kegiatan produksi ikan hias mulai dari tahun 1997 dan membudidayakan ikan
black ghost mulai tahun 2001. Sedangkan pekerja yang berada di unit produksi sudah memiliki keterampilan dalam berproduksi, karena telah menjalankan kegiatan produksi ikan sejak tahun 1999 dan melakukan budidaya ikan black ghost sejak tahun 2002. Apabila pekerjanya meminta izin untuk libur karena ada urusan penting atau sakit, maka manajer ataupun pekerja lainnya menggantikan posisinya tanpa melupakan tugas pokoknya.
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan di Arifin fish farm, diperoleh sumber risiko yang dihadapi Arifin fish farm pada unit pendederan I yaitu kualitas air, ikan saling menyerang dan penyakit yang dapat mempengaruhi secara langsung terhadap kelangsungan hidup (survival rate) larva dan benih black ghost
yang berfluktuasi. Sumber risiko produksi adalah sebagai berikut: a. Perubahan kualitas air (pH dengan nilai <5 dan >10)
Kualitaas air menjadi peranan penting dalam memelihara ikan, sehingga ikan menjadi nyaman saat dipelihara. Kualitas air yang ditetapkan di Arifin fish farm yaitu dengan pH 6.5-7. Apabila pH kurang dari 6.5 biasanya ikan akan stress dengan menunjukan tanda-tanda pada warna tubuhnya yang mengkusam, pergerakan ikan menjadi pasif kemudian ikan akan naik ke permukaan dan melompat-lompat seakan tidak menyukai kondisi air kemudian benih akan mati, jika larva ikan biasanya akan langsung mati tanpa memberikan tanda-tanda ketidak sesuaian air. Pada penelitian ini pada saat pH < 5 (asam) sering terjadi pada musim hujan. Selain itu ada beberapa faktor lain yang menyebabkan pH air menjadi asam yaitu sumber air yang digunakan, sisa pakan atau cacing sutra yang mati, respirasi ikan dan feses ikan. Sumber air berasal dari sumur dengan pH 4,5-5,5.
Gagalnya menjaga kualitas air dapat menyebabkan kematian larva dan benih. Perubahan kualitas air ini terjadi setiap siklusnya. Pada siklus pertama yaitu 956 ekor, siklus kedua yaitu 169 ekor, siklus ketiga yaitu 34 ekor, silus keempat yaitu 259 ekor, siklus kelima yaitu 938 ekor dan siklus keenam yaitu 1316 ekor. Total kematian ikan blackg host selama enam siklus tahun 2012 yaitu 3671 ekor.
b. Penyakit
Penyakit merupakan sumber risiko, karena serangan penyakit ini dapat menurunkan kelangsungan hidup ikan black ghost. Faktor yang dapat menimbulkan penyakit ini yaitu jika pekerja dalam kondisi tidak steril, kondisi kolam tidak bersih, kualitas pakan rendah, dan kondisi ikan saat terluka. Penyakit yang menyerang ikan black ghost di Arifin fish farm diakibatkan oleh parasit dan bakteri.
Penyakit akibat parasit ini terkandung pada pakan alami seperti cacing rambut, walaupun perlakuan terhadap sudah dilakukan terhadap cacing sutra namun serangan penyakit ini selalu ada pada setiap siklusnya. Penyakit akibat parasit yang menyerang benih black ghost yaitu penyakit velvet dan white spot. Penyakit velvet disebabkan oleh parasit Oodinium pillularum. Tanda-tanda serangannya yaitu kulit ikan black ghost bengkak merah kecoklatan seperti warna karat yang kemudian akan mengelupas dan terkadang sampai terjadi pembengkakan. Sedangkan white spot terjadi akibat adanya parasit
Ichthyopthirius multifiliis. Penyebaran penyakit ini sangat cepat pada suhu 15-25°C. Ciri-ciri penyakit ini yaitu adanya bintik putih pada kulit insang, badan dan sirip ikan, pada bagian ikan yang terserang akan mengeluarkan lender, ikan sering berenang dipermukaan untuk mengambil nafas langsung dari udara, gerakan ikan pasif dan warna mulai pucat atau kusam. Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri yaitu tuberculosis. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium sp. Gejala yang tampak yaitu perut membengkak, warna tubuh ikan tampak kusam, dan lama-lama ikan menjadi kurus.
