• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TEKSTUAL

4.3 Analisis Semiotik Tekstual Kirtan

Lirik Kirtan yang diambil penulis untuk dianalisis berasal dari kitab Amrit Kirtan halaman 363. Berikut ini adalah liriknya dan artinya dalam bahasa Indonesia. Artinya ini diterjemahkan oleh informan kunci penulis yaitu Guru Raj Bir. Demikian pula analisis semiotij ini adalah berdasarkan kepada tafsiran-tafsiran beliau terhadap tekstual Kirtan yang disajikan.

1. Par Berm Hoa Shai Kba Kirtn Suke Dahi ||

Maha Tuhan Allah telah menjadi penolong dan teman saya; khotbah dan Kirtan-Nya dari Pujian-Nya telah membawa kedamaian pada saya. 2. Gur Pure Ki Bani Jap Anande Keroh Nit Parni ||1||

Nyanyian Firman Guru Bani yang sempurna, serta senantiasa dalam kebahagiaan, ya fana. ||1||

3. Har Saca Simeroh Phai ||

Mengingat Tuhan yang benar dalam meditasi, ya saudara dalam takdir. 4. Sadeh Sangh Seda Sok Paiyeh Her Biser Na Kabehu Jaih ||Rehao||

Dalam Sangat Saadh, persekutuan dari perdamaian, kekekalan kudus diperoleh, dan Tuhan tidak pernah terlupakan. | | Jeda | |

5. Amret Namo Parmeser Tera Jo Simereh So Jiwe ||

Nama Mu, ya Tuhan yang sukar dipahami, adalah madu bunga; siapapun yang merenungkannya, hidup.

6. Jes Nu Kerim Perapete Howe So Jan Nermel Tiwe ||2||

Orang yang diberkati dengan Kasih Karunia Tuhan - pelayan yang rendah hati menjadi bersih dan murni. ||2||

7. Begen Benasen Sabe Doke Nasen Gor Cereni Mano Laga ||

Hambatan dihapus, dan semua rasa sakit dihilangkan; pikiran saya melekat pada kaki Guru.

8. Gone Gawte Acote Abe nasi Ane deno Her Range Jaga ||3||

Bernyanyi serta memuji keagungan Tuhan yang tenang dan kekal, satu tetap terjaga untuk mencintai Tuhan, siang dan malam.

9. Mou Iceh Sehi Vele Pae Har Ke Ketah Suheli ||

Dia memperoleh buah dari keinginan batinnya, mendengarkan khotbah penghiburan Tuhan.

10. Adeh Ant Nide Nanek Koh So Prbe Howa Beli ||4||16||27|| Di awal, tengah, dan akhir, Tuhan adalah teman terbaik Nanak.

Teks pada Amrit Kirtan halaman 363 merupakan ungkapan pujian atas kebesaran Tuhan yang ditulis oleh Guru Nanak dan dibawakan di pagi hari. Secara singkat, Kirtan yang dinyanyikan di atas memberitahu pengikut Sikh untuk melakukan naam (meditasi/mengingat Tuhan) yang ditanamkan dalam pikiran.

Setiap Kirtan akan diakhiri dengan kata-kata: “Waheguru Ji Ka Khalsa Waheguru Ji Ki Fateh.” Arti kalimat ini adalah bahwa Sikh milik yang Maha Kuasa, kemenangan ada pada yang Maha Kuasa.

Di bawah ini merupakan tulisan aksara Gurmukhi dari lirik Kirtan di atas. Tulisan ini discanning langsung dari tulisan tangan pemain musik Gurdwara tersebut karena keterbatasan komputer penulis untuk memasukkan aksara Gurmukhi.

Secara struktural, teks Amrit Kirtan di atas terdiri dari 10 bait (kalimat). Kesepuluh baris itu menjadi satu kesatuan dalam penyajian Kirtan. Teks ini disajikan dengan menggunakan vocal, aspek melodi seperti tangga nada, wilayah nada, nada dasar, formula melodi, interval, nada, dan kontur. Sepuluh baris teks Kirtan tersebut disajikan dengan penuh khidmat dan khusuk.

Baris pertama yaitu terdiri dari kalimat: Par Berm Hoa Shai Kba Kirtn Suke Dahi. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Maha Tuhan Allah telah menjadi penolong dan teman saya; khotbah dan Kirtan-Nya dari Pujian-Nya telah membawa kedamaian pada saya. Dalam baris ini secara eksplisit dinyatakan bahwa Tuhan telah menjadi penolong sekali gus teman orang Sikh. Artinya adalah bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, Ia yang menciptakan alam dan manusia. Bagi yang selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, maka ia akan menjadi teman Tuhan, dan Tuhan akan selalu menyayanginya sebagaimana layaknya seroang teman. lebih lanjut lagi baris ini mengemukakan bahwa khotbah, Kirtan, dan pujian kepada Tuhan telah membawa seseorang yang melakukannya menjadi tenang dan damai dalam dirinya, karena ia selalu mengingat Tuhan, dan ada yang melindunginya.

Selanjutnya baris kedua, yang terdiri dari kalimat Gur Pure Ki Bani Jap Anande Keroh Nit Parni, artinya adalah Nyanyian Firman Guru Bani yang sempurna, serta senantiasa dalam kebahagiaan, ya fana. Bahwa Kirtan ini dilantunkan oleh sang pendeta yaitu Guru Bani yang telah sempurna tingkat ilmu dan penghayatan agamanya. Selanjutnya umat Sikh perlu memberikan salam dan pengharapan agar sang pendeta senantiasa dalam kebahagiaan, termasuk di alam dunia yang fana ini, juga di akhirat kelak.

Kemudian baris ketiganya, selengkapnya berbunyi sebagai berikut. Har Saca Simeroh Phai. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Mengingat Tuhan yang benar

dalam meditasi, ya saudara dalam takdir. Kalimat ini juga ditujukan kepada sang pendeta, dan juga pujian bagi beliau. Bahwa Guru Bani itu dalam mengingat Tuhan adalah benar senantiasa. Juga beliau selalu benar dalam memimpin meditasi, yaitu berupa pendekkatan diri dengan Tuhan. Demikian pula Tuhan telah memberikan takdirnya kepada sang pendeta untuk selalu membimbing umat.

Selanjutnya kata-kata pada baris keempat selengkapnya adalah Sadeh Sangh Seda Sok Paiyeh Her Biser Na Kabehu Jaih. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Dalam Sangat Saadh, persekutuan dari perdamaian, kekekalan kudus diperoleh, dan Tuhan tidak pernah terlupakan. Bahwa dalam Sangat Saadh (ibadah Sikh) persekutuan atau integrasi umat Sikh yang berdasar kepada perdamaian, maka kekekalan yang suci (kudus) akan diperoleh. Dengan demikian, maka Tuhan akan selalu dikenang di dalam diri umat Sikh, Tuhan akan selalu dikenang.

Setelah itu, baris kelima, terdiri dari klalimat sebagai berikut: Amret Namo Parmeser Tera Jo Simereh So Jiwe. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Nama Mu, ya Tuhan yang sukar dipahami, adalah madu bunga; siapapun yang merenungkannya, hidup. Kalimat ini menjelaskan bahwa nama Tuhan yang itu merujuk kepada sifat-sifat Tuhan sulit difahami bagi yang tidak merenungkan eksistensi Tuhan itu seperti apa. Oleh karena itu kontemplasi terhadap sifat-sifat Tuhan ini perlu terus diasah oleh seorang penganut Sikh. Jika seseorang Sikh itu telah dapat mengenali sifat-sifat Tuhan maka ia akan menyadari betapa lezat dan manisnya kebenaran Tuhan itu, seperti yang dilambangkan sebagai madu bunga. Jika setiap orang dapat merenungkannya maka ia akan selamat dalam kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat. Ini kira-kira tafsiran semiosis terhadap baris kelima

Selanjutnya pada baris keenam, yang selengkapnya berbunyi: Jes Nu Kerim Perapete Howe So Jan Nermel Tiwe, yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah: Orang yang diberkati dengan Kasih Karunia Tuhan--pelayan yang rendah hati menjadi bersih dan murni. Maknanya adalah jika seseorang telah dapat merenungkan dan memahami sifat-sifat Tuhan, maka selanjutnya ia akan diberkati kasih dan karunia Tuhan secara langsung, Tuhan akan saying dan kasih kepadanya. Selanjutnya ia akan menjadi pelayan kepada semua manusia dengan sifat-sifat yang mulia, teruma rendah hati, tidak sombong, bersih, dan sucilah jiwanya.

Setelah itu, pada baris ketujuh, kata-kata yang diucapkan adalah berupa kalimat sebagai berikut. Begen Benasen Sabe Doke Nasen Gor Cereni Mano Laga

artinya dalam bahasa Indonesia adalah, Hambatan dihapus, dan semua rasa sakit dihilangkan; pikiran saya melekat pada kaki Guru. Maknanya bahwa dengan mendekatkan diri kepada Tuhan selalu, maka seseorang itu akan cinta kepada Tuhan, tidak mengutamakan kepentingan duniawi yaitu menghapus hambatan-hambatan yang menyebabkan terganggunya hubungan manusia dengan Tuhan. Demikian pula tidak ada alas an apapun dalam melakukan pendekatan dengan Tuhan, termasuk rasa sakit pun hilang dengan sendirinya. Cara pendekatan diri kepada Tuhan ini adalah melalui perantaraan Guru, yang disimbolkan dengan pikiran umat Sikh melekat pada kaki Guru. Di sini terlihat bahwa Guru memainkan peran penting dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Guru adalah sebagai unsur perantara umat dengan Tuhan. Artinya Guru memegang peran penting dalam mengarahkan jalan menuju Tuhan.

Berikutnya baris kedelapan, selengkapnya berbunyi sebagai berikut. Gone Gawte Acote Abe nasi Ane deno Her Range Jaga. Artinya dalam bahasa Indonesia Bernyanyi serta memuji keagungan Tuhan yang tenang dan kekal, satu tetap terjaga untuk mencintai Tuhan, siang dan malam. Bahwa setiap umat Sikh dengan panduan

Guru (Bhai) mengingat Tuhan dengan teknik bernyanyi dalam konteks memuji Tuhan. Dalam keadaan ini, teks Kirtan perlu diberi sentuhan estetika berupa unsur melodi dan ritme yang didasari pada kebudayaan di mana ia hidup, dalam hal ini sistem raga dan tala India. Tuhan itu adalah kekal dan abadi, dengan memujinya akan memebrikan ketenangan di dalam jiwa. Setiap umat Sikh perlu terus menerus mengingat Tuhan, baik di kala siang maupun malam.

Seterusnya baris kesembilan adalah sebagai berikut. Mou Iceh Sehi Vele Pae Har Ke Ketah Suheli. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Dia memperoleh buah dari keinginan batinnya, mendengarkan khotbah penghiburan Tuhan. Maknanya seorang penganut Sikh jika telah daoat menghayati dan memahami sifat Tuhan, senantiasa memuji Tuhan melalui bimbingan Guru, maka ia akan memperoleh buah kedamaian di dalam batinnya. Kemudian juga selalu mendengarkan khotbah keagamaan dan mendapatkan penghiburan dari Tuhan, yang menyelamatkannya di dalam kehidupan ini.

Baris yang kesepuluh selengkapnya berbunyi sebagai berikut. Adeh Ant Nide Nanek Koh So Prbe Howa Beli. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah Di awal, tengah, dan akhir, Tuhan adalah teman terbaik Nanak. Maknanya secara religius adalah bahwa Nanak itu adalah utusan dan teman Tuhan di dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Nanak adalah pendiri agama Sikh, dan guru yang pertama agama Sikh. kalimat ini menegaskan bahwa sejak awal, kini, dan nanti Nanak adalah utusan terbaik Tuhan di dunia ini dalam menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan (Waheguru). Demikian kira-kira tafsiran semiosis terhadap sepuluh teks Kirtan yang disajikan dalam iabadah mingguan umat Sikh pada lokus penelitian di Polonia Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

BAB V

LATAR BELAKANG BUDAYA MUSIK,

Dokumen terkait