ANALISIS RISIKO PRODUKSI IKAN BLACK GHOST
DI UNIT PENDEDERAN I ARIFIN FISH FARM
KOTA BOGOR, JAWA BARAT
PANDU PRATAMA HADINATA
H34114073
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
*1Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi Ikan Black Ghost di Unit Pendederan I Arifin Fish Farm Kota Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Pandu Pratama Hadinata
NIM H34114073
1*
ABSTRAK
PANDU PRATAMA HADINATA, Analisis Risiko Produksi Ikan Black Ghost di Unit Pendederan I Arifin Fish Farm Kota Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh SUHARNO.
Apteronotus aldifrons yang dikenal dengan nama ikan black ghost adalah ikan yang berasal dari Amerika Selatan. Salah satu petani ikan yang memproduksi ikan black ghost di Kota Bogor adalah Bapak Arifin. Setiap siklus produksinya terjadi fluktuasi kelangsungan hidup ikan, hal ini diindikasikan adanya risiko. Tujuan penelitian ini adalah (1). mengidentifikasi risiko produksi yang dihadapi Bapak Arifin di unit pendederan I ikan blackghost. (2). menganalisi probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko yang dihadapi Bapak Arifin di unit pendederan I ikan black ghost. (3). menentukan strategi yang tepat untuk menangani risiko produksi yang dihadapi Bapak Arifin di unit pendederan I ikan
black ghost. Data diperoleh dari observasi di lapang dan hasil wawancara dengan pemilik usaha. Kemudian data tersebut dianalisis dengan metode deskriptif dan analisis risiko. Hasil analisis diperoleh sumber risiko di Arifin fish farm adalah perubahan kualitas air, penyakit dan ikan saling menyerang. Nilai probabilitas dan dampak pada masing-masing risiko adalah perubahan kualitas air 43,3% dan Rp 1,060,436, penyakit sebesar 48,0% dan Rp 1,848,419, ikan saling menyerang sebesar 34,5% dan Rp 248,781. Strategi penanganan sumber risiko ikan saling menyerang menggunakan strategi preventif. Strategi penanganan sumber risiko penyakit dan perubahan kualitas air yaitu dengan menggunakan strategi preventif dan mitigasi.
ABSTRACT
PANDU PRATAMA HADINATA, Risk Analis Produktion Black Ghost Fish in The Unit Pendederan I Arifin Fish Farm Kota Bogor Jawa Barat. Supervised by SUHARNO.
RINGKASAN
PANDU PRATAMA HADINATA, Analisis Risiko Produksi Ikan Black Ghost di Unit Pendederan I Arifin Fish Farm Kota Bogor Jawa Barat, skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan SUHARNO).
Indonesia memiliki potensi sumberdaya ikannya sangat besar dengan beraneka ragam ikan bernilai ekonomis tinggi. Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwa Indonesia saat ini menduduki peringkat ketiga ke-3 di dunia sebagai eksportir ikan hias. Banyak jenis ikan hias air tawar yang dibudidayakan di Indonesia tidak seluruhnya merupakan asli Indonesia, karena iklim Indonesia yang cocok untuk membudidayakan berbagai jenis ikan hias dan memungkinkan untuk berproduksi sepanjang tahun. Salah satu kota penghasil ikan hias di Indonesia adalah Kota Bogor di propinsi Jawa Barat. Ikan yang diminati untuk dibudidayakan oleh para petani yaitu ikan corydoras, gapi, black ghost, dan ikan mas koki. Hal tersebut dibuktikan bahwa produksi keempat ikan hias tersebut lebih dari 1.000.000 ekor per tahunnya dan mengalami peningkatan. Dari keempat ikan tersebut, ikan black ghost menduduki tingkat produksi paling tinggi di Kota Bogor. Produksi ikan black ghost yang tinggi tidak terlepas dari peranan para petani ikan hias yang bergerak sebagai breeder dan raiser. Semakin banyak fasilitas untuk mendederkan benih dan jumlah benih yang didederkan semakin banyak, maka semakin banyak juga benih yang dihasilkan. Namun keadaan dilapangan tidak selalu banyak benih yang dihasilkan, karena ada faktor-faktor yang dapat mengurangi kelangsungan hidup (survival rate/SR) benih. Salah satu petani ikan black ghost di Kota Bogor adalah Bapak Arifin. Dalam usahanya terjadi fluktuasi kelangsungan hidup di tiap siklusnya. Hal ini mengindikasikan adanya risiko dalam kegiatan produksinya.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu (1). mengidentifikasi risiko produksi yang dihadapi Bapak Arifin di unit pendederan I ikan blackghost. (2). menganalisi probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko yang dihadapi Bapak Arifin di unit pendederan I ikan black ghost. (3). menentukan strategi yang tepat untuk menangani risiko produksi yang dihadapi Bapak Arifin di unit pendederan I ikan black ghost.
Berdasarkan identifikasi sumber risiko di Arifin fish farm tidak semua sumber risiko yang di hadapi pembudidaya ikan sama. Adapun beberapa pertimbangan bahwa hama, suhu air, cuaca, kualitas induk, pakan dan sumber daya manusia tidak termasuk kedalam kategori sumber risiko. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan di Arifin fish farm, diperoleh sumber risiko yang dihadapi Arifin fish farm pada unit pendederan I yaitu kualitas air, ikan saling menyerang dan penyakit yang dapat mempengaruhi secara langsung terhadap kelangsungan hidup (survival rate)
larva dan benih black ghost yang berfluktuasi.
ANALISIS RISIKO PRODUKSI IKAN BLACK GHOST
DI UNIT PENDEDERAN I ARIFIN FISH FARM
KOTA BOGOR, JAWA BARAT
PANDU PRATAMA HADINATA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul skripsi : Analisis Risiko Produksi Ikan Black Ghost di Unit Pendederan I Arifin Fish Farm Kota Bogor, Jawa Barat
Nama : Pandu Pratama Hadinata NIM : H34114073
Disetujui oleh,
Dr.Ir. Suharno, M.Adev. Pembimbing
Diketahui oleh,
Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah risiko yang dilaksanakan sejak bulan Meret-Juni 2013 dengan judul Analisis Risiko Produksi Ikan Black Ghost di Unit Pendederan I Arifin Fish Farm Kota Bogor Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Suharno, M.Adev. selaku dosen pembimbing. Disamping itu penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Arifin Wangsadiredja selaku pemilik usaha Arifin Fish Farm yang telah membantu selama pengumpulan data. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga atas do’a dan kasih sayangnya. Saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman di Departemen Agribisnis angkatan 1, 2, dan 3 yang telah membantu saya saat di dalam dan luar kelas.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2013
Pandu Pratama Haadinata
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... v
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 6
Tujuan Penelitian ... 7
Manfaat Penelitian ... 7
TINJAUAN PUSTAKA ... 8
Gambaran Produksi Komoditas Ikan Black Ghost ... 8
Penelitian Terdahulu ... 9
Kerangka Pemikiran Teoritis ... 11
Pengertian Ketidakpastian dan Risiko ... 11
Kategori Risiko ... 11
Manajemen Risiko ... 12
Kerangka Pemikiran Operasional ... 14
METODE PENELITIAN ... 15
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15
Sumber dan Jenis Data ... 15
Metode Pengumpulan Data ... 15
Metode Analisis Data ... 16
Metode Analisis Deskriptif ... 16
Metode Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko ... 17
Analisis Dampak Risiko ... 18
Pemetaan Risiko ... 19
Penanganan Risiko ... 20
GAMBARAN UMUM ARIFIN FISH FARM ... 22
ANALISIS RISIKO PRODUKSI IKAN BLACK GHOST DI UNIT PENDEDERAN I ARIFIN FISH FARM ... 27
KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
DAFTAR TABEL
1. Jumlah rumah tangga pembudidaya (RTP) ikan hias Kota Bogor tahun 2011 ... 2
2. Ukuran ikan, lama pengangkutan, jumlah ikan, dan banyaknya oksigen yang harus dipenuhi dalam proses pengangkutan. ... 4
3. Distribusi z 1,5 - 1,8 ... 19
4. Produksi ikan black ghost di anggota BMS tahun 2011 ... 22
5. Distribusi z 0,0 - 0,2 ... 31
6. Probabilitas risiko dari sumber risiko produksi ... 31
7. Distribusi z 1,5 - 1,8 ... 32
8. Dampak risiko dari sumber risiko produksi ... 33
9. Status risiko dari sumber risiko ... 34
DAFTAR GAMBAR
1. Data produksi ikan hias di Kota Bogor ... 22. Produksi ikan hias air tawar di Kota Bogor ... 3
3. Produksi benih ikan black ghost tahun 2012 ... 6
4. Rangkaian kejadian berisiko dengan ketidakpastian ... 11
5. Proses pengelolaan risiko ... 13
6. Kerangka pemikiran operasional ... 14
7. Peta risiko ... 20
8. Preventif risiko ... 21
9. Mitigasi risiko ... 21
10. Alur kegiatan produksi benih di Arifin fish farm ... 23
11. Struktur organisasi ... 26
12. Hasil pemetaan sumber risiko ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner penelitian ... 382. Data produksi per siklus benih ikan black ghost di Arifin fish farm Januri 2011 - April 2013 ... 41
3. Persentase kematian benih pada tiap sumber risiko ... 42
4. Analisi probabilitas sumber risiko perubahan kualitas air ... 42
5. Analisi probabilitas sumber risiko penyakit ... 43
6. Analisi probabilitas sumber risiko ikan saling menyerang ... 43
7. Analisis dampak sumber risiko perubahan kualitas air ... 44
8. Analisis dampak sumber risiko penyakit ... 44
9. Analisis dampak sumber risiko ikan saling menyerang ... 44
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi sumberdaya ikannya sangat besar dengan beraneka ragam ikan bernilai ekonomis tinggi. Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwa Indonesia saat ini menduduki peringkat ketiga di dunia sebagai eksportir ikan hias. Dengan peringkat tersebut, nilai pangsa pasar ikan hias mencapai 7,5 persen. 2Ketua Dewan Ikan Hias Indonesia, Dr Suseno, Jumat (23/9) mengatakan, posisi Indonesia di bawah Singapura dan Malaysia yang masing-masing berturut-turut sebesar 22,5 persen dan 11 persen. Ekspor Ikan hias Indonesia pada tahun 2010 telah mencapai US$ 12 juta atau naik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai US$ 10 juta. 3Prospek bisnis ikan hias memang sangat menjanjikan, apalagi ikan hias di Indonesia memiliki keragaman baik bentuk tubuh dan warna yang indah sehingga dapat dipercaya dapat mengurangi stress oleh para pecinta ikan hias, Dirjen Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) (Slamet, 2013).