Kematian benih disebabkan oleh penyakit ini terjadi setiap siklusnya. Pada siklus pertama yaitu 1195 ekor, siklus kedua yaitu 188 ekor, siklus ketiga yaitu 38 ekor, silus keempat yaitu 288 ekor, siklus kelima yaitu 2625 ekor dan siklus keenam yaitu 1645 ekor. Total kematian ikan blackg ghost selama enam siklus tahun 2012 yaitu 5978 ekor.
c. Ikan saling menyerang
Ikan black ghost yang saling menyerang hingga terluka dapat menimbulkan kematian, sehingga dapat menurunkan kelangsungan hidup ikan. Faktor yang menyebabkan ikan saling menyerang yaitu pada saat kekurangan pakan dan memperebutkan tempat persembunyian. Ikan black ghost yang kekurangan pakan akan bergerak dengan agresif untuk mencari makanan. Ikan ini akan menyerang ikan yang sejenis atau ikan yang lebih kecil untuk memperebutkan pakan, tetapi tidak memakan ikan yang diserang atau kanibalisme. Selain itu ikan akan saling menyerang pada saat memperebutkan tempat persembunyian. Apabila ikan sejenisnya mengganggu tempat persembunyiannya, maka ikan black ghost akan mempertahankan tempat persembunyiannya walaupun harus saling menyerang.
Di Arifin fish farm, ikan yang saling serang pada saat kekurangan pakan dan memperebutkan tempat persembunyian. Kematian ikan paling banyak terjadi pada saat musim penghujan. Pada musim penghujan, pakan ikan berupa cacing rambut sulit didapat, sehingga pemberian pakan lebih sedikit dan sering dilakukan pemuasaan. Pakan yang lebih sedikit dan sering dilakukan pemuasaan membuat ikan menjadi lapar, sehingga berprilaku lebih agresif untuk menyerang ikan lain. Ukuran ikan yang rentan diserang yaitu ukuran larva ikan, karena larva ikan memiliki struktur tubuh yang masih lemah dan sangat sensitive terhadap perubahan lingkuangan. Kematian ikan banyak terjadi pada saat ukuran larva. Larva ikan ini diserang oleh ikan yang lebih besar atau pertumbuhannya lebih cepat, pada saat terjadi kekurangan pakan atau memperebutkan tempat persembunyian. Cirri-ciri ikan yang mati akibat saling serang yaitu, ikan mati dengan sobek dibagian sirip, luka pada bagian badan dan kepala, kualitas air dalam keadaan baik, dan tidak ada tanda-tanda terserang penyakit.
Kematian benih disebabkan oleh ikan saling menyerangini terjadi setiap siklusnya. Pada siklus pertama yaitu 239 ekor, siklus kedua yaitu 19 ekor, siklus ketiga yaitu 4 ekor, silus keempat yaitu 29 ekor, siklus kelima yaitu 188 ekor dan siklus keenam yaitu 329 ekor. Total kematian ikan blackg ghost selama enam siklus tahun 2012 yaitu 807 ekor.
Analisis Probabilitas Sumber Risiko Produksi
Sebelum menghitung probabilitas maka perlu diketahui dahulu benih ikan mati akibat sumber risiko (asr). Adapun langkah perhitungannya sebagai berikut:
Benih ikan black ghost pada bulan januari-februari tahun 2012 Sumber risiko penyakit
1195 ekor = x 50%
Setelah melakukan identifikasi dan mengetahui jumlah ikan mati akibat sumber risiko langkah berikutnya yaitu menganilisis probabilitas sumber-sumber risiko produksi. tujuan dari analisis probabilitas yaitu untuk mengetahui seberapa besar probabilitas terjadinya risiko pada tiap-tiap sumber risiko. Data yang digunakan dalam analisis probabilitas adalah hasil wawancara dengan Bapak Arifin, data tersebut meliputi data produksi dan data kematian larva dan benih ikan pada tahun 2012. Data diperoleh melalui metode recall. Metode recall adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dari pelaku usaha yang dengan cara mengingat kejadian di masa lampau. Namun metode tersebut memiliki kelemahan yaitu berdasarkan ingatan atau pengalaman pelaku usaha yang belum tentu ditunjang dengan pencatatan data yang baik. tetapi dalam penentuan jumlah data pada masa yang sudah lampau dan tidak memiliki catatan atau data yang pasti, maka metode yang tepat untuk digunakan adalah metode recall. Penentuan jumlah, kondisi, dan batas nilai yang digunakan oleh pemilik usaha mengacu pada pengalaman terdahulu. Perhitungan analisis probabilitas terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko produksi diolah menggunakan metode nilai standar atau z-score. Adapun cara perhitungannya sebagai berikut:
Langkah pertama menghitung nilai rata-rata pada setiap sumber risiko. Nilai rata-rata kematian benih ikan black ghost yang disebabkan oleh sumber risiko penyakit pada tahun 2012.
