• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Ibu R (44 tahun), Ibu R (23 tahun), dan Ibu I (32 tahun). Selama tujuh minggu bertempat di RT 03 RW 01 Kelurahan Sukatani, Kota Depok. Keluarga tersebut mempunyai masalah yang sama yaitu berkaitan dengan ASI. Setiap keluarga mempunyai latar belakang yang berbeda. Keluarga yang dipilih oleh mahasiswa untuk dijadikan keluarga kelolaan utama adalah keluarga Bapak A (50 tahun) dan Ibu R (44 tahun) yaitu keluarga dengan batita.

Keluarga Bapak A mempunyai tipe nuclear family. Keluarga terdiri dari ayah, ibu, 11 orang anak. Bapak A (50 tahun) bekerja sebagai wiraswasta sedangkan Ibu R (44 tahun) bekerja sebagai ibu rumah tangga. Anak pertama sampai anak ke tiga sudah bekerja dan sudah tidak tinggal di rumah. Anak ke empat sampai anak ke delapan masih sekolah dari kelas 3 SMP sampai kelas 1 SD. Anak ke-9 masih berumur 6 tahun belum sekolah. Anak ke-10 berusia 2 tahun, dan bungsu Anak S baru berumur 3 minggu.

Anak S (3 minggu) merupakan entry point dalam asuhan keperawatan ini. Anak S merupakan anak ke sebelas, lahir normal dengan berat badan lahir 3300 gram dan panjang badan 48cm. Anak S dilahirkan dalam keadaan sehat dan dibantu oleh bidan. Ibu R mengatakan bahwa ketika anak S lahir tidak langsung dilakukan IMD (Inisiasi Menyusui dini) oleh bidan yang menolong. Bidan hanya menjelaskan bahwa nanti bayinya diberikan ASI langsung setelah dibersihkan.

Keluarga Bapak A menganut agama Islam. Ibu R jarang mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan tempat tinggalnya, seperti pengajian bulanan ibu-ibu. Namun, Ibu R selalu berusaha mengajarkan anak-anaknya untuk beribadah setiap hari. Bapak A berasal dari Manggarai sedangkan Ibu R berasal dari daerah Kuningan. Bapak A dan Ibu R bertemu sejak tahun 1988 dan memutuskan untuk menikah pada tahun 1989.

Bapak A bekerja sebagai tukang ojek dan mulai bekerja setiap malam kemudian istirahat pada siang hari. Sedangkan Ibu R tidak bekerja sejak kelahiran Anak ke tiga. Penghasilan keluarga Bapak A tidak menentu. Namun, rata-rata setiap hari Bapak A mendapatkan Rp. 200.000- Rp. 300.000,-. Bapak A selalu bertanggung jawab memberikan nafkah kepada Ibu R setiap hari. Penghasilan suami harus diatur sedemikian rupa oleh Ibu R agar mencukupi kebutuhan sekeluarga setiap hari. Selain untuk membeli kebutuhan makan dan sekolah anak-anak, Ibu R juga sering membayar kredit yang ditagih oleh tukang kredit tiap hari kerumahnya.

Rumah keluarga Bapak A merupakan rumah kontrakan. Rumah Bapak A terdiri dari ruang tamu yang berfungsi sebagai ruang keluarga dimana terdapat TV, dapur dan kamar mandi, satu kamar tidur. Atap terbuat dari genting. Lantai rumah dikeramik. Dapur terletak di belakang dekat kamar mandi. Suplai air untuk mandi dan mencuci berasal dari air tanah. Menurut Ibu R, kondisi air tanah yang mereka gunakan cukup baik. Lubang ventilasi berasal dari pintu depan, dua jendela di ruang depan. Lampu penerangan cukup adekuat. Lantai rumah terlihat bersih namun berantakan oleh mainan anak-anak.

Keluarga Bapak A sudah cukup lama tinggal di RW 01. Namun sering pindah kontrakan karena Bapak A tidak sanggup membayar kontrakan untuk bulan berikutnya. Saat ini keluarga Bapak A tinggal sendiri terpisah dengan orang tuanya. Menurut Ibu R, masyarakat di daerah ini agak kesulitan untuk mengakses angkutan umum karena hanya ada satu rute angkutan umum. Selain itu angkutan umum tersebut juga tidak masuk ke perumahan Ibu R karenan memang gang yang sangat sempit, sehingga jika ingin berpergian menggunakan angkutan umum, Ibu R harus berjalan cukup jauh dan membutuhkan waktu cukup lama untuk

menunggu. Selain angkutan umum, alat transportasi yang banyak digunakan sebagian besar masyarakat di daerah ini, yaitu menggunakan kendaraan pribadi atau jasa tukang ojek. Alat transportasi yang biasa digunakan keluarga Bapak A ketika berpergian, yaitu menggunakan motor.

Ibu R memperhatikan kebutuhan keluarga dengan cukup baik. Di dalam pemenuhan konsumsi makanan keluarga, Ibu R selalu menyiapkan baik itu sarapan, makan siang, dan makan malam. Sehari-hari Ibu R membeli bahan masakan di warung. Seringkali Ibu R hanya memasakkan sayuran saja. Ketika cukup uang Ibu R membelikan lauk seperti tahu, tempe, dan ayam. Namun, anak-anak Ibu R selalu menghabiskan makanan yang dimasak ibunya.

Anak yang paling bungsu, anak S, masih mengkonsumsi ASI eksklusif. Ibu R memberikan ASI setiap hari kepada anaknya. Namun, produksi ASI Ibu R sedikit sehingga kadang-kadang Ibu R memberikan susu formula. Ibu R tetap berusaha agar anak S mendapatkan ASI terbaik darinya, oleh karena itu segala cara sudah dilakukan Ibu R agar produksi ASInya meningkat.

Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, seringkali keluarga biasanya mengkonsumsi obat yang dibeli di warung atau menggunakan obat yang dipersiapkan keluarga. Layanan kesehatan yang digunakan keluarga apabila sakit yaitu praktek bidan. Ibu R jarang sekali ke puskesmas karena jarak puskesmas yang cukup jauh dari tempat tinggal ibu R.

Pada pengkajian hari pertama Jumat, 9 Mei 2014, didapatkan bahwa Anak S masih diberikan ASI eksklusif oleh Ibu R. Anak S menyusu dengan baik. Namun, seketika Anak S rewel lalu Ibu R tidak menyusui anaknya lagi. Ibu R mengatakan ASInya tidak cukup memenuhi kebutuhan anaknya. Oleh karena itu, Ibu R mencampur dengan susu formula.

Kejadian ini berlangsung berulang. Ibu R mengatakan produksi ASInya mulai berkurang ketika Anak S berumur 2 minggu. Awalnya ASI Ibu R sangat banyak hingga Ibu R merasakan sakit pada payudaranya. Namun Ibu R jarang

memberikan ke Anak S karena Anak S masih jarang ingin menyusu. Selain itu Ibu R juga tidak memerah ASInya karena tidak mempunyai alat untuk memerah ASI. Sehingga Ibu R hanya membiarkan payudaranya bengkak dan nyeri hingga sekarang berakibat produksi ASI Ibu R yang semakin berkurang.

Ibu R mengatakan sekarang Anak S lebih sering menyusu. Ibu R akhirnya memutuskan memberikan susu formula ketika ASInya tidak mencukupi untuk anak S. Ibu R memberikan ASI setiap 3 jam sekali atau kadang-kadang ketika Anak S rewel. Ibu R mengatakan anaknya mau minum susu formula dan ASInya.

Pada saat posyandu, Sabtu 24 Mei 2014, Ibu S membawa anaknya untuk imunisasi BCG. Ketika ditimbang BB anak meningkat menjadi 3700 gram. Ibu R mengatakan akan terus berusaha memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, namun kebingungan karena ASInya yang sedikit.

Pada saat kunjungan kedua ke rumah Ibu R, beliau mengatakan selalu mengkonsumsi sayur agar ASInya banyak kembali dan beliau juga minum banyak air putih. Ibu R mengatakan ASInya masih belum mencukupi kebutuhan anaknya. Berat badan Ibu R sekarang 56kg. Ibu R mengatakan tidak mengalami penurunan nafsu makan. Ibu R mengatakan makan 3 kali sehari tanpa mengkonsumsi buah-buahan. ASI ibu S sangat banyak ketika menyusui anak-anaknya sebelumnya dan selalu diberikan ASI sampai usia 2 tahun.

Saat pertemuan pertama dan kedua, Ibu R mengatakan akan mencoba ke tukang urut untuk memijat badannya. Ibu R mengatakan mungkin setelah dipijit ASInya bisa keluar lagi. Selain itu Ibu R juga mengatakan bahwa ASInya sedikit karena ASI yang kemaren banyak tidak dikeluarkan semua, sehingga produksi ASI sekarang jadi terhambat. Hasil pengkajian inspeksi, payudara masih mengeluarkan ASI ketika dipijat, aerola menonjol kelur. Ketika Ibu R diminta untuk menyusui Anak S, posisi pelekatan sudah cukup baik. Namun, tidak berapa lama Anak S menangis karena kehabisan ASI, kemudian Ibu R memindahkan ke payudara sebelahnya.

Ibu R belum mengetahui cara memperbanyak produksi ASI selain memakan banyak sayur dan buah. Ketika ditanya mengenai pijat payudara, Ibu R mengatakan belum pernah melakukannya. Ibu R minta diajarkan cara pijat payudara. Orang tua Ibu R yang waktu itu berkunjung ke rumah Ibu R berharap agar Ibu R bisa memberikan ASI saja pada anaknya karena harga susu formula sangat mahal dan melihat kondisi ekonomi Ibu R yang masih kurang mencukupi.

Pada saat kunjungan berikutnya Ibu R mengatakan bahwa dia jarang ke puskesmas atau ke bidan, karena jarak yang sangat jauh dan repot membawa anak-anaknya yang masih kecil. Ibu R juga jarang bersosialisasi dengan tentangga karena Ibu R malu karena melahirkan lagi. Ibu R mengatakan bahwa ketika mengetahui sedang hamil lagi, beliau sempat kaget dan tidak menerima anaknya. Namun, karena dukungan dari suamu akhirnya Ibu R menerima kehadiran anak ke 11 setelah pernah keguguran 1 kali.

Ibu R pernah meggunakan KB suntik ketika mempunyai anak 3. Namun, ibu R mengatakan sering pusing menggunakan KB suntik. Lalu Ibu R mengganti menggunakan KB pil. Ibu R juga merasakan mual muntah ketika menggunakan KB pil. Hingga akhirnya Ibu R tidak pernah lagi menggunakan KB hingga saat ini. Ibu R mengatakan tidak tahu mengenai KB IUD dan implan. Beliau mengatakan takut menggunakan KB seperti itu. Ketika ditanya mengenai KB kalender, beliau mengatakan pernah menggunakan sistem seperti itu, namun gagal juga. Ketika ditanya lebih lanjut ternyata ada pemahaman yang kurang tepat mengenai KB kalender terkait masa subur pada wanita.

Keluarga Bapak A mempunyai riwayat penyakit tekanan darah tinggi. Begitu juga dengan Ibu R mempunyai riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi dan penyakit Diabetes Mellitus. Tekanan darah Ibu R 160/80 mmHg ketika pertama kali diperiksa. Ibu R mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat penurun tekanan darah. Anak-anak Ibu R sudah lengkap imunisasinya dari awal hingga akhir. Anak S (1bulan) sudah mendapatkan 1 imunisasi BCG. Ibu R mengatakan anak-anak rentan terkena penyakit seperti batuk, flu, dan demam. Apabila ada anggota keluarga yang sakit, Ibu R biasa membelikan obat warung.

Menurunnya produksi ASI menjadi stressor tersendiri bagi Ibu R. Ibu R harus mengeluarkan biaya untuk membeli susu formula. Stressor yang lain yaitu anak-anak Ibu R yang banyak dan masih kecil membuat kondisi rumah berantakan dan menjadi berisik sehingga sering membuat anak S terbangun. Untuk mengatasi stres tersebut Ibu R sering berkunjung ke rumah orang tuanya.

3.3 Diagnosis Keperawatan

Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis keperawatan sebagai berikut: (a) ketidakefektifan pemberian ASI pada Ibu R; (b) kurang pengetahuan tentang alat kontrasepsi pada Ibu R; (c) ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi pada Ibu R; dan (d) kesiapan meningkatkan nutrisi pada anak A. Selanjutnya dari beberapa diagnosis tersebut dilakukan skoring untuk menentukan mana yang lebih prioritas dan diselesaikan terlebih dahulu.

3.4 Perencanaan Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan yang akan dilakukan mahasiswa berpedoman pada lima tugas keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan adalah setelah dilakukan pertemuan selama 6 minggu implementasi, pengetahuan keluarga terhadap ASI eksklusif meningkat yang ditandai dengan kriteria evaluasi yang sudah ditetapkan. Adapun kriteria evaluasinya sebagai berikut; (1) keluarga mampu mengenal masalah ketidakefektifan pemberian ASI dengan menyebutkan pengertian manajemen laktasi dan ASI eksklusif; (2) keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah ASI; keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 manfaat ASI bagi bayi, keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 manfaat ASI bagi ibu, menyebutkan 2 dari 3 perubahan yang terjadi pada payudara, menyebutkan 2 dari 4 cara keluarga mendukung ibu menyusui, menyebutkan 2 dari 4 nutrisi seimbang bagi ibu menyusui. (3) keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI dengan menyebutkan 2 dari 4 akibat bila anak tidak mendapatkan ASI, keluarga mampu menyebutkan 6 dari 10 cara menyusui yang baik dan benar, keluarga mampu mendemonstrasikan

kembali cara menyusui yang baik, mampu melakukan perawatan payudara yang baik dan benar, mampu melakukan pijat payudara dan pijat oksitosin dengan benar, serta mampu menyusun dan membuat menu makanan sehat gizi seimbang setiap hari; (4) keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan menyebutkan 2 dari 3 cara memodifikasi lingkungan untuk ibu menyusui. (5) keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengefektifakan kembali proses menyusui bayi dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal, menyebutkan 2 dari 3 manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, dan mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.

Selain melakukan pendidikan kesehatan, juga dilakukan demonstrasi cara melakukan pijat oksitosin. Demonstrasi dilakukan bersama dengan anggota keluarga. Pada akhir sesi keluarga diminta memperagakan kembali cara melakukan pijat oksitosin.

3.5 Implementasi Keperawatan

Pemberian makanan terbaik bagi bayi yang telah diakui WHO adalah hanya memberikan ASI pada 6 bulan pertama usia bayi, meneruskan pemberian ASI hingga usia 2 tahun (Wahyuningsih, 2013). Masa tumbuh kembang bayi 0-6 bulan membutuhkan asupan gizi yang diperoleh dari ASI eksklusif. Asuhan keperawatan yang diterapkan pada keluarga Ibu R selain meningkatkan pengetahuan tentang ASI eksklusif juga diberikan edukasi mengenai cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi produksi ASI yang sedikit.

Intervensi yang berpedoman pada tugas kesehatan keluarga meliputi lima tugas keluarga, dimana dalam kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah dengan pemberian ASI eksklusif. Keluarga diberikan informasi mengenai cara meningkatkan produksi ASI melalui penyuluhan kesehatan tentang ASI. Selain itu keluarga juga dilatih untuk melakukan perawatan sederhana yang bisa dilakukan dirumah seperti pijat oksitosin. Selain

itu juga memotivasi keluarga untuk selalu berkunjung ke pelayanan kesehatan apabila ada masalah kesehatan pada keluarga.

Implementasi keperawatan terdiri dari menjelaskan kepada keluarga mengenai pengertian manajemen laktasi/ ASI eksklusif, manfaat ASI bagi ibu dan bayi. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah pemberian ASI pada anggota keluarga. Memotivasi keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah dengan proses menyusui. Mendiskusikan bersama keluarga cara mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI, yaitu dengan memberikan informasi terkait cara yang bisa dilakukan dirumah untuk meningkatkan produksi ASI. Antara lain melakukan perawatan payudara, pijat payudara, pijat oksitosin, dan penyusunan menu makanan seimbang.

Implementasi keperawatan berupa metode ceramah dengan menggunakan media berupa lembar balik dan leaflet. Untuk demonstrasi pijat oksitosin media yang digunakan selain lembar balik dan leaflet, mahasiswa juga membawa alat peraga serta alat bahan yang dibutuhkan. Selama implementasi keluarga yang terlibat antara lain Ibu R, orang tua ibu R, dan anak Ibu R yang berusia 15 tahun.

Keterlibatan anggota keluarga diharapkan bisa memotivasi anggota keluarga untuk saling mengingatkan agar memberikan ASI eksklusif pada anak S. Mendorong suami agar membantu istri selama melakukan pijat oksitosin. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga, yaitu berikan suasana yang nyaman selama menyusui yang bebas dari suasana yang bising. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal, serta memotivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terutama posyandu secara rutin setiap bulan.

3.6 Evaluasi Keperawatan

Asuhan keperawatan yang sudah bilakukan mahasiswa di keluarga Ibu R diharapkan bisa memberikan perubahan paradigma Ibu R terhadap ASI eksklusif. Intervensi keperawatan telah dilakukan, kemudian dievaluasi untuk mengetahui

sejauh mana keberhasilan dari intervensi dapat tercapai. Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan melakukan evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan menilai tingkat kemandirian keluarga.

Evaluasi SOAP didapatkan data bahwa pengetahuan Ibu R semakin hari semakin meningkat tentang ASI eksklusif yang ditandai dengan:

TUK 1: Ibu R mengatakan pengertian ASI adalah makanan terbaik bagi bayi yang harus diberikan selama 6 bulan. Ibu R mengatakan manfaat ASI bagi bayi adalah untuk sumber makanan utama bayi, pertumbuhan bayi, dan untuk kekebalan tubuh bayi. Selain itu Ibu R juga menjelaskan kembali manfaat ASI bagi ibu adalah lebih hemat, ekonomis, dan mudah didapat. Ibu R juga mengatakan nutrisi yang baik selama ibu menyusui adalah makanan yang mengandung kalsium, karbohidrat, dan vitamin, juga harus banyak makan sayur.

TUK 2: Ibu R memamparkan bahwa bahaya anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif antara lain anak menjadi mudah sakit, kurus, serta akan berakibat bagi ibu yaitu payudara menjadi bengkak. Ibu R mengatakan ingin sekali memberikan ASI eksklusif buat anaknya. Ibu R mengungkapkan ketakutannya tidak bisa membelikan susu formula lagi. Oleh karena itu Ibu R selalu bersemangat ketika mahasiswa memberikan pengetahuan baru agar ASI Ibu R banyak.

TUK 3: Setelah beberapa kali intervensi Ibu R mampu melakukan perawatan payudara sendiri. Ibu R mengatakan cara melakukan perawatan payudara adalah dengan menuangkan minyak secukupnya ke tangan, kemudian pijat payudara dari berbagai arah, atas, bawah, samping kanan dan kiri. Lakukan selama 15 menit. Setelah pemijatan payudara dikompres dengan air hangat dan air dingin secara bergantian dilakukan paling kurang 5 kali. Ibu R mampu memperagakan teknik perawatan payudara dan pemijatan payudara dengan benar.

Ibu R juga menjelaskan kembali cara pemijatan oksitosin dengan benar. Ibu R mengatakan pemijatan dibantu oleh anak atau ibunya. Pijat ini membuat ASInya sering menetes. Sebelumnya Ibu R menjelaskan pengertian pijat oksitosin adalah

cara yang digunakan untuk membantu pengeluaran ASI yang dimulai dari leher bagian belakang sampai ke tulang belakang. Dipijat dengan menggunakan jempol. Kemudian Ibu R memperagakan kembali cara melakukan pijat oksitosin dengan benar.

Ibu R mengatakan tidak ada perubahan menu makanan semenjak hamil hingga melahirkan. Namun, intensitas ibu R mengkonsumsi sayur menjadi lebih meningkat. Ibu R meyakini bahwa daun katuk bisa memperbanyak ASI-nya. Oleh karena itu ibu R selalu membuat sayur daun katuk setiap hari. Seringnya membuat sayur katuk membuat Ibu R bosan dan tidak mengkonsumsi lebih kurang 1 minggu. Ketika mahasiswa mengajak untuk menyusun menu makanan sehari bersama Ibu R, Ibu R bersedia untuk melakukannya. Ibu R mengatakan bahwa makanan yang dikonsumsi tidak perlu mahal yang penting mencukupi kebutuhan gizi seimbang seperti karbohidrat, vitamin, dan kalsium serta zat gizi lainnya. Menu makanan yang dibuat Ibu R selama 1 hari pertama masih belum terdiri dari gizi seimbang, namun untuk hari berikutnya Ibu R sudah mampu memilih menu makanan setiap hari.

TUK 4: Keluarga sudah mampu memodifikasi lingkungan yaitu menciptakan situasi yang nyaman untuk Ibu R ketika menyusui. Keluarga merapihkan ruangan yang siap digunakan sewaktu-waktu bila Ibu R menyusui.

TUK 5: Keluarga menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan sebagai tempat berobat, mendapatkan pelayanan kesehatan, dan informasi mengenai kesehatan. Serta keluarga mengetahui bahwa fasilitras kesehatan yang bisa keluarga kunjungi adalah puskesmas, posyandu, dan rumah sakit. Keluarga juga sudah termotivasi untuk selalu membawa anaknya ke posyandu setiap bulan.

Pemberian setiap implementasi yang dilakukan oleh mahasiswa dapat diterima keluarga secara kooperatif dan antusias, baik dalam penyampaian informasi maupun melakukan demonstrasi. Keluarga terlibat aktif dalam diskusi. Keluarga Bapak A, terutama Ibu R dapat menyebutkan kembali pengertian, manfaat, dan akibat gizi kurang. Ibu R mampu melakukan perawatan payudara dan pemijatan

payudara setiap hari. Anak Ibu R juga sudah mampu melakukan pijatan oksitosin dengan benar. Pada kunjungan mendadak yang dilakukan, Ibu R dibantu anaknya sedang melakukan pijatan oksitosin dan siap menyusui anaknya. Pada kunjungan mendadak selanjutnya ibu R mengatakan payudaranya terasa padat dan ingin segera menyusui anaknya. Ibu R merasa sangat bersyukur karena sekarang tidak perlu lagi mencampur dengan susu formula. Namun, kadang-kadang ASI ibu R kurang mencukupi bagi bayi, namun tidak seperti yang sebelum-sebelumnya. Sebelum melakukan terminasi dengan keluarga, mahasiswa melakukan inspeksi kembali kepada payudara ibu R. Hasilnya menunjukkan ASI positif keluar ketika aerola dipijat, selain itu payudara teraba lebih padat.

Hasil observasi yang dilakukan atau yang dilaporkan oleh keluarga maka mahasiswa menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5 telah tercapai. Masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada anak S teratasi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya produksi ASI ibu R, payudara teraba padat, pengeluaran ASI positif, frekuensi Anak S menyusui meningkat dari awalnya 6-8 kali minum ASI kadang-kadang diselingi susu formula oleh Ibu R, setelah intervensi meningkat menjadi 8-10 kali tanpa diselingi dengan susu formula, serta Ibu R mengatakan anak S sudah jarang rewel ketika menyusui. Selain itu terjadi peningkatan berat badan bayi dari awalnya 3100 gram menjadi 3700 gram.

Proses evaluasi ini dilakukan dengan memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan terkait materi penyuluhan yang pernah disampaikan sebelumnya. Hasilnya dari 14 pertanyaan, 1 diantaranya masih dijawab kurang tepat oleh keluarga Bapak A. Selain itu mahasiswa juga melakukan observasi langsung kepada keluarga melalui kunjungan yang dilakukan secara tiba-tiba kepada keluarga. Penimbangan berat badan bayi sebelum dan sesudah intervensi juga dilakukan.

Perawat memotivasi Ibu R agar terus semangat memberikan ASI eksklusif dan melakukan cara melakukan perawatan terhadap payudara setiap hari. Perawat juga memberikan penghargaan positif atas usaha dan hasil yang telah diperoleh

keluarga. Rencana tindak lanjut dari intervensi yang sudah dilakukan mahasiswa antara lain meminta kader untuk terus memantau pertumbuhan Anak S baik ketika posyandu atau berkunjung ke rumah Ibu R.

Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Tingkat kemandirian keluarga Bapak A berada pada tingkat kemandirian IV. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, keluarga melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif, serta keluarga mampu memberikan promosi kesehatan mengenai ASI eksklusif kepada keluarga terdekat.

Intervensi keperawatan yang sudah dilakukan ke keluarga Bapak A terkait ASI sudah dilaksanakan dan tercapai semua tujuannya. Intervensi yang paling efektif untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga tersebut salah satunya adalah pijat

Dokumen terkait