• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Analisis tingkat kerentanan tsunami di Kabupaten Sikka

4.3.2 Kemiringan daratan ( slope )

Kemiringan merupakan parameter penting dalam menentukan tingkat kerentanan tsunami di suatu daerah. Kemiringan daratan akan mempengaruhi tinggirun uptsunami yang akan terjadi. Semakin curam suatu daratan, maka tinggi run upakan semakin rendah.

Satuan kemiringan daratan yang digunakan adalah dalam persentase (%).

Range slopedalam persen berkisar dari 0-200%. Nilai kemiringan 0% mengindikasikan flat area/no slope(area datar). Nilai kemiringan 100%

mengindikasikan kemiringan area 45º dan nilai 200% menunjukkan vertical slope

(Earth Resource Mapping Ltd, 2008).

Peta slope(Gambar 19) merupakan peta yang diturunkan dari peta topografi. Pada waktu processing data, data topografi dijadikan input dalam algoritma matematis, yang dapat mengubah setiap nilai elevasi menjadi sebuah nilai baru yang menggambarkan kemiringan lahan daratan dengan menggunakan fungsi

surface analystpada menu spatial analyst.

Pada kajian resiko tsunami ini, parameter kemiringan daratan juga dibagi ke dalam lima kelas kerentanan yaitu kelas kerentanan sangat tinggi (2%),

kerentanan tinggi (>2-10%), kerentanan sedang (>10-15%), kerentanan rendah (>15-40%) dan kerentanan sangat rendah (>40%).

Hasil pemetaan slope(Gambar 19) menunjukkan bahwa kondisi kemiringan tanah (kelerengan) di wilayah Kabupaten Sikka cukup bervariasi. Berdasarkan laporan dari Kantor Bappeda Kabupaten Sikka (2005), kisaran kemiringan tanah di Kabupaten Sikka adalah dari 0 sampai dengan 70% dan didominasi oleh kemiringan tanah yang lebih besar dari 40% dengan luas 81,167Haatau sekitar 46,87% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka.

Berdasarkan pengolahan data dengan ArcGIS 9.1didapat luasan wilayah sebagaimana Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Luasan wilayah kerentanan slope

No Tingkat kerentanan Jumlah sel Luas (m2) Luas (Ha) 1 Sangat Tinggi 74.995 67.495.500 6.749,55 2 Tinggi 187.314 168.582.600 16.858,26 3 Sedang 143.023 128.720.700 12.872,07 4 Rendah 710.134 639.120.600 63.912,06 5 Sangat Rendah 639.361 575.424.900 57.542,49 Total 1.754.827 1.579.344.300 157.934,43

Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa daerah yang kerentanan sangat tinggi memiliki luas 6.749,55 Ha dan daerah yang kerentanannya tinggi memiliki luas 16.858,26 Ha. Daerah yang berada pada kelas kerentanan sangat tinggi dan tinggi, sebagian besar berada pada wilayah pesisir utara.

Wilayahnya meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Alok, Maumere, Kewapante, Waigete, dan Talibura. Daerah ini akan merupakan daerah yang resiko tsunaminya tinggi jika tidak ada upaya penataan ruang yang baik terutama yang menyangkut area padat penduduk dan basis ekonomi penting.

Berdasarkan hasil konsultasi dan studi literatur, diketahui bahwa penempatan kawasan pemukiman dapat dibagi dalam empat kelas kemiringan yaitu : 0-8º, 8- 25º, 25-35º dan lebih dari 35º.

Daerah yang memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi dan tinggi umumnya terletak pada wilayah pesisir kabupaten dan dominan terlihat pada wilayah pesisir utara. Luas wilayah kerentanan sangat tinggi dan tinggi masing-masing adalah 6.749,55 Ha dan 16.858,26 Ha.

Daerah kerentanan sedang meliputi daratan tengah sebagian Kecamatan Lela, Bola, Talibura, Waigete, Kewapante dan Alok. Daerah kerentanan sangat rendah dan rendah, tersebar merata pada bagian tengah wilayah Kabupaten Sikka. Sehingga dapat diketahui bahwa daerah kerentanan rendah dan sangat rendah adalah daerah yang hampir mendominasi wilayah Kabupaten Sikka yang dicirikan dengan wilayah perbukitan dan pegunungan.

Slopemerupakan faktor penting yang menentukan sejauh mana limpasan tsunami ke daratan. Daerah yang memiliki slopeyang landai merupakan daerah yang beresiko tinggi terhadap tsunami. Oleh karena itu, slopedijadikan sebagai salah satu parameter penting dan diberikan bobot sama seperti elevasi yaitu 15%.

4.3.3 Morfometri pantai

Bentuk morfometri pantai sangat berpengaruh besar terhadap tingkat energi tsunami yang akan terhempas ke daratan. Meskipun besaran gempa tektonik yang mengakibatkan gelombang tsunami relatif kecil, tetapi jika morfometrinya mendukung untuk memberikan penguatan terhadap limpasan tsunami, maka resiko korban jiwa dan kerusakan akan semakin besar. Hal ini juga didukung bilamana sedimen pantainya berupa pasir halus. Hal ini juga akan menambah penguatan run updan mengakibatkan jarak run upyang semakin jauh ke daratan (Istiyantoet al., 2005). Oleh karena itu peta morfometri ini diberikan bobot sebesar 15%.

Pada penelitian ini, bentuk morfometri pantai diklasifikasikan dalam lima kelas yaitu teluk V, teluk U, tanjung, pantai lurus dan non teluk atau tanjung. Pemetaan morfometri pantai dilakukan dengan metode on screen digitize

Untuk keakuratan data, hasil pemetaan tersebut juga dibandingkan dengan data citra satelit.

Pada pemetaan ini dilakukan teknik pembufferansejauh 1.000 m dari garis pantai. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa daerah limpasan tsunami tidak akan sampai sejauh satu km dari garis pantai. Peta morfometri pantai disajikan pada Gambar 20.

Morfometri pantai berpengaruh terhadap besar kecilnya energi limpasan tsunami ke arah darat. Kabupaten Sikka memiliki morfometri yang unik. Berdasarkan Gambar 20 dapat dilihat bahwa daerah utara Sikka umumnya didominasi oleh teluk, sedangkan daerah selatan merupakan daerah yang didominasi oleh tanjung.

Beberapa teluk yang terdapat di Kabupaten Sikka diantaranya yaitu Teluk Maumere, Teluk Rung, Teluk Paga, Teluk Wodong, dan Teluk Pedang. Masing- masing teluk tersebut, memiliki bentuk yang berbeda, dimana ada yang

berbentuk U dan ada yang berbentuk V. Sedangkan beberapa tanjung yang terdapat di Kabupaten Sikka yaitu diantaranya Tanjung Wokar, Tanjung Watuntou, Tanjung, dan Tanjung Watunkelahi. Selain teluk dan tanjung, terdapat juga daerah pesisir dengan morfometri pantai lurus.

Setiap morfometri pantai memberikan dampak yang berbeda terhadap limpasan gelombang tsunami di pantai. Pantai teluk V memiliki tingkat

kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan pantai teluk U. Hal ini karena, pantai teluk V lebih memusatkan energi tsunami. Akan tetapi, secara umum pantai yang berteluk memiliki tingkat kerentanan yang tinggi daripada tipe pantai yang lain. Hal ini karena morfometri pantai yang berbentuk teluk akan mempengaruhi refraksi gelombang tsunami sehingga kecepatan dan energi gelombang tsunami bertambah. Akibatnya, akumulasi massa air yang terjadi akan meningkatkan ketinggian serta kecepatan gelombang tsunami di pantai.

Jika tidak ada penghalang alami dan topografi pantainya landai, maka gelombang tsunami akan jauh masuk ke daratan.

Berbeda dengan pantai berteluk, pada pantai bertanjung akan menyebarkan energi gelombang tsunami, sehingga penjalaran dan tinggi run uppun lebih rendah. Pada pantai yang lurus, energi merambat secara lurus tanpa ada pembelokan. Pantai tanjung termasuk ke dalam kerentanan sedang dan pantai lurus termasuk ke dalam kerentanan rendah. Daerah di luar buffersatu km termasuk ke dalam daerah non teluk atau tanjung. Daerah ini dianggap sudah tidak dipengaruhi oleh gelombang tsunami.

Selain bentuk pantai, tipe pantai juga sangat mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap tsunami karena tipe pantai (berpasir, berlumpur, berbatu, berkarang, atau berawa) turut mempengaruhi run up tsunami. Pada penelitian ini, penulis tidak mendapatkan data geomorfologi daerah Sikka. Akan tetapi, berdasarkan pengamatan di lapangan, sebagian besar daerah pesisir utara dan selatan Kabupaten Sikka pantainya berupa batuan, pecahan karang, tetapi terdapat juga pasir halus sampai kasar dan ada yang berasal juga dari pecahan- pecahan karang (rubble).

4.3.4 Penggunaan lahan

Pemetaan penggunaan tanah pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data spasial dari Bappeda Kabupaten Sikka tahun 2005. Berdasarkan data yang didapat diketahui bahwa jenis penggunaan tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Sikka terdiri dari beberapa jenis penggunaan tanah yaitu batuan cadas, batuan gamping, hutan, hutan rawa, kebun, mangrove, pemukiman, rumput/tanah kosong, sawah irigasi, semak belukar, dan

tegalan/ladang. Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Sikka dapat dilihat pada Gambar 21.

Berdasarkan Gambar 21 di atas dapat diketahui luasan dari masing-masing

landusetersebut seperti Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Luasan jenis landusedi Kabupaten Sikka

Landuse Jumlah sel Luas m2 Luas (Ha)

Batuan cadas 4.465 4.018.500 401,85 Batuan gamping 331 297.900 29,79 Hutan 232.081 208.872.900 20.887,29 Hutan rawa 2.974 2.676.600 267,66 Kebun 165.019 148.517.100 14.851,71 Mangrove 3.884 3.495.600 349,56 Pemukiman 29.593 26.633.700 2.663,37 Rumput/tanah kosong 64.949 58.454.100 5.845,41 Sawah irigasi 17.012 15.310.800 1.531,08 Semak/belukar 722.044 649.839.600 64.983,96 Tegalan/ladang 511.711 460.539.900 46.053,99 Total 1.754.063 1.578.656.700 157865,67

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa tipe penggunaan tanah di wilayah Kabupaten Sikka didominasi oleh jenis semak belukar, tegalan/ladang, hutan belukar dan kebun.

Dampak yang ditimbulkan oleh bencana tsunami terhadap masing-masing

landuse tidak sama. Hal ini karena masing-masing landusememiliki tingkat reduksi tertentu saat terkena gelombang tsunami. Misal untuk sawah irigasi. Sawah irigasi penting diketahui tingkat kerentanannya karena sawah merupakan sumber ekonomi pokok masyarakat. Apabila sawah irigasi terkena limpasan tsunami, maka areal sawah tersebut akan tergenang air laut dan tanah sawah yang terkena air asin akan menjadi tanah mati. Dampaknya adalah areal sawah tersebut tidak dapat digunakan lagi untuk bercocok tanam. Artinya, bencana tsunami dapat menyebabkan terjadi perubahan lahan. Oleh karena itu, perlu dilihat tingkat kerentanan landuseterhadap tsunami. Pemetaan kerentanan

Berdasarkan Gambar 22 dapat diketahui bahwa daerah yang termasuk ke dalam kerentanan sangat tinggi dan tinggi banyak terdapat di wilayah pesisir, terutama pesisir utara Kecamatan Alok dan Kewapante. Hal ini karena pada daerah tersebut, banyak dimanfaatkan sebagai daerah pemukiman. Wilayah dengan tingkat kerentanan sedang, rendah dan sangat rendah sebagian besar terdapat pada bagian tengah Kabupaten Sikka. Luas dari masing-masing kelas kerentanan dapat terlihat pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Luasan tingkat kerentanan landuse

No Tingkat Kerentanan Jumlah sel Luas (m2) Luas (Ha)

1 Sangat Tinggi 53.463 48.116.700 4.811,67 2 Tinggi 165.019 148.517.100 14.851,71 3 Sedang 511.711 460.539.900 46.053,99 4 Rendah 786.953 708.257.700 70.825,77 5 Sangat Rendah 236.917 213.225.300 21.322,53 Total 1.754.063 1.578.656.700 157.865,67

Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa luasan tingkat kerentanan tinggi dan sangat tinggi berturut-turut adalah 14.851,71 Ha dan 4.811,67 Ha. Pada daerah ini, tingkat resikonya akan semakin besar. Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat juga tingkat penggunaan lahan di Kabupaten Sikka sebagian besar berada pada tingkat kerentanan sedang.

Untuk kajian resiko tsunami, area pemukiman merupakan area yang paling rentan. Sebagian besar daerah pemukiman terletak di daerah pesisir yang berpotensi besar terhadap bahaya tsunami. Penggunaan lahan yang tidak banyak melibatkan manusia seperti hutan lebat, berada pada daerah yang aman. Oleh karena itu, penggunaan lahan pada kawasan pesisir harus memperhatikan konsep penataan ruang yang berbasis bencana alam, dalam hal ini adalah bencana tsunami.

Dokumen terkait