• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ruang dan Aktivitas Wisata Potensial

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Aspek Pengelolaan Lanskap

4.6.4 Analisis Ruang dan Aktivitas Wisata

4.6.4.2 Analisis Ruang dan Aktivitas Wisata Potensial

Analisis ruang dan aktivitas wisata potensial ditentukan berdasarkan rencana pemerintah dan beberapa fasilitas lain yang berpotensi sebagai ruang dan aktivitas wisata (Gambar 57). Rencana pemerintah adalah membuat pasar batik di Desa Weru Lor yang lahannya masih dimiliki oleh pemerintah. Pasar Batik ini dibuat untuk menyetarakan galeri-galeri yang ada di sepanjang Jalan Trusmi agar galeri yang berada menjorok dalam desa tersebut dapat dikunjungi oleh pengunjung dan mempunyai persaingan yang sama dengan galeri yang berada di depan.

Fasilitas lain yang berpotensi adalah jalur jalan yang dapat digunakan untuk melihat aktivitas penduduk Desa Trusmi yang sedang melakukan proses pembatikan dan mempelajari berbagai hal tentang Batik Trusmi. Selain itu, terdapat beberapa galeri yang belum dikembangkan sehingga pengunjung kurang mengetahui keberadaannya.

Desa Trusmi Kulon dan Trusmi Wetan memiliki ruang wisata potensial 3-4 ruang. Desa Panembahan, Weru Kidul, dan Weru Lor memiliki ruang potensial 1-2 ruang. Desa Trusmi Kulon dan Desa Panembahan terdapat 1 jenis aktivitas wisata yaitu wisata belanja sedangkan Desa Trusmi Wetan terdapat lebih dari sama dengan dua jenis aktivitas wisata yaitu wisata belanja dan wisata budaya.

Desa Weru Lor, Weru Kidul, dan Panembahan tidak memiliki aktivitas wisata. Desa Trusmi Kulon, Trusmi Wetan, dan Panembahan merupakan desa yang banyak dikunjungi wisatawan. Desa Weru Lor dan Weru Kidul sedikit didapat kunjungan wisatawan karena di desa ini hanya terdapat atraksi wisata yaitu arak-arakkan welit dan pasar malam dengan waktu tertentu. Hasil analisis dari analisis ruang dan aktivitas wisata eksisting dan potensial menghasilkan ruang dan aktivitas wisata tinggi, rendah, dan sedang. Ruang dan aktivitas wisata tinggi berada di Desa Trusmi Wetan dan di Desa Trusmi Kulon, sedang pada Desa Panembahan, dan rendah di Desa Weru Lor dan Desa Weru Kidul. Gambar 58 merupakan hasil analisis dari analisis ruang dan aktivitas wisata.

Hasil analisis yang diperoleh dalam bentuk peta spasial dan deskriptif. Hasil analisis peta spasial merupakan hasil overlay dari analisis-analisis spasial tersebut dan menghasilkan peta potensi wisata yang terdiri dari potensi tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil analisis, potensi tinggi berada di Desa Trusmi Kulon dan Desa Trusmi Wetan. Potensi sedang yaitu Desa Panembahan. Potensi rendah yaitu Desa Weru Lor dan Desa Weru Kidul. Peta potensi kawasan Batik Trusmi dapat dilihat pada Gambar 59. Sedangkan untuk hasil analisis deskriptif disajikan pada Tabel 14.

 

92

                                  93

                                        94

Tabel 13 Analisis dan Sintesis

No Data Analisis Sintesis

Potensi Kendala Pemanfaatan Potensi dan Pemecahan Kendala

1 Aspek Sejarah

a. Sejarah Kawasan Memiliki toponimi yang jelas Belum ada bukti yang Meskipun memiliki banyak versi namun

otentik sehingga banyak versi mengerucut pada satu kesamaan dan

mempertahankan karakter desa sesuai dengan toponiminya

b. Sejarah Batik di kawasan Mempunyai alur sejarah yang jelas Masih ada yang belum Memberikan informasi pengunjung tentang

Trusmi mengetahui tentang sejarah batik asal-usul batik di kawasan ini

di kawasan ini

c. Sejarah Perkembangan Batik Mempunyai alur sejarah yang jelas Tidak ada bukti otentik Memberikan infromasi pengunjung tentang

di kawasan Trusmi perkembangan batik dari masa perkembangan batik di kawasan ini dan

ke masa menggali batik dari masa ke masa sebagai

daya tarik

d. Elemen Sejarah Kawasan Situs masih terawat dengan baik Di dalam kawasan banyak Situs dijadikan sebagai daya tarik pengunjung

masyarakat sekitar yang meminta- minta uang receh kepada

pengunjung

2 Aspek Fisik-Biofisik

a. Aksesibilitas dan Akses menuju kawasan mudah Sirkulasi jalan yang sempit dengan Mempertahankan akses menuju tapak dan