̅ =
= 996 ekor
Langkah kedua menghitung nilai standar deviasi pada setiap sumber risiko. Nilai standar deviasi kematian benih ikan black ghost yang disebabkan oleh sumber risiko penyakit pada tahun 2012
S = 11 − 1 − − − − 1 −
−1
= 1,019 ekor
Langkah ketiga menghitung nilai z-score pada setiap sumber resiko. Nilai
z-score kematian benih ikan black ghost yang disebabkan oleh sumber risiko penyakit pada tahun 2012
Z = –
1 1
Langkah keempat mencari nilai probabilitasnya dengan bantuan tabel distribusi z (normal). Kemudian setelah itu dapat diketahui persentase kemungkinan terjadinya produksi mengalami kerugian. Penetapan nilai probabilitas sumber risiko penyakit berdasarkan tabel distribusi z:
Tabel 5. Distribusi z 0,0 - 0,2
Z 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
0,0 0,500 0,496 0,492 0,488 0,484 0,480 0,476
0,1 0,460 0,456 0,452 0,448 0,444 0,440 0,436
0,2 0,421 0,417 0,413 0,409 0,405 0,401 0,397
Perhitungan selengkapnya untuk sumber risiko perubahan kualitas air dan ikan saling menyerang dapat dilihat pada lampiran 4 sampai lampiran 6, sedangkan untuk hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Probabilitas risiko dari sumber risiko produksi
No. Sumber Risiko Produksi Probabilitas (%)
1. Perubahan kualitas air 43,3
2. Penyakit 48
3. Ikan saling menyerang 34,5
Berdasarkan tabel 2. diketahui bahwa nilai masing-masing sumber risiko produksi dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu penyakit sebesar 48 persen, perubahan kualitas air 43,3 persen dan ikan yang saling menyerang 34,5 persen. Nilai Z yang diperoleh dari sumber risiko perubahan kualitas air adalah 0.17. Apabila nilai tersebut dipetakan pada tabel distribusi Z akan menunjukan nilai 0,433. Nilai tersebut memiliki arti bahwa probabilitas kematian ikan yang disebabkan oleh perubahan kualitas air yang melebihi batas normal yaitu 700 ekor adalah 43,3 persen. Nilai Z yang diperoleh dari sumber risiko penyakit adalah – 0,05. Tanda negative pada nilai Z diabaikan, karena menunjukan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kiri rata-rata pada kurva distribusi Z normal. Nilai standar dari rata-rata pada distribusi normal adalah sama dengan nol. Apabila nilai tersebut dipetakan pada tabel distribsi Z akan menunjukan nilai 0,480. Nilai tersebut memiliki arti bahwa probabilitas kematian ikan yang disebabkan oleh penyakit yang melebihi batas normal yaitu 950 ekor adalah 48 persen. Nilai Z
yang diperoleh dari sumber risiko ikan saling menyerang adalah –0,40. Tanda negative pada nilai Z diabaikan, karena menunjukan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kiri rata-rata pada kurva distribusi Z normal. Nilai standar dari rata-rata pada distribusi normal adalah sama dengan nol. Apabila nilai tersebut dipetakan pada tabel distribsi Z akan menunjukan nilai 0,345. Nilai tersebut memiliki arti bahwa probabilitas kematian ikan yang disebabkan oleh ikan saling menyerang yang melebihi batas normal yaitu 80 ekor adalah 34,5 persen.
Analisis Dampak Sumber Risiko Produksi
Dampak risiko dianalisis menggukan metode VaR (velue at risk). Tujuan analisis ini untuk mengetahui dampak kerugian yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko produksi dengan satuan mata uang rupiah. Nilai besaran kerugian yang diperkirakan tentu tidak tepat sama dengan kondisi yang sebenarnya. Jika risko produksi tersebut terjadi maka dilakukan penetapan besarnya kerugian dengan suatu tingkat kepercayaan.
Pada perhitungan dampak risiko produksi ditentukan tingkat keyakinan yang digunakan yaitu 95 persen dan sisanya error yaitu 5 persen. Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata pada tahun 2012 yaitu 5763 ekor dan harga jual rata-rata 1.100 per ekor. Adapun cara perhitungannya sebagai berikut:
Langkah pertama menghitung nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko. Nilai rata-rata kerugian akibat sumber risiko penyakit pada tahun 2012
̅ =
= Rp 1,095,875
Langkah kedua penetapan nilai z yang diambil dari tabel distribusi z (normal) sebesar 5%. Hasil dari tabel distribusi z yaitu sebesar 1,645. Adapun cara mencari nilai dari tabel distribusi z yaitu
Tabel 7. Distribusi z 1,5 - 1,8 Z 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 1,5 0,067 0,066 0,064 0,063 0,062 0,061 0,059 1,6 0,055 0,054 0,053 0,052 0,051 0,049 0,048 1,7 0,045 0,044 0,043 0,042 0,041 0,040 0,039 1,8 0,036 0,035 0,034 0,034 0,033 0,032 0,031
Langkah ketiga menghitung nilai standar deviasi dari kerugian akibat kejadian berisiko. Nilai standar deviasi kerugian akibat sumber risiko penyakit pada tahun 2012
S = 1 1 −1 1 −1 1 −1 −1 = Rp 1,120,577
Langkah keempat menghitung nilai dampak kerugian yang diakibatkan oleh kejadian berisiko. Nilai dampak kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit pada tahun 2012
VaR = 1,095,875 + 1,645 1 1
= Rp 1,848,419
Perhitungan selengkapnya untuk sumber risiko perubahan kualitas air dan ikan saling menyerang dapat dilihat pada lampiran 7 sampai 9. Nilai hasil perhitungan dampak risiko dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Dampak risiko dari sumber risiko produksi
No. Sumber Risiko Produksi Dampak
1. Perubahan kualitas air 1,060,436
2. Penyakit 1,848,419
3. Ikan saling menyerang 248,781
Berdasarkan tabel 3 bahwa dampak yang diakibatkan oleh masing-masing sumber risiko produksi dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu penyakit sebesar Rp. 1,848,419, perubahan kualitas air sebesar Rp. 1,060,436, dan ikan yang saling menyerang sebesar Rp. 248,781.
Dampak yang diakibatkan oleh sumber risiko perubahan kualitas air adalah Rp. 1,060,436 pada tingkat kepercayaan 95 persen, artinya bahwa kerugian maksimal yang diderita akibat perubahan kualitas air adalah Rp. 1,060,436 namun kemungkinan kerugian diatas Rp. 1,060,436 sebesar 5 persen. Dampak yang diakibatkan oleh sumber risiko penyakit adalah Rp. 1,848,419 pada tingkat kepercayaan 95 persen, artinya bahwa kerugian maksimal yang diderita akibat penyakit adalah Rp. 1,848,419 namun kemungkinan kerugian diatas Rp. 1,848,419 sebesar 5 persen. Dampak yang diakibatkan oleh sumber risiko ikan saling menyerang adalah Rp. 248,781 pada tingkat kepercayaan 95 persen, artinya bahwa kerugian maksimal yang diderita akibat ikan saling menyerang adalah Rp. 248,781 namun kemungkinan kerugian diatas Rp. 248,781 sebesar 5 persen.
Pemetaan Risiko Produksi
Sebelum melakukan penanganan risiko, hal yang perlu dilakukan yaitu membuat status risiko kemudian memetakan risiko. Tujuan dari membuat status risiko adalah untuk mengetahui prioritas sumber risiko yang harus terlebih dahulu ditangani. Status risiko pun menggambarkan urutan risiko dari yang paling
berisiko sampai dengan yang tidak paling berisiko. Status resiko diperoleh dari hasil perkalian probabilitas dengan dampak. Nilai dari status risiko dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Status risiko dari sumber risiko
No. Sumber Risiko Produksi Probabilitas Dampak Status Risiko
Prioritas 1. Perubahan kualitas air 43,3 1,060,436 459,169 2
2. Penyakit 48 1,848,419 887,241 1
3. Ikan saling menyerang 34,5 248,781 85,829 3 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui tingkatan risiko dari ketiga sumber risiko. Status risiko terbesar sampai yang terkecil yaitu penyakit, perubahan kualitas air dan ikan saling menyerang. Dari status risiko diperoleh sumber risiko pada prioritas pertama adalah penyakit, kedua perubahan kualitas air dan yang ketiga ikan saling menyerang.
Setelah diperoleh hasil probabilitas dan dampak risiko kemudian langkah berikutnya adalah pemetaan risiko. Pemetaan risiko adalah kegiatan memposisikan risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertical menggambarkan probabilitasnya dan sumbu horizontal menggambarkan dampakya. Penempatan posisi risiko dilakukan berdasarkan hasil analisis perhitungan probabilitas dan dampak dari sumber risiko. Probabilitas terjadinya risiko dibagi menjadi dua yaitu probabilitas besar dan kecil. Batas antara probabilitas besar dan kecil terjadinya risiko ditentukan oleh pemilik usaha yaitu 25 persen. Batas probabilitas tersebut ditentukan berdasarkan pengalaman lama berusaha dan persentase terjadinya kejadian yang menjadi sumber risiko. Sedangkan batas antara dampak besar dan kecil juga ditentukan oleh pemilik usaha yaitu Rp. 1.000.000. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan kerugian yang pernah daialami oleh pelaku usaha. Kerugian tersebut masih dapat ditoleransi oleh pelaku usaha. Hasil analisis probabilitas dan dampak risiko dari masing-masing sumber risiko produksi dapat dilihat pada gambar 12.
Pada gambar 10 dapat dilihat posisi dari sumber risiko didalam peta risiko. Penyakit dan perubahan suhu ada pada kuadran II yang memiliki robabilitas dan dampak yang besar. Ikan yang saling menyerang ada pada kuadran I yang memiliki probabilitas yang besar dan dampak yang kecil. Hasil dari pemetaan ini akan digunakan untuk menentukan strategi penanganan yang tepat dalam mengendalikan risiko produksi yang dihadapi.
Strategi Penanganan Risiko Produksi
Hasil dari pemetaan risiko diperoleh posisi sumber risiko. Posisi sumber risiko ikan yang saling menyerang ada pada kuadran I, sedangkan sumber risiko penyakit dan perubahan suhu ada pada kuadran II. Berdasarkan hasil pemetaan maka sumber risiko ikan saling menyerang yang berada di kuadran I ditangani dengan cara preventif, sedangkan sumber risiko penyakit dan perubahan kualitas air yang berada di kuadran II ditangani dengan cara prefentif dan mitigasi.
Strategi preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya sumber risiko, sedangkan mitigasi dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat sumber risiko. Strategi preventif untuk menangani sumber risiko ikan saling menyerang yaitu: 1. Melakukan kerjasama dengan lebih dari satu kelompok petani cacing, 2. Pakan disebar secara menyebar atau diberikan kelima titik yang dimungkinkan ikan tidak saling berebut, 3. Ikan yang didederkan dimulai dari larva atau benih ukuran 0.5 inch atau berkisar umur 10-15 hari setelah menetas.
Sumber risiko penyakit dan perubahan kualitas air ada pada kuadran II. Kedua sumber risiko ini dapat ditangani dengan strategi preventif dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan agar sumber risiko berpindah dari kuadran II ke kuadran IV, sedangkan strategi mitigasi dilakukan agar sumber risiko berpindah dari kuadran II ke kuadran I.
Strategi preventif untuk menangani sumber risiko penyakit yaitu 1. Menjaga kondisi kolam pendederan agara tetap bersih dengan melakukan pembersihan secara rutin, 2. Memberikan obat kekolam seperti anti bakteri, dan anti parasit sebelum substrat yang berisi telur dimasukan kedalam kolam pendederan, 3. Mensterilisasi substrat dan alat setelah selesai panen, 4. Melakukan perlakuan terhadap cacing sutra secara rutin pada setiap penerimaan cacing dari petani cacing. Strategi mitigasi untuk menangani sumber risiko penyakit yaitu dengan melakukan kultur pakan alami sendiri, sehingga kualitas pakan alami dapat terkontrol kualitas dan kuantitasnya.
Strategi preventif untuk menangani risiko kualitas air yaitu 1. Melakukan pemeriksaan kualitas air dengan kertas lakmus untuk mrngukur pH atau dengan mengujikannya di laboratorium, 2. Melakukan pemeriksaan rutin kualitas air di tandon, 3. Menaikan pH air dengan Calcium carbonate atau soda kue apabila pH air sedang < 6.5. 4. Melakukan pemeriksaan kualitas air dahulu di kolam pendederan sebelum memindahkan substrat atau larva, 5. Melakukan pemeriksaan kualitas air secara rutin selama kegiatan produksi berlangsung. Strategi mitigasi untuk menangani sumber risiko kualitas air yaitu dengan menjual larva ikan, selain itu dapat dilakukan mendederkan ikan black ghost di daerah yang memiliki kondisi yang ideal untuk kelangsungan hidup ikan.