Banyak jenis ikan hias air tawar yang dibudidayakan di Indonesia namun tidak seluruhnya merupakan asli Indonesia, karena iklim Indonesia yang cocok untuk membudidayakan berbagai jenis ikan hias dan memungkinkan untuk berproduksi sepanjang tahun (Satyani dan Dermawan. 2006). Jenis ikan hias air tawar yang diimpor ke Indonesia kemudian dikembangbiakan untuk dijual di pasar lokal dan di pasar mancanegara. Ikan hias ini banyak diminati oleh konsumen seperti hobiis maupun kolektor untuk dipelihara sehingga memberikan hiburan tersendiri bagi pemeliharanya, karena itu ikan-ikan yang dibudidayakan harus memiliki bentuk, ukuran, warna, dan kebiasaan atau tingkah laku ikan yang dapat menarik konsumen. Contohnya seperti ikan discus yang memiliki bentuk bulat pipih dan ada juga yang lonjong pipih. Ukuran ikan discus biasa dijual mulai dari ukuran 1,5, 2, 2,5, dan 3 inci. Warna ikan ini bermacam-macam yaitu putih, coklat, merah, biru, dan hijau. Kebiasaan ikan ini yang menjadikan ikan ini unik yaitu pada saat induk ikan ini memelihara anaknya seakan-akan seperti menyesui karena anaknya berenang berdampingan dengan induknya. Ikan discus pun mempunyai julukan King of Aquarium. Selain ikan discus ada pula ikan black bersembunyi diantara bebatuan atau goa buatan dan tidak memangsa maupun mengganggu ikan lain (Satyani dan Dermawan, 2006).
Salah satu kota penghasil ikan hias di Indonesia adalah Kota Bogor di propinsi Jawa Barat. Pada tahun 2011 tercatat ada 200 rumah tangga pembudidaya (RTP) ikan hias di Kota Bogor yang tersebar di 6 kecamatan. RTP terbanyak ada
2
www.kominfojatim.com March 13, 2013, 2:15:47 AM 3
di Kecamatan Tanah Sareal sebanyak 75 orang atau sebesar 37,5 persen, kedua di Kecamatan Bogor Selatan sebanyak 28 orang atau sebesar 14 persen, ketiga dan keempat memiliki jumlah yang sama yaitu 26 orang atau sebesar 13 persen di Kecamatan Bogor Tengah dan Bogor Timur, kelima di Kecamatan Bogor Utara sebanyak 25 orang atau sebesar 12,5 persen, dan yang keenam di Kecamatan Bogor Barat sebanyak 20 orang atau sebesar 10 persen. Banyaknya ikan hias yang diproduksi di Kota Bogor yaitu sebesar 13,789,590 ekor pada tahun 2011. Setiap Kecamatan berbeda-beda jumlah produksinya. Produksi terbesar ada di Kecamatan Tanah Sereal yaitu sebesar 47 persen, kedua yaitu Kecamatan Bogor Utara sebesar 18 persen, ketiga yaitu Kecamatan Bogor Timur sebesar 13 persen, keempat dan kelima memiliki nilai persentase yang sama yaitu sebesar 10 persen di Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Selatan, dan yang keenam yaitu Kecamatan Bogor Tengah sebesar 2 persen. Data RTP dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah rumah tangga pembudidaya (RTP) ikan hias Kota Bogor tahun 2011
Sumber: Dinas Kota Bogor 2013 (diolah)
Ikan hias yang dibudidayaka di Kota Bogor diantaranya ikan gapy, arwana, corydoras, discus, koi, cupang, louhan, maanvis, mas koki, neon tetra, black ghost
dan ikan hias lainnya. Perkembangan produksi ikan hias di Kota Bogor terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2010-2011 ikan hias mengalami kenaikan sebesar 270.384 ekor atau 1.98% dan dari tahun2011-2012 mengalami kenaikan sebesar 275.793 ekor atau 1.96%. Data peningkatan produksi ikan hias per tahun dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Data produksi ikan hias di Kota Bogor
Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor 2013
Ikan yang diminati untuk dibudidayakan oleh para petani yaitu ikan corydoras, gapi, black ghost, dan ikan mas koki pada gambar 2. Hal tersebut dibuktikan bahwa produksi keempat ikan hias tersebut lebih dari satu juta ekor per tahunnya dan mengalami peningkatan. Dari keempat ikan tersebut, ikan black ghost menduduki tingkat produksi paling tinggi di Kota Bogor.
Gambar 2. Produksi ikan hias air tawar di Kota Bogor
Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor 2013
4
Ikan Black ghost ( Afteronotus albifrons, Linneaus ) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai peluang bisnis yang potensial. Ikan jenis ini belum banyak dikenal oleh masyarakat tetapi saat ini beberapa pengusaha ikan hias memproduksi benih sebagai komoditas lokal maupun ekspor. Black ghost berasal dari sungai Amazon. Ikan ini dikenal pendamai yaitu ikan yang tidak mengusik atau memangsa ikan yang kecil sehingga ikan black ghost dapat dipelihara dengan ikan hias lainnya. Ikan ini memiliki gaya berenang yang unik, yaitu bisa berenang maju, mundur, berputar-putar dan terbalik. Sirip yang menyatu ini memanjang dari dada hingga pangkal ekor. Pada saat berenang atau ada aliran air, sirip ini berkibar-kibar sehingga membuat daya tarik tersendiri.
Produksi ikan black ghost yang tinggi tidak terlepas dari peranan para petani ikan hias yang bergerak sebagai breeder dan raiser. Breeder adalah petani ikan yang berfungsi mengawinkan indukan ikan hias untuk menghasilkan keturunan yang memiliki karakter yang diinginkan. Setelah mendapatkan hasil perkawinan induk yang dapat menghasilkan benih yang diinginkan dan stabil karakternya.
digunakan istilah S untuk ikan dengan ukuran terkecil, M untuk ikan dengan ukuran sedang, dan L untuk ukuran besar. Ukuran ikan berbeda-beda, tergantung pada jenis ikannya. Kesuksesan pada akhir produksi ikan hias yaitu benih-benih ikan hias yang berhasil didederkan sesuai dengan ukuran ikan hias yang diminta konsumen akhir.
Raiser membutuhkan tempat pendederan yang lebih luas dari pada tempat pemijahan, karena untuk memelihara anak ikan hasil dari beberapa perkawinan, Selain itu ukuran benih ikan yang semakin besar perlu dilakukan penjarangan atau pemindahan ketempat yang lebih besar agar ikan cepat tumbuh dan tidak berdesakan sehingga tidak terjadi rebutan oksigen. Tempat pendederannya berupa kolam semen dengan ukuran berkisar 3m x 2m mampu membesarkan larva dengan jumlah yang banyak (Lingga dan Susanto, 1987). Semakin banyak fasilitas untuk mendederkan benih dan jumlah benih yang didederkan semakin banyak, maka semakin banyak juga benih yang dihasilkan. Namun keadaan dilapangan tidak selalu banyak benih yang dihasilkan, karena ada faktor-faktor yang dapat mengurangi kelangsungan hidup (survival rate/SR) benih.
