• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN LITERATUR

E. Analisis Sitiran

Sitiran merupakan terjemahan dari kata citation yang berarti penyebutan suatu dokumen dalam dokumen lain yang terbit kemudian. Sitiran dapat muncul dalam teks, catatan kaki, catatan akhir, bibliografi ataupun daftar referensi.27 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sitiran

27 Diodato, Virgil, Dictionary of Bibliometrics, (New York: The Haworth Press, 1994), h. 32.

25

adalah menyebutkan atau menulis kembali kata-kata yang telah disebut (ditulis) orang lain; mengutip.28 Citation adalah suatu catatan yang menunjuk kepada beberapa sumber yang berwenang untuk suatu penyataan atau masalah.29

Analisis sitiran adalah salah satu bagian dari bibliometrika. Analisis sitiran merupakan analisis terhadap rujukan atau sitasi yang terdapat dalam karya tulis ilmiah atau literature primer.30 Analisis sitiran merupakan penyelidikan melalui data sitiran dari suatu dokumen baik itu dokumen yang disitir maupun yang menyitir.31

Penggunaan analisis sitiran pada suatu karya atau dokumen untuk pengembangan koleksi didasarkan pada asusmsi bahwa karya yang sering disitir atau banyak disitir lebih bernilai dibandingkan karya yang jarang disitir atau tidak pernah disitir.

Bahan/literature yang banyak disitir berarti bahan/literature tersebut paling penting bagi pemakai atau dengan kata lain pemakai membutuhkan literature tersebut. Sehingga ketersedian literature tersebut perlu dipenuhi di perpustakaan atau pusat-pusat informasi lainnya. 32

28 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 850.

29 ALA Glossary of Library and Information Science. Dalam I Komang Rupadha, Kajian Analisis Sitiran terhadapa Laporan Penelitian Dosen UNiversitas Mataram (Suatu Kajian Analisis Sitiran Antara Laporan Penelitian Dosen Fakultas Hukum, Ekonomi, Pertamina dan Peternakan periode Tahun 1991-1995),(Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia,1996), h. 17.

30 Martyn, John, Citation Analysis, Journal of Documentation, h. 290.

31 Sri Hartinah, Analisis Sitiran (Citation Analysis): Kumpulan Makalah Kursus Bibliometrika, (Depok: Universitas Indonesia, 2002), h.2.

32Purwani Istana dan Sri Rohyanti Zulaikha, “Analisis Sitiran terhadap Skripsi Jurusan Kartografi dan Penginderaan jauh Fakultas Geografi tahun 2005 dan Ketersediannya di Perpustakaan Fakultas Geografi UGM”, Berkalan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 3 No. 6, (2007), h. 5.

26

Dua jenis data yang berhubungan dengan analisis sitiran adalah:33 1. Data yang dikutip (cited) atau rujukan merupakan sebuah

dokumen yang menunjukan unit sumber, jadi dokumen ini usianya akan selalu lebih tua daripada dokumen yang mengutip. Dokumen yang dikutip dan usianya selalu lebih tua daripada karya yang mengutipnya dikenal dengan istilah

predated.

2. Data yang mengutip atau sitiran merupakan dokumen yang merupakan unit penerima, karena usia dokumen ini selalu lebih muda usianya daripada dokumen yang dikutip atau pasca tahun daam hubungannya dengan rujukan.

Mengenai analisis sitiran, pembuatan karya tulis tidak semua dokumen yang berkaitan dengan apa yang dibutuhkan oleh penulis dapat disitir begitu saja, namun dokumen-dokumen tersebut hanya dapat disitir bilamana dokumen tersebut memenuhi standar yang sesuai dengan kriteria penyitiran dokumen. Beberapa kriteria penyitiran dokumen antara lain:34

1. Topik, dalah hal ini dokumen yang disitir oleh penulis harusnya sesuai dengan topik yang ditulis.

2. Orientasi, hal ini menyangkut tentang apa isi dari dokumen tersebut dan kepada siapa dokumen ditujukan.

33 Sulistyo Basuki, Pengantar Dokumentasi, (Bandung: Rekayasa Sains, 2004), h. 72. 34 Wang, Peiling dan Soegel, Dagobert, A Cognitive Model of Document Use During A Research Project, Studi I, Document Selection, h. 122.

27

3. Disiplin ilmu, dalam hal ini peneliti haruslah menyitir dokumen yang memiliki disiplin ilmu atau sub disiplin ilmu yang sama dengan penelitian yang saat itu dilakukan. 4. Novelty/ kebaruan, dalam hal ini penyitir haruslah menilai

dari kebaruan dari dokumen yang hendak disitir agar nantinya apa yang tertuang dalam tulisannya merupakan informasi yang up to date.

5. Expected Quality, dalam hal ini seorang penyitir memiliki estimasi dokumen yang berkualitas bagi topik penelitiannya. Terkait dengan expected quality ini pengguna akan menilai terlebih dahulu keunggulan dan kekurangan dari dokumen yang akan disitir sebelum dokumen tersebut benar-benar digunakan.

6. Kemukhtahiran/ Recency, dalam hal ini sangat diperlukan perbandingan antara kemukhtahiran terbitan topik yang diteliti. Ada kalanya dokumen yang berusia 8 tahun masih dinilai memiliki kemukhtahiran terhadap suatu topik karena informasi yang dimuat di dalamnya di nilai masih sangat penting dan relevan dengan kebutuhan saat ini, namun ada juga dokumen yang usianya 2 tahun dinilai sudah terlalu usang. Hal ini sangat berkaitan erat dengan topik yang ditulis dalam dokumen tersebut.

7. Kendala waktu, Ada kalanya suatu dokumen tidak disitir oleh seorang penulis karena masalah keterbatasan waktu

28

yang dimiliki oleh penulis untuk memahami dokumen tersebut. Sebagai contoh yaitu karena dokumen yang bersangkutan memiliki jumlah halaman yang terlampau tebal sementara waktu yang dimiliki penulis sangat terbatas. 8. Kemudahan dalam mendapatkan dokumen. Dalam hal penyitiran dokumen, seorang penyitir akan lebih banyak menggunakan dokumen yang mudah dalam hal pengaksesannya dimana hal ini juga berkaitan pula dengan kemampuan pengguna dalam hal ini mengatasi hambatan-hambatan untuk mendapatkan dokumen tersebut.

9. Syarat khusus, dalam ini sangat diperhitungkan tentang kemampuan yang diperlukan dalam menguasai isi dari dokumen tersebut. Hal ini sangat berkaitan dengan penguasaan bahasa. Misalnya saja dokumen tersebut tertulis dalam bahasa Jepang, namun jika pembaca yang besangkutan tidak menguasai bahasa Jepang maka kemungkinan besar dokumen tersebut akan ditinggalkan dan tidak akan disitir oleh penyitir karena terkendala oleh penguasaan oleh bahasa.

10.Authority, aspek authority erat hubungannya dengan pengarang dan penerbit dari dokumen yang akan disitir tersebut. Dalam hal ini pengarang yang memiliki sumbangsih yang besar terhadap suatu bidang ilmu terkait untuk memiliki latar belakang ilmu yang sama, akan dinilai

29

tinggi oleh penyitir untuk disitir sebagai referensi. Sehingga besar pula peluangnya untuk disitir.

11.Relation/ origin, aspek ini juga memiliki dampak khusus terhadap proses penyitiran dokumen dimana kerap kali seorang penyitir menyitir suatu dokumen yang ditulis atau diterbitkan oleh seorang penulis atau lembaga yang memiliki hubungan dengan penyitir tersebut misalnya dosen pembimbing, professor, dan lain sebagainya.

Tiga aspek utama yang menjadi kajian analisis sitiran adalah:35 1. Pola sitiran yang mencakup jumlah sitiran, jumlah otositiran

(artikel yang pengarangnya menyitir tulisan sendiri).

2. Karakteristik literatur yaitu sifat yang berkaitan dengan literatur yang disitir oleh penulis yang mencakup beberapa hal yaitu jenis literature, tahun terbit, usia, jurnal yang disitir dan bahasa pengantar literatur yang disitir.

3. Pola kepengarangan yang mencakup jumlah penulis, penulis yang paling sering disitir dan tipe kepengarangan tunggal atau ganda.

Ruang lingkup kajian analisis sitiran dalam sebuah dokumen yang dikaji adalah frekuensi sitiran, bahasa, tahun, jenis terbitan,

35 Sutardji, “Pola Sitiran dan Pola Kepengarangan pada Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan”, Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol. 12 No. 1 (2003): h. 4.

30

paroh hidup serta jaringan yang terbentuk akibat sitiran. Adapun ruang lingkup kajian dalam analisis sitiran adalah:36

1. Peringkat majalah yang disitir 2. Tahun sitiran

3. Asal geografi bahan sitiran

4. Lembaga yang ikut dalam penelitian 5. Kelompok majalah yang disitir 6. Subjek yang disitir

7. Jumlah langkah berdasarkan teori graft (Graph theory) dari majalah tertentu termasuk kelompok majalah lain.

Konsep yang berkaitan dengan analisis sitiran antara lain:

1. Pasangan bibliografis (bibliographic coupling), dua dokumen akan dikatakan berpasangan secara bibliografis jika dua dokumen tersebut memiliki setidaknya satu rujukan yang sama, biasanya kedua dokumen ini memiliki subjek yang sama, meskipun tidak menutup kemungkinan memiliki subjek yang berbeda.37

2. Ko-sitiran (co-citation), yakni dua buah rujukan yang disitir bersama-sama oleh dokumen yang terbit kemudian, dengan demikian secara tidak langsung kedua rujukan tersebut saling berhubungan.38

36 Sulistyo Basuki, Pengantar Dokumentasi, (Bandung: Rekayasa Sains, 2004), h. 73. 37 Sulistyo Basuki, Pengantar Dokumentasi, (Bandung: Rekayasa SAins, 2004), h.75. 38 Ibid, 77.

31

3. Bibliometrik (bibliometrics), adalah seperangkat metode yang digunakan untuk mengkaji atau mengukur informasi tertulis. Analisis sitiran dari content analysis biasanya digunakan dalam bibliometrik, atau dengan kata lain analisis sitiran dan content analysis merupakan alat ukur dalam metode bibliometrik39

4. Indek sitiran (citation indeks) adalah sebuah indek sitiran yang berisi deskripsi bibliografis dokumen dikutip dan dokumen yang mengutip, indeks ini dapat memudahkan pengguna untuk menentukan dokumen mana yang mengutip dan dokumen mana yang dikutip.40

Alasan mengapa seorang pengarang melakukan sitiran terhadap karya sebelumnya adalah:41

1. Memberikan penghargaan pada karya sebelumnya;

2. Memberikan penghormatan terhadap karya yang berkaitan; 3. Menidentifikasi metodologi, angka dan sebagainya;

4. Meberikan bahan bacaan sebagai latar belakang; 5. Mengoreksi karya sendiri;

6. Mengoreksi karya orang lain; 7. Mengkritik karya sebelumnya;

39 Bibliometrics, artikel diakses pada 15 April 2016 dari http://en.bibliometrics.web.html. 40 Citation Indexs, artikel diakses pada 15 April 2016 dari

http://www.weibul.com/citationindexsweb/citationindexs.htm

41 Weinstock, Melvin, “Citation Indexes”, dalam Sitti Husaebah Pattah, Pemanfaatan Kajian Bibliometrika sebagai Metode Evaluasi dan Kajian dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Khizanah Al-Hikmah Vol. 1 No. 1 (Januari-Juni 2013), h. 51.

32

8. Mendukung klaim karya sebelumnya;

9. Memberitahu peneliti tentang karya yang akan terbit;

10.Memberikan arahan pada karya yang tidak tersebar, tidak mencakup dalam majalah indeks atau karya yang tidak pernah dirujuk oleh orang lain;

11.Memberikan otentifikasi tentang data dan kelompok data;

12.Mengidentifikasi publikasi asli tempat sebuah ide atau gagasan dibahas;

13.Mengidentifikasi publikasi orisinil yang memberi sebuah istilah seperti Pareto’s law, Friedel-Craft reation;

14.Mengklaim karya atau gagasan orang lain;

15.Menyangkal klaim yang diajukan pengarang lain.

Analisis sitiran biasanya dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan literature pada subjek tertentu yang juga berkorelasi dengan perkembangan subjek yang tersebut, sehingga tiap kelompok subjek dapat diketahui kelas subjek yang dominan.

Analisis sitiran dimanfaatkan sebagai masukan dalam pengembangan koleksi dan evaluasi koleksi yang dimiliki perpustakaan. metode analisis sitiran dapat memberikan informasi mengenai kegunaan sebuah literature, hal ini dapat terlihat dari frekuensi penggunaan literature tersebut sebagai rujukan.

Manfaat dari bibliometrika bagi perpustakaan antara lain:42 1. Identifikasi literature inti;

42 Sulistyo Basuki, Bibliometrika, Sainsmetrika dan Informetrika, dalam Makalah Kursus Bibliometrika, (20-23 mei 2002), h. 8.

33

2. Mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu yang berlainan; 3. Menduga keluasan literature sekunder

4. Mengenali kepengarangan dan arah gejala pada berbagai subjek;

5. Mengukur manfaat SDI dan retrospektif;

6. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang dan yang akan datang;

7. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai ilmu;

8. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat dalam batas anggaran belanja;

9. Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara tepat;

10.Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi; 11.Mengkaji keusangan dan penyebaran literature ilmiah; 12.Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi,

Negara atau seluruh disiplin;

13.Mengembangkan norma pembakuan.

Dokumen terkait