• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Analisis spasial tingkat resiko tsunami di Kabupaten Sikka

Analisis resiko tsunami merupakan analisis yang penting dalam kerangka mitigasi bencana alam. Karena mitigasi baru akan diambil setelah diketahui tingkat resikonya. Analisis resiko tsunami yang ideal mencakup fungsi sistematis mulai dari mengidentifikasi perilaku alami, lokasi, intensitas, dan kemungkinan berulangnya suatu kejadian bencana, menentukan keberadaan dan tingkat

kerentanan, mengidentifikasi tingkat kapasitas dan sumberdaya yang tersedia, serta menentukan tingkat resikonya yang biasanya disajikan dalam bentuk peta- peta dan analisis kawasan spesifik (site specific). Kebijakan yang diambil berdasarkan GIS juga banyak diyakini banyak pihak lebih akurat dan tepat sasaran (Diposaptono dan Budiman, 2006).

Pada penelitian ini, penulis memetakan secara spasial tingkat resiko tsunami di Kabupaten Sikka dengan metode Cell Based Modeling(CBM). Analisis spasial pada data raster merupakan dasar dari pemodelan spasial berbasis sel. Hal ini karena setiap sel memiliki nilai tertentu, sehingga akan mempermudah dalam analisis spasial. Pemodelan tingkat resiko tsunami dilakukan dengan menspasialkan terlebih dahulu keseluruhan parameter utama yang

mempengaruhi resiko tsunami.

Setiap parameter utama yang sudah berformat raster, direklasifikasi menjadi kelas kerawanan dan kerentanan. Pengelompokkan setiap parameter tersebut mengikuti operasi zonal functionkarena setiap parameter akan mengelompok berdasarkan kesamaan nilai sel tersebut. Setelah dikelompokkan, pengkodean sel (calculation) dilakukan secara otomatis oleh perangkat lunakArcGIS 9.1

menurut selang nilai parameter yang ditentukan. Apabila keseluruhan parameter sudah disiapkan, maka dilakukan proses overlayberdasarkan pembobotan sesuai Tabel 5. Oleh karena itu, overlayyang digunakan dalam penelitian ini adalah overlaydengan sistem pembobotan (weighted overlay). Setelah direklasifikasi jumlah sel untuk setiap parameter disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah sel per parameter hasil klasifikasi

Parameter Jumlah sel Total

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Elevasi 51.324 74.295 65.731 125.148 1.438.329 1.754.827 Slope 74.995 187.314 143.023 710.134 639.361 1.754.827 Morfologi 18.691 66.022 64.631 1.531.539 73.987 1.754.870 Landuse 53.463 165.019 511.711 786.953 236.917 1.754.063 Jarak dari gp 47.354 67.432 108.554 10.6175 1.425.355 1.754.870 Jarak dari sungai 1.911 2.207 2.464 5.793 1.742.495 1.754.870

Run uptsunami 0 5.666 34.102 4.035 0 43.803

Overlaydata raster dilakukan dengan menggunakan fungsi raster calculator

pada menu spatial analystpada perangkat lunakArcGIS 9.1. Setiap layer

parameter akan dikalikan dengan bobotnya masing-masing. Secara matematis,

overlaysetiap layerparameter dapat ditulis sebagai berikut.

)]

10

,

0

*

(

)

15

,

0

*

(

)

10

,

0

*

(

)

15

,

0

*

(

)

15

,

0

*

(

)

15

,

0

*

(

)

20

,

0

*

[(

sungai

dari

jarak

pantai

garis

dari

jarak

landuse

morfometri

slope

elevasi

up

run

Setelah proses overlay, akan didapatkan lima kelas tingkat resiko tsunami , yaitu resiko sangat tinggi, resiko tinggi, resiko sedang, resiko rendah dan resiko sangat rendah. Luasan masing-masing kelas resiko ini disajikan pada Tabel 13. Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa luasan daerah resiko sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah berturut-turut adalah 34,04 Ha; 2.733,93 Ha; 3.615,3 Ha; 12.825 Ha; dan 138.447,6 Ha.

Tabel 13. Jumlah sel hasil weighted overlay No Kelas resiko Jumlah sel Luas (Ha)

1 Sangat Tinggi 356 32,04 2 Tinggi 30.377 2.733,93 3 Sedang 40.170 3.615,3 4 Rendah 142.500 12.825 5 Sangat Rendah 1.538.307 138.447,6 Total 1.751.710 157.653,9

Daerah resiko sangat tinggi terdapat di dua wilayah pesisir utara kecamatan yaitu Kecamatan Alok dan Magepanda. Daerah resiko tinggi terdapat sebagian besar di pesisir utara. Daerah resiko sedang, rendah dan sangat rendah

terdapat di sepanjang bagian tengah wilayah utara dan selatan Kabupaten Sikka. Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui luasan daerah resiko sangat tinggi adalah 32,04 Ha dari total luas wilayah Kabupaten Sikka dan luasan resiko tinggi adalah 2.733,93 Ha dari total luas wilayah Kabupaten Sikka.

Pada pemodelan spasial daerah resiko tsunami dapat dilihat bahwa pada area di tengah Kabupaten Sikka masih terdapat warna biru yang menunjukkan daerah resiko rendah. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh dari parameter

slope, dimana pada daerah Kecamatan Alok sampai Maumereslopenya masih landai. Sehingga area tersebut masih termodelkan sebagai daerah yang

beresiko rendah. Hal ini menunjukkan bahwa faktor pembobotan sangat penting kontribusinya dalam memetakan suatu model yang ideal yang sesuai pada tingkat lokal. Peta tingkat resiko tsunami Kabupaten Sikka dapat dilihat pada Gambar 27.

Berdasarkan Gambar 27 juga dapat dilihat bahwa tingkat resiko tsunami di setiap wilayah kecamatannya berbeda-beda. Hal ini sangat tergantung dari tingkat kerentanan yang ada di wilayah tersebut. Tingkat resiko tsunami setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Tingkat resiko tsunami per kecamatan

Kecamatan Persentase tingkat resiko (%) Total (%)

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

Alok 0.44 9.24 6.06 17.92 66.33 100.00 Bola 0.00 0.00 0.72 8.71 90.57 100.00 Kewapante 0.00 3.86 5.06 13.39 77.69 100.00 Lela 0.00 0.23 5.45 24.32 70.00 100.00 Magepanda 0.01 2.93 3.60 11.66 81.80 100.00 Maumere 0.00 0.00 0.00 6.72 93.28 100.00 Mego 0.00 0.01 1.23 3.13 95.62 100.00 Nita 0.00 0.00 0.00 1.79 98.21 100.00 Paga 0.00 0.02 0.58 4.96 94.44 100.00 Talibura 0.00 2.38 2.27 6.28 89.06 100.00 Waigete 0.00 1.62 3.23 8.69 86.45 100.00

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa kecamatan yang beresiko paling tinggi terhadap tsunami terdapat pada Kecamatan Alok yaitu sebesar 0,44% dari total luas Kecamatan Alok. Daerah dengan tingkat resiko tinggi yang terbesar terdapat pada Kecamatan Alok juga yaitu sebesar 9,24% dari total luas Kecamatan Alok. Hal ini disebabkan wilayah Kecamatan Alok berada pada elevasi dan slopeyang rendah. Dalam rangka mitigasi tsunami, daerah resiko sedang, rendah dan sangat rendah dijadikan sebagai area evakuasi jika terjadi tsunami. Secara visual tingkat persentase resiko tsunami dapat dilihat pada Gambar 28 berikut. Pemetaan resiko per kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Gambar 28. Grafik resiko tsunami per kecamatan

Untuk melihat tingkat resiko tsunami terhadap berbagai sarana dan prasarana sosial ekonomi masyarakat, dilakukan pemetaan tingkat resiko

kerusakan infrastruktur fisik dan ekonomi dengan mengoverlay antara peta resiko dengan data infrastruktur yang ada di Kabupaten Sikka. Hal ini penting dilakukan terkait dengan pentingnya keberadaan sarana prasarana penting guna

mendukung aktivitas penduduk. Sarana dan prasarana penting yang dipetakan yaitu pusat listrik, sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana peribadatan, sarana ekonomi, pelabuhan dan lapangan udara. Berdasarkan overlaydengan peta infrastruktur dapat diketahui sarana dan prasarana yang berpotensi terkena dampak tsunami (Gambar 29).

Berdasarkan Gambar 29 dapat diketahui bahwa sebagian besar infrastruktur penting berada pada daerah beresiko sangat tinggi dan tinggi. Dengan demikian, berdasarkan hasil pemetaan di atas, diharapkan dapat dijadikan sebagai

masukan bagi pengambil kebijakan untuk mengambil upaya dan strategi mitigasi yang sesuai pada daerah yang bersangkutan.

Untuk melihat tingkat resiko tsunami terhadap data sosial kependudukan dengan mengoverlay peta resiko tsunami dengan sebaran pemukiman. Sebaran dan kepadatan pemukiman menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi resiko bencana tsunami yang akan terjadi. Pemukiman penduduk menggambarkan tingkat kepadatan penduduk dan sebaran tempat hunian yang akan

mempengaruhi tingkat kerugian akibat tsunami baik dari segi kerugian jiwa maupun harta benda. Tingkat resiko penduduk tersebut dapat dilihat pada Gambar 30.

Berdasarkan Gambar 30 dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat tinggal di daerah dekat pantai, daerah yang bertopografi rendah serta

kemiringannya landai. Pemukiman penduduk tersebar di keseluruhan wilayah, tetapi kepadatan pemukiman di tiap wilayah berbeda-beda.

Kecamatan yang terpadat adalah Kecamatan Alok dengan kepadatan penduduk 761,76 jiwa/km2. Lalu diikuti dengan kecamatan Kewapante dengan kepadatan penduduk 460,52 jiwa/km2. Sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Talibura yaitu 62,62 jiwa/km2(Bappeda

Sikka,2006). Oleh karena itu, penduduk yang tinggal di wilayah Kecamatan Alok dan Kewapante memiliki resiko terhadap tsunami yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk di kecamatan lain.

Secara fisik lingkungan daerah-daerah padat penduduk yang berada dekat dengan pantai, aliran sungai, serta mempunyai elevasi yang rendah, akan sangat rentan terhadap bahaya tsunami. Sehingga tingkat resikonya pun akan semakin besar. Oleh karena itu, dengan mengetahui tingkat kerentanan di setiap wilayah dapat dilakukan prioritas upaya pengurangan resiko bencana secara lebih spesifik untuk masing-masing variabel.

Mitigasi dapat dilakukan jika tingkat kerentanan dan resiko tsunami sudah ditentukan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pakar, acuan yang jelas tentang peta resiko tsunami masih sedang dibuat. Selain itu, penulis juga memperoleh informasi bahwa, sekarang ini peta resiko bencana dijadikan dasar untuk semua perencanaan keruangan yang berada di wilayah pesisir. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ataupun Rencana Tata Ruang Detail Kota (RTDK) baik di tingkat propinsi , kabupaten, kecamatan harus berbasis bencana. Oleh karena itu, kajian mendalam tentang analisis resiko tsunami penting untuk dilakukan di suatu wilayah tertentu.

Dokumen terkait