Fluktuasi jumlah kelangsungan hidup produksi benih bisa dikarenakan faktor keterampilan tenaga kerja, faktor ikan, faktor jarak pengangkutan larva ke unit pendederan, faktor lingkungan hidup dan faktor hama dan penyakit, Faktor keterampilan tenaga kerja yaitu latar belakang pendidikan dan pengalaman. Faktor ikan yaitu benih yang terlalu dini dipindahkan (tanpa melakukan aklimatisasi) ke bak pendederan atau ikan yang terlahir cacat sehingga tidak dapat bertahan hidup. Faktor lingkungan hidup umumnya dilakukan pemeriksaan suhu air, pH air (Dealami,2001). Selain itu faktor jarak pengangkutan yang berhubungan dengan jumlah ikan dan banyaknya oksigen dalam kemasan menjadi faktor kelangsungan hidup benih selama perjalanan dari tempat larva atau benih ukuran kecil ke petani pendeder ikan ukuran besar, sehingga dibentuk standarisasi untuk pengemasan. Standarisasi pengemasan dapat dilihat pada tabel 2. Adanya hubungan antara ukuran ikan, lama pengangkutan, jumlah ikan, dan banyaknya oksigen, menjadi pertimbangan petani untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup ikan hias selama perjalanan. Kemungkinan ikan kehabisan oksigen selama perjalanan, sehingga petani harus mengatur seberapa banyak ikan, pada ukuran berapakah ikan, dan berapa lama perjalanan sampai pada tujuannya.
Tabel 2. Ukuran ikan, lama pengangkutan, jumlah ikan, dan banyaknya oksigen yang harus dipenuhi dalam proses pengangkutan.
No. Ukuran Ikan
tersebut menetas (Bachtiar, 2004). Pembuatan kondisi air yang sesuai dengan kehidupannya di alam menjadi salah satu langkah awal dalam mempertahankan kehidupan ikan. Beberapa cara itu seperti mengubah pH air, menstabilkan suhu, dan penyesuaian secara visual kondisi lingkungan sesuai habitanya. Beberapa langkah merubah pH air secara alami yaitu dengan memberi tanah gambut kering dipermukaan air yang terkena hujan maka secara alamiah pH air akan meningkat ke arah basa. Pengontrolan suhu dengan menggunakan thermometer,sedangkan untuk menaikan suhu dengan pemanas atau heater (Lambert, 2009).
Faktor lainnya yang dapat mengganggu kelangsungan hidup benih seperti hama dan penyakit. Di tempat budidaya yang terbuka, hama dan penyakit sulit dikontrol. Hama yang suka bersembunyi dalam air maupun tanah, dan penyakit yang ukurannya mikro sulit untuk diditeksi dan diprediksi keberadaannya di tempat budidaya yang terbuka. Tempat budidaya yang terbuka akan mudah hama dan penyakit berkembangbiak dibandingkan tempat yang tertutup, karena di tempat budidaya yang terbuka tidak ada pelindung seperti dinding dan atap yang dapat mencegah hama dan penyakit masuk kelingkungan budidaya untuk menyerang benih. Apabila hama dan panyakit menyerang maka memungkinkan dapat merusak separuh atau lebih populasi ikan pada kolam, sehingga memberikan dampak rugi bagi pembudidayanya. Benih maupun indukan akan dimangsa hama atau terkena penyakit jika pembudidayanya tidak melakukan pencegahan (Satyani dan Dermawan, 2006).
Salah satu pelaku yang bergerak dalam usaha produksi ikan hias adalah Bapak Arifin Wangsadiredja. Beliau memiliki tempat usaha yang diberi nama Arifin fish farm (AFF). Bapak Arifin adalah seorang breeder sekaligus seorang
raiser. Salah satu komoditi yang diunggulkan di Arifin fish farm adalah ikan
black ghost, dengan pertimbangan menurut beliau permintaan pasar ikan black ghost masih tinggi karena pelanggannya belum dapat terpenuhi kebutuhannya. Arifin fish farm memiliki tiga unit fungsi dalam memproduksi ikan hias black ghost. Unit fungsi tersebut yaitu unit pemijahan, unti pendederan I dan unit pendederan II. Unit pemijahan adalah suatu unit yang menjalankan fungsi untuk mengawinkan indukan ikan black ghost. Kegiatan di unit pemijahan yaitu memelihara indukan, menseterilkan alat pemijahan, mengawinkan indukan, dan memanen telur. Keberhasilan dari kegiatan ini yaitu dapat menghasilkan telur dan telah terbuahi dalam jumlah yang optimal yaitu 180-200 butir yang menempel pada pakis. Kemudian telur-telur tersebut dimasukan ke kolam pendederan yaitu di unit pendederan I. Unit pendederan I berfungsi untuk menetaskan telur, memelihara larva dan benih sampai panen atau umur 45 hari atau ukuran 1,5 inci (ukuran M). apabila ada benih ikan black ghost yang terlampau lebih besar yaitu berkisar 2 inci, maka benih ini di pelihara di unit pendederan II, sampai panen ukuran 2,5 inci atau umur benih 60 hari setelah telur menetas. Dari ketiga unit ini, pada unit pendederan I memiliki waktu pemeliharaan yang lebih lama yaitu berkisar 45 hari, sehigga rentan kematian larva atau benih ikan menjadi suatu hal yang harus difokuskan mengingat hasil akhir dari kegiatan peroduksi ini adalah benih-benih ukuran 1,5 inci. Arifin fish farm menghasilkan benih ikan black ghost
kegiatan untuk mengelola ketidakpastian tersebut, sehingga dapat diambil keputusan yang diperlukan untuk menghindari atau mengurangi risiko yang akan dihadapi.
Perumusan Masalah
Pembudidaya ikan hias tidak terlepas dari risiko dan ketidakpastian dalam usahanya. Situasi risiko dan ketidakpastian dalam hal ini adalah terganggunya kelangsungan hidup benih ikan black ghost di unit pendederanyang dihadapi oleh
raiser, sehingga kemungkinan terjadi variasi jumlah ikan yang hidup. Faktor ketidakpastian ini merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan dalam kegiatan berproduksi.
Salah satu pembudidaya ikan black ghost adalah Bapak Arifin Wangsadiredja. Beliau sebagai seorang breeder sekaligus raiser ikan black ghost. Lokasi unit pemijahan dan pendederannya masih dalam satu tempat prosuksi. Beliau sering menghadapi ketidakpastian dan risiko produksi pada budidaya ikan
black ghost. Hal ini tampak pada kelangsungan hidup benih atau survival rate
(SR) benih per siklus yang mengalami fluktuasi pada gambar 3.
Gambar 3. Produksi benih ikan black ghost tahun 2012
Sumber: Arifin, 2013
Pada gambar 3 survival rate (SR) tertinggi yaitu 99 % terjadi pada bulan Mei-Juni 2012, dan SR yang terendah yaitu 50 % ada pada bulan September-Oktober 2012. Rata-rata SR pada tahun 2011 yaitu sebesar 72.5 % dan mengalami kenaikan rata-rata SR di tahun 2012 sebesar 76.8 %. Berdasarkan informasi dari pemilik usaha, yang menyebabkan fluktuasi SR yaitu serangan penyakit, ikan
yang saling menyerang dan kualitas air. Terjadinya fluktuasi kelangsungan benih ikan black ghost di Arifin fish farm mengindikasikan adanya risiko. Adanya ketidakpastian kelangsungan hidup benih ikan black ghost menimbulkan ketidakpastian terhadap dampak kerugian yang akan merugikan usaha Bapak Arifin. Berdasarkan gambaran kondisi diatas dapat diterapkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja sumber-sumber risiko yang dihadapi Bapak Arifin di unit pendederan I ikan black ghost?
2. Bagaimana probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko yang dihadapi di unit pendederan I tersebut?
3. Strategi apa yang sebaiknya dilakukan Bapak Arifin untuk menangani risiko?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Mengidentifikasi risiko produksi yang dihadapi Bapak Arifin di unit pendederan I ikan blackghost.
2. Menganalisi probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko yang dihadapi Bapak Arifin di unit pendederan I ikan black ghost.
3. Menentukan strategi yang tepat untuk menangani risiko produksi yang dihadapi Bapak Arifin di unit pendederan I ikan black ghost.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan sebagai berikut:
1. Bagi pemilik usaha, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi Bapak Arifin dalam penanganan risiko.
2. Bagi penulis, sebagai pembelajaran dalam menganilisis dan memberikan
alternative solusi dari permasalahan risiko yang dihadapi di unit pendederan dengan komoditi black ghost.