Jalur Sirkulasi dengan angkutan dan kendaraan yang banyak mengembangkan jalur sirkulasi pada tapak agar

kendaraan pribadi pengunjung merasa nyaman di dalam tapak

b. Jenis Tanah dan Topografi Kawasan yang relatif datar Pengunjung dapat berjalan kaki mengelilingi

kawasan

c. Tata Guna Lahan Masih terdapat lahan terbuka dan Mengembangkan lahan terbuka sebagai area

kosong interpretasi dan welcome area menuju kawasan

d. Iklim Memiliki iklim yang nyaman Akibat kurangnya peneduh Diperlukan vegetasi peneduh

menjadi panas

d. Kualitas Visual Borrowed landscape Gunung Tertutup oleh pasar dan Dikembangkan dengan axis untuk melihat

Ciremai kurangnya karakter desa batik gunung tersebut dan ditambah desain sesuatu

pada kawasan yang berhubungan dengan batik

No

Data Analisis Sintesis

Potensi Kendala Pemanfaatan Potensi dan Pemecahan Kendala

e. Elemen Fisik/Struktur Masih terdapat bangunan dengan Menjadi daya tarik pengunjung

Bangunan dan Arsitektur arsitektur yang unik dan terawat

f. Fasilitas Kurangnya fasilitas wisata Perlu ditambahkan fasilitas wisata

g. Vegetasi Memiliki vegetasi yang dianggap Pada jalan kawasan Batik Trusmi Mempertahankan vegetasi keramat dan

keramat oleh masyarakat setempat vegetasinya sedikit memiliki penguat identitas serta perlu adanya vegetasi

dan memiliki vegetasi penguat vegetasi sebagai fungsi estetika sebagai fungsi estetika dalam penataan

identitas vegetasi pada tapak

h. Hidrologi Sebagai pengairan Sungai yang sudah menjadi Membersihkan sungai agar lebih baik

pembuangan sampah

3 Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi

a. Keadaan Penduduk Banyak jumlah penduduk produktif Pendidikan yang rendah Memberikan pengetahuan untuk berpartisipasi

dan Ekonomi langsung dalam kegiatan wisata

b. Aktivitas Budaya Banyak aktivitas budaya yang Kurang ruang untuk menikmati Membuat ruang untuk menikmati

masih dijalankan dan sudah jarang dimainkan

c. Keinginan Masyarakat Kawasan harus dilestarikan dengan Fasilitas wisata yang masih kurang Adanya tindakan pelestarian dan daya dukung

dan Pengunjung budaya yang masih dijaga kawasan agar dapat menampung pengunjung

dan kegiatan wisata bisa efektif

4 Aspek Wisata

a. Jumlah dan Karakter Pengunjung berasal dari luar dan Memberikan informasi tentang sejarah dan

Pengunjung dalam negeri budaya yang berada di kawasan kepada

masyarakat setempat dan mancanegara

b. Aktivitas Pengunjung Selain berbelanja batik, pengunjung Kegiatan yang sama pada tempat Mengembangkan lahan kosong sebagai tempat

melakukan ziarah pada waktu yang sama sehingga terjadi atraksi wisata dan mempertahankan aktivitas

tertentu, dan melakukan ritual tradisi penumpukkan pengunjung budaya

desa tersebut

c. Jenis dan Kondisi Objek Beberapa galeri sudah memiliki Beberapa galeri belum memiliki Membuat fasilitas wisata yang memadai untuk

Wisata fasililtas wisata yang memadai fasililtas wisata yang memadai kawasan ini

5 Aspek Pengelolaan Lanskap Sudah ada dukungan dan tindakan Kurangnya kerjasama pengelola Adanya realisasi dalam mengembangkan

pemerintah untuk mengurangi dengan masyarakat sekitar untuk kawasan dan memberdayakan masyarakat asli

terjadinya kesenjangan mengembangkan kawasan dalam pengelolaan kawasan

 

No

4.7 Sintesis

Dari hasil peta komposit, diperlukan adanya ruang-ruang yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung untuk mengeksplorasi dirinya menjelajahi kawasan Trusmi. Berdasarkan hasil analisis, maka kawasan perencanaan terbagi menjadi dua zona wisata, yaitu zona pengembangan wisata, zona budaya tinggi. Zona pengembangan wisata meliputi Desa Weru Lor, Desa Weru Kidul, dan Desa Panembahan. Desa Weru Lor dan Weru Kidul termasuk dalam ruang potensi rendah namun, desa ini memiliki fasilitas pendukung wisata yang tinggi. Desa Weru Lor terdapat lahan yang dapat digunakan untuk lahan parkir yang memadai agar pengunjung nyaman memarkirkan kendaraannya dan welcome area dengan gerbang utama menuju kawasan Batik Trusmi. Selain itu, merupakan lahan yang direncanakan pemerintah Kabupaten Cirebon. Area ini dapat dikembangkan sebagai ruang pelayanan. Desa Weru Kidul dan Panembahan dapat dijadikan jalur alternatif keluar masuk dari kawasan Batik Trusmi. Zona pengembangan wisata dapat dikembangkan dengan konsep yang menunjang dan mendukung kawasan Batik Trusmi.

Zona budaya tinggi meliputi Desa Trusmi Kulon dan Desa Trusmi Wetan. Desa Trusmi Kulon dan Trusmi Wetan memiliki ruang budaya dan sejarah tinggi, potensi daya tarik objek dan atraksi wisata tinggi, fasilitas pendukung wisata sedang, ruang dan aktivitas wisata tinggi sehingga dapat dikembangkan sebagai ruang wisata belanja batik dan ruang wisata sejarah serta budaya batik.

Konsep awal dari kawasan Batik Trusmi adalah wisata belanja batik di Kabupaten Cirebon. Namun, setelah melalui tahap analisis di desa inilah awal dari batik itu muncul di Kabupaten Cirebon dan merupakan desa yang masih memiliki adat dan tradisi yang masih dijalankan hingga sekarang. Oleh karena itu, diusulkan konsep dasar yaitu mengeksplorasi budaya dan eksotika Batik Trusmi yang ada sebagai daya tarik wisata dengan mempertimbangkan kenyamanan wisatawan. Mengeksplorasi budaya dengan mendapatkan pengetahuan tentang sejarah kawasan ini, sedangkan eksotika Batik Trusmi adalah mengapresiasikan setelah mengetahui budaya dan sejarahnya. Kawasan Batik Trusmi yang tidak hanya menghadirkan wisata belanja batik, namun dibalik itu ada sebuah sejarah dan budaya yang unik sehingga dapat dijadikan daya tarik wisata yang menarik.  

Dari konsep dasar tersebut, untuk implementasinya dijabarkan dalam pengembangan konsep sebagai konsep ruang, aktivitas dan fasilitas wisata, sirkulasi, dan tata hijau. Berikut adalah penjabaran dari pengembangan konsep :

 

1. Konsep Ruang

Untuk mengeksplorasi budaya dan sejarah serta mengapresiasikan eksotika Batik Trusmi di kawasan Batik Trusmi yang berada di beberapa tempat, diperlukan adanya ruang-ruang yang bisa mengakomodir hal tersebut. Oleh karena itu, ruang yang direncanakan di kawasan Batik Trusmi dibagi menjadi tiga ruang (Gambar 60), yaitu :

1. Ruang inti objek dan atraksi wisata pada zona budaya tinggi 2. Ruang pelayanan pada zona pengembangan wisata

3. Ruang Transisi 

Ruang inti objek dan atraksi wisata terbagi menjadi dua yaitu ruang wisata belanja batik dan ruang wisata sejarah dan budaya batik. Ruang wisata belanja batik yaitu ruang yang berisi galeri-galeri batik yang sudah ada. Sedangkan untuk ruang wisata sejarah dan budaya adalah area Ki Buyut Trusmi dan area yang masih dominan digunakan masyarakat untuk membuat batik di rumahnya. Ruang transisi adalah ruang penghubung antara ruang pengembangan dengan ruang objek wisata inti tanpa mengganggu fungsi masing-masing dari ruang tersebut. Ruang transisi ditandai dengan adanya tempat pangkalan dokar untuk memasuki kawasan Batik Trusmi. Ruang pelayanan berupa welcome area, rest area, parkir, panggung budaya, information centre, kios cinderamata, tempat kuliner, dan pasar batik.

2. Konsep Aktivitas dan Fasilitas Wisata

Dalam mengeksplorasi budaya dan mengapresiasikan eksotika Batik Trusmi aktivitas diarahkan pada interaksi langsung dengan masyarakat yang membuat batik di desa ini dan mempelajari tentang berbagai hal Batik Trusmi serta melihat berbagai tradisi serta kesenian di Desa Trusmi. Tradisi yang berupa ritual-ritual berlangsung dengan waktu tertentu, tidak diadakan setiap hari. Tak hanya menikmati, pengunjung juga dapat berinteraksi dan mencoba langsung membuat batik. Berbagai fasilitas wisata didesain dengan menggunakan pola batik dan berhubungan dengan pembuatan batik dalam mengapresiasikan eksotika Batik Trusmi, seperti alat yang digunakan saat membuat batik dan motif batik. Kawasan Batik Trusmi dihadirkan dengan desain yang menonjolkan bahwa kawasan tersebut adalah kawasan batik. Elemen hardscape akan dibuat dengan mengikuti pola batik dan menambahkan beberapa elemen yang merupakan peralatan untuk membatik.

3. Konsep Sirkulasi

Kawasan Batik Trusmi merupakan kawasan yang penuh dengan kendaraan. Selain kawasan Batik Trusmi terdapat pasar tradisional, pasar kue, dan kawasan ini berada di perempatan jalan. Hal ini juga dipacu dengan lebar jalan yang hanya 3meter. Jalan desa yang dilewati oleh berbagai macam kendaraan, seperti dokar, becak, mobil, motor, dan sepeda.

Sirkulasi yang dibuat adalah sirkulasi umum dan khusus wisata. Sirkulasi umum adalah sirkulasi yang digunakan oleh masyarakat Desa Trusmi dalam melakukan seluruh kegiatannya. Sedangkan sirkulasi khusus wisata adalah sirkulasi yang digunakan untuk wisatawan yang datang ke daerah kawasan Batik Trusmi. Sirkulasi umum ditujukan langsung menuju ruang inti. Sedangkan sirkulasi khusus wisata (Gambar 61) harus memasuki ruang pengembangan terlebih dahulu sebelum memasuki ruang inti. Sirkulasi khusus wisata untuk dokar yang telah disediakan.

Pada kegiatan budaya yang berlangsung pada waktu tertentu sirkulasi yang digunakan sama dengan sirkulasi yang lain. Oleh karena itu, perlu adanya sirkulasi isidental. Sirkulasi isidental berlaku untuk kegiatan budaya yang

dilakukan pada waktu tertentu digunakan sistem satu arah. Sistem ini dibuat agar tidak ada penumpukan kendaraaan di dalam kawasan Batik Trusmi.

Gambar 61 Konsep sirkulasi khusus wisata

4. Konsep Tata Hijau

Konsep tata hijau ini meliputi penataan vegetasi yang akan ditujukan untuk fungsi penguat identitas, estetika, peneduh, dan pergola. Fungsi vegetasi sebagai penguat identitas diberikan untuk mengeksplorasi budaya Batik Trusmi dengan menghadirkan tanaman yang ada kaitannya dengan keberadaan Batik Trusmi. Fungsi vegetasi estetika, peneduh, dan pergola diberikan untuk mengapresiasikan eksotika Batik Trusmi dengan bermacam warna-warni bunga yang dihasilkan. Pada ruang pelayanan, lebih diutamakan vegetasi penguat identitas agar pengunjung lebih mengetahui bahwa kawasan ini memiliki vegetasi sebagai ciri khas kawasan ini. Pada ruang transisi lebih ditekankan pada vegetasi estetika dan pergola. Sedangkan pada ruang inti objek dan atraksi wisata digunakan vegetasi penguat identitas, estetika dan pergola. Tabel 14 menyajikan fungsi vegetasi yang akan digunakan di setiap ruang.

Tabel 14 Vegetasi yang digunakan pada setiap ruang

No Fungsi Ruang

Vegetasi Inti Objek dan Atraksi Wisata Transisi Pelayanan

1 Penguat identitas

2 Estetika

3 Peneduh

Dari hasil pengembangan konsep tersebut, diusulkan rencana blok (block plan). Dalam rencana blok (block plan) terdapat zona pengembangan wisata (Desa Weru Lor, Weru Kidul, dan Panembahan) dan zona budaya tinggi (Desa Trusmi Kulon dan Trusmi Wetan) dibagi lagi berbagai ruang. Pada zona pengembangan wisata terdapat ruang pelayanan dan ruang transisi serta ruang inti atraksi wisata yang berlangsung pada waktu tertentu. Dalam zona pengembangan wisata terlihat adanya ruang inti objek dan atraksi wisata yang berada di luar zona budaya tinggi, yaitu berada di Desa Panembahan. Zona budaya tinggi terdapat ruang inti objek dan atraksi wisata serta ruang transisi.

Sirkulasi yang dibuat terdiri dari sirkulasi pejalan kaki, sirkulasi kendaraan beroda dua dan empat serta dokar (angkutan tradisional). Pada zona budaya tinggi terdapat sirkulasi satu arah agar tidak terjadi penumpukkan pengguna jalan. jalur alternatif disediakan mengelilingi desa. Namun, dengan tidak membuang-buang waktu tanpa pengalaman/pengetahuan yang didapat.

Rencana blok (block plan) dapat dilihat pada Gambar 62. Berdasarkan rencana blok (block plan) tersebut dibuat perencanaan lanskap dalam bentuk landscape plan.

                        102

Dokumen terkait