3. Bagi pembaca, sebagai informasi dan rujukan.
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Produksi Komoditas Ikan Black Ghost
Ikan black ghost ( Afteronotus albifrons, Linneaus ) berasal dari sungai Amazon di Amerika Selatan merupakan ikan pendamai, yang ukurannya dapat mencapai 50 cm, tubuhnya memanjang dan pipih dengan warna tubuh hitam. Ikan ini digolongkan kedalam ikan pisau (Knifefishes), karena secara keseluruhan bentuk tubuhnya menyerupai pisau melebar dari bagian kepala dan badan kemudian melancip dibagian perut (Satyani dan Dermawan, 2006)
Persyaratan kualitas air sebaiknya digunakan untuk ikan black ghost yaitu suhu air dipertahankan yaitu berkisar anatara 25 sampai dengan 28 derajat Celcius dengan kisaran pH antara 6.5 – 7.5. Pakan ikan sebaiknya memilih makanan jenis tertentu, dapat memakan pakan kering, beku maupun makanan hidup, walaupun demikian lebih suka jika diberi pakan cacing rambut. Perawatan induk yang akan dipijahkan sebaiknya menggunakan suhu air yang harus dipertahankan dengan kisaran 26-28°C dan kisaran pH antara 6 - 7. Jenis pakan untuk induk black ghost, yaitu cacing darah (blood worm) dan jentik nyamuk (larva nyamuk) (Satyani dan Dermawan, 2006).
Pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan ataupun secara masal. Pemijahan secara masal dilakukan dengan perbandingan jantan dan betina yaitu 1:1 atau 1:2. Pemijahan masal biasanya dilakukan di dalam akuarium dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 40 cm, biasanya dapat dipakai untuk memijahkan induk sekitar 5-8 ekor karena ukuran induk bisa mencapai panjang 20 cm. Setelah indukan berhasil dipijahkan, kemudian induk betina ikan akan bertelur dan menyembunyikan telurnya di substrat, seperti pakis. Indukan akan melakukan perkawinan pada malam hari dan mengeluarkan telurnya pada malam hari juga. Pengambilan pakis yang berisi telur dari kolam pemijahan dilakukan pada pagi hari. Telur black ghost akan menetas dalam waktu 3-4 hari. Telur yang tidak menetas atau membusuk sebaiknya segera disipon atau dibuang agar tidak mengganggu kelangsungan hidup ikan yang baru menetas. Larva black ghost yang baru menetas mula-mula berwarna putih dan seperti lendir. Setelah berumur satu minggu, anak black ghost telah berwarna hitam. Anak black ghost yang masih berukuran kecil diberi pakan kutu air atau artemia (Bachtiar, 2004).
5
Pendederan dapat dilakukan di akuarium ukuran 100 cm x 35 cm x 50 cm dan dapat diisi anak black ghost yang baru menetas 3-4 hari sebanyak 200 - 250 ekor atau bak ukuran 100 cm x 50 cm x 40 cm dapat diisi 500 – 800 ekor per 100 liter air selama 25-30 hari. Air yang digunakan sebaiknya air yang telah diendapkan selama sehari semalam. Untuk pembesaran ikan black ghost dapat diberi cacing sutra, jentik nyamuk dan cacing darah. Pada pendederan tahap kedua bisa menggunakan ukuran akuarium maupunbak yang sama namun kepadatan ikan dikurangi, sehingga kepadatan ikan mencapai 300-500 ekor per 100 liter air, Agar ikan dapat merasa nyaman sebaiknya dilengkapi juga dengan tempat persembunyiannya seperti potongan paralon. Dari usaha pendederan, black ghost biasanya dipanen saat mencapai 1.5-3 inchi (Bachtiar, 2004).
5
Penelitian Terdahulu
Sumber-sumber risiko
Sumber-sumber risiko produksi pertanian, dan perikanan pada umumnya disebabkan faktor-faktor seperti perubahan cuaca, hama dan penyakit, kesalahan teknis dari pekerja (human error). Risiko ini dapat diminimalisasi dengan penggunaan teknologi tepat guna seperti green house yang dilengkapi thermometer, hygrometer, pH-meter, dan dinding dari jaring kawat atau kaca untuk menangani perubahan suhu, kelembapan, serangan hama dan penyaki pada komoditi pertanian, begitu pun dengan pemeliharaan ikan di hecri yang dilengkapi thermometer dan pH-meter. Sumber risiko berupa penyakit umumnya di lakukan pencegahan dengan pemeliharaan kondisi lingkungannya yang bersih dan pemberian obat-obatan.
Penelitian Silaban (2011) mengidentifikasikan bahwa sumber-sumber risiko pada kegiatan operasional di PT. Taufan Fish farm pada komoditi lobster, ikan discus, dan maanvis yaitu cuaca, kualitas pakan, hama dan penyakit. Cuaca menjadi risiko operasional, karena faktor cuaca ini bersumber dari eksternal sehingga sulit diprediksi. Produksi ikan discus, lobster dan maanvis mengalami penurunan pada musim hujan. Kualitas pakan menjadi salah satu fakor timbulnya penyakit, sehingga berbagai penanganan terhadap pakan ikan seperti memuasakan cacing sebelum diberikan ke ikan menjadi alternative pencegahannya.
Penelitian Listya (2012) mengidentifikasikan bahwa sumber-sumber risiko pada kegiatan operasional di kelompok tani caringin dengan komoditi pepaya California yaitu cuaca, hama dan penyakit. Produksi papaya terjadi penurunan pada saat musim hujan. Tanaman papaya rentan terhadap penyakit pada musim hujan. Serangan penyakit tersebut seperti pembusukan pada buah papaya yang merupakan hasil produksinya. Serangan hama pada tanaman papaya menyebabkan kerusakan pada bagian organ tanaman seperti daun, batang dan buah.
Penelitian Amanda (2012) mengidentifikasikan bahwa sumber-sumber risiko pada kegiatan operasional di PT. ESAPUTLii dengan komoditi udang vannamei yaitu faktor cuaca dan tenaga kerja. Faktor cuaca dapat mempengaruhi pH, suhu dan salinitas pada air, dampak sering terjadi perubahan ini mengakibatkan penurunan produksi benur. Sumber risiko yang muncul akibat dari para pekerjanya karena kurang ulat dalam bekerja. Kelalaian yang muncul saat bekerja diantaranya kesalahan dalam melakukan penyesuaian suhu dan pemindahan induk udang vannamei pada media, kesalahan dalam memperkirakan fase induk yang akan diablasi, kelalaian dalam menjaga kebersihan kolam, dan pengontrolan air pada bak larva.
Metode analisis risiko
Pengukuran risiko yang dilakukan oleh Listya (2012) menggunakan analisis
Pengukuran risiko yang dilakukan oleh Silaban (2011) menggunakan analisis portofolio. Produksi tertinggi yaiu lobster dan risiko terendah adalah mannvis pada kegitan spesialisasi. Pada penilaian risiko dua portofolio diperoleh bahwa diversifikasi mannvis dan lobster memiliki risiko paling tinggi dibandingkan dengan diversifikasi mannvis dan discus serta lobster dan discus.
Pengukuran risiko yang dilakukan oleh Amanda (2012) menggunakan analisis expected return dan analisis penyimpangan. Hasil dari penilaian expected return memberikan nilai sebesar 14.999.400, artinya PT. ESAPUTLii dapat mengharapkan perolehan hasil sebanyak 14.999.400 benur vannamei untuk setiap kondisi dalam proses produksi yang telah diakomodasi oleh PT. ESAPULTLii. Nilai coefficient variation yaitu 0.12, artinya untuk setiap satu satuan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi benur memiliki risiko sebesar 12%.
Strategi pengelolaan
Silaban (2011) menyarankan strategi penanganannya dengan diversifikasi yaitu menggabungkan asset yang ada. Diversifikasi dua dan tiga jenis ikan hias ternyata dapat menekan risiko produksi. Amanda (2012) menyarankan menggunakan strategi preventif. Strategi tersebut yaitu meningkatkan penanganan induk, peningkatan ketelitian terhadap indukan yang akan diablasi, pembersihan dan pengecekan kolam tiap harinya dan pemberian alarm pada bak larva, tendon, dan bak induk. Listya (2012) menyarankan menggunakan strategi mitigasi dan preventif. Strategi mitigasi yang dilakukan yaitu mengatur jarak tanam dan penggunaan obat-obatan, sedangkan strategi preventif yang dilakukan yaitu dengan pemusnahan buah yang busuk.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pengertian Ketidakpastian dan Risiko
Ketidakpastian atau uncertainty sering diartikan dengan keadaan dimana ada beberapa kemungkinan kejadian dan setiap kejadian akan menyebabkan hasil yang berbeda. Tetapi tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadian itu sendiri tidak diketahui secara kuantitatif. Sedangkan risiko adalah ketidakpastian yang telah diketahui probabilitasnya Risiko dapat diartikan juga penyebaran atau penyimapangan dari target, sasaran, atau harapan (Bramantyo, 2008).
Ada tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap sebagai risiko yaitu merupakan suatu kejadian, kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, jadi bisa saja terjadi atau bisa saja tidak terjadi dan jika sampai terjadi, akan menimbulkan kerugian (Kountur, 2008). Tiga unsur ini harus terpenuhi sebagai bentuk suatu risiko. Penting bagi seorang ahli untuk mengetahui perbedaan risiko dan ketidakpastian.
Menurut Soekartawi et al. (1993), pengertian risiko dan ketidakpastian secara mudah digambarkan dalam satu rangkaian kesatuan seperti pada Gambar 4. Gambar tersebut menjelaskan bahwa peristiwa di dunia dapat digolongkan menjadi dua situasi ekstrim, yaitu peristiwa atau kejadian yang mengandung risiko (risk events) dan kejadian yang tidak pasti (uncertainty events). Gambar tersebut juga menjelaskan bahwa risiko berbeda dengan ketidakpastian. Risiko berhubungan dengan kejadian yang peluang terjadinya dapat diketahui sedangkan ketidakpastian dihubungkan dengan keadaan yang hasil dan akibatnya tidak dapat diketahui. Sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko dan ketidakpastian dapat dibedakan berdasarkan diketahui atau tidaknya peluang kemunculan suatu kejadian.
Gambar 4. Rangkaian kejadian berisiko dengan ketidakpastian Kategori Risiko
oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Sedangkan risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh fakto-faktor non-keuangan, seperti manusia, teknologi, dan alam (Kountur, 2008). risiko operasional bisa terjadi pada dua tingkatan yaitu teknis dan organisasi. Pada tatanan teknis bisa terjadi ketika kesalahan dalam mencatat, informasi tidak memadai, dan pengukuran risiko tidak akurat. Pada tatanan organisasi bisa terjadi ketika sistem pelaporan dan sistem pemantauan tidak berkerja dengan semestinya (Bramantyo, 2008). Risiko dari sudut pandang akibat ada dua yaitu risiko murni dan spekulatif. Risiko murni yaitu apabila suatu kejadian yang berakibat merugikan saja atau tidak memberikan keuntungan. Sedangkan risiko spekulatif yaitu risiko yang memberikan keungtungan namun memungkinkan merugikan. Kemudian kategori yang ketiga yaitu risiko dari sudut pandang aktivitas. Risiko aktivitas adalah penamaan dari suatu risiko yang ada dalam aktivitasnya. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas, sebanyak juga jumlah aktivitas yang ada. Kategori keempat yaitu risiko dari sudut pandang kejadian. Risiko kejadian merupakan suatu penyebab langsung yang dapat merugikan perusahaan, berbeda dengan faktor yang menyebabkan terjadinya risiko (Kountur, 2008). Adapun gambaran risiko produksi ini yaitu, berdasarkan kategori satu yaitu sudut pandang penyebab, termasuk kedalam risiko operasional karena aktivitas produksi yang dikaji. Kategori kedua yaitu dari sudut pandang akibat. Risiko tersebut termasuk risiko murni, karena keseluruhan risiko yang dikaji menunjukan kerugian tanpa memberikan keuntungan yaitu kelangsungan hidup ikan. Kategori ketiga yaitu risiko dari sudut pandang aktivitas. Adapun aktivitas yang terjadi didalamnya yaitu pemeliharaan ikan dan memanipulasi kondisi lingkungan hidup ikan. Kategori yang keempat yaitu dari sudut pandang kejadian. Adapun kejadiannya yaitu ikan mati karena kejadian perubahan kualitas air, serangan penyakit dan ikan saling menyerang.
Manajemen Risiko
Pendekatan manajemen risiko terbagi menjadi dua yaitu konvensional dan terintegrasi. Pendekatan secara konvensional yaitu setiap manajer bertanggung jawab atas risiko unit kerjanya, seperti manajer produksi bertanggung jawab atas majemen risiko produksinya, dan manajer pemasaran bertanggung jawab atas manajemen risiko pemasarannya. Pendekatan secara integrasi yaitu risiko dibagi menurut jenisnya. Biasanya perusahaan mengangkat seorang direktur risiko atau dikenal dengan CRO (Chief Risk Officer) untuk menangani risiko perusahaannya (Bramantyo, 2008). Adapun pengangkatan CRO ini biasanya dilakukan di perusahaan skala besar yang berbadan hukum.
Beberapa alasan penanganan risiko dianggap sebagai salah satu fungsi manajemen yaitu setiap menejer harus bertanggung jawab atas risiko yang ada pada unitnya, maka dari itu manajemen risiko merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh setiap menejer yang tidak boleh sampai terabaikan. Enterprise Risk Manajemen (ERM) adalah suatu cara (metode) yang digunakan perusahaan untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya (Kountur,2008). Peran ERM menjamin bahwa setiap proses dari manajemen risiko dilaksanakan dengan baik oleh setiap manajer.
perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan mengendalikan. Penambahan satu fungsi yaitu penanganan risiko atau pengelolaan risiko (Kountur, 2008). Manajemen risiko pun berfungsi untuk mengetahui yang uncertain menjadi
certain, dengan cara mengukur kemungkinan-kemungkinan yang disebabkan oleh sumber risiko dan mengetahui dampak kerugian yang akan diterima oleh perusahaan jika sumber risiko tersebut tidak dapat dicegah maupun dikendalikan.
Pengelolaan atau manajemen risiko dimulai dari identifikasi risiko, pengukuran risiko, penanganan risiko dan diakhiri dengan evaluasi. Proses pengelolaan risiko menurut Kountur,2008 dapat dilihat pada gambar 5. Pengelolaan ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadi dan dampak kerugian terhadap perusahaan yang ditimbulkan oleh sumber risiko.
Gambar 5. Proses pengelolaan risiko
kemudian dilakukan evaluasi setiap periodenya agar penanganan risiko dapat dilakukan dengan tepat (Kountur, 2008).
Kerangka Pemikiran Operasional
Dalam menjalankan usaha produksi benih ikan black ghost kendala yang dihadapi oleh Bapak Arifin di Arifin fish farm (AFF) selaku pelaku usahas adalah risiko produksi yang diindikasikan adanya fluktuasi kelangsungan hidup benih pada setiap siklus produksinya. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengidentifikasian sumber-sumber risiko produksi yang terdapat didalam unit pendederan I di Arifin fish farm dihadapi Bapak Arifin dan penanganan risiko yang dilakukan oleh Bapak Arifin. Analisis ini dilakukan dengan metode deskriptif melalui wawancara, observasi dan diskusi dengan Bapak Arifin. Setelah itu melakukan analisis probabilitas dan dampak risiko produksi pembenihan black ghost di tempat Bapak Arifin. Analisis ini probabilitas menggunakan nilai standar atau z-score, sedangkan analisis dampak risiko menggunakan analisis Value at Risk (VaR).Hasil analisis probabilitas dan dampak risiko kemudian dihitung untuk mengetahui status risiko dan dipetakan dalam peta risiko. Status risiko akan menunjukan ukuran besaran risiko yang paling berisiko dan kecil risikonya. Peta risiko akan menunjukan sebaran sumber risiko produksi pada setiap kuadrannya. Setelah itu mencari dan menentukan alternative strategi untuk menangani sumber risiko produksi tersebut. Untuk kerangka pemikiran operasional dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 6. Kerangka pemikiran operasional Fluktuasi produksi benih ikan black ghost di AFF
Identifikasi sumber-sumber risiko produksi di AFF
Probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi dengan menggunakan z-score
Dampak dari sumber-sumber risiko produksi dengan
metode VaR
Pemetaan risiko dari perhitungan probabilitas dan dampak risiko
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Arifin fish farm Kp. Tarikolot RT 01/04 No.19 Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Pemiilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Bapak Arifin merupakan breeder sekaligus raiser dengan komoditi ikan black ghost. Beliau membentuk kelompok tani yang bernama Batara Mina Sejahtera (BMS) sejak 2003 dan dikukuhkan menjadi kelompok tani dengan kelas Madya tanggal 1 juni 2010 di Dinas Agribisnis. Skala usaha produksi ikan black ghost milik bapak Arifin merupakan yang terbesar di BMS. Usaha budidaya ikan black ghost milik Bapak Arifin mengalami fluktuasi kelangsungan hidup benih yang mengindikasikan adanya risiko produksi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2013.
Sumber dan Jenis Data
Jenis data yang digunakan bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu data non numerik yang dapat menggambarkan secara umum perusahaan. Penggunaan data kualitatif pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran usaha, perkembangan, alat dan bahan yang digunakan di Arifin fish farm. Data kuantitatif yaitu data numerik atau berupa angka seperti data per siklus produksi, harga benih ukuran 1.5 inch dan data lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini untuk mengukur risiko.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian dengan cara pengamatan langsung di lokasi usaha Bapak Arifin dan wawancara dengan pemilik usaha untuk mengetahui keadaan umum kegiatan usaha. Selain itu melakukan wawancara dengan pekerja. Data yang diperoleh adalah data primer yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif yang diperoleh adalah mengenai masalah yang dihadapi saat berproduksi dan sumber risiko produksi, sedangkan data yang bersifat kuantitatif yang diperoleh adalah jumlah input yang digunakan, harga jual benih per ekor. Data tersebut diperoleh dengan metode recall. Data sekunder dikumpulkan melalui informasi dan laporan tertulis yang sudah ada di lembaga atau instansi terkait dan dokumen perusahaan.
Metode Pengumpulan Data
Melakukan observasi atau pengamatan. Observasi dilakukan dengan melihat dan mengamati langsung proses kegiatan produksi di unit pemijahan dan unit pendederan I. Data yang diperoleh dari hasil observasi yaitu data primer yang bersifat kualitatif. Data ini dapat menggambarkan secara umum proses produksi benih ikan black ghost di perusahaan pada saat itu.
Melakukan wawancara dengan pemilik usaha. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik usaha yaitu data primer yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif yang diperoleh adalah mengenai perkembangan perusahaan, pengelolaan tenaga kerja, masalah yang dihadapi saat berproduksi dan sumber risiko produksi, sedangkan data yang bersifat kuantitatif yang diperoleh adalah jumlah input yang digunakan, harga jual benih per ekor, data produksi ikan
black ghost sebanyak empat belas siklus, batas risiko yang dianggap masih normal oleh pemilik usaha, dan persen benih yang mati dari total kematian benih pada siklus tertentu dari setiap sumber pada tahun 2012. Data tersebut diperoleh dengan metode recall.
Melakukan wawancara dengan pekerja. Data yang diperoleh adalah data primer yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif yang diperoleh adalah mengenai masalah yang dihadapi saat berproduksi dan sumber risiko produksi, sedangkan data yang bersifat kuantitatif yang diperoleh adalah jumlah input yang digunakan, harga jual benih per ekor. Data tersebut diperoleh dengan metode recall.
Metode Analisis Data
Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis risiko. Data yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber risiko produksi ikan black ghost dengan menggunakan data kualitatif hasil dari wawancara dengan pemilik usaha atau menejer produksi dan pekerja di Arifin fish farm yang kemudian dianalaisis menggunakan metode deskriptif. Data yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan atau probabilitas dan dampak risiko produksi ikan
black ghost dengan menggunakan data kuantitatif yang berasal dari data produksi dan laporan keuangan, data tersebut kemudian diolah menggunakan metode analisis risiko. Dalam menganalisis alternatif strategi mengatasi risiko digunakan analisis deskriptif menggunakan data kualitatif.
Metode Analisis Deskriptif
Metode Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko
Risiko dapat diukur jika diketahui dahulu kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya risiko. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan jika ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Data yang digunakan dalam menghitung kemungkinan terjadinya sumber risiko adalah data jumlah benih berukuran 1.5 inch yang dihasilkan, dan jumlah benih yang mati diakibatkan oleh setiap sumber risiko pada setiap siklus/periode. Data yang digunakan adalah data pada bulan Januari – Desember 2012. Data tahun 2012 digunakan dengan pertimbangan bahwa data tahun 2012 merupakan data terbaru sehingga memudahkan narasumber untuk mengingat data-data tersebut. Rumus yang digunakan untuk mendapatkan data kematian benih akibat sumber risiko (asr) sebagai berikut:
Keterangan:
Benih Mati asr : Benih mati yang disebabkan sumber risiko pada siklus tertentu
∑ Mati : Total benih mati (ekor) pada satu siklus (2 bulan) Persen kematian benih : Persen benih yang mati dari total kematian benih pada
siklus tertentu dari setiap sumber,
Persen benih yang mati dari total kematian benih pada setiap siklus diperoleh dengan menggunakan metode recall. Untuk mengetahui nilai persentase kematian benih dapat dilihat pada lampiran 3.
Untuk mengukur kemungkinan terjadinya risiko dihitung menggunakan nilai standar (z-score). Metode ini dapat digunakan jika ada data historis dan data dalam bentuk kontinus. Penelitian ini yang akan dihitung yaitu kemungkinan terjadinya risiko pendederan benih ikan black ghost. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menghitung kemungkinan risiko (Kountur, 2008):
1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko
Keterangan:
̅ = Nilai rata-rata kematian benih yang disebabkan kejadian berisiko (ekor) = Nilai kematian benih per siklus yang disebabkan kejadian berisiko (ekor) = Jumlah data atau siklus ( 6 siklus)
2. Menghitung nilai standar deviasi
Benih Mati asr = ∑ Mat x Persen Kematian Benih
̅ = ∑� =1
S = ∑��= ��− �̅
Keterangan:
S = Standar deviasi kematian benih yang disebabkan kejadian berisiko (ekor)
̅ = Nilai rata-rata kematian benih yang disebabkan kejadian berisiko (ekor) = Nilai kematian benih per siklus yang disebabkan kejadian berisiko (ekor) = Jumlah data atau siklus ( 6 siklus)
3. Menghitung nilai z-score
Keterangan:
Z = Nilai z-score dari kejadian berisiko
̅ = Nilai rata-rata kematian benih yang disebabkan kejadian berisiko (ekor) = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal (ditentukan oleh
pemilik usaha)
= Jumlah data atau siklus ( 6 siklus)
Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negative, maka nilai tersebut berada di sisi kiri nilai rata-rata pada tabel distribusi normal. Nilai z-score bernilai mutlak, maka apabila bernilai negative maka tanda negative tersebut diabaikan, karena tanda negative tersebut hanya menunjukan nilai tersebut berada di sisi kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal.Jika z-score bernilai positif maka nilai tersebut berada di sisi kanan kurva distribusi normal z.
4. Nilai probabilitas terjadinya risiko
Setelah nilai z-score diketahui, selanjutnya dapat dicari nilai probabilitasnya yang diperoleh dari tabel distribusi z (normal). Kemudian setelah itu dapat diketahui persentase kemungkinan terjadinya keadaan produksi menghadapi kerugian.
Analisis Dampak Risiko
Value at Risk ( VaR ) adalah metode untuk mengukur dampak risiko. Syarat untuk menggunakan metode VaR yaitu harus ada data historisnya. Dampak risiko kerap menimbulkan kerugian, umumnya kerugian itu dapat dihitung dalam rupiah. Data yang digunakan dalam menganalisis dampak kerugian yaitu data jumlah benih ikan black ghost ukuran 1.5 inch yang dihasilkan, jumlah benih mati yang diakibatkan oleh sumber risiko pada setiap siklus, dan harga jual benih ikan black ghost yaitu Rp. 1.100/ekor. Metode VaR dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi pendederan I ikan black ghost di Arfin fish farm. Kejadian yang merugikan berupa penurunan produksi yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko. Menurut Kountur (2008), metode menghitung dampak risiko sebagai berikut :
Z = ��− �̅
�
VaR = ̅ + Z �
Keterangan:
VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko
̅ = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko (Rp)
Z = Nilai z diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen S = Standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko (Rp)
= Banyaknya kejadian berisiko (6)
Contoh penetapan nilai z yang diambil dari tabel distribusi z (normal) dengan alfa 5%:
Tabel 3. Distribusi z 1,5 - 1,8
Z 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 1,5 0,067 0,066 0,064 0,063 0,062 0,061 0,059 1,6 0,055 0,054 0,053 0,052 0,051 0,049 0,048
1,7 0,045 0,044 0,043 0,042 0,041 0,040 0,039 1,8 0,036 0,035 0,034 0,034 0,033 0,032 0,031 Nilai z yang diambil dari tabel distribusi z (normal) dengan alfa 5% dilihat dari angka yang mendekati 5% atau 0,05 yaitu 0,051 dan 0,049 sehingga nilai z dengan alfa 5% adalah 1,645.
Pemetaan Risiko
Sumber: Kountur 2008
Gambar 7. Peta risiko
Kuadran 1 menerangkan tentang risiko yang memiliki probabilitas besar dan berdampak kecil bagi perusahaan. Kuadran 2 menerangkan tentang risiko yang memiliki probabilitas besar dan berdampak besar bagi perusahaan. Kuadran 3 menerangkan tentang risiko yang memiliki probabilitas kecil dan berdampak kecil bagi perusahaan. Kuadran 4 menerangkan tentang risiko yang memiliki probabilitas kecil dan berdampak besar bagi perusahaan. Umumnya perusahaan menginginkan risiko perusahaannya berada pada kuadran 3.
Penanganan Risiko
Penanganan risiko dibagi menjadi dua yaitu preventif dan mitigasi risiko. Preventif dilakukan apabila probabilitas risikonya besar. Risiko-risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2 diharapkan dapat bergeser ke kuadran 3 dan 4 dengan diberlakukannya penanganan secara preventif. Tujuan dari penanganan risiko adalah memperkecil dampak kerugian yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko. Penanganan risiko harus lebih murah biayanya dibandingkan dampak kerugian yang ditimbulkan oleh sumber risiko, akan sia-sia jika penanganan tidak member keuntungan kepada perusahaan. Preventif risiko dapat dilihat pada gambar 8. Preventif ini dilakukan untuk menghindari atau mencegah risiko. Menurut Kountur (2008) ada 3 cara untuk penanganan risiko secara preventif yaitu :
1. Membuat dan memperbaiki sistem dan prosedur. 2. Mengembangkan sumber daya manusia
Gambar 8. Preventif risiko
Mitigasi bisa dilakukan apabila dampak risikonya besar terhadap perusahaan. Risiko-risiko yang berada pada kuadran 2 dan 4 diharapkan dapat bergeser ke kuadran 1 dan 3 untuk memperkecil dampak risiko. Mitigasi risiko dapat dilihat pada gambar 9. Ada 3 cara untuk penangan risiko secara mitigasi:
1. Diversifikasi
Diversifikasi yaitu bentuk cara menempatkan asset perusahaan di beberapa tempat. Kegiatan ini bertujuan mengurangi kemungkinan terjadi kehilangan asset akibat musibah yang mengenai penyimpanan dalam satu lokasi. Apabila seluruh asset atau modal disimpan dalam satu tempat, jika terjadikerugian seperti bangkrut atau terkena bencana alam maka asset atau modal habis sehingga usaha tidak dapat berjalan kembali.
2. Penggabungan
Penggabungan atau merger yaitu menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak lain. Biasanya dilakukan untuk memperkecil daya saing.
3. Pengalihan risiko
Pengalihan risiko merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko kepada pihak lain. Cara ini dimaksudkan apabila terjadi kerugian pada perushaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara untuk mengalihkan risiko diantaranya yaitu asuransi.
GAMBARAN UMUM ARIFIN FISH FARM
Profil, Lokasi Usaha, Fasilitas Arifin Fish farm
Arifin fish farm didirikan oleh Bapak Arifin Wangsadiredja pada 1997 dan mulai membudidayakan ikan black ghost pada tahun 2001. Bapak Arifin membentuk suatu kelompok pembudidaya ikan hias yaitu kelompok Batara Mina Sejahtera (BMS) yang dikukuhkan menjadi kelompok kelompok tani tingkat kelurahan pada tanggal 20 Juni 2003 dan terdaftar di Dinas Agribisnis. Pada tanggal 21 Maret 2006, BMS kemudian dikukuhkan menjadi kelompok tani tingkat kecamatan. Pada tanggal 1 Juni 2010 kemudian dikukuhkan menjadi kelompok tingkat madya pada dengan beranggotakan 15 orang. Skala usaha milik Bapak Arifin merupakan yang terbesar di kelompoknya dengan persentase sebesar 18.6 persen.
Tabel 4. Produksi ikan black ghost di anggota BMS tahun 2011
No Nama
produksi (ekor per bulan) black ghost black ghost (%)
1 Arifin Wangsadiredja 4000 18.6
2 Titik Kasih Herani 3000 14.0
3 Sodikin 1000 4.7
4 Mudjari 1500 7.0
5 Sugiyanti 1000 4.7
6 Robert Nurtanio 0.0
7 Ajum 3000 14.0
8 Salman 600 2.8
9 Imam Chadirin 1000 4.7
10 Max Hendrik Kaligis 1000 4.7
11 Aim 0.0
12 Nasri Ibrahim 400 1.9
13 Moh. Nafis 1000 4.7
14 Enjah 2000 9.3
15 Ahmad Syafaat 2000 9.3
Total 21500 100.0
Arifin fish farm berlokasi di Jl. Batara Rambay No. 39 Rt 02/06, Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Tempat usaha berstatus kepemilikan Bapak Arifin Wangsadiredja atau lahan milik sendiri. Pemeliharaan ikan yang dilakukan pada setiap unit, dilakukan di dalam satu ruangan atau indoor. Ruangan ini berbentuk rumah dengan dinding terbuat dari tembok, beratapkan asbes, dan ruangan tersebut berpintu sehingga kondisi tertutup. Fasilitas untuk membudidayakan ikan black ghost yang dimiliki Arifin fish farm diantaranya:
Akuarium untuk memelihara sekaligus untuk memijahkan 1 m x 0.8 m x 0.8 sebanyak 18 akuarium, 0.8 m x 0.8 m x 0.8 m sebanyak 24 akuarium.
Kolam pendederan I dengan ukuran 1.5 m x 1 m x 0.8 m sebanyak 15 kolam, kolam pendederan II dengan ukuran 1.5 m x 1 m x 0.8 m sebanyak 6 kolam.
Kolam tandon dengan ukuran 5 m x 5 m x 3 m sebanyak 2 kolam.
Ruangan pendukung lainya yaitu ruang pakan yaitu tempat untuk menyimpan cacing dengan ukuran 2 m x 2 m x 0.3 m sebanyak 3 tempat, wadah cacing dengan ukuran 0.3 m x 0.3 m x 0.1 m sebanyak 10 tempat, ruang saprokan dengan ukuran 4 m x 3 m x 3 m sebanyak 1 ruangan, ruang istirahat dan rumah penjaga.
Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi di Arifin fish farm dibagi menjadi dua unit, yaitu unit pemijahan dan pendederan. Unit pemijahan dimulai dari pemeliharaan induk, pemijahan induk, dan pemanenan telur. Sedangkan unit pendederan dimulai dari penetasan telur, pemeliharaan larva, pemeliharaan benih sampai pemanenan benih ikan black ghost. Pemeliharaan dan pemijahan dilakukan dalam satu akuarium, dengan jumlah induk betina 10-15 ekor dan jantan 5-8 ekor. Penetasan telur, pemeliharaan larva dan benih sampai ukuran 1.5 inch dilakukan dalam satu kolam yang sama. Persiapan kolam untuk menetaskan telur dibutuhkan waktu 10-13 hari. Penetasan telur dibutuhkan 3-5 hari sampai telur menetas semua.Pemeliharaan larva sampai dengan benih ukuran 1.5 inci diperlukan waktu 42-45 hari di pendederan I, untuk pemeliharaan lanjutan dari 1.5 inci sampai 2.5 inci membutuhkan waktu selama 30 hari. Total keseluruhan waktu siklus produksi benih ikan black ghost di pendederan I Arifin fish farm yaitu berkisar 52-60 hari. Adapun alur kegiatan produksi benih ikan black ghost di Arifin fish farm. dapat dilihat pada Gambar 10.
a. Pemeliharaan dan Pemijahan Induk
Pemeliharaan induk dilakukan agar indukan terjaga kesehatannya. Indukan betina yang sehat dapat menghasilkan kuantitas telur yang banyak dan kualitas telur yang baik (fekunditas). Indukan jantan yang sehat dapat menghasilkan sperma yang banyak sehingga sel telur terbuahi (fertilization rate) dengan banyak. Pemeliharaan induk jantan dan betina dipelihara dalam satu akuarium multi fungsi yang dapat dilakukan pemeliharaan dan pemijahan yang berisi 10 betina dan 5 jantan dengan umur 1 tahun dalam akuarium 1 m x 0.8 m x 0.8 sebanyak 12 akuarium, 5 betina dan 3 jantan dengan umur 2 tahun dalam akuarium 0.8 m x 0.8 m x 0.8 m sebanyak 24 akuarium, 3 betina dan 2 jantan dengan umur 3 tahun 1 m x 0.8 m x 0.8 sebanyak 8 akuarium. Ciri-ciri indukan jantan yaitu memiliki jarak yang panjang antara dagu ke insang, tubuh lebih panjang, tubuh lebih ramping dari indukan betina, dan warna tubuh lebih mengkilap. Ciri-ciri indukan betina yaitu memiliki jarak yang lebih pendek dari pada indukan jantan, tubuh lebih membulat dan gemuk pada bagian perut, dan warna tampak lebih buram. Pada saat pemeliharaan dan pemijahan dilakukan pengelolaan air yaitu dengan menjaga kualitas air. Cara menjaga kualitas air yaitu menjaga pH berkisar 6,5-7, suhu berkisar 27-28°C, mengganti air sebanyak 15-20 cm setiap harinya dan memberikan larutan anti jamur atau parasit seperti methylene blue dengan dosis 0.5-1 gram dilarutkan kedalam 200 ml air untuk 2 akuarium indukan yang terserang penyakit.
Pakan yang diberikan ke indukan black ghost berupa cacing sutra, sebelum cacing sutra tersebut diberikan ke indukan black ghost maka terlebih dahulu dilakukan pengelolaan berupa perlakuan terhadap cacing. Tujuan dari perlakuan terhadap cacing ini yaitu agar tidak terjadi tular penyakit ke ikan black ghost. Perlakuan cacing ini diawali dengan cacing-cacing dipuasakan dalam bak pakan selama satu hari dengan aliranan arus kecil dan pemberian aerasi. Setelah satu hari, kemudian dipisahkan antara kotoran cacing dan cacing sutra, lalu cacing sutra diberikan jamu seperti serbuk kunyit yang dipercaya oleh beliau sebagai jamu sehat untuk cacing. Keesokan harinya barulah cacing-cacing sutra ini dapat diberikan ke indukan jantan dan betina black ghost.
Setelah dilakukan pemeliharaan, kemudian disiapkan substrat untuk merangsang indukan black ghost umtuk memijah secara alami dan menempelkan telurnya dalam substrat buatan. Substrat ini berupa pakis kotak yang dimasukan kedalam akuarium pada pagi hari pada pukul 07.00 WIB, karena indukan black ghost perlu menyesuaikan diri terhadap substrat buatan sehingga indukan mau melakukan pemijahan secara alami dan menaruh telurnya di pakis kotak. Pemijahan ini berlangsung pada malam atau dini hari. Telur yang dihasilkan sebanyak 180-220 butir telur per pakis dengan rata-rata 200 butir telur per pakis dari pemijahan masal. Setelah telur-telur itu berkumpul dan melekat di pakis, kemudian pakis-pakis ini dikumpulkan dan dimasukan kedalam kolam penetasan. b. Penetasan Telur
yang ada di air. Kolam yang sudah diberi perlakuan kemudian didiamkan atau dilakukan proses penuaan air selama7-8 hari, setelah itu pakis yang berisikan telur dapat dimasukan kedalam kolam penetasan telur. Setiap satu kolam di isikan 10 pakis, tidak semua telur yang ada di pakis terbuahi. Telur yang terbuahi lebih banyak dibandingkan dengan telur yang tidak terbuahi. Telur yang terbuahi (fertile) memiliki cirri-ciri telur berwarna bening dan kenyal,sedangkan telur yang berwarna putih pucat merupakan telur yang tidak terbuahi (steril). Rata-rata telur yang terbuahi (fertilization rate) berkisar 95 persen atau berkisar 9500 telur. Telur akan menetas selama 2-3 hari setelah pembuahan dengan rata-rata telur menetas (hatcing rate) berkisar kurang lebih 7500 telur yang menetas atau sekitar 79 persen, selama proses penetasan telur sampai pemeliharaan benih dilakukan pengelolaan air dengan cara menjaga kualitas air yaitu menjaga pH berkisar 6,5-7, suhu berkisar 27-28°C, mengganti air sebanyak 15-20 cm setiap satu minggu sekali dan memberikan larutan anti jamur seperti methylene blue dengan dosis 0.5-1 gram dilarutkan kedalam 200 ml air untuk 1 kolam. Cara menjaga pH yaitu dengan memberikan soda kue atau calcium carbonate pada saat pH air rendah. Sedangkan telur-telur yang tidak menetas dilakukan pensifonan agar telur steril terbuang, karena jika telur steril tidak dibuang maka akan ditumbuhi jamur dan menjadi sarang penyakit.
c. Pemeliharaan Larva
Larva ikan black ghost yang baru menetas memiliki cadangan makanan yang berbentuk seperti kantung berwarna kuning yang disebut yolksack.
Fungsinya yaitu sebagai cadangan makanan bagi larva black ghost selama 3 hari, kemudian larva ikan black ghost akan memakan lumut atau sisa pakan yang tertinggal pada pakis-pakis substrat telur tersebut pada hari ke 4 sampai hari ke 6. Selama pemeliharaan larva dilakukan pengelolaan air dengan menjaga kualitas air dan membuang larva yang mati, karena larva yang mati akan membusuk dan berjamur sehingga akan menimbulkan penyakit.
d. Pemeliharaan Benih
Pemeliharaan benih ikan black ghost masih pada kolam yang sama. Pada umur benih 7 – 45 hari setelah menetas, ikan akan diberikan pakan cacing sutra. Selama pemeliharaan dilakukan pengelolaan air yaitu dengan cara menjaga kualitas air dan membuang benih yang mati, agar tidak ada jamur atau penyakit lainnya yang menempel pada benih mati.
e. Pemanenan Benih
kemudian dijual. Kemudian benih black ghost yang ukurannya < 1.5 inci akan dimasukan kembali ke bak pendederan I untuk dibesarkan, sedangkan benih > 1.5 inci akan didederkan kembali di kolam pendederan II sampai ukuran 2.5 inci kemudian di jual.
Sistem Manajemen dan Tugas Jabatan
Arifin fish farm menggunakan sistem manajemen yang bersifat kekeluargaan. Bapak Arifin dan Istrinya selaku pemilik dan pemimpin usaha yang merangkap sebagai manajer keuangan dan manajer produksi. beliau memiliki pekerja sebanyak 3 orang di unit produksi. Struktur organisasi dibuat untuk menjaga tetap focus pada tugas pokok dan fungsinya. Struktur organisasi Arifin
fish farm dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Struktur organisasi
Jabatan dan tugasnya yang ada pada struktur organisasi di Arifin fish farm
sebanyak 5 orang yaitu:
1. Pimpinan
Tugas pimpinan melakukan pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan produksi, pengadaan sarana dan prasarana. 2. Manajer keuangan
Tugas manajer keuangan yaitu melakukan pencacatan dan pemberitaan laporan keuangan yang berkaitan dengan penjualan hasil produksi, pengeluaran upah, pengeluaran untuk pengadaan sarana dan prasarana.
3. Manajer produksi
Tugas manajer produksi yaitu melakukan perencanaa dalam melakukan produksi, serta mengontrol kegiatan produksi.
4. Pekerja di unit produksi
Tugas pekerja di unit produksi yaitu mengikuti perencanaan yang telah dibuat oleh manajer produksi dalam melakukan kegiatan produksi, mengikuti peraturan berproduksi yang telah dibuat oleh manajer produksi.
Pimpinan
Manajer Keuangan Manajer Produksi
ANALISIS RISIKO PRODUKSI IKAN BLACK GHOST DI UNIT
PENDEDERAN I ARIFIN FISH FARM
Identifikasi Sumber Risiko Produksi
Sumber risiko pada usaha produksi ikan yaitu hama, penyakit, suhu air, kualitas air, cuaca, kualitas induk, pakan, dan sumber daya manusia. Berdasarkan identifikasi sumber risiko di Arifin fish farm tidak semua sumber risiko yang di hadapi pembudidaya ikan sama. Adapun beberapa pertimbangan bahwa hama, suhu air, cuaca, kualitas induk, pakan dan sumber daya manusia tidak termasuk kedalam kategori sumber risiko, pertimbangan sebagai berikut:
a. Hama
Hama tidak terdapat pada kegiatan pendederan I di Arifin fish farm, karena pemeliharaan larva dan benih didalam rumah atau ruangan, dengan didinding rumah terbuat dari tembok dan atap rumah menggunakan asbes dan plastic. Keadaan tempat pendederan I yang dirancang dan dibuat tertutup, bertujuan untuk melindungi ikan dari serangan hama yang dapat memangsa larva dan benih yang dipelihara di Arifin fish farm.
Cuaca bukanlah merupakan sumber risiko, melainkan merupakan faktor yang menyebabkan perubahan kualitas air dan suhu yang berubah-rubah. Cuaca pun tidak memberikan dampak kematian langsung terhadap benih melainkan mempengaruhi langsung terhadap pH dan suhu setelah mempengaruhi pH dan suhu maka akan memungkinkan larva dan benih mati.
d. Kualitas induk
Indukan tidak termasuk kedalam sumber risiko, karena indukan berasal dari hasil seleksi dan indukan yang sudah afkir tidak dipelihara lagi melainkan dijual. Adapun criteria indukanyang dipilih yaitu indukan yang memiliki struktur organ yang lengkap, warna hitam, lincah dan sehat. Proses seleksi ini dilakukan oleh Bapak Arifin dan istri.
e. Pakan
Pakan tidak termasuk kedalam sumber risiko, melainkan faktor yang membawa penyakit. Pakan yang digunakan adalah cacing rambut, cacing ini tidak menyerang ikan melainkan menjadi pembawa atau inang bagi penyakit seperti cendawan, parasit, dan bakteri yang dapat menyerang ikan sehingga ikan memungkinkan untuk mati.
f. Tenaga